Pengembangan Program Studi Berkelanjutan pada MBKM dengan Penerapan SWOT Analisis dan BMC
Efta Dhartikasari Priyana
Program Studi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Gresik Indonesia
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 13 Agustus 2022 Disetujui: 29 Agustus 2022
Abstract
The existence of the MBKM program promoted by the Minister of Education has shifted the existing curriculum. The aim is none other than to improve the competence of graduates, both soft skills and hard skills, to be more prepared and relevant to the needs of the times. Prepare graduates as future leaders with excellent and personality. There are about 8 programs carried out by the government. This research is amazed at the development of the Sustainable Study Program at MBKM with the Application of SWOT Analysis and BMC. The results of the IE matrix are in quadrant V, namely (1) maintaining existing Study Programs while managing the management of existing Study Programs according to MBKM directions; (2) use opportunities within the PT Muhammadiyah association to build a joint cooperation program; (3) using existing partner radar to reach partners outside the study program's reach; (4) Strengthening cooperation between Study Programs within the campus, to build the reach of partnerships between fields; (4) Strengthening cooperation between Study Programs within the campus, to build the reach of partnerships between fields. As for BMC, the results are (1) Study Program X can prepare a curriculum according to MBKM directions before joining the MBKM program; (2) Study Program X captures the existing potential, which here is to expand the partner network for Tri Darma or laboratories; (3) Study Program X has more potential for alumni and surrounding companies, to attract many interested people.
Keywords: department, partners, MBKM, SWOT, BMC
Abstrak
Keberadaan Program MBKM yang diusung oleh Menteri Pendidikan, telah menggeser kurikulum yang selama ini ada. Tujuannya tak lain adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman. Menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan yang unggul dan berkepribadian. Ada sekitar 8 Program yang diusung oleh pemerintah.
Penelitian ini bertakjub pengembangan Program Studi Berkelanjutan Pada MBKM dengan Penerapan SWOT Analisis dan BMC. Hasil daripada matrik IE ada dikuadran V, yaitu (1) mempertahankan Program Studi yang ada sembari menata manajemen Program Studi yang ada sesuai arahan MBKM; (2) menggunakan peluang dalam ikatan PT Muhammadiyah untuk membangun program kerjasama bersama;
(3) menggunakan radar mitra yang ada untuk menjangkau mitra diluar jangkauan Prodi; (4) Memperkuat kerjasama antar Prodi di dalam kampus, untuk membangun jangkauan kemitraan antar bidang; (5) Memperkuat kerjasama antar Prodi di dalam kampus, utnuk membangun jangkauan kemitraan antar bidang.
Sedangkan untuk BMC hasilnya adalah (1) Prodi X dapat mempersiapkan kurikulum sesuasi arahan MBKM sebelum mengikuti program MBKM; (2) Prodi X menggaet potensi yang ada, yang disini adalah memperluas jaringan mitra untuk Tri Darma ataupun laboraturium; (3) Prodi X lebih mempotensialkan alumni dan perusahaan sekitar, untuk menjaring banyak peminat.
Kata Kunci: program studi, mitra, MBKM, SWOT, BMC
1. Pendahuluan
Program Merdeka Belajar kampus Merdeka atau lebih dikenal dengan sebutan MBKM merupakan program baru yang dicanangkan oleh menteri pendidikan Indonesia, Nadiem Anwar Makarim. Tujuannya tak lain adalah untuk mendorong mahasiswa menguasai berbagai keilmuan sebagai bekal memasuki dunia kerja. Program ini memiliki berbagai kegiatan belajar, yang membuat mahasiswa bebas memilih program.
Beberapa program yang diberikan oleh MBKM sendiri adalah (1) Pertukaran Pelajar; (2) Magang/Praktik Kerja; (3) Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan; (4) Penelitian/Riset; (5) Proyek Kemanusiaan; (6) Kegiatan Wirausaha; (7) Studi/Proyek Independen; (8) Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik [1].
Bicara mengenai sebuah Perguruan Tinggi yang didalamnya terdapat banyak Program Studi yang
Program Studi, tentu bukanlah hal yang mudah menjalankan program MBKM. Salah satu yang paling mendasar adalah kesesuaian kurikulum yang harus selaras dengan program MBKM. Sedangkan setiap program studi yang sama dalam lingkup Universitas berbeda memiliki keunggulan tersendiri dan berbeda dari apa yang mereka tonjolkan [2].
MBKM muncul dengan berbagai keluasan kapasitas dibandingkan sebelumnya, membuat berbagai Program Studi butuh waktu cukup yang sebenarnya lama untuk menelaah, mempersiapkan dalam menjalankan program. Sehingga tak terlihat apa yang mereka berikan terlihat tergesa-gesa dalam menjalani program [3].
