• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN KONSEP SISTEM INOVASI

N/A
N/A
Dudi Damhudi

Academic year: 2024

Membagikan "PENGENALAN KONSEP SISTEM INOVASI "

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN KONSEP SISTEM PENGENALAN KONSEP SISTEM INOVASI

INOVASI

Tatang A. Taufik

Workshop Nasional Workshop Nasional

“ “ Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai Langkah Awal Keberpihakan

sebagai Langkah Awal Keberpihakan Pemerintah Daerah terhadap Rakyat Pemerintah Daerah terhadap Rakyat Miskin,”

Miskin,”

Yogyakarta, 11 Mei 2007

Yogyakarta, 11 Mei 2007

(2)

WHY CHANGE?

WHY CHANGE?

• Insanity is doing the same thing over and Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different . . .

over again and expecting different . . .

• ‘ ‘ If you do, what you always did, you will If you do, what you always did, you will get what you always got’

get what you always got’

• We cannot solve problems using the same kind of thinking we used when we created them . . . .

Albert Einstein Albert Einstein

Peter Drucker

“Father of Modern Management”

1909 - 2005

One cannot manage change. One can only be ahead of it.

Business has only two functions – marketing

and innovation.

(3)

OUTLINE OUTLINE

DISKUSI

CATATAN PENUTUP

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA PARADIGMA SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN : INOVASI

(4)

OUTLINE OUTLINE

DISKUSI

CATATAN PENUTUP

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA PARADIGMA SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN : INOVASI

(5)

A. BEBERAPA DEFINISI INOVASI A. BEBERAPA DEFINISI INOVASI

Inovasi adalah aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau proses yang baru (lihat misalnya Clark dan Guy, 2001);

Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan kelembagaan pasar dan non-pasar (OECD, 1999);

Innovation is a locally driven process, succeeding where organizational conditions foster the transformation of knowledge into products, processes, systems, and services. (Malecki, 1997; Dikutip dari Jelinek dan Hurt, 2001).

Inovasi adalah transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru; tindakan menggunakan sesuatu yang baru (Rosenfeld, 2002);

Inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru (the successful exploitation of a new idea; (Mitra, 2001 dan the British Council, 2000), atau dengan kata lain

Inovasi merupakan (“proses atau hasil”) mobilisasi pengetahuan,

keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru;

Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau

perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk

menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam

produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002).

(6)

INNOVATION : INNOVATION :

The successful exploitation of a new idea

Markets Markets

Technology Technology

Opportunity Opportunity

Creativity Creativity

Sumber: Mitra (2001).

INOVASI : INOVASI :

Eksploitasi (= pendayagunaan) yang berhasil dari suatu

gagasan baru

(7)

B. ESENSI PENGERTIAN B. ESENSI PENGERTIAN

“proses’ (dan/atau “hasil”) pengembangan dan/atau

pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan

produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru.

proses di mana gagasan, temuan tentang produk atau proses

diciptakan, dikembangkan dan berhasil disampaikan kepada pasar

~ pengertian “teknokratik”.

Kreativitas tentang perubahan (pembaruan, perbaikan)

(Potensi) nilai komersial (nilai kegunaan/kemanfaatan).

Inovasi:

Inovasi:

Inovasi produktif

Inovasi produktif (productive innovation). (productive innovation).

Kata Kunci:

Kata Kunci:

(8)

C. INOVASI C. INOVASI

Inovasi Inovasi

Teknologis

Jasa

(Services) Organisasional Barang

(Goods)

Proses

Proses Produk Produk Sistem Sistem

Pengertian “Teknokratik”

(9)

Invensi vs. Inovasi Invensi vs. Inovasi

Invensi

 Menciptakan teknologi,

kemampuan, proses, bahan baru atau

lainnya

Inovasi

 Mencarai aplikasi

bernilai komersial

(atau bermanfaat

sosial ekonomi) dari

invensi

(10)

Inovasi Bertahap (Inkremental) – Pena Inovasi Bertahap (Inkremental) – Pena

“membangun di atas dan memperkuat potensi penerapan dari pengetahuan yang ada/dimiliki”

“memperbaiki dan mendayagunakan lintasan teknologi yang ada”

Teknologi pena

modern

(11)

Inovasi Radikal Inovasi Radikal

“mengubah/mengganti nilai dari basis pengetahuan yang ada”

“mengubah lintasan teknologi yang ada”

(12)

Inovasi Radikal Inovasi Radikal

“mengubah/mengganti nilai dari basis pengetahuan yang ada”

“mengubah lintasan teknologi yang ada”

(13)

Gelombang “Radikal dan Inkremental”

Gelombang “Radikal dan Inkremental”

Waktu

In o va si & M an fa at

Leifer, R. et al. (2000). Radical Innovation: How mature companies can outsmart upstarts. Harvard Business School Press.

Radikal

Inkremental

(14)

D. PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TENTANG INOVASI D. PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TENTANG INOVASI

Technology Push:

Technology Push:

Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan

1960an – 1970an

Technology Push:

Technology Push:

Rangkaian “Sekuensial Linier” Dorongan Kemampuan

1960an – 1970an

Riset Riset Dasar

Dasar TerapanTerapanRiset Riset

Litbang Litbang

Manufaktur/Manufaktur/

Produksi Produksi

Penjualan/

Penjualan/

Distribusi Distribusi

Demand Pull:

Demand Pull:

Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan

1970an – 1980an

Demand Pull:

Demand Pull:

Rangkaian “Sekuensial Linier” Tarikan Kebutuhan

1970an – 1980an

“Permintaan”Permintaan”

Riset Riset Terapan Terapan Riset Riset Dasar Dasar

Market Driven:

Market Driven:

Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran 1980an – . . . .

Market Driven:

Market Driven:

Rangkaian Proses “Interaktif dan Iteratif” dan sebagai Proses Pembelajaran 1980an – . . . .

