• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Ilmu Politik

N/A
N/A
karina widya rahayu

Academic year: 2024

Membagikan "Pengenalan Ilmu Politik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1. PENGENALAN ILMU POLITIK

Perkembangan dan Definisi

Politik berasal dari bahasa Yunani polis (polity: Inggris) yang artinya negara-kota.

Dalam negara kota di zaman Yunani, orang saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai kesejahteraan hidupnya. Ketika manusia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika mereka berusaha meraih kesejahteraan pribadi melalui sumber daya yang ada, atau ketika mereka berupaya mempengaruhi orang lain agar menerima pandangannya, maka mereka sibuk dengan suatu kegiatan yang kita semua namai sebagai politik. Dengan demikian, kita dapat dikatakan tengah berpolitik ketika mempengaruhi suami atau istri di rumah, bersaing dengan tetangga sebelah rumah untuk jabatan sekretaris RT, atau berdebat dengan supir angkot bahwa ongkos yang ia terapkan terlampau mahal, dsb.

 Yunani kuno (pandangan normatif, abad ke 5 SM – ke 19 M): Politics dianggap (didefinisikan) sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity:Negara kota) yang terbaik. Di dalam polity semacam itu manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk mengembangkan bakat, bergaul dengan rasa kemasayarakatan yang akrab, dan hidup dalam suasana moralitas yang tinggi.

 Dewasa ini definisi normatif telah ditinggalkan, dan didesak oleh definisi yang lebih menekankan pada pencapaian tujuan (means) untuk mencapai masyarakat yang lebih baik melalui penggunaan kekuasaan, pembuatan keputusan, kebijakan, alokasi nilai, dan sebagainya. Di sini kemudian muncul persoalan mengenai persepsi baik dan buruk, adil dan tidak adil, dimana persepsi baik/buruk dan adil/tidak adil itu dipengaruhi oleh nilai-nilai serta ideologi yang dianut masyarakat.

Ensiklopedi Indonesia: politik, adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses politik, pressure groups, hubungan- hubungan internasional, dan tata pemerintahan. Semuanya ini merupakan kegiatan perseorangan maupun kelompok, yang menyangkut hubungan kemanusiaan secara mendasar.

Webster’s Dictionary: Politics as the art or science of government or the art or science concerned with guiding or influencing and holding control over a government.

"Politics is the process of who gets what, when, and how”. (Harold Lasswell)

 Maka muncul lah definisi umum: “politik (politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis”

Politik, adalah “the authoritative allocation of value” (David Easton)

 Untuk membuat dan melaksanan keputusan-keputusan/kebijakan-kebijakan umum (public policies) ini lah perlu dimilkiki kekuasaan (power), wewenang (authority).

Kekuasaan dan wewenang ini diperlukan untuk membinakerja sama dan untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Dan cara-cara yang digunakan dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu coercion (paksaan).

(2)

2 A New Handbook of Political Science menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan politik adalah the constrained use of social power (penggunaan kekuasaan sosial yang dipaksakan). Di sini disebutkan "kekuasaan" sosial bukan "kekuasaan pribadi." Dalam zaman kaisar-kaisar Romawi, raja-raja di pulau Jawa, seorang kaisar atau raja dapat saja menimpakan suatu hukuman mati pada seorang abdi atau rakyat lewat "kemauannya" sendiri. Rakyat luas tentu tidak sepakat dengan cara tersebut, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka menurut bukan karena setuju, tetapi karena takut. Kekuasaan raja atau kaisar tersebut bukan kekuasaan sosial, tetapi kekuasaan pribadi. Hanya satu orang yang menyepakati cara penghukuman, bukan seluruh orang menyepakatinya. Sebaliknya, politik adalah kekuasaan sosial dan sebagai kekuasaan sosial ia harus disepakati banyak orang sebelum suatu cara diterapkan. Politik menghendaki negosiasi, dari negosiasi baru dicapai kesepakatan. Dengan demikian, suatu kekuasaan politik adalah kekuasaan yang disepakati banyak orang, bukan hanya kemauan satu orang.

Rod Hague, et.al : “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya”.

