PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER
UNTUK MENGATASI PERUNDUNGAN DI
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Studi Kasus di Pesantren PPI 165 Arjasari
Tugas Mata Kuliah Semester 3:
Kajian Publikasi Jurnal Ilmiyah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permendikbud No 20 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 1
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat di perlukan dalam sebuah lembaga pendidikan dengan berbagai cara penerapan melalui pelaksanaan program pendidikan karakter di lembaga pendidikan dalam menanggulangi berbagai bentuk perundungan yang terjadi di Lembaga pendidikan
Fenomena Perundungan
Perundungan atau bullying merupakan sikap negatif yang sering terjadi di setiap aspek kehidupan baik media sosial, lingkungan masyarakat termasuk di lembaga pendidikan. Sikap tersebut akan mejadi karakter negatif apabila sudah menjadi kebiasaan dalam perilaku seseorang dan perlu disikapi dengan penerapan program pendidikan karakter .Perundungan telah lama menjadi fenomena di lingkungan pendidikan khususnya bukan hanya di sekolah umum akan tetapi kerap terjadi juga dilingkungan pesantren.
Bentuk Perundungan
Bentuk-bentuk bullying yang kerap terjadi di sebuah Lembaga pendidikan terdiri dari (1) bullying secara fisik, seperti memukul, menendang, menampar, mengeroyok dan yang serupa dengan itu. (2) bullying secara verbal, seperti mengejek, menghina, mencela hingga terror. (3) Bullyying secara social, seperti menyebarkan informasi yang masih diragukan kebenarannya, menyebarkan gossip dan yang serupa dengannya. (4) Cyber bullying,
Kasus Perundungan di Pesantren PPI 165 Arjasari
Perilaku perundungan pernah terjadi di sebuah Lembaga pendidikan pesantren PPI 165 Arjasari dalam bentuk pemukulan dan ejekan menyebabkan korban merasa tidak nyaman dan tidak betah belajar di pesantren bahkan sampai melibatkan kedua orang tua dalam kasus tersebut.
Pengembangan Program Pendidikan Karakter
Lembaga pendidikan dalam menangani kasus perundungan memiliki cara masing-masing, dalam hal ini lembaga pendidikan PPI 165 Arjasari memiliki cara tersendiri dalam pelaksanaan program pendidikan karakter santrinya sehingga menghasilkan perubahan yang signifikan.
Rumusan Masalah
01 02
04
03
Bagaimana Pengembangan
program pendidikan karakter di pesantren PPI 165 Arjasari ?
Apa saja program yang dikembangkan
pesantren PPI 165 Arjasari dalam mengatasi perundungan dikalangan santri ?
Apa saja penunjang dan penghambat serta Solusi dalam pengatasi perundungan tersebut?
Bagaimana hasil dari
pengembangan
program tersebut?
Metode Penelitian
WAWANCARA
Dengan melakukan tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan Kepala, guru dan lainnya.
DOKUMENTASI
Dengan Studi
dokumentasi jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen sebagai bahan analisis
OBSERVASI
Metode pengumpulan
data dengan melibatkan
berbagai faktor dalam
pelaksanaannya
Hasil dan Pembahasan
Pesantren PPI 165 Arjasari terletak di Kampung Rancakole RT.01 RW.07 Desa Rancakole Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung yang berdiri sejak tahun 2002 merupakan lembaga pendidikan keagamaan dengan sistem perpaduan kurikulum madrasah dan pesantren
Kondisi Pesantren PPI
165 Masalah yang dihadapi
Pesantren PPI 165
Terjadi pertikaian antar teman sekelas yang dilatarbelakangi dengan kesalah fahaman dan prasangka negatif diantara keduanya yang berujung pemukulan.
Solusi masalah yang dihadapi
- Memanggil kedua pelaku bersama orang tuanya - Menghadirkan saksi kejadian
- Melakukan mediasi atas kejadian perkara
- Menindaklanjuti dengan program pendidikan Karakter
Karakter adalah tabiat/kebiasaan. karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan, keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran, dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.”