Manufaktur/

Manufaktur/

Produksi Produksi

Litbang

Litbang

Penjualan/Penjualan/DistribusiDistribusi
(15)

E. MODEL INOVASI

E. MODEL INOVASI CHAIN-LINK CHAIN-LINK

Riset – Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation)

Kebutuhan Pasar

Analisis Persaingan

Invent

Pembuktian Konsep

Prototyping

Desain detail Uji produk

Redesain Produksi

Pasar Distribusi Dukungan klien

Siklus Pengembangan Produk

Proses Transfer (Beragam)

Sumber : Diadopsi dari Kline dan Rosenberg (1986).

(16)

MODEL INOVASI MODEL INOVASI

Sains Dasar Pengembangan

Teknologi Manufaktur Pemasaran Penjualan

Technology Push

Demand Pull

Kebutuhan

Konsumen Pengembangan Manufaktur Penjualan

MODEL LINIER

Gagasan Baru

Pengembangan

Gagasan Pengembangan

Teknologi Baru

Pembuatan

Prototipe Manufaktur Pemasaran &

Penjualan

Pasar (Market Place) Kebutuhan Masyarakat dan Pasar

Kemajuan Teknologi dan Produksi MODEL INTERAKTIF

Sumber : Diadopsi dari Dodgson dan Bessant (1996).

F. ILUSTRASI PERKEMBANGAN PERSPEKTIF: MODEL F. ILUSTRASI PERKEMBANGAN PERSPEKTIF: MODEL INTERAKTIF

INTERAKTIF

(17)

G. BEBERAPA FENOMENA PENTING G. BEBERAPA FENOMENA PENTING

Inovasi seringkali bukan technology push (driven) atau demand pull (driven) secara “hitam – putih” yang tegas, namun lebih merupakan proses di antaranya dan

kombinasi keduanya.

Walaupun inovasi muncul sebagai kejadian (event) yang mengubah sesuatu secara signifikan, inovasi bukan

merupakan kejadian sesaat dan/atau tidak terjadi/muncul dengan sendirinya. Inovasi merupakan suatu proses.

Inovasi lebih merupakan proses kompleks dan dinamis (dan adakalanya terkesan sporadis) yang sering

menunjukkan paradoks. Walaupun inovasi didorong oleh kompetisi (persaingan), inovasi tidak berkembang tanpa kerjasama (co-operation), adakalanya bahkan antara

perusahaan yang saling bersaing. Inovasi tak lagi semata hanya bergantung pada bagaimana perusahaan,

perguruan tinggi dan para pembuat kebijakan bekerja,

namun pada bagaimana mereka bekerjasama.

(18)

G. BEBERAPA FENOMENA PENTING G. BEBERAPA FENOMENA PENTING

Inovasi merupakan proses pembelajaran sosial (social learning). Para inovator dan adopters (pengguna) sama- sama perlu melalui proses belajar, baik menyangkut isu teknis maupun kemanfaatan dan hal penting lain, serta membutuhkan “interaksi” yang efektif bagi keberhasilan inovasi.

Iklim persaingan yang sehat memberikan tekanan persaingan yang efektif dalam mendorong kebutuhan akan inovasi dan keberhasilannya akan semakin

bergantung pada bagaimana berbagai elemen penting, baik pelaku usaha, lembaga litbang, perguruan tinggi dan pembuat kebijakan berkolaborasi. Di sisi lain, sifat inovasi (iptek atau litbang) yang mengandung “barang

publik/public goods” (setidaknya “sebagian”) berpotensi membawa kepada “kegagalan pasar” (market failures).

Karenanya, intervensi tertentu seringkali dipandang

perlu untuk mendorongnya.

(19)

H. BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999) H. BEBERAPA FENOMENA PENTING (OECD, 1999)

Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan non-pasar.

Inovasi bergantung pada kemajuan saintifik.

Inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbang. SDM

merupakan faktor yang sangat kunci. Produksi barang dan jasa semakin knowledge-intensive, tetapi tak selalu berarti lebih R&D intensive.

Perusahaan merupakan aktor utama, tetapi tidak bertindak sendiri.

Semakin penting untuk dipahami:

Inovasi pada dasarnya merupakan hasil dari KEWIRAUSAHAAN, KREATIVITAS INTELEKTUAL,

DAN UPAYA KOLEKTIF.

(20)

I. FAKTOR PENDORONG PENTING I. FAKTOR PENDORONG PENTING

Perkembangan/kemajuan teknologi (technical novelty).

Perubahan kebutuhan/keinginan atau “selera”

konsumen.

Perubahan dalam segmen pasar atau kemunculan segmen pasar yang baru.

Tekanan persaingan yang semakin ketat.

Perubahan atas faktor produksi (kelangkaan relatif) dan faktor ekonomi tertentu (misalnya nilai tukar mata uang).

Peraturan/kebijakan pemerintah.

(21)

OUTLINE OUTLINE

DISKUSI

CATATAN PENUTUP

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA PARADIGMA SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN : INOVASI

(22)

INOVASI TEKNOLOGI :

INOVASI TEKNOLOGI : SUPPLY, DEMAND & LINKAGES SUPPLY, DEMAND & LINKAGES Contoh Tingkat Adopsi di AS

100 100 90

90 80

80 70

70 60

60 50

50 40

40 30

30 20

20 10

10 1

1 110110

Listrik Listrik (1873)

(1873) TeleponTelepon (1876) (1876) Mobil Mobil (1886) (1886) Televisi

Televisi (1926)

(1926) RadioRadio

(1905) (1905) VCRVCR

(1952) (1952) Microwave Microwave

(1953) (1953)

Cell Phone Cell Phone

(1983) (1983)

PCPC (1975) (1975)

Source: Rich Kaplan, Microsoft

Internet Internet (1975) (1975)

9090 8080 7070 60 60 5050 4040 3030 20 20 1010 00 100100

PersentaseKepemilikanPersentaseKepemilikan(Ownership)(Ownership)

Lama (dalam Tahun) sejak Invensi Lama (dalam Tahun) sejak Invensi

(23)

SALAH SATU VERSI TENTANG PERGESERAN SALAH SATU VERSI TENTANG PERGESERAN PANDANGAN TENTANG SISTEM INOVASI PANDANGAN TENTANG SISTEM INOVASI

4th Generation Theories of Innovation 5th Generation Theories of Innovation

Main characteristic:

Systems integration and networking theory (SIN)

Parallel processes, collaborating companies, collaborative innovation networks

Main characteristic:

Integrated theory of innovation

Parallel development with integrated development teams

3rd Generation Theories of Innovation Main characteristic:

Sequential Interactive Process

1st Generation Theories of Innovation

2nd Generation Theories of Innovation Main characteristic:

Demand-pull (linear) Main characteristic:

Technology-push (linear) Sumber : HUT Dipoli – Roadmap, Tapio Koskinen, Markku Markkula – 2005

(Bahan Presentasi - www.dipoli.tkk.fi)

(24)

REVIEW : PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN REVIEW : PENGERTIAN SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN INOVASI

INOVASI

Sistem Inovasi : suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.

Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan :

Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap

“simpul” (fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi;

Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem);

dan

Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi,

litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan

fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.

(25)

Sistem Pendidikan dan Litbang Pendidikan dan Pelatihan Profesi Pendidikan Tinggi

dan Litbang Litbang Pemerintah

Sistem Industri Perusahaan

Besar UKM “Matang/

Mapan”

PPBT Intermediaries

Lembaga Riset Brokers

Konsumen (permintaan akhir) Produsen (permintaan antara)

Permintaan (Demand)

Framework Conditions

Kondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Perbankan Modal Ventura

Supra- dan Infrastruktur Khusus

HKI dan Informasi Dukungan Inovasi dan

Bisnis Standar dan

Norma

Catatan : RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development) PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.

Alamiah

SDA (Natural Endowment)

Budaya

• Sikap dan nilai

• Keterbukaan terhadap pembelajaran dan perubahan

• Kecenderungan terhadap Inovasi dan kewirausahaan

• Mobilitas Kebijakan Ekonomi

• Kebijakan ekonomi makro

• Kebijakan moneter

• Kebijakan fiskal

• Kebijakan pajak

• Kebijakan perdagangan

• Kebijakan persaingan

Kebijakan Industri/

Sektoral Kebijakan Keuangan

Sistem Politik

Pemerintah Penadbiran (Governance) Kebijakan RPT

Kebijakan Promosi &

Investasi Infrastruktur Umum/

Dasar

SISTEM INOVASI: BERBAGAI ELEMEN PENTING

SISTEM INOVASI: BERBAGAI ELEMEN PENTING

(26)

Pemerintah Bisnis Litbang & PT

Sistem Inovasi

Pengetahuan

Inovasidan Interaksi

Pembelajaran Keterkaitan Jaringandan Daerah

Sistem Sistem Inovasi Inovasi Daerah Daerah

(SID) (SID)

SISTEM INOVASI: DINAMIKA INTERAKSI

SISTEM INOVASI: DINAMIKA INTERAKSI

(27)

Klaster Industri 1-A Klaster Industri 2-C

Klaster Industri 3-B Klaster Industri 1-Z

Klaster Industri:

Klaster Industri 3

Klaster Industri 1

Sektor I

Sektor II

Sektor III

Daerah C Daerah

A

SID SID

Sistem Inovasi Nasional

SID : Sistem Inovasi Daerah.

SISTEM INOVASI: SUBSISTEM DAN KETERKAITAN SISTEM INOVASI: SUBSISTEM DAN KETERKAITAN MULTIDIMENSI

MULTIDIMENSI

(28)

Inovasi Iptek

PERGESERAN ~ Istilah Kebijakan PERGESERAN ~ Istilah Kebijakan

Teknologi

Sistem Sektor

Bidang / Kasus Spesifik

Kebijakan Paradigma

Dalam perspektif/paradigma “sistem inovasi”, kebijakan teknologi

merupakan bagian integral dari kebijakan inovasi.

(29)

J. PERGESERAN PANDANGAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN J. PERGESERAN PANDANGAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Cara Pandang Era Implikasi Kebijakan

Sebagai residual (faktor

”marjinal”) pertumbuhan/

kemajuan (model-model pertumbuhan neo-klasik dan sebelumnya).

Era di mana inovasi belum memperoleh perhatian khusus (terutama masa sebelum 1960an).

Tidak/belum ada upaya khusus intervensi.

Inovasi sebagai proses sekuensial linier (pineline linear model).

Era Technology push (tahun 1960an – tahun 1970an).

Tekanan kebijakan pada sisi penawaran sangat dominan (supply driven).

Kebijakan sains/riset sangat dominan.

Kebijakan teknologi/iptek mulai berkembang.

Era Demand pull (1970an – 1980an).

Tekanan kebijakan pada sisi permintaan sangat dominan (demand driven).

Kebijakan teknologi dan/atau kebijakan iptek berkembang, namun yang bersifat satu arah/sisi (one-side policy) masih dominan.

Inovasi dalam kerangka pendekatan sistem proses interaktif-rekursif (feedback loop/chain link model) dari kompleksitas dan dinamika pengembangan (discovery, invensi, litbang maupun non litbang), pemanfaatan, dan difusi serta pembelajaran secara holistik.

Era Sistem Inovasi (1980an – sekarang).

Kebijakan inovasi, dengan kerangka pendekatan sistem.

Kebijakan inovasi merupakan proses pembelajaran yang perlu diarahkan pada pengembangan sistem inovasi yang semakin mampu beradaptasi.

Kebijakan inovasi tak lagi hanya menjadi ranah monopoli Pemerintah ”Pusat,” tetapi juga

Pemerintah ”Daerah.”