MBKM memang dipersiapkan Nadiem untuk mempersiapkan mahasiswa mampu menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat serta, kompetensi mahsiswa harus dipersiapkan untuk lebih gayut dengan kebutuhan aman. Link match yang dimaksudkan bukan dari dunia industri dan dunia kerja tetapi juga dengan masa depan yang berubah dengan cepat. Perguruan Tinggi yang sejatinya merupakan tempat bernaung dalam menimba ilmu dituntut untuk lebih cekatan dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan optimal dan selalu relevan [4].
Program MBKM yang dinilai muncul secara tiba-tiba sehingga memberikan nuansa baru di dunia pendidikan, tidak selamanya memberikan point plus. Point plus disini tak lain adalah menjadi Program Studi di sebuah Universitas memiliki keterbukaan dengan Universitas lain, tak hanya itu tetapi juga berbagai jaringan yang bekerjasama dengan program tersebut. Point minus dalam program tersebut juga selaras muncul dengan kelebihannya. Salah satu yang paling menonjol adalah pengambilan program 20 sks yang dinilai sama dengan program magang bersertifikat yang sebenarnya tidak 100% berjalan mudah.
Mahasiswa sejatinya disini tidak 100% mendapatkan teori dalam 20 sks yang menjadi rambu merah untuk Pendidikan Tinggi atau kearah Kementrian Pendidikan. Beragam program studi yang ada dalam Perguruan Tinggi juga menjadi kendala tersendiri. Pasalnya tidak semua program studi bisa diperlakukan sama. Dan dari ranah ini, pihak Kementrian belum memberikan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi apa yang ada di lapangan [5].
Walaupun terkesan luar biasa hebat tentang tujuan MBKM tersebut, banyak pro dan kontra yang dihadapi dunia pendidikan khususnya di Perguruan Tinggi. Hal itu sangat terasa apalagi dikalangan para pendidik (Dosen) yang langsung terjun dalam program MBKM. Sebut saja Prodi X di PT Y. Prodi X di PT Y mendapatkan hibah program MBKM di tahun 2021, dan mengambil 3 program sekaligus yakni Pertukaran Pelajar, Magang, Asistensi Mengajar. Hasilnya memang luar biasa untuk anak didik. Namun dibalik keluar biasaan tersebut ada pro dan kontra yang terjadi antar dosen. Hal tersebut ada persepsi yang berbeda. Ada sebagian pengajar yang menganggap apa yang diterima mahasiswa diluar Perguruan Tinggi sudah mencakupi kurikulum pengganti mata kuliah yang dijadikan konversi dalam menjalankan aktivitas program tersebut. Bahkan ilmu yang tidak ada di Perguruan Tinggi bisa mereka dapatkan, walaupun tidak semua cakupan teori selama 4 bulan belajar dikelas didapat. Dan sebagian pengajar beranggapan bahwa apa yang didapat mahasiswa belum sepenuhnya bisa terkonversi dalam mata kuliah yang dia ampu, sehingga dalam pemberian nilai konversi juga agak kesusahan, karena belum ada penerimaan dari Dosen tentang konversi nilai yang diberikan oleh pihak luar. Secara otomatis, mahasiswa harus dites ulang guna mendapatkan nilai konversi dari Dosen pengampu tersebut [6].
Cerita berbeda datang dari beberapa mahasiswa di PT Y dari Prodi Z yang ikut dalam program tersebut (sebut saja program pertukaran pelajar diluar kota). Banyak diantaranya telat dalam mendapatkan kompensasi biaya hidup yang dijanjikan selama mengikuti program tersebut. Kurangnya informasi dari Program Studi yang dirasa disini, program studi masih belum sepenuhnya mengerti akan program tersebut [7].
Program MBKM yang sejatinya menggeser kurikulum lama ke kurikulum baru, memang memiliki makna luar biasa untuk pemerataan pendidikan. Tapi dibalik keluar biasaan tersebut banyak oknum yang merasa bahwa Menteri Pendirikan belum siap 100% akan program itu sendiri. Kurangnya pengendalian SOP terutama untuk kurikulum yang dibebankan kepada Kementerian Pendidikan belum dapat dikatakan jelas. Informasi dan sosialisasi dari Kementrian untuk Perguruan Tinggi juga dinilai belum cukup signifikan untuk Program Studi menjalankan program tersebut [8].
Penelitian dengan judul Pengembangan Program Studi Berkelanjutan Pada Program MBKM Dengan Penerapat SWOT Analisis dan BMC dilakukan di PT Y pada Program Studi X. Pada penlitian ini akan mengarahkan penelitian menelaah kekuatan dan kelemahan program MBKM sendiri. Sejalan daripada itu apakah program MBKM sendiri memiliki pangsa yang kuat dalam membantu pengembangan Program Studi. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kelemahan daripada program MBKM tersebut dari program
studi sasaran. Responden dari analisa ini akan diarahkan pada program studi penerima hibah dan mahasiswa penjalan MBKM.
