• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance (GCG) yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance (GCG) yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance (GCG) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Good corporate governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum).

b. Good corporate governance didefiinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency, accountability, dan responsibility yang mengatur hubuungan antara pemegang saham, manajemen perusahaan (direksi dan komisaris), pihak kreditur, karyawan, serta stakeholder lainnya yang berkaita dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak (Dian Prasinta, 2012).

c. Good corporate governance atau tata kelola perusahaan merupakan mekanisme pengendalian untuk mengatur dan mengelola bisnis dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dan akuntanbilitas perusahaan guna mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan

(2)

(stakeholder), tidak hanya para pemegang saham (shareholder) (Framudyo Jati, 2009).

Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum.

2.1.2 Mekanisme Corporate Governance

Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang dimaksud untuk memastikan bahwa tindakan tim manajemen benar-benar untuk kepentingan shareholder terutama minority interest (Purwantini, 2008).

2.1.3 Aspek Mekanisme Corporate Governance

Menurut Rizky Arifani (2012) mekanisme good corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan antara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) demi tercapainya tujuan organisasi. Indikator dari mekanisme corporate governance yang digunakan adalah komite audit, kepemilikan institusional, komisaris independen dan kepemilikan manajerial. Siti Muntiah (2013) mekanisme corporate governance digunakan untuk mengontrol perusahaan yang bertindak bagi kepentingan internal dan eksternal lainnya yang

(3)

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Mekanisme good corporate governance dibagi menjadi dua bagian yaitu internal dan eksternal. Mekanisme internal dilakukan oleh kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komite audit, proporsi dewan komisaris independen, sedangkan indikator mekanisme eksternal terdiri dari kepemilikan institusional. Berdasarkan beberapa penelitian di atas maka penelitian ini penulis meneliti lima aspek mekanisme corporate governance yang diambil berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu:

1. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur dari presentase saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan.

(4)

Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah.

2. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Dalam melaksanakan tugas, dewan komisaris bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.

Kinerja dewan komisaris dievaluasi berdasarkan unsur-unsur penilaian kinerja

(5)

yang disusun secara mandiri oleh dewan komisaris. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku. Hasil penilaian kinerja Dewan Komisaris disampaikan dalam RUPS.

Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dapat dirinci sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan Perseroan oleh Direksi serta memberikan persetujuan dan pengesahan atas rencana kerja dan anggaran tahunan Perseroan.

b. Mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala untuk membahas pengelolaan operasional Perseroan.

c. Mengawasi pengelolaan Perseroan atas kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direksi dan memberikan masukan jika diperlukan.

d. Menominasikan dan menunjuk calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi untuk diajukan dan disetujui dalam RUPS Tahunan.

e. Menentukan jumlah remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi, berlandaskan pada wewenang yang diberikan dalam RUPS Tahunan.

f. Menunjuk dan menetapkan anggota Komite Audit.

(6)

3. Komite Audit

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih dari dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Pada lampiran surat keputusan dewan direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEF/06- 2000 poin 2f, peraturan tentang pembentukan komite audit disebutkan bahwa

“Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat untuk membantu dewan komisaris Perusahaan Tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan Perusahaan Tercatat.”

Berdasarkan Surat Edaran dari Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. SE- 008/BEJ/12-2001 tanggal 7 Desember 2001 perihal keanggotaan komite audit, disebutkan bahwa:

a. Jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, termasuk ketua komite audit.

b. Anggota komite

4. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Maksudnya adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan

(7)

Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (KNKG, 2006).

Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 juli 2000 diikuti dari (FCGI, 2002). Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai Dewan Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang Komisaris Independen adalah sebagai berikut:

a. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders). Perusahaan tercatat bersangkutan;

b. Komisaris Independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau komisaris lainnya. Perusahaan tercatat yang bersangkutan;

c. Komisaris Independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan;

d. Komisaris Independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

(8)

e. Komisaris Independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pihak Independen ini dapat berperan sebagai agen pengawas yang efektif untuk mengurangi masalah keagenan, karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer.

5. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional yaitu kepemilikan saham yang dimiliki institusional dan blockholders. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien et al., 2006).

Menurut Wening (2007) kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

Sedangkan yang dimaksud blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan diatas 5% tetapi tidak termasuk dalam kepemilikan insider (Fitri dan Mamduh, 2003).