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan benar-salah, tapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tetntang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitment untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. H.E Mulyasa (2022:3)
Pengertian Pendidikan
Karakter Fungsi dan Tujuan
Pendidikan Karakter
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam
mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas
menyebutkan, “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembang- kan dan
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peseta didik agar menjadi manusia yag
beriman,dan bertakwa kepaa Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab
Pengertian Perundungan (Bullying)
Menurut Ponny Retno Astuti (2008:2) beliau mengemukakan bahwa bullying bagian dari Tindakan agresi yang dilakukan
berulangkali oleh
seseorang/anak yang lebih kuat
terhadap anak yang lebih lemah
secara psikis dan fisik. Bullying
diidentifikasi sebagai sebuah
perilaku yang tak dapat diterima
dan jika gagal menangani maka
bullying dapat menjadi Tindakan
agresi yang lebih parah
Bentuk-bentuk
Perundungan (Bulyying)
(1)bullying secara fisik: seperti memukul, menendang, menampar, mengeroyok dan yang serupa dengan itu.
(2)bullying secara verbal: seperti mengejek, menghina, mencela hingga terror.
(3)Bullyying secara social: seperti menyebarkan informasi yang masih diragukan kebenarannya, menyebarkan gossip dan yang serupa dengannya.
(4) Cyberbullying: segala bentuk bullying
melaui teknologi media social dengan
berbagai bentuk seperti komentar
kasar,menjatuhkan orang lain,
menghina dan lain-lain.
3
1. Peningkatan Materi Akhlak dan Kegiatan Ekstrakurikuler
Penambahan alokasi waktu untuk Pelajaran akhlak dan Ekstrakurikuler lainnya.
2. Pembinaan Khusus
Pembinaan khusus tentang bulyying berupa penyuluhan dengan melibatkan pihak kepolisian bersama bidang kesiswaan, guru BK dan orang tua.
3. Peningkatan Program pembiasaan
1. Berdo’a dan membaca Al-Qur’an sebelum belajar.
2. Pelaksanaan shalat Dhuha
3. Program 3 S (Senyum, Sapa, Salam) 4. Kegiatan Sanset
5. Sedekah kemanusiaan 5. Shalat zhuhur berjama’ah 5. Khitobah
4. Pelaksanaan upacara Bai’at
Berupa apel rutin mingguan dilaksanakan setiap hari sabtu pagi
Program Pendidikan Karakter Dalam mengatasi Perundungan
di Pesantren PPI 165 Arjasari
Terpadunya kurikulum umum dan keagamaan di Pesantren PPI 165
berbanding 40 dan 60 %.
Sehingga pengetahuan dan pemahaman ilmu agama untuk pembentukan karakter/akhlak lebih dominan.
1. Tidak semua santri bisa mondok di asrama karena sarana dan peasarana kurang memadai.
2. Pengaruh negatif dari lingkungan yang sangat kuat, berdampak pada sulitnya penerapan karakter terhadap santri.
PENUNJANG DAN PENGHAMBAT MASALAH
Penunjuang Penghambat
PEMECAHAN MASALAH
1. Berusaha dan bekerja sama dengan Masyarakat dan lembaga lain untuk mewujudkan saran dan prasarana pondok yang bisa menampung seluruh santri.
2. Menjalin Kerjasama dengan orang tua
untuk sama-sama mamantau aktivitas
anak di lingkungan pesantren dan luar
pesantren.
Kasus perundungan kerap terjadi dilembaga pendidikan termasuk pesantren, dalam hal ini pernah dialami juga oleh Pesantren PPI 165 Arjasari setiap tahunnya.
Pesantren bukanlah tempatnya orang-orang yang baik saja akan tetapi justru pesantren ibarat bengkel dari kendaraan-kendaraan dengan masalah yang berbeda- beda dan bervariasi, maka para guru ibarat montir yang bertugas memperbaiki masalah pada kendaraan tersebut.
Perundungan (bulyying) yang terjadi di pesantren PPI 165 rata-rata terjadi dengan bentuk bulyying fisik berupa pemukulan yang dilatarbelakangi dengan kesalahfahaman yang mengakibatkan emosi tidak dapat dikontrol.
Solusi yang dilakukan oleh lembaga pesantren agar tidak terjadi kasus yang sama adalah dengan meningkatkan dan mengadakan pelaksanaan program pendidikan karakter santri. Program yang diterapkan berupa:
1. Peningkatan pemahaman tentang akhlak dengan penambahan alokasi waktu pembelajaran.
2. Mengadakan pembinaan khusus berupa penyuluhan dengan melibatkan kepolisian, kesiswaan, guru BK dan orang tua.
3. Mengadakan upacara khusus yang dinamakan acara Ba’at santri.
4. Menerapkan program pembiasaan mulai awal sampai akhir pembelajaran.
Kesimpulan
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kegiatan pembinaan Bersama Kepolisian
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kegiatan Upaca Bai’at
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
By:
Leli Susilawati
Yan yan Yoga Permana Cepi Nugraha