SWOT kependekan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threat (ancaman) merupakan teknik untuk merekam gambaran umum mengenai situasi strategis perusahaan. Asumsinya strategis yang digunakan adalah efektif diturunkan dari kesesuaian yang baik antara sumber daya internal perusahaan dan situasi eksternalnya [9].
Kemudian setelah analisa SWOT, selanjutnya analisa akan dilanjutkan ke Bisnis Model Canvas.
BMC merupakan tool strategi manajemen yang disini Program Studi untuk menerjemahkan konsep, konsumen, infrastruktur maupun keuangan perusahaan dalam bentuk elemen-elemen [10].
2. Metode Penelitian
Diagram Konseptual Penelitian
Prodi X
Prodi W
Prodi V
Prodi U PT Y
SWOT
Analisis BMC
Gambar 1. Diagram konseptual penelitian Sumber: [11]
Gambar 1 merupakan diagram konseptual penelitian dengan judul “Pengembangan Program Studi Berkelanjutan Pada Program MBKM dengan Penerapan SWOT Analisis dan BMC dengan studi kasus di Prodi X pada PT.Y. Diketahui bahwa PT. Y memiliki beberapa program studi, dan ada 4 Program Studi diantaranya berkesempatan mendapatkan hibah MBKM. Dari Prodi yang mendapatkan hibah, tidak semuanya memilih program MBKM yang sama (sesuai kebutuhan Prodi). Pada kesempatan kali ini, penulis akan memfokuskan penelitian pengembangan Program Studi dari dampak adanya hibah MBKM di Prodi X dengan bantuan metode SWOT analisis untuk mengetahu faktor eksternal dan internal disini adalah mengetahui kekuatan, kelemahan yang dihadapi Prodi X, yang kemudian akan diperoleh matrik SWOT sebagai sarana memunculkan strategi untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari SWOT. Selanjutnya dari analisa SWOT akan dicari pembobotan yang didapatkan dari 30 responden yang didapat dari siswa yang berkesempatan mengikuti program MBKM dan TIM Dosen yang merancang program MBKM dalam Prodi untuk Gap yang sesuai untuk memposisikan keadaan objek, sebagai rumusan strategi yang ada.
Setelah analisa SWOT selesai dilakukan, selanjutnya akan dilakukan pemetaan bisnis kedalam bisnis model canvas untuk menterjemahkan konsep konsumen, infrastruktur maupun keuangan Prodi kedalam elemen-elemen visual. Tujuan daripada penelitian ini adalah Prodi dapat terus exis dengan bantuan hibah MBKM. Dapat terus berkembang dan jika bisa mengkondisikan manajemen yang lebih baik, akan mendapatkan banyak hibah untuk pengembangan Prodi, baik MBKM kelanjutan ataupun hibah yang lainnya.
Variabel yang digunakan untuk analisa SWOT diperoleh 100% dari hasil brainstorming antara TIM Pengembang Kurikulum dan Mitra yang diajak. Hal tersebut didasarkan karena penelitian tentang MBKM masih sangat minim.
Tabel 1. Variabel pembentuk SWOT
Faktor Variabel Sumber
Kekuatan (Strength)
1. Prodi X merupakan Prodi yang cukup besar di PT Y 2. PT Y adalah PT yang cukup terkenal diwilayahnya
3. Prodi X memiliki mahasiswa yang rata-rata sudah bekerja di perusahaan besar
4. Manajemen PT Y sudah tertata lebih baik dari waktu ke waktu 5. Termasuk Prodi dengan prospek kerja yang baik
ekspert
Kelemahan (Weakness)
1. Tenaga Pengajar yang dimiliki Prodi X jumlahnya terbatas
2. TIM pengurus MBKM kurang banyak dengan jumlah mahasiswa yang ada
3. Kurang adanya kesiapan pengembangan Prodi 4. Biaya support pengembangan kurikulum kurang 5. Terbatasnya mitra yang dimiliki diluar Jatim 6. Informasi yang terkait MBKM belum begitu jelas
7. Waktu yang diberikan DIKTI untuk MBKM begitu singkat dan terbilang mendadak
8. Mahasiswa kurang aktif akan informasi dari luar
9. Kurangnya kematangan penyusunan program MBKM oleh DIKTI 10. DIKTI kurang memfasilitasi Program Studi untuk mendapat link mitra
baru
ekspert
Peluang (Opportunity)
1. Masuk ikatan PT Muhammadiyah
2. Memiliki alumni yang bekerja di perusahaan besar 3. Terletak di kawasan industri
4. Kerjasama bisa dari berbagai bidang karena keilmuannya
ekspert
Ancaman (Threath)
1. Penerima hibah MBKM jumahnya terbatas
2. PTN disekitar PT Y melakukan pengembangan program studi 3. PTS yang lebih besar di sekitar PT Y lebih banyak
4. Perlengkapan laboraturium kurang dibandingkan PTS yang lebih besar di sekitar
ekspert
3. Hasil dan Pembahasan
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi apa yang diambil untuk pengembangan Program Studi yang didasarkan pada program MBKM dari pemerintah.