(9)

Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan mekanisme corporate governance yang kuat yang dapat digunakan untuk memonitor manajemen perusahaan. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham (Solomon, 2004). Hal tersebut disebabkan jika tingkat kepemilikan manajerial tinggi, dapat berdampak buruk terhadap perusahaan karena dapat menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham ekternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer.

2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance

Corporate governance merupakan faktor penting dalam menentukkan nilai perusahaan dan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Good corporate governance memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penetuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Khomsiyah dan Rahayu, 2005). Penerapan corporate governance yang baik memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Perbaikan dalam komunikasi b. Minimalisasi potensial benturan c. Fokus pada strategi-strategi utama

d. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi

(10)

e. Kesinambungan dan manfaat f. Promosi citra korporat

g. Peningkatan kepuasan pelanggan h. Perolehan kepercayaan investor

Sedangkan menurut The Forum for Corporate Governance in Indonesia, kegunaan dari corporate governance yang baik adalah:

a. Lebih mudah memperoleh modal

b. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah c. Memperbaiki kinerja perusahaan

d. Mempengaruhi harga saham e. Memperbaiki kinerja ekonomi

Corporate governance yang baik merupakan langkah yang penting dalam membangun kepercayaan pasar (market confidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil, dan bersifat jangka panjang. Secara mikro, manfaat GCG bagi perusahaan adalah efisiensi dan produktivitas. Hal ini sangat dibutuhkan oleh kompetisi global karena produktivitas dan efisiensi usaha adalah jawaban dalam menghadapi kompetisi global di tengah situasi yang turbulent. Sedangkan dalam sudut pandang mikro, pelaksanaan GCG juga membawa dampak yang sangat baik terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Secara singkat Good Corporate Governance dapat disimpulkan sebagai berikut (Media Akuntansi, 2000):

1. Entitas bisnis akan menjadi efisien

(11)

2. Meningkatkan kepercayaan public

3. Menjaga going concern (kelangsungan hidup) perusahaan 4. Dapat mengukur target kinerja perusahaan

5. Meningkatkan produktivitas

6. Mengurangi distorsi (management risk)

Manfaat-manfaat tersebut di atas merupakan salah satu dasar pemikiran yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Pembuktian atas manfaat- manfaat tersebut merupakan sebagian dari tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Relevansi atas penerapan praktik Good Corporate Governance terhadap manfaat-manfaat tersebut adalah asumsi awal yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini.

2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance

Terdapat enam tujuan dalam penerapan good corporate governance (GCG) menurut BUMN sesuai SK. Menteri No. 117/M-MBU/2002 Pasal 4, yaitu:

1. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2. Mendorong pengelolaam perusahaan secara professional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

(12)

3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan.

4. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional 5. Meningkatkan iklim investasi nasional

6. Mensukseskan program privatisasi

2.1.6 The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)

IICG merupakan lembaga di bawah naungan Masyarakat Transparansi Indonesia. Mulai dari tahun 2001, IICG bekerjasama dengan majalah SWA menyelenggarakan survei Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI 2006 merupakan survei dan pemeringkatan penerapan GCG pada perusahaan publik yang tercatat di BEI. Tahun 2006, survei dilakukan pada emiten yang terdaftar Juni-Desember 2005 secara sukarela. Metodologi survei CGPI 2004, berubah dibanding tahun sebelumnya karena disesuaikan dengan kondisi yang terjadi.

Mula-mula dilakukan penilian kuantitatif, melalui pengisian kuesioner self assessment oleh responden dengan skala penilaian 0-100. Kuesioner ini melibatkan komisaris, direksi, anggota perusahaan, serta pihak-pihak terkait (pemasok, anak perusahaan, serikat pekerja, investor). Tahap kedua, pengujian

(13)

dokumen yang diserahkan peserta kepada tim peneliti IICG. Terakhir, tahap penilaian kualitatif. Bentuknya: observasi, wawancara dan konfirmasi dokumen langsung terhadap perusahaan-perusahaan berdasarkan penilaian tahap sebelumnya. Pengujian kesahihan (validitas konstruk) menggunakan analisis faktor. Hanya pertanyaan yang loading lactornya memenuhi kriteria yang dihitung dalam pemeringkatan. Sementara pengujian keandalan memakai koefisien Alpha Cronbach. Nilai keandalan instrumen menunjukkan tingkat konsistensi jawaban para responden pada pertanyaan yang diajukan dengan skor nilai 0-10.

2.1.7 Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui menganai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Rizky Arifani, 2012).

Dari pengertian kinerja keuangan di atas, dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

(14)

Menurut Purwantini (2011) kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidaknya kepemilikan, manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya denga kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan.

Penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan dengan tujuan:

1. Memperoleh pendapat wajar atas penyertaan dalam suatu perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari apa yang ada di dalam neraca.

2. Keperluan merger dan akuisisi, yaitu untuk mengetahui beberapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan.

3. Kepentingan usaha, yang bertujuan untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar dari pada likuiditasnya.

4. Memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau tambahan modal.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga dengan adanya kinerja perusahaan dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang memperlihatkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Penilaian kinerja atau prestasi suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar dalam

(15)

pengambilan keputusan oleh internal maupun eksternal perusahaan. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan agar para pihak manajemen dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana salah satu cara yang harus dilakukan adalah dengan penilaian kinerja keuangan.

2.1.8 Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan perencanaan. Dengan meningkatnya kinerja keuangan perusahaan berarti perusahaan dapat mencapai tujuan dari didirikannya perusahaan tersebut (Siti Muntiah, 2013).

Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini.

Penilaian kinerja dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan.

Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan costumer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis intern serta produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ukuran keuangan dalam penilaian kinerja perusahaan, adalah return on asset (ROA).

2.1.8.1 Return on asset (ROA)

ROA merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. ROA merupakan alat

(16)

ukuran efisiensi operasi dari suatu perusahaan dalam menciptakan laba dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ROA menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi. Sama halnya dengan metode tradisional lainnya, metode ROA cenderung hanya memperhatikan laba. Dengan ROA, akan diketahui tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dapat dilihat dari rasio ROA yang diperoleh. Semakin tinggi rasio yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atas aktiva yang dimilikinya demikian sebaliknya.

2.1.9 Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah sebuah nilai yang menunjukkan cerminan dari ekuitas dan nilai buku perusahaan, baik berupa nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total utang dan nilai buku dari total ekuitas (Purwaningtyas, 2011).

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Tobin’s Q sebagai pengukuran nilai perusahaan.

(17)

2.1.9.1 Tobin’s Q

Pasternack & Rosenberg (2002) mendefinisikan sebagai “specified as the ratio of the firm’s value divided by the replacement value of assets, use the market value of the firm’s equity added with the book value of the total debt as a measure of the firm value, and the book value of total assets as a proxy for the replacement value of assets”. Dari definisi diatas dapat diterjemahkan sebagai Tobin’s Q adalah ditetapkan sebagai rasio dari nilai perusahaan dibagi dengan nilai penggantian aset, menggunakan nilai pasar ekuitas perusahaan ditambah dengan nilai buku total hutang sebagai ukuran nilai perusahaan, dan nilai buku total aset sebagai proksikan untuk nilai penggantian aset.

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q, rasio ini dikembangkan oleh professor James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi incremental. Tobin’s Q adalah Hasil dari nilai pasar ekuitas ditambah total hutang dan total persediaan, dikurangi asset lancar perusahaan lalu dibagi dengan nilai buku dari total asset (Carningsih, 2012). Jika rasio-Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi

(18)

baru. Jika rasio-Q dibawah satu, maka investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Variabel yang

Digunakan Indikator Hasil Penelitian Framudtyo Jati

(2009)

Pengaruh struktur corporate

governance terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Corporate governance

Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, ukuran dewan direksi, dan keberadaan komite audit.

Penelitian ini terdapat pengaruh signifikan antara variabel struktur corporate

governance terhadap kinerja perusahaan yang diukur ROA dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel struktur corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE.

Hudan Diandono (2012)

Pengaruh

Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja

Keuangan pada Perusahaan yang masuk kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2006- 2011

Mekanisme Good Corporate Governance

Kepemilikan saham institusional, proporsi dewan komisaris independen, dewan komisaris, komite audit

1. Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hal tersebut karena semakin besar jumlah kepemilikan saham oleh pihak institusi akan mampu meminimalisir masalah agency theory sehingga mendorong mengoptimalkan nilai perusahaan dan kinerja perusahaan akan meningkat.

2. Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hal tersebut menepis anggapan bahwa keberadaan komisaris independen bukan hanya sebagai formalitas saja dalam organ perusahaan dan indikasi timbulnya agency cost sebagai akibat dari agency problem tidak terjadi sehingga dapat

meningkatkan kinerja keuangan.

(19)

3. Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal tersebut karena dewan komisaris tidak bisa melakukan koordinasi, komunikasi dan pengambilan keputusan dalam menjalankan fungsi control yang lebih baik untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

4. Komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal tersebut karena keberadaan komite audit dalam memelihara kredibilitas laporan keuangan dan upaya membantu dewan komisaris belum sepenuhnya tercapai sehingga belum mampu meningkatkan kinerja perusahaan.