(30)

Kerangka Kebijakan Inovasi Kerangka Kebijakan Inovasi

Kebijakan Pendidikan

Pengetahuan dan Keterampilan

Kreativitas

Profesionalisme

Kewirausahaan

Kebijakan Ekonomi Makro

Moneter

Fiskal

Perdagangan

Kebijakan Industri

Investasi

Perpajakan - Subsidi

Insentif

Regulasi - Deregulasi

Kebijakan Litbang Kebijakan Daerah

Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif, Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif,

Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan

Kebijakan Inovasi

Perbaikan Bisnis yang Ada

Perkembangan Investasi

Perkembangan Bisnis Pemula

yang Inovatif

Kebijakan Sains Kebijakan Teknologi

(31)

TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS PENGETAHUAN

PENGETAHUAN

Sistem Inovasi

Daya Saing dan Kohesi Sosial Daya Saing dan Kohesi Sosial

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Peradaban Bangsa Peradaban Bangsa

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Peradaban Bangsa Peradaban Bangsa

Kemajuan Iptek, Inovasi Kemajuan Iptek,

Inovasi Ekonomi

Pengetahuan Ekonomi

Pengetahuan Ekonomi Jaringan Ekonomi Jaringan Globalisasi

Globalisasi Faktor-faktor

Lokalitas Faktor-faktor

Lokalitas

Isu-isu Kontekstual Isu-isu Kontekstual Isu-isu Kontekstual Isu-isu Kontekstual

Kecenderungan dan Tantangan Universal

Kecenderungan dan Tantangan Universal 1. SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil

2. Infrastruktur komunikasi yang dinamis 3. Sistem inovasi yang efektif

4. Pemerintahan, insentif ekonomi dan rejim kelembagaan yang mendukung

Knowledge Economy Knowledge Economy

Klaster Industri

Knowledge Society Knowledge Society

1. Sistem informasi dan komunikasi

2. Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi 3. Sistem inovasi yang efektif

4. Kohesi sosial

5. Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan sosial budaya masyarakat

6. Rejim kebijakan yang kondusif

UU No. 18/2002 :

• Memperkuat daya dukung iptek untuk mempercepat pencapaian tujuan negara

• Meningkatkan daya saing

• Meningkatkan kemandirian Penjelasan :

• Peningkatan pencerdasan bangsa dan kehidupan masyarakat

• Mengembangkan perekonomian negara

• Meningkatkan dan

menyerasikan sosial budaya bangsa

• Memperkuat pertahanan negara

(32)

TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS PENGETAHUAN

PENGETAHUAN

Sistem Inovasi

Daya Saing dan Kohesi Sosial Daya Saing dan Kohesi Sosial

Kemajuan Iptek, Inovasi Kemajuan Iptek,

Inovasi Ekonomi

Pengetahuan Ekonomi

Pengetahuan Ekonomi Jaringan Ekonomi Jaringan Globalisasi

Globalisasi Faktor-faktor

Lokalitas Faktor-faktor

Lokalitas

Isu-isu Kontekstual Isu-isu Kontekstual Isu-isu Kontekstual Isu-isu Kontekstual

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Peradaban Bangsa Peradaban Bangsa

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Kesejahteraan/Kemakmuran &

Peradaban Bangsa Peradaban Bangsa

Kecenderungan dan Tantangan Universal Kecenderungan dan Tantangan Universal 1. SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil

2. Infrastruktur komunikasi yang dinamis 3. Sistem inovasi yang efektif

4. Pemerintahan, insentif ekonomi dan rejim kelembagaan yang mendukung

Knowledge Economy

Knowledge Economy Knowledge SocietyKnowledge Society

Klaster Industri 1. Sistem informasi dan komunikasi

2. Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi 3. Sistem inovasi yang efektif

4. Modal sosial

5. Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan sosial budaya masyarakat

6. Rejim kebijakan yang kondusif

(33)

CATATAN TERMINOLOGI : CATATAN TERMINOLOGI :

PENGERTIAN TENTANG DAYA SAING PENGERTIAN TENTANG DAYA SAING

Beragam definisi ~ perbedaan keberterimaan (acceptability) oleh berbagai kalangan (misalnya akademisi, praktisi, pembuat kebijakan).

PORTER (1990): “There is NO ACCEPTED DEFINITION OF COMPETITIVENESS. Whichever definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no generally accepted theory to explain it”.

“Pembedaan” pada beragam tingkatan:

Perusahaan (mikro) : definisi yang paling “jelas.”

Industri (meso) : walaupun beragam, umumnya dapat dipahami: pergeseran perspektif pendekatan “sektoral”  pendekatan “klaster industri.”

Ekonomi (makro) : dipandang sangat penting, walaupun masih sarat perdebatan dan kritik (latar belakang teori).

Kemampuan/daya tarik (attractiveness);

kemampuan membentuk/menawarkan lingkungan paling produktif bagi bisnis, menarik talented people, investasi, dan mobile factors lain, dsb.; dan Kinerja berkelanjutan.

Mikro ~ Perusahaan

Meso ~ Industri

“Makro” ~ Ekonomi Memiliki

pengertian yang berbeda, tetapi saling berkaitan

Kemampuan suatu industri (agregasi perusahaan ~ “sektoral” “klaster

industri”) menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari industri pesaing asingnya Kemampuan suatu perusahaan mengatasi perubahan dan persaingan pasar dalam memperbesar dan mempertahankan

keuntungannya (profitabilitas), pangsa pasar, dan/atau ukuran bisnisnya (skala usahanya)

“Tingkatan Analisis” / Dimensi “Sektoral”

“Konteks Telaahan”

(Perbandingan) / Dimensi Teritorial /

Spasial

Negara / Daerah

Rujukan : a.l. Porter & McFetridge (1995)

(34)

DAYA SAING (KEUNGGULAN) DAERAH DAYA SAING (KEUNGGULAN) DAERAH

Kemampuan daerah menciptakan/

mengembangkan dan menawarkan :

 iklim/lingkungan yang paling

produktif bagi bisnis dan inovasi,

 daya tarik atau menarik “investasi,”

talenta (talented people), dan faktor- faktor mudah bergerak (mobile

factors) lainnya, serta

 potensi berkinerja unggul yang

berkelanjutan.

(35)

Faktor Lokalitas & Konteks Global Faktor Lokalitas & Konteks Global

DAERAH

DAERAH ~ Makro ~ Makro

Himpunan SDM & Entitas Organisasi

Hubungan - Jaringan - Interaksi

Kolaborasi - Sinergi

SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI

SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI ~ Meso~ Meso

SDM

Kompetensi

Spesialisasi Organisasi/Perus.