Analisa ini didasarkan pada informasi yang diperoleh dari 20 orang baik pengembang program MBKM maupun pengguna program MBKM di Prodi X di PT Y dengan tujuan untuk memaksimalkan faktor lingkungan internal (strength) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan faktor lingkungan eksternal kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Tabel 2. Tabel SWOT Analisis
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Faktor Internal
6. Prodi X merupakan Prodi yang cukup besar di PT Y
7. PT Y adalah PT yang cukup terkenal diwilayahnya
8. Prodi X memiliki mahasiswa yang rata-rata sudah bekerja di perusahaan besar
9. Manajemen PT Y sudah tertata lebih baik dari waktu ke waktu 10. Termasuk Prodi dengan
prospek kerja yang baik
11. Tenaga Pengajar yang dimiliki Prodi X jumlahnya terbatas
12. TIM pengurus MBKM kurang banyak dengan jumlah mahasiswa yang ada
13. Kurang adanya kesiapan pengembangan Prodi
14. Biaya support pengembangan kurikulum kurang
15. Terbatasnya mitra yang dimiliki diluar Jatim
16. Informasi yang terkait MBKM belum begitu jelas
17. Waktu yang diberikan DIKTI untuk MBKM begitu singkat dan terbilang mendadak
18. Mahasiswa kurang aktif akan informasi dari luar
19. Kurangnya kematangan penyusunan program MBKM oleh DIKTI
20. DIKTI kurang memfasilitasi Program Studi untuk mendapat link mitra baru
Faktor Eksternal
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threath)
5. Masuk ikatan PT
Muhammadiyah
6. Memiliki alumni yang bekerja di perusahaan besar
7. Terletak di kawasan industri 8. Kerjasama bisa dari berbagai
bidang karena keilmuannya
5. Penerima hibah MBKM jumahnya terbatas
6. PTN disekitar PT Y melakukan pengembangan program studi 7. PTS yang lebih besar di sekitar PT
Y lebih banyak
8. Perlengkapan laboraturium kurang dibandingkan PTS yang lebih besar di sekitar
Matriks TOWS
Matrik TOWS merupakan alat kecocokan faktor-faktor yang akan membantu dalam pengembangan tipe strategi, yaitu SO (strength-opportunities), WO (weakness-opportunities), ST (strength-threats), dan WT (weakness-threats) [11]. Dalam hal ini, penyusunan matriks SWOT membutuhkan daftar lengkap mengenai SWOT (strength-weakness-opportunities-threat). Penyusunan daripada matriks TOWS didasarkan atas kejadian yang sudah dialami oleh Prodi X dalam menjalankan hibah MBKM pertama pada Tahun 2021.
Berikut adalah TOWS dari amatan pengembangan Program Studi dari MBKM:
1. Strategi S-O (Strength-Opportunities/ Kekuatan-Peluang)
Tabel 3. Matrik SWOT S-O
Opportunity (Peluang) 2. Masuk ikatan PT Muhammadiyah
3. Memiliki alumni yang bekerja di perusahaan besar
4. Terletak di kawasan industri
5. Kerjasama bisa dari berbagai bidang karena keilmuannya
Strength (Kekuatan)
1. Prodi X merupakan Prodi yang cukup besar di PT Y
2. PT Y adalah PT yang cukup terkenal diwilayahnya
3. Prodi X memiliki mahasiswa yang rata-rata sudah bekerja di perusahaan besar
4. Manajemen PT Y sudah tertata lebih baik dari waktu ke waktu
5. Termasuk Prodi dengan prospek kerja yang baik
Strategi-SO
1. Membangun jaringan dengan perusahaan lebih awal, bisa dengan mengajukan dosen praktisi mengajar di beberapa perusahaan untuk beberapa pertemuan di suatu Mata Kuliah (S2, O3)
2. Melakukan kerjasama di perusaan dengan memberikan pelatihan secara gratis kepada beberapa karyawan di perusaan tersebut (O3, O4, S5)
3. Kerjasama dengan alumni untuk memberikan kuliah tamu seputar pekerjaan ke mahasiswa (O2, S3, S2)
4. Membangun kerjasama Tri Darma di ikatan PT Muhammadiyah (O1, S1, S5)
Faktor Eksternal
Faktor Internal
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunities/ Kelemahan-Peluang)
Tabel 4. Matrik SWOT W-O
Opportunity (Peluang) 1. Masuk ikatan PT Muhammadiyah
2. Memiliki alumni yang bekerja di perusahaan besar
3. Terletak di kawasan industri
4. Kerjasama bisa dari berbagai bidang karena keilmuannya
Weakness (Kelemahan) 1. Tenaga Pengajar yang dimiliki Prodi
X jumlahnya terbatas
2. TIM pengurus MBKM kurang banyak dengan jumlah mahasiswa yang ada
3. Kurang adanya kesiapan pengembangan Prodi