Andrew Heywood: “Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama”.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep-konsep pokok dalam ilmu politik itu menyangkut:

1. Negara (State), 2. Kekuasaan (Power),

3. Pengambilan Keputusan (decision making), 4. Kebijakan (policy, beleid), dan

5. Pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).

(Miriam Budiardjo, 2008:17) Politik sebagai Ilmu

Dengan luasnya cakupan, dapatkah politik dikatakan sebagai suatu ilmu layaknya ilmu Biologi, Fisika, atau Ekonomi ? Jawabannya adalah bisa. Namun, sebelumnya kita harus ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ilmu.

Ilmu adalah "pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis, obyektif, dan umum." Metodis artinya menggunakan metode, cara, jalan yang lazim digunakan dalam disiplin ilmu yang dibicarakan. Sistematis artinya masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan, sehingga dapat tersusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Obyektif artinya kebenaran dari hasil pemikiran dari suatu bidang dapat memperoleh bobot obyektif (sesuai kenyataan), tidak lagi bersifat subyektif (menurut pemikiran sendiri). Dan akhirnya, umum, artinya tingkat kebenaran yang mempunyai bobot obyektif tersebut dapat berlaku umum, di mana saja dan kapan saja.

Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah "apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui ... tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaannya." Kita

(3)

3 tahu bahwa sepeda beroda dua, manusia hidup mengalir darah dalam tubuhnya, sinar matahari adalah panas, atau pemerintah menerapkan kebijakan wajib belajar. Namun, kita sekadar tahu tanpa mendalami apa itu, bagaimana darah mengalir, ke mana dan untuk apa ? Atau, bagaimana sepeda yang cuma beroda dua tersebut dapat dikayuh seseorang dengan seimbang? Atau, bagaimana proses terjadinya keputusan pemerintah untuk menyelenggarakan wajib belajar? Dengan kalimat lain, pengetahuan tidak berbicara mengenai aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis suatu obyek. Pengetahuan relatif tercerai-berai sementara ilmu relatif tersusun secara teratur. Ilmu dapat menambah pengetahuan, sementara pengetahuan disistematisasikan oleh ilmu.

Ontologi Ilmu Politik

Secara sederhana, ontologi berkaitan dengan hakikat sesuatu atau benda/hal/aspek apa yang dikaji. Epistemologi terkait dengan bagaimana "ontologi" itu dipelajari, dibangun. Aksiologi menyangkut untuk apa bangunan ilmu yang dibuat diperuntukkan (dimanfaatkan/digunakan). Ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan aspek-aspek khas ilmu, apapun bentuknya.

Aspek ontologi ilmu ekonomi misalnya adalah barang dan jasa. Aspek ontologi ilmu sosial (sosiologi) adalah kekerabatan antarmanusia, dan aspek ontologi ilmu fisika adalah materi serta gas. Ontologi berarti obyek-obyek yang dipelajari oleh suatu ilmu.

Lalu, bagaimana dengan ilmu politik sendiri ?

Secara ontologis, politik juga memiliki obyek-obyek kajian yang spesifik. Miriam Budiardjo menyebutkan sekurang-kurangnya ada 5 obyek ontologis ilmu politik, yaitu : 1. Negara (state)

organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

2. Kekuasaan (power)

kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.

3. Pengambilan keputusan (decision-making)

 keputusan (decision) adalah membuat pilihan di antara beberapa alternatif

 pengambilan keputusan (decision-making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu dicapai.

4. Kebijaksanaan umum (public policy, beleid)

kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan. Pihak yang membuat kebijakan memiliki kekuasaan untuk melaksanakannya.

5. Pembagian (distribution) dan alokasi (allocation)

 nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau benar, sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang berharga

 pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Pembagian ini sering tidak merata dan karena itu menyebabkan konflik.

(4)

4 Epistemologi Ilmu Politik

Secara sederhana, Epistemologi berarti bagaimana suatu ilmu dibangun. Dalam membangun suatu ilmu, seseorang ahli teori dibatasi oleh periode hidup serta hal-hal lain yang mempengaruhi pikirannya saat membangun suatu ilmu. Sebagai contoh, pada abad pertengahan, pelajaran mengenai tata surya dipengaruhi suatu kesimpulan umum bahwa matahari mengelilingi bumi. Artinya, pusat dari tata surya adalah bumi, bukan matahari.