Organisasi/Perus. ~ Mikro ~ Mikro

CONTOH : MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA SAING DAERAH CONTOH : MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA SAING DAERAH

Produk

Produk

(36)

Prakarsa Tematik dan/atau Spesifik

Kondisi Umum (Framework Conditions)

Dimensi Daerah Dimensi Nasional

N A S I O N A L

D A E R A H

KERANGKA UMUM POLA KOORDINASI KERANGKA UMUM POLA KOORDINASI

Kerangka Kebijakan Inovasi

(37)

TANTANGAN KEBIJAKAN INOVASI TANTANGAN KEBIJAKAN INOVASI

Merumuskan konsep KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI (INNOVATION POLICY FRAMEWORK)

 yang menjadi acuan bersama,

 diterjemahkan ke dalam tindakan dengan sasaran yang jelas dan terukur,

 secara konsisten diimplementasikan,

 dipantau dan dievaluasi, serta

 diperbaiki secara terus-menerus.

Proses dan produk kebijakan inovasi yang baik pada dasarnya merupakan proses dan produk

pembelajaran

(38)

KRITERIA KEBIJAKAN KRITERIA KEBIJAKAN

1.

Efektivitas.

2.

Efisiensi.

3.

Memiliki daya bangkitan yang signifikan (significant leveraging effects).

4.

Kelayakan cakupan (adequacy of scope).

5.

Memenuhi kaidah pasar (conforming to the market mechanisms).

6.

Konsistensi.

7.

Koherensi.

8.

Keterbukaan dan akuntabilitas.

9.

Komitmen kebijakan.

(39)

TIGA DIMENSI PENTING KEBIJAKAN INOVASI TIGA DIMENSI PENTING KEBIJAKAN INOVASI

Dimensi ”penadbiran kebijakan” (policy governance), bahwa

kebijakan inovasi dapat ditentukan pada beragam tataran (lokal, daerah, nasional dan internasional), di mana koherensi dan

komplementasi satu dengan lainnya sangatlah penting.

Dimensi sektoral di mana terdapat beragam faktor yang akan memberikan pengaruh umum serupa walaupun dengan tingkat yang berbeda dan pengaruh yang mungkin bersifat spesifik sektor. Karenanya, respons kebijakan yang dikembangkan perlu mempertimbangkan hal ini.

Interaksi dengan bidang kebijakan lainnya, di mana kebijakan inovasi seringkali perlu diimplementasikan melalui kebijakan lainnya (mis.: selain kebijakan litbang/kebijakan teknologi).

Karenanya, konsepsi inovasi dan sistem inovasi perlu semakin

”lekat/terpadu” dalam beragam kebijakan terkait lainnya.

(40)

ISU KOORDINASI - KOHERENSI KEBIJAKAN INOVASI ISU KOORDINASI - KOHERENSI KEBIJAKAN INOVASI

 Fragmentasi “sektoral”;

 Dikotomi “Pusat/Nasional” – “Daerah”;

 Tumpang-tindih dan inkonsistensi antar

“bidang/ aspek”;

 Perkembangan sistem pemerintahan;

 Kebutuhan proses pembelajaran kebijakan yang lebih baik;

 Kebutuhan respons kebijakan yang cepat, tepat, dan terkoordinasi atas dinamika

perubahan dan tantangan.

(41)

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI :

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI : THE MISSING LINKSTHE MISSING LINKS

Bab Lain Bab Lain

The “Missing Links” :

Dimensi yang lebih tegas dan koheren menyangkut pengembangan sistem inovasi

Kerangka Kebijakan Inovasi

Bab 22 dalam RPJMN 2004-2009

Program Litbang Iptek

Program Difusi Pemanfaatan dan

Iptek Program

Penguatan Kelembagaan

Iptek

Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi

RPJMN 2004-2009

(42)

ISU KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI ISU KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DI INDONESIA

DI INDONESIA

1.

Kelemahan kerangka umum.

2.

Kelemahan kelembagaan dan daya dukung

iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi UKM.

3.

Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama

difusi inovasi (termasuk praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang).

4.

Persoalan budaya inovasi.

5.

Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi dan sosial.

6.

Tantangan global.

(43)

HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASI HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASI

1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.

2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.

3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan

meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang.

4. Mendorong budaya inovasi.

5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan

pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.

6. Penyelarasan dengan perkembangan global.

4

5

1

6 2

3

(44)

ILUSTRASI SKEMA STRUKTUR MODEL INSTRUMEN KEBIJAKAN ILUSTRASI SKEMA STRUKTUR MODEL INSTRUMEN KEBIJAKAN (PROGRAM)

(PROGRAM)

Pengelolaan Nasional

Program Payung Program Payung

Kementerian/

Departemen/Badan + DRN

& Para Pemangku Kepentingan

Pelaku Riset, Inovasi/Bisnis & Pendukung Pelaku Riset, Inovasi/Bisnis & Pendukung

Pemerintahan Daerah + DPDS, DRD & Pemangku

Kepentingan

Pola Koordinasi

Terbuka

Pemangku Kepentingan Lain

Pengelolaan

Daerah

(45)

Pengetahuan “Lokal”

Embodied

Disembodied (tacit dan yang terkodifikasi)

Pengetahuan “Global”

(Nasional & Internasional)

Embodied

Disembodied (tacit dan yang terkodifikasi)

Kebutuhan “Pasar”

Lokal

Global (antardaerah, nasional, internasional)

Lembaga/Organisasi lain yang Terkait dengan Daerah

(pemerintah, swasta, dan non-pemerintah, termasuk lembaga internasional) Sistem Pembiayaan

bagi Aktivitas Inovasi

Pendanaan litbang

Modal berisiko

Perbankan

Jasa keuangan lain

Pasar modal

Infrastruktur dan Dukungan Khusus

dan/atau Terspesialisasi

Litbang (& rekayasa)

Lab. Khusus (& Taman Iptek)