4. Biaya support pengembangan kurikulum kurang
5. Terbatasnya mitra yang dimiliki diluar Jatim
6. Informasi yang terkait MBKM belum begitu jelas
7. Waktu yang diberikan DIKTI untuk MBKM begitu singkat dan terbilang mendadak
8. Mahasiswa kurang aktif akan informasi dari luar
9. Kurangnya kematangan penyusunan program MBKM oleh DIKTI 10. DIKTI kurang memfasilitasi
Program Studi untuk mendapat link mitra baru
Strategi-WO
1. Melakukan kerjasama dengan PT Muhammadiyah lain dalam bidang pengajaran (O1, W1)
2. Mencari hibah pengembangan kurikulum dengan melihat peluang potensi yang dimiliki, dan mencari nahkoda untuk kurikulum yang tepat (W4, O1, O4) 3. Melakukan kerjasama dengan ikatan PT
Muhammadiyah untuk melakukan program-program dalam menggaet banyak mitra (W10, O1)
4. Sering memantau aktivitas/berita dari DIKTI dan saling sharing inforamsi dengan ikatan PT Muhammadiyah (W7, O1) 5. Prepare dengan kurikulum dan kerjasama
dibantu dengan kerjasama dari ikatan PT Muhammadiyah (W7, O1, W9)
6. Kerjasama dengan alumni, Ikatan PT Muhamadiyah (O2, W5)
7. Membangun program MBKM antar PT Muhammadiyah untuk membangun struktur manajemen baru (W2, O1)
3. Strategi S-T (Strength-Threats/ Kekuatan-Ancaman)
Tabel 5. Matrik SWOT S-T
Threath (Ancaman)
1. Penerima hibah MBKM jumahnya terbatas 2. PTN disekitar PT Y melakukan
pengembangan program studi
3. PTS yang lebih besar di sekitar PT Y lebih banyak
4. Perlengkapan laboraturium kurang dibandingkan PTS yang lebih besar di sekitar Strength (Kekuatan)
1. Prodi X merupakan Prodi yang cukup besar di PT Y
2. PT Y adalah PT yang cukup terkenal diwilayahnya
3. Prodi X memiliki mahasiswa yang rata-rata sudah bekerja di perusahaan besar
4. Manajemen PT Y sudah tertata lebih baik dari waktu ke waktu
Strategi-ST
1. Membuat pembaharuan manajemen yang terstruktur terkait kurikulum dan kerjasama mitra (T1, S2, S4)
2. Melakukan kerjasama antar Prodi di dalam PT sendiri (T1, S1)
3. Melakukan kerjasama untuk pengembangan laboraturium dengan perusahaan sekitar (T4, S3, S2)
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor Internal
5. Termasuk Prodi dengan prospek kerja yang baik
4. Melakukan kerjasama untuk pengembangan laboraturium beserta Tri Dharma dengan kampus sekitar (T2, T3, T4, S5, S4, S2) 4. Strategi W-T (Weakness-Threats/ Kelemahan-Ancaman)
Tabel 6. Matrik SWOT W-T
Threath (Ancaman)
1. Penerima hibah MBKM jumahnya terbatas 2. PTN disekitar PT Y melakukan
pengembangan program studi
3. PTS yang lebih besar di sekitar PT Y lebih banyak
4. Perlengkapan laboraturium kurang dibandingkan PTS yang lebih besar di sekitar Weakness (Kelemahan)
1. Tenaga Pengajar yang dimiliki Prodi X jumlahnya terbatas
2. TIM pengurus MBKM kurang banyak dengan jumlah mahasiswa yang ada
3. Kurang adanya kesiapan pengembangan Prodi
4. Biaya support pengembangan kurikulum kurang
5. Terbatasnya mitra yang dimiliki diluar Jatim
6. Informasi yang terkait MBKM belum begitu jelas
7. Waktu yang diberikan DIKTI untuk MBKM begitu singkat dan terbilang mendadak
8. Mahasiswa kurang aktif akan informasi dari luar
9. Kurangnya kematangan penyusunan program MBKM oleh DIKTI 10. DIKTI kurang memfasilitasi
Program Studi untuk mendapat link mitra baru
Strategi-WT
1. Membangun kerjasama mitra dengan kampus disekitar (T2, W1)
2. Membangun kerjasama pada kampus sekitar, dalam rangka program MBKM (T3, W6, W7)
3. Membangun kerjasama kurikulum dengan kampus sekitar (T3, W4)
4. Membangun kerjasama pengembangan mitra dengan kampus lain (W5, T3, T2)
Berdasarkan matrik TOWS yang sudah dibangun untuk pengembangan Program Studi dari Program MBKM, maka strategi yang bisa dilakukan oleh Program Studi X di PT Y adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan potensi yang dimiliki dalam kerjasama dengan Prodi lain di Universitas yang sama 2. Menggunakan potensi yang dimiliki dalam menggaet mitra baik dari perusahaan ataupun
Universitas lain, dalam hal pengembangan laboraturium maupun Tri Darma 3. Menggunakan peluang untuk membangun strategi manajemenn dalam Prodi.