Rizky Arifani (2012)

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia)

Mekanisme Good Corporate Governance

Komite audit, kepemilikan institusional, komisaris independen, kepemilikan manajerial

1. Komite audit mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan bentuknya komite audit mampu untuk mengawasi manajemen dalam

meningkatkan kinerja keuangannya.

2. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan.

Hasil ini menunjukkan bahwa

kepemilikan saham oleh institusi diluar perusahaan mampu menjadi kontroler dalam pengambilan keputusan oleh manajemen sehingga tercipta kinerja keuangan yang baik.

3. Komisaris independen memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dengan ditunjuknya komisaris independen pada Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), akan secara langsung memberikan pengawasan terhadap direksi dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan.

4. Kepemilikan manajerial tidak dapat membuktikan bahwa adanya pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Kepemilikan manajerial yang minoritas tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan karena pengambilan keputusan manajemen dalam rangka

(20)

untuk meningkatkan kinerja keuangan masih dipengaruhi oleh pemegang saham yang lebih besar.

Nurcahyani, Suhadak dan R.

Rustam Hidayat (2013)

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Peserta CGPI yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009- 2011)

Kepemilikan institusional

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance berpengaruh terhadap ROE.

2. Penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance berpengaruh terhadap ROA.

3. Kepemilikan saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukkan hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROE.

4. Kepemilikan saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukkan hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROA.

Siti Muntiah (2013)

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010- 2012)

Mekanisme corporate governance

Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris, komite audit

1. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

2. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak signifikan

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

3. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

5. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel komite audit berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Wardoyo &

Veronica (2013)

Pengaruh Good Corporate Governance, Corporate Social

Mekanisme Good Corporate Governance

Jumlah dewan komisaris, independensi dewan

GCG yang diukur dengan variabel ukuran dewan direksi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel

(21)

Responsibility dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan

komisaris, ukuran dewan direksi, dan jumlah anggota komite audit

GCG lainnya, yaitu ukuran dewan komisaris,, independensi dewan komisaris dan jumlah anggota komite audit tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Noviana Bekti Lestari, Muhammad Khafid dan Indah Anisykurlillah (2014)

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai variabel Intervening

Mekanisme Good Corporate Governance

Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba maupun nilai perusahaan. Kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial dan komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba serta nilai perusahaan.

Kualitas laba hanya menjadi mediator pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

Purwaningtyas (2011)

Analisis pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan

Mekanisme good corporate governance

Kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, dewan direksi, dewan komisaris dan komite audit

Kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen dan ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Tetapi, dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Arieful Hidayat (2010)

Hubungan struktur corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Struktur corporate governance

Dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan publik dan pengungkapan corporate governance

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai komposisi dewan menunjukkan nilai negatif dalam regresi, yang berarti hubungan antara komposisi dewan komisaris untuk menghargai perusahaan memiliki hubungan yang berlawanan. Sementara komponen lainnya adalah hubungan yang positif dan bermakna dalam yang sama arah mempunyai nilai

perusahaan. Sementara komponen lainnya adalah hubungan yang positif dan bermakna dalam yang sama arah mempuyai nilai perusahaan. Dengan kesimpulan dari pengolahan yang dilakukan bahwa secara umum komposisi dewan komisaris,

kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan pengungkapan tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

(22)

2.3 Kerangka Pemikiran

1.3.1 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan

Corporate governance merupakan mekanisme untuk mengatur dan mengelola bisnis, serta untuk meningkatkan kemakmuran perusahaan. Tujuan utama mekanisme good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Mekanisme corporate governance merupakan mekanisme untuk mengatur, mengelola, menganalisis, dan untuk meningkatkan kemakmuran perusahaan. Mekanisme corporate governance yang baik memberikan perlindungan kepada pemegang saham dan kreditur untuk memperoleh kembali investasi dengan wajar, tepat dan efisien dengan memastikan manajemen untuk bertindak sebaik yang dilakukan kepentingan perusahaan.

Adanya mekanisme CGC diharapkan monitoring terhadap manajer perusahaan dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk melihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena investor perlu memiliki tolak ukur agar dapat mengetahui investasi yang dilakukannya akan mendapat keuntungan jika sahamnya dijual.