Inkubator & PJPB/BDSP

Jasa legal, bisnis/

manajemen, kewirausahaan

SDM

Organisasi profesi &

bisnis

Jaringan khusus

Bisnis

Yang telah ada

Baru dan/atau pemula

Investasi

Ke daerah

Ke luar daerah

Infrastruktur Dasar Kerangka Kebijakan

(kerangka dan instrumen, termasuk regulasi daerah)

Keterkaitan, Jaringan & Interaksi Produktif

Permintaan pengetahuan/

inovasi:

Akses

Adopsi

Pemanfaatan

Pengembangan

Penyediaan pengetahuan/

inovasi:

Penciptaan/

pengembangan

Alih

Kewirausahaan, Komersialisasi &

Difusi

Kerangka dan Elemen Penting bagi Perkembangan Sistem Inovasi Kerangka dan Elemen Penting bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah

Daerah

(46)

Inovasi dan Difusi serta Pembelajaran

Kualitas Hidup &

Kesejahteraan Masyarakat

Kemajuan ekonomi

Produktivitas/

Produktivitas/

Daya Saing &

Daya Saing &

Kohesi Sosial Kohesi Sosial

Reposisi, fokus, dan sinergi agar memberikan efektivitas, efisiensi, jangkauan (outreach) dan daya

ungkit (leverage) lebih besar dalam menghasilkan dampak ekonomi dan sosial

Instrumen kebijakan

daya ungkit (leverage) Instrumen

kebijakan

daya ungkit (leverage) Lebih besar Reposisi, fokus,

dan sinergi

REPOSISI, FOKUS, DAN SINERGI PROGRAM/KEGIATAN

REPOSISI, FOKUS, DAN SINERGI PROGRAM/KEGIATAN

(47)

Pengembangan Bisnis Baru Perbaikan

Bisnis yang Ada (Existing)

Investasi Dari Luar

Faktor keunggulan lokalitas

Keterkaitan

Investasi (&

perdagangan )

Ke Luar

INOVASI,

INOVASI, TECHNOPRENEURSHIP TECHNOPRENEURSHIP DAN MODERNISASI DAN MODERNISASI

“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI

“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI

Rantai Nilai Inovasi &

Difusi

Pengetahuan &

Kompetensi

Penyediaan pengetahuan/

teknologi Pembelajaran,

termasuk Litbangyasa

Daya Saing yang Lebih Tinggi

Investasi untuk Inovasi

ROI yang Lebih Tinggi

Rantai Nilai Produksi Interaksi &

Keterkaitan

Siklus yang Makin Menguat (Dari vicious cycle menjadi

virtuous cycle)

(48)

INOVASI,

INOVASI, TECHNOPRENEURSHIP TECHNOPRENEURSHIP DAN MODERNISASI DAN MODERNISASI

“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI

“SUMBER” PERKEMBANGAN EKONOMI

Pengembangan Bisnis Baru Perbaikan

Bisnis yang Ada (Existing)

Investasi Dari Luar

Faktor keunggulan lokalitas

Keterkaitan

Investasi (&

perdagangan )

Ke Luar Rantai

Nilai Inovasi &

Difusi

Pengetahuan &

Kompetensi

Penyediaan pengetahuan/

teknologi Pembelajaran,

termasuk Litbangyasa

Daya Saing yang Lebih Tinggi

Investasi untuk Inovasi

ROI yang Lebih Tinggi

Rantai Nilai Produksi Interaksi &

Keterkaitan

Siklus yang Makin Menguat (Dari vicious cycle menjadi

virtuous cycle)

(49)

Pentingnya Perusahaan Pemula yang Inovatif (PPBT) Pentingnya Perusahaan Pemula yang Inovatif (PPBT)

Sekitar 81,5% kesempatan kerja baru di AS pada periode 1969 – 1976 terletak pada perusahaan-perusahaan kecil dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang (66% kesempatan kerja baru berasal dari perusahaan dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang) (David Birch, 1980, dikutip dari Case, 1989).

High-potential entrepreneurial firms (atau disebut juga gazelles) berkontribusi atas lebih dari 70% pertumbuhan kesempatan kerja di AS dalam periode 1992 – 1996, walaupun hanya sekitar 3% dari keseluruhan populasi bisnis di AS (Autio, 2003).

7 dari 10 kesempatan kerja baru di Swedia dalam periode 1985 – 1989 diciptakan oleh usaha kecil dan menengah (Davidsson, et al., 1995 ).

4% dari perusahaan baru (the high-potential entrepreneurs atau PPBT) muncul setiap tahun dan berkontribusi atas sekitar 50%

kesempatan kerja dalam perusahaan yang bertahan selama 10 tahun berikutnya (Studi oleh Storey [Autio, 2003]).

Global Entrepreneurship Monitor (Neck, et al., 2003) mengungkapkan bahwa tingkat aktivitas kewirausahaan

menjelaskan 70% perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi antar

negara.

(50)

Studi GEM juga mengungkapkan antara lain berikut ini:

Negara dengan tingkat kewirausahaan di atas rata-rata cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang

tinggi.

Dukungan keuangan sangat terkait erat dengan tingkat aktivitas kewirausahaan.

Pendidikan (menengah atas) memiliki peran sangat penting bagi kewirausahaan (menjelaskan 40%

perbedaan aktivitas kewirausahaan di antara negara- negara GEM) dan pendidikan kewirausahaan

khususnya dinilai sebagai prioritas.

Selain itu, pandangan legitimasi sosial tentang

kewirausahaan merupakan faktor yang juga sangat

penting.