4. Membangun Program Kerja baru dengan Ikatan PT Muhammadiyah untuk kepentingan pengembangan Prodi bersama.
Analisis EFE, EFI dan IE
Analisa EFE (Evaluasi Faktor Eksternal)
Matriks EFE dalam analisa SWOT berbicara mengenai faktor lingkungan eksternal sebuah objek amatan. Faktor-faktor internal berasal dari faktor positif yang merupakan sumber peluang (opportunities) dan faktor negatif berasal dari ancaman (threats)[12]. Faktor ini diperoleh dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan (SWOT). Faktor-faktor tersebut masing-masing diberikan bobot dan penilaian rating, melalui diskusi dengan pengelola instansi yang diamati [13].
Dari hasil pembobotan dan penilaian (rating), dilakukan perkalian antara bobot dan rating tersebut, sehingga dihasilkan matriks EFE perusahaan sebagai berikut:
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Tabel 7. Pembobotan EFE
Faktor-faktor Internal Bobot Peringkat Nilai yang dibobot Opportunities/Peluang
1. Masuk ikatan PT Muhammadiyah
2. Memiliki alumni yang bekerja di perusahaan besar 3. Terletak di kawasan industri
4. Kerjasama bisa dari berbagai bidang karena keilmuannya Threats/Ancaman
1. Penerima hibah MBKM jumahnya terbatas
2. PTN disekitar PT Y melakukan pengembangan program studi 3. PTS yang lebih besar di sekitar PT Y lebih banyak
4. Perlengkapan laboraturium kurang dibandingkan PTS yang lebih besar di sekitar
0,09 0,07 0,12 0,29
0,1 0,06 0,09 0,12
3 3 4 4
1 2 1 2
0,27 0,21 0,48 1,16
0,1 0,12 0,09 0,24
Total 1 2,67
Keterangan (rating):
1 = Respon perusahaan sangat buruk
2 = Respon perusahaan sama saja dengan rataan perusahaan lain yang berada dalam industri
3 = Respon perusahaan lebih baik dibandingkan dengan respon perusahaan lain yang ada dalam industri 4 = Respon perusahaan sangat baik dan optimal
Hasil dari matriks EFE, memperlihatkan bahwa faktor peluang paling positif bagi perusahaan adalah kerjasama bisa berbagai bidang karena keilmuan (1,16) diikuti dengan terletak di kawasan industri (0,48).
Sedang faktor ancaman paling berbahaya adalah perlengkapan laboraturium yang kurang (0,24) serta PTN disekitar PT Y melakukan pengembangan Program Studi (0,12).
Analisa EFI (Evaluasi Faktor Internal)
Matriks EFI dalam analisa SWOT berbicara mengenai faktor lingkungan internal eksternal sebuah objek amatan. Faktor-faktor internal berasal dari faktor positif yang merupakan sumber kekuatan (strength) dan faktor negatif berasal dari kelemahan (weakness). Faktor ini diperoleh dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan (SWOT). Faktor-faktor tersebut masing-masing diberikan bobot dan penilaian rating, melalui diskusi dengan pengelola instansi yang diamati.
Dari hasil pembobotan dan penilaian (rating), dilakukan perkalian antara bobot dan rating tersebut, sehingga dihasilkan matriks EFI perusahaan sebagaimana Tabel 8.
Tabel 8. Pembobotan EFI
Faktor-faktor Internal Bobot Peringkat Nilai dibobot Strength/Kekuatan
1. Prodi X merupakan Prodi yang cukup besar di PT Y 2. PT Y adalah PT yang cukup terkenal diwilayahnya
3. Prodi X memiliki mahasiswa yang rata-rata sudah bekerja di perusahaan besar
4. Manajemen PT Y sudah tertata lebih baik dari waktu ke waktu 5. Termasuk Prodi dengan prospek kerja yang baik
Weakness/Kelemahan
1. Tenaga Pengajar yang dimiliki Prodi X jumlahnya terbatas
2. TIM pengurus MBKM kurang banyak dengan jumlah mahasiswa yang ada
3. Kurang adanya kesiapan pengembangan Prodi 4. Biaya support pengembangan kurikulum kurang 5. Terbatasnya mitra yang dimiliki diluar Jatim 6. Informasi yang terkait MBKM belum begitu jelas
7. Waktu yang diberikan DIKTI untuk MBKM begitu singkat dan terbilang mendadak
8. Mahasiswa kurang aktif akan informasi dari luar
9. Kurangnya kematangan penyusunan program MBKM oleh DIKTI 10. DIKTI kurang memfasilitasi Program Studi untuk mendapat link mitra
baru
0,1 0,12 0,09 0,07 0,06 0,06 0,07 0,03 0,05 0,08 0,05 0,07 0,02 0,05 0,08
4 4 2 2 2 3 2 3 2 3 4 1 2 1 1
0,4 0,48 0,27 0,21 0,18 0,18 0,14 0,09 0,1 0,24
0,2 0,07 0,04 0,05 0,08
Total 1 2,73
1 = Respon perusahaan sangat buruk
2 = Respon perusahaan sama saja dengan rataan perusahaan lain yang berada dalam industri
3 = Respon perusahaan lebih baik dibandingkan dengan respon perusahaan lain yang ada dalam industri 4 = Respon perusahaan sangat baik dan optimal
Hasil dari metrik EFI memperlihatkan bahwa faktor kekuatan paling dominan positif untuk Program Studi X adalah PT Y adalah PT yang cukup terkenal diwilayahnya (0,48). Disusul oleh Prodi X memiliki mahasiswa yang rata-rata sudah bekerja di perusahaan besar (0,27). Sedang faktor pembangun kelemahan paling dominan adalah Terbatasnya mitra yang dimiliki diluar Jatim (0,24). Serta Tenaga Pengajar yang dimiliki Prodi X jumlahnya terbatas (0,18).