Namun, pendapat ini berubah tatkala Nicolaus Copernicus melontarkan pendapat bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi melainkan sebaliknya. Dengan demikian, pelajaran mengenai sistem tata surya pun berubah.

Dalam ilmu politik, epistemologi ilmu ini diterjemahkan ke dalam konsep pendekatan (approach). Arti dari pendekatan (approach) adalah dari sudut mana serta bagaimana seseorang melihat suatu permasalahan. Dalam mendidik anak, orang tua biasanya mendekati lewat 3 pendekatan: Otoriter, Laissez Faire, dan Demokratis. Jika otoriter, orang tua hanya mau dituruti pendapatnya oleh si anak, jika Laissez Faire cenderung membebaskan/membiarkan, dan jika demokratis akan mengajak dialog dua arah.

Pendekatan dalam ilmu politik pun terbagi menjadi 3, yaitu : 1. Pendekatan tradisional

2. Pendekatan behavioral 3. Pendekatan post-behavioral

Klasifikasi perbedaan atas masing-masing pendekatan adalah sebagai berikut :

Tradisional Behavioral Postbehavioral

Mencampuradukkan fakta dengan

nilai; Spekulatif Memisahkan fakta dengan nilai Fakta dan nilai bergantung pada tindakan serta relevansi antar keduanya

Preskriptif dan normatif Nonpreskriptif, obyektif, dan empiris

Bersifat kemanusiaan serta berorietasi masalah; Normatif

Kualitatif Kuantitatif Kualitatif dan kuantitatif

Memperhatikan keteraturan atau ketidakteraturan

Memperhatikan keseragaman dan keteraturan

Memperhatikan keteraturan atau ketidakteraturan

Etnosentris; Fokus utamanya pada negara demokrasi Barat (AS dan Eropa)

Etnosentris; Fokus utama pada model Anglo Amerika

Fokus pada Dunia Ketiga

Deskriptif, parokial, dan negara

sentris Abstrak, konservatif secara

ideologis, dan negara-sentris Teoretis, radikal, dan berorientasi perubahan

Fokus utama pada struktur politik yang formal (konstitusi dan pemerintah)

Fokus utama pada struktur serta fungsi kelompok-kelompok formal dan informal

Fokus pada kelompok kelas dan konflik antarkelompok

Historis atau ahistoris Ahistoris Holistik

Ketiga pendekatan dalam ilmu politik memang dikategorisasi berdasarkan periode.

Pendekatan tradisional muncul terlebih dahulu (sejak zaman Yunani Kuno) untuk kemudian secara berturut-turut, disusul dua pendekatan setelahnya. Para pemikir politik seperti Plato atau para ahli politik seperti Montesquieu, Jean Jacques Rousseau atau John Stuart Mill mendekati permasalah politik dengan pendekatan tradisional. Pasca Perang Dunia Kedua, muncul pendekatan Behavioral yang coba memisahkan fakta dengan nilai dalam menganalisis permasalahan politik. Para teoretisi seperti David Easton, David E. Apter atau Gabriel A. Almond adalah contohnya.

(5)

5 Saat pendekatan Behavioral dinilai tidak lagi "sensitif" di dalam menganalisa gejala politik, pada tahun 1960-an muncul pendekatan Postbehavioral. Teoretisi seperti Andre Gunder Frank, Cardoso, atau di Indonesia Arief Budiman (?) mencoba menganalisis gejala politik secara lebih komprehensif dengan memperhatikan karakteristik wilayah serta kepentingan apa yang sesungguhnya melandasi sebuah tindakan politik. Ketiga pendekatan ilmu politik ini tidak terpisah (terkotakkan) secara

"zakelijk" (tepat/pasti) melainkan kadang tercampur satu sama lain.

Aksiologi Ilmu Politik

Ilmu kedokteran berorientasi pada peningkatan standar kesehatan masyarakat.

Ilmu ekonomi pada bagaimana seseorang dapat makmur secara material atau ilmu militer pada penciptaan prajurit-prajurit yang dapat menjamin keamanan negara. Ketiganya adalah aksiologi. Aksiologi adalah guna dari suatu ilmu atau, untuk apa ilmu tersebut diperuntukkan nantinya.