(51)

OUTLINE OUTLINE

DISKUSI

CATATAN PENUTUP

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA PARADIGMA SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN : INOVASI

(52)

CONTOH PRAKARSA CONTOH PRAKARSA

1. Kabupaten Tegal :

Tahapan klaster industri

Kelembagaan Dewan Peningkatan Daya Saing dan DRD

Pusat Pelayanan dan Inovasi Teknologi

Parkarsa-prakarsa tematik sektoral

Pengembangan pewirausaha pemuda

2. Kabupaten Sumedang :

Tahapan mula klaster industri

Kelembagaan Peningkatan Daya Saing dan DRD (melebur)

Pengembangan pewirausaha pemuda

3. Kabupaten Barru :

Tahapan mula klaster industri

Kelembagaan Dewan Peningkatan Daya Saing

BDSP Rumput Laut

4. Kabupaten Malang :

1. Tahapan mula klaster industri hrotikulutura

2. Terminal Agribisnis

3. BDSP

5. Kabupaten Agam

Tahapan mula klaster industri

(53)

KERJASAMA ANTAR DAERAH : JAWA TENGAH KERJASAMA ANTAR DAERAH : JAWA TENGAH

Barlingmascakeb

Sapta Mitra Pantura

Subosukawonosraten

1. Surakarta 2. Boyolali 3. Sukoharjo 4. Karanganyar 5. Wonogiri 6. Sragen 7. Klaten

(54)

CONTOH PRAKARSA CONTOH PRAKARSA

6.

Kabupaten Jembrana:

 E-Government

 Jaringan informasi dan komunikasi

Jimbarwana.Net (seluruh desa/kelurahan dan kecamatan, untuk administrasi pemerintahan, pelayanan publik, pendidikan, dan bisnis)

 IGOS Support Center

7.

Kabupaten Sawah Lunto, Pulang Pisau, Morowali, Banyuwangi, Gianyar, dll :

 E-Government

8.

UNDIKSHA : E-Learning

9.

Yayasan Pekerti : SIM

(55)

TECHNICAL ASSISTANCE PENGEMBANGAN E-GOV / E-LEARNING 2006 TECHNICAL ASSISTANCE PENGEMBANGAN E-GOV / E-LEARNING 2006

Aceh

Aceh Utara

Provinsi

Rencana &/

Infrastruktur Perluasan

Upgrade Implementasi/

Operasionalisasi Instalasi & Uji Sistem & Modul

Dasar

Peningkatan Kapasitas SDM

Setempat Awareness

Sulteng Sumbar

Jabar Jateng Jatim Bali NTT Kalteng

T. Datar S. Lunto

Provinsi

Kota Pekalongan

Kab Tegal Prov &

BKAD

Ponorogo Banyuwangi

Jembrana U Ganesha

Gianyar

Kab Belu

Provinsi

Provinsi P. Pisau

Kapuas Palopo

Morowali

Atambua

(56)

BEBERAPA PRAKARSA BEBERAPA PRAKARSA

Dialog reformasi kebijakan di tingkat nasional. Ini termasuk dalam bentuk:

• dialog dalam DRN, fora peningkatan kapasitas di KNRT, focus Group discussion/FGD Sistem Inovasi Nasional, visi dan misi iptek 2025, strategi dan prinsip kemitraan iptek, sistem insentif riset;

• prakarsa sistem pengetahuan/teknologi masyarakat:

kajian, rancangan kebijakan, inventarisasi, dokumentasi, pengembangan, perlindungan hukum;

• beberapa pemetarencanaan teknologi (technology

roadmapping) terkait dengan program prioritas nasional.

Kemitraan dengan daerah sebagai dukungan peningkatan kemampuan daerah (prakarsa pengembangan sistem inovasi daerah/SID dan klaster industri/KI di daerah dalam PEL), seperti

Fora informasi (termasuk awareness campaign), diskusi dan

peningkatan kapasitas stakeholders tentang PEL, SID, KI dan

TIK.

(57)

BEBERAPA PRAKARSA BEBERAPA PRAKARSA

Panduan dan bantuan teknis dalam

pengembangan/penguatan kelembagaan kolaboratif di daerah: misalnya dalam pengembangan Dewan Peningkatan Daya Saing/DPDS, Dewan Riset

Daerah/DRD, Tim Klaster Industri daerah. Daerah yang tengah didampingi: Kabupaten Tegal,

Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Barru.

Daerah yang direncanakan didampingi: Kota

Pekalongan, Badan Koordinasi Antar Daerah/BKAD Subosukowonosraten).

Panduan dan bantuan teknis dalam penyusunan

dokumen Strategi Inovasi Daerah.

(58)

BEBERAPA PRAKARSA BEBERAPA PRAKARSA

Panduan dan/atau bantuan teknis dalam tematik spesifik daerah, beberapa contoh:

• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Government (model percontohan: Kabupaten Jembrana).

• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Learning

(termasuk kerjasama yang tengah dikembangkan dengan UNDIKSHA – Singaraja).

• kemitraan dan bantuan teknis dalam pengembangan pemuda pewirausaha pemula inovatif (bekerjasama dengan Kementerian pemuda dan Olah Raga).

• kolaborasi nasional dan daerah dalam pengembangan dan

pemanfaatan, serta difusi open source software/OSS (filosofi using more is better; Digital Retrieval - Local & Global; Collaborative Work Group Software; Tele/distance Capabilities. Ini juga sebagai upaya dalam mengatasi isu digital/knowledge divide).

• bantuan teknis dalam pengembangan stasiun TV lokal di daerah perbatasan.

Peningkatan peran swasta dalam PEL (forum nasional corporate social responsibility/CSR, peningkatan kapasitas stakeholder dalam PEL)

Kemitraan litbang dengan swasta, termasuk UKM.

(59)

OUTLINE OUTLINE

DISKUSI

CATATAN PENUTUP

BEBERAPA CONTOH PRAKARSA PARADIGMA SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN : INOVASI

(60)

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK

Kerangka kebijakan.

Kerangka kebijakan yang “sesuai dan disepakati bersama” perlu dikembangkan sebagai pijakan (platform) para pihak untuk membangun langkah yang lebih terpadu. Reformasi kebijakan perlu diletakkan dalam agenda jangka panjang dan dilakukan dengan kesungguhan, konsisten dan bertahap.

Peningkatan kapasitas penentu kebijakan dan stakeholder

. Reformasi kebijakan adalah suatu proses pembelajaran, bukan saja bagi para penentu kebijakan tetapi juga beneficiaries dan stakeholders kunci lainnya. Cara dan kemampuan/keterampilan para pihak perlu dikembangkan agar semakin mampu menghasilkan proses dan produk kebijakan yang semakin baik.