Matrik Internal-Eksternal (IE) Perusahaan
Perumusan strategi yang digunakan meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan area fungsional dalam bisnis digunakan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation), Matriks IFE juga menjadi landasan identifikasi serta evaluasi hubungan antara area tersebut, penilaian secara intuitif digunakan dalam mengembangkan matriks evaluasi faktor internal, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti seolah-olah teknik ini benar-benar tanpa celah. Harus dipahami secara menyeluruh mengenai faktor-faktor yang mencakup didalamnya lebih penting dibandingkan angka-angka yang ada[14].
Matrik IE digunakan untuk mendapatkan strategi bisnis tingkat korporat yang detail. Berdasarkan analisa eksternal (EFE) dan internal (EFI), didapat bahwa total skor untuk matriks EFE dan EFI secara berurutan adalah 2,67 dan 2,73. Dengan demikian posisi matrik IE adalah sebagai berikut:
KI KII KIII
KIV KV KVI
KVII KVIII KIX
4,0 3,0 2,0 1,0
3,0
2,0
1,0
Total Score EFI
Total Score EFE
Gambar 2. Total Score EFE-EFI Sumber: [16]
Berdasarkan hasil perhitungan IE, disimpulkan bahwa Prodi X di PT Y menempati kuadran 5. Maka strategi yang sesuai adalah hold and maintain strategy, yakni strategi tetap menjasga dan mempertahankan kondisi perusahaan. Berikut adalah stratei yang digunakan:
1. Mempertahankan kondisi Prgogram Studi yang ada, sembari menata manajemen Program Studi yang ada sesuai arahan MBKM dengan menggunakan peluang potensi yang bisa dijangkau berkenaan dengan mitra dan alumni.
2. Menggunakan peluang dalam ikatan PT Muhammadiyah untuk membangun program kerja bersama, sesuai arahan MBKM.
3. Menggunakan radar mitra yang ada untuk menjakau mitra diluar jangkauan Prodi selama ini.
4. Memperkuat kerjasama antar Prodi di dalam kampus, untuk membangun jangkauan kemitraan antar bidang.
Bisnis Model Canvas
Berdasarkan analisa SWOT yang telah dilakukan untuk pengembangan Prodi X di PT Y, maka pemetaan bisnis model canvas yang bisa didapatkan adalah sebagai berikut.
Gambar 3. Pemetaan BMC Sumber: [17]
4. Kesimpulan
Adanya Program MBKM akan memberikan kesempatan bagi Prodi X di PT Y untuk berkembang.
Potensi yang ada pada MBKM untuk membantu Prodi X untuk berkembang yakni dengan menata manajemen Prodi dengan sentuhan peluang potensi yang bisa dijangkau berkenaan dengan mitra dan alumni. Kedua yaitu menggunakan ikatan PT Muhammadiyah sebagai potensi membangun program kerjasama sesuai MBKM. Ketiga yakni dengan menggunakan mitra untuk menjangkau mitra yang belum tersentuh karena tidak adanya channel. Keempat dengan memperkuat kerjasama antar Prodi dalam kampus, untuk membangun jangkauan kemitraan antar bidang.
Kendala yang terjadi dalam menjalankan MBKM adalah pertama kurangnya kesiapan kurikulum lama yang terekognisi kurikulum MBKM. Kedua adalah kendala dalam mendapatkan mitra yang sesuai.
Ketiga yang tak kalah penting adalah kendala waktu dalam menjalankan program terbilang singkat dan minim persiapan. Keempat yakni TIM yang terlibat dalam program MBKM tidak banyak.