(23)

Kepemilikan institusional yaitu kepemilikan saham yang dimiliki institusional dan blockholders. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien et al., 2006). Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer sebagai pengelola perusahaan pada khususnya. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen, karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, sehingga manajemen akan lebih berhati-hati daam mengambil keputusan. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur dari presentase saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan manajer dan pemegang saham, shingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Semakin tinggi kepemilikan saham oleh manajemen, maka manajer akan merasa ikut memiliki perusahaan, sehingga akan berusaha semaksimal mungkin melakukan tindakan-tindakan yang dapat memaksimalkan kemakmurannya dan menurunkan

(24)

kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan yang berlebihan yang berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan.

Proporsi dewan komisaris independen adalah jumlah dewam komisaris independen dalam perusahaan. Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui peraturan BEJ tanggal 1 juli 2000 diikuti dari (FCGI, 2002). Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai Dewan Komisaris Independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris (Siti Muntiah, 2013). Semakin tinggi dewan komisaris independen, semakin baik dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Pada lampiran surat keputusan dewan direksi PT. Bursa Efek Jakarta No.

Kep-315/BEF/06-2000 poin 2f, peraturan tentang pembentukan komite audit disebutkan bahwa “Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris Perusahaan Tercatat untuk membantu dewan komisaris Perusahaan Tercatat melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan Perusahaan Tercatat”.

Komite audit juga berperan dalam mengawasi proses pelaporan keuangan perusahaan yang bertujuan mewujudkan laporan keuangan yang disusun melalui

(25)

proses pemeriksaan dengan integritas dan obyektifitas dari auditor. Komite audit akan berperan efektif untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dan membantu dewan komisaris memperoleh kepercayaan dari pemegang saham untuk memnuhi kewajiban penyampaian informasi. Dengan adanya keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan, maka akan memberikan kontribusi dalam kualitas laporan keuangan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Semakin banyak dewan komisaris dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan nilai perusahaan pun juga akan ikut meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwaningtyas (2011) dan Noviana et.,al (2014) bahwa mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Wardoyo (2013) GCG yang diukur dengan variabel ukuran dewan direksi memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel GCG lainnya, yaitu ukuran dewan komisaris,, independensi dewan komisaris dan jumlah anggota komite audit tidak memiliki

(26)

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal inilah yang akan dijadikan dasar bagi penulis untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

2.3.2 Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Nilai Perusahaan

Banyak faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yang mana penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan sendiri telah banyak dilakukan, antara lain kinerja keuangan suatu perusahaan, kebijakan deviden, corporate governance dan lain sebagainya.

Penilaian kinerja lainnya dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba (Rahayu, 2010). Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan &

Machfoedz, 2006). Hal tersebut berarti mendukung penyataan bahwa semakin baik kinerja perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan. Mengukur kinerja perusahaan investor biasanya melihat kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menghitung return on asset (ROA). Penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila ROA

(27)

yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Akan tetapi, jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba artinya perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan, karena dana yang diinvestasikan ke dalam aset dapat menghasilkan Earning After Tax (EAT) yang semakin tinggi (Ang, 2002).

Dari hasil penelitian tika dan Ferry (2002) menyatakan bahwa ROA mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. dari hsil penelitiannya menunjukkan para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan.

2.3.3 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Return On Asset (ROA) Sebagai Variabel Pemoderasi

Mekanisme good corporate governance digunakan untuk mengontrol perusahaan yang bertindak bagi kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Adanya Mekanisme Good Corporate Governance mencerminkan kinerja perusahaan yang baik dan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan yang baik juga (Rizky Arifani,

(28)

2012). Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. ROA merupakan alat ukuran efisiensi operasi dari suatu perusahaan dalam menciptakan laba dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. semakin tinggi earning power maka semakin efisien perputara aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh oleh perusahaan. hal ini tentunya berdampak pada peningkatan ilia perusahaan karena semakin baik kinerja yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan

H2: Terdapat pengaruh return on asset (ROA) terhadap nilai perusahaan

H3: Terdapat pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan dengan return on asset (ROA) sebagai variabel pemoderasi

(29)

Gambar 2.1

Skema kerangka pemikiran

X1

Y

X2

Nilai Perusahaan

Return On Asset (ROA) Mekanisme GCG

1. Proporsi Dewan Komisaris Independen 2. Kepemilikan

Institusional 3. Kepemilikan

Manajerial 4. Ukuran

Dewan Komisaris 5. Komite Audit

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Kinerja Keuangan Terhadap Prediksi Financial Distress Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2012- 2015..

Tarumanegara Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012- 2014 Regresi