Proses partisipatif

. Setiap pihak memiliki peran masing-masing yang perlu terus dikembangkan. Namun kebijakan yang baik memerlukan peran dan upaya komplementatif dan sinergis banyak pihak. Proses partisipatif merupakan cara yang sesuai dalam melakukan reformasi kebijakan, menumbuhkembangkan proses pembelajaran kebijakan dan merupakan investasi sangat penting dalam membangun modal sosial.

Intensitas interaksi fasilitator, pakar, penentu kebijakan dan

aktor/stakeholders kunci lain

. Intensitas interaksi fasilitator, pakar, penentu kebijakan dan aktor/stakeholders kunci lain sangat mempengaruhi “keberhasilan”

dalam mengawali dan memelihara momentum prakarsa tindakan kolaboratif.

(61)

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK ~ Tantangan PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK ~ Tantangan

Proses panjang untuk meningkatkan pemahaman tentang beberapa

konsep dan praktik, termasuk membangun “kemitraan” yang sinergis.

Perbaikan paradigma, perubahan mindset, sikap dan cara tindak

semua aktor (penentu kebijakan, swasta, ornop, dan masyarakat). Ini juga terkait dengan good will, willingness to change, komitmen mitra dan komitmen bersama.

Dimensi politik.

Local champions, pioneering, leadership dan pelembagaan proses.

Langkah-langkah “kecil” dan momentum perbaikan.

Komunikasi.

One size doesn’t fit all. Upaya pengembangan/penguatan sistem

inovasi daerah memang dapat memanfaatkan “pelajaran” dari pihak

lain (daerah/negara lain), termasuk memanfaatkan praktik-praktik

baik/terbaik (good/best practices). Para pihak pun sebenarnya tidak

perlu “terjebak” dalam reinventing the wheel. Akan tetapi segi-segi

positif universal yang diperoleh (dari keberhasilan/kegagalan) tetap

memerlukan “penyesuaian” kontekstual sesuai dengan karakteristik

dan perkembangan masing-masing “kasus” daerah.

(62)

Bersaing Atas Dasar

Murahnya Tenaga Kerja dan/atau SDA

di Daerah Bersaing Atas Dasar

Murahnya Tenaga Kerja dan/atau SDA

di Daerah

Pengembangan Posisi Spesifik dalam “Relung”

Ekonomi tertentu: Pasar Lokal/Setempat, Segmen

“Antardaerah dan Nasional dan/atau Regional/Internasional”

Pengembangan Posisi Spesifik dalam “Relung”

Ekonomi tertentu: Pasar Lokal/Setempat, Segmen

“Antardaerah dan Nasional dan/atau Regional/Internasional”

Perluasan Produksi dalam Sektor Lain yang

Memiliki Biaya Rendah atau Melimpahnya SDA

Daerah Perluasan Produksi dalam Sektor Lain yang

Memiliki Biaya Rendah atau Melimpahnya SDA

Daerah

Perluasan Pelayanan Pasar

Lokal, Nasional, Regional (Antarnegara)

dan/atau Internasional

Perluasan Pelayanan Pasar

Lokal, Nasional, Regional (Antarnegara)

dan/atau Internasional

Menjadi

“Pemain Utama” dalam

Pasar Global Menjadi

“Pemain Utama” dalam

Pasar Global Menjadi “Pemain

Khusus” dalam Pasar Nasional, Regional dan/atau

Internasional Menjadi “Pemain

Khusus” dalam Pasar Nasional, Regional dan/atau

Internasional

Membangun Membangun Klaster-klaster Klaster-klaster

Industri Industri Spesifik dan Spesifik dan SID yang Kuat SID yang Kuat Membangun Membangun Klaster-klaster Klaster-klaster

Industri Industri Spesifik dan Spesifik dan SID yang Kuat SID yang Kuat

Posisi Saat Kini

Posisi Saat Kini Tahap AwalTahap Awal Tahap PengembanganTahap Pengembangan Tahap EkspansiTahap Ekspansi Penghimpunan,

Pemanfaatan, dan Pengembangan Potensi Spesifik Terbaik Setempat

(Sosial, Ekonomi Budaya) Penghimpunan, Pemanfaatan, dan

Pengembangan Potensi Spesifik Terbaik Setempat

(Sosial, Ekonomi Budaya) Memprakarsai Memprakarsai Pengembangan Pengembangan Klaster-klaster Klaster-klaster Industri Spesifik Industri Spesifik

dan SID dan SID Memprakarsai Memprakarsai Pengembangan Pengembangan Klaster-klaster Klaster-klaster Industri Spesifik Industri Spesifik

dan SID dan SID

Memperkuat Memperkuat Klaster-klaster Klaster-klaster Industri Spesifik Industri Spesifik dan SID dalam dan SID dalam Konteks Global Konteks Global

Memperkuat Me

Gambar

ILUSTRASI SKEMA STRUKTUR MODEL INSTRUMEN KEBIJAKAN ILUSTRASI SKEMA STRUKTUR MODEL INSTRUMEN KEBIJAKAN  (PROGRAM)

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATUAN KERJA DEPUTI BIDANG PENGUATAN INOVASI TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH BERUPA

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional tentang Daftar Klasifikasi

3 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Inovasi Daerah Provinsi Jawa Tengah, maka Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa

Pertama sekali firma yang beroperasi berasaskan teknologi perlu bertanyakan soalan kepada mereka sendiri, adakah syarikat mereka bergantung kepada inovasi untuk pembangunan

Sejalan dengan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka perlu adanya inovasi baru untuk memacu

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG ROAD MAP PENGUATAN Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kota Pangkalpinang 2020 2024 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

KESATU : Menetapkan Pedoman Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2015, yang selanjutnya disebut Pedoman Insentif Riset SINas Tahun

• Secara keseluruhan, pembangunan ekonomi di Malaysia telah mencapai kejayaan yang dapat diukur dengan kadar Keluaran Dalam Negara Kasar (KDNK) yang baik iaitu sekitar 8%-9%