Model Bisnis Canvas dengan melihat hasil daripada SWOT yang pertama adalah Prodi X mempersiapkan kurikulum sesuai dengan arahan MBKM sebelum mengikuti program MBKM. Kedua adalah Prodi X menggaet potensi yang ada, yang disini adalah memperluas jaringan mitra untuk baik Tri Darma ataupun laboraturium. Ketiga adalah Prodi X lebih mempotensialkan alumni dan perusahaan sekitar, untuk menjaring banyak peminat. Bisa dari kerjasama beasiswa dari perusahaan, ataupun program lain dari Prodi dengan bantuan Universitas Y.
5. Saran
Saran untuk Prodi X dalam mengikuti program MBKM adalah Prodi X sebisa mungkin mempersiapkan kurikulum yang sesuai, utamanya dalam hal menjaring mitra. Kurikulum disusun secara jelas, mau kemana Program Studi diarahkan. Prodi X juga sebisa mungkin mempersiapkan pendanaan untuk pengembangan laboraturium. Karena laboraturium adalah salah satu alat penting untuk pengembangan intelektual mahasiswa.
6. Referensi
[1] Akademik. 2021. Merdeka Belajar Kampus Merdeka. UMM: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
https://fisip.umm.ac.id/id/pages/program-mbkm.html
[2] Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2020. Penyusunan Kurikulum OBE Berorientasi Pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Biaya Tenaga Kerja 5. Alat laboraturium 1. Alumni
2. Ikatan PT Muhammadiyah 3. Perusahaan
sekitar
4. PTN dan PTS sekitar
1. Pengajaran 2. Penelitian 3. Pengabdian 4. Alat dan tempat
laboraturium 5. Kerja Praktek
1. Tenaga pengajar 2. Kurikulum 3. Administrasi 4. Kelengkapan lab 5. Finansial
1. Ketersediaan lapangan kerja yang melimpah 2. Cocok untuk
pekerja yang ingin kuliah 3. Dapat
membangun intelektual dalam segi agama
4. Jaringan alumni yang luas
1. Memiliki tenaga pengajar yang profesional 2. Memiliki mitra
Dosen praktisi 3. Memiliki
jaringan alumni yang luas 4. Adanya mitra
baik industri maupun
pendidikan
1. Calon mahasiswa dalam kota 2. Pekerja yang
ingin berkuliah 3. Perusahaan yang
ingin memberikan beasiswa untuk pekerjanya
1. Biaya operasional 2. Biaya perjalanan
1. Hibah
2. Mahasiswa yang masuk 3. Badan Usaha Milik Kampus
[3] Baharuddin, Muhammad. “Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (Fokus: Model MBKM Program Studi),” J. Studi Guru dan Pembelajaran, Vol.4, No.1, 2021.
[4] Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2021. Kampus Merdeka. https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/web/about/latar-belakang.
[5] Hermawan, Dwi. 2022. Mahasiswa Ilmu Komputer UNNES Raih Juara 1 Kompetisi Periksa Fakta Sosial Media Tingkat Nasional. UNNES: Universitas Negeri Semarang.
https://unnes.ac.id/category/berita.
[6] Mubarok, Elda. 2022. Pro Kontra Magang Kampus Merdeka. Retorika.id. 7 Februari 2022.
https://www.retorika.id/mild-report_2022-02-07_pro-kontra-magang-kampus-merdeka-.html.
[7] Prabowo, Haris. 2020. Pro dan Kontra atas Kebijakan ‘Kampus Merdeka’ Nadiem. Tirto.id. 29 Januari 2020 08.00. https://tirto.id/pro-dan-kontra-atas-kebijakan-kampus-merdeka-nadiem-evs2.
[8] Humas Unwar. 2021. Peninjauan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Untuk Mendukung Prodi Menjadi Center of Excellent (CoE). Universitas Warmadewa: 25 Juni 2021.
https://www.warmadewa.ac.id/index.php/berita/detail/1526/Peninjauan-Kurikulum-Merdeka- Belajar-Kampus-Merdeka-MBKM-untuk-mendukung-Prodi-menjadi-Center-of-Excellent- CoE.html.
[9] Pearce II, J. A., & Robinson Jr, R. B. Manajemen Strategis-Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian (Edisi Sepuluh ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
[10] Global Leadership Center. 2021. Model Bisnis Canvas. Apa Itu? https://glcworld.co.id/penjelasan- business-model-canvas/.
[11] H. Setyorini, M. Effendi and I. Santoso, “Analisis Strategi Pemasaran Menggunakan Matriks SWOT dan QSPM (Studi Kasus: Restoran WS Soekarno Hatta Malang),” Industria : Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, vol. 5, no. 1, pp. 46-53, 2016.
[12] Rangkuti, Fredy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005.
[13] H. O. Zulkarnaen and Sutopo, “Analisis Strategi Pemasaran Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Makanan Ringan (Studi Penelitian UKM Snack Barokah di Solo),” Diponegoro Journal of Management, hal. 108-120, 2013.
[14] David, F. R. Manajemen strategi. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
[15] Mahdi dan Baga, “Business Model Canvas Perusahaan Pengolah Rumput Laut,” Forum Agribisnis, Vol.8, No.1, hal. 1-16, 2018.