Aksiologi ilmu politik adalah untuk memberi "jalan atau cara" yang lebih baik dalam hal negosiasi kepentingan antar kelompok dalam masyarakat. Ilmu politik (menurut Aristoteles) bertujuan untuk "membahagiakan hidup manusia" yang tinggal dalam suatu wilayah yang sama. Secara khusus, bagi seorang mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, ilmu politik diharapkan akan memberi wawasan baru bahwa dalam kerja keseharian, sebagai administratur negara ia berada dalam suatu kawasan yang bernama negara. Ia terikat oleh aturan-aturan (legislasi) yang dibuat pemerintah (DPR dan Eksekutif). Bagi seorang mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga, belajar politik diharapkan akan memberi wawasan bahwa kelompok-kelompok ekonomi amat terpengaruh oleh sebuah keputusan politik, dan sebaliknya, suatu kondisi ekonomi akan memberi pengaruh-pengaruh tertentu atas kehidupan politik.

Sub-sub Disiplin Ilmu Politik

Ilmu politik merupakan suatu bidang keilmuan yang cukup luas. Oleh karena itu para pakar yang tergabung ke dalam International Political Science Association merasa perlu untuk membagi disiplin ilmu politik ke dalam sub-sub disiplin yang lebih rinci. Ada 9 subdisiplin yang berada dalam naungan ilmu politik, yaitu :

(6)

6 1. Ilmu Politik (Political Science)

2. Lembaga-lembaga Politik 3. Tingkah Laku Politik 4. Politik Perbandingan 5. Hubungan Internasional 6. Teori Politik

7. Administrasi dan Kebijakan Publik 8. Ekonomi Politik

9. Metodologi Politik

Sedangkan dalam Contemporary Political Sience, terbitan UNESCO 1950, Ilmu Politik memiliki bidang dan sub-bidang sebagai berikut :

I. Teori Politik :

1. Teori Politik

2. Sejarah Perkembangan Ide-ide Politik.

II. Lembaga-lembaga Politik :

1. Undang-undang Dasar 2. Pemerintah Nasional

3. Pemerintah Daerah dan Lokal

4. Fungsi Ekonomi dan Sosial dari Pemerintah 5. Perbandingan Lembaga-lembaga Politik

III. Partai-partai, golongan-golongan (groups), dan pendapat umum : 1. Partai Politik

2. Golongan-golongan dan Asosiasi-asosiasi

3. Partisipasi Warga Negara dalam Pemerintahan dan Administrasi 4. Pendapat Umum

IV. Hubungan Internasional : 1. Politik Internasional

2. Organisasi-organisasi dan Administrasi Internasional 3. Hukum Internasional

W. Phillips Shively, 1991, Power and Choice An Introduction to Political Science, New York, McGraw-Hill, Inc, hal. 15:

1. American political behavior 2. American political institutions 3. American public law

4. American public policy

5. American states and local politics 6. Comparative politics

7. International politics 8. Political theory.

Referensi

Dokumen terkait

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN/ATAU MENERAPKAN PENDEKATAN, OBJEK KAJIAN, PERKEMBANGAN DAN KONSEP-KONSEP. DASAR

Mata kuliah ekonomi politik membahas persoalan-persoalan berkenaan dengan munculnya istilah studi ekonomi politik, sejarah pemikiran dan perkembangan studi ekonomi

Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.. Sejarah universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan

Mukti Sitompul, dkk, Sejarah Perkembangan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan : 2003, hal.3. Setahun kemudian Jurusan Pengetahuan Masyarakat

Seluruh staff pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terkhusus Departemen Ilmu Politik yang telah memberikan dukungan moril

Tidak seperti ilmu politik kontemporer, ilmu politik klasik memandang fakta dan nilai sebagai entitas yang berkaitaan erat.. Keduanya tidak dipisahkan secara

Aksiologi [email protected] 081376883177/274FF248BB 15 Defenisi Ilmu Politik  Miriam Budiardjo, Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau kepolitikan 

Dokumen ini membahas masalah yang dihadapi pelaku usaha dalam pemenuhan perizinan BPOM dan bagaimana ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah