ASMA-ACO (dr. Artrien Adhiputri)
>ASMA<
➔ Definisi: Asma adalah inflamasi kronis saluran napas yang terdiri dari beberapa gejala gangguan respirasi (mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk, limitasi ekspirasi) yang bervariasi intensitasnya.
Catatan:
Perbedaannya dengan COPD adalah, pada COPD terdapat limitasi aliran udara yang persisten dan menetap. Sifat COPD adalah progresif sehingga mengakibatkan penurunan fungsi paru.
➔ Epidemiologinya: Pada anak-anak, asma adalah penyakit tidak menular yang paling sering terjadi.
➔
Faktor genetic dan usia mempengaruhi respon sitokin inflamasi terhadap lingkungan, aleregen, polusi, dsb. → Mengaktifkan respon imun innate dan adaptive → melawan infeksi saluran napas bawah → sehingga terjadi mengi (manifestasi klinis) dan asma.
Catatan:
Asma harus melibatkan pasien untuk self terapi dengan menjaga lifestyle. Ajak pasien untuk mencari tau pemicunya. Edukasi untuk menghindari pajanan tsb dan lakukan personalized treatment.
➔
Sejak janin berada di dalam kandungan, risiko terbentuknya asma mengalami peningkatan seiring dengan terjadinya obesitas pada ibu dan bayi, paparan asap rokok (perokok aktif maupun pasif), HRV (Human Rhinovirus), Polusi udara yang parah, dsb.
➔
Mekanisme Inflamasinya:
Allergen kontak dengan sel epitel → aktivasi sel dendritic sebagai APC (innate) → aktivasi limfonodi (naive T limfosit) → T help 2 aktif → sekresi sitokin proinflamasi (il 5, il 9, il 13, il 4) → sel mast dengan IgE di permukaannya akan bergentayangan di bawah epitel untuk paparan selanjutnya.
Catatan:
T help 1 merespon terhadap infeksi (include PPOK), T help 2 berperan dalam sensitisasi alergi, IL 4 dan 13 untuk hasilkan IgE, IL 9 berperan dlm pematangan sel mast untuk ditempeli IgE.
➔ Asma Inflamasi Akut vs Asma Inflamasi Kronis Inflamasi Akut:
- Reaksi cepat, peak reached in 15 min dan menurun dalam waktu 1 jam - Reaksi lambat, onset 6-9 jam setelah pajanan allergen
Inflamasi Kronis:
- Kerusakan pada jaringan karena inflamasi akut yang tidak ditangani dengan baik memicu pergantian jaringan dengan sel baru (airway remodeling).
➔
Diagnosis:
- Manifestasi klinis yang harus diperhatikan:
Mengi, sesak napas, dada berat, batuk yang intensitasnya bervariasi - Gejala lebih parah saat malam/awal pagi
- Dapat dipicu oleh olahraga, tertawa (instabilitas emosi), allergen, udara dingin, udara panas
- Biasanya terdapat infeksi virus dan/atau diperparah karena infeksi virus
- Spirometri (subjektif tergantung manuver) prinsipnya mengukur berapa banyak udara yg bisa di ekspirasikan paru paru (mengetahui adanya obstruksi/retriksi).
- Pada pasien curiga asma, apabila first expiratory volume/sec kurang dri 70%
(penyempitan saluran napas) → dikasih bronkodilator dengan mengharapkan kenaikan 200 cc (untuk mengarahkan diagnosis ke asma)
➔ Tujuan Tatalaksana:
- Yang ingin dicapai adalah control terhadap manifestasi klinis pasien ketika kambuh → meningkatkan kenyamanan → membantu perbaikan aktivitas. Serta perbaikan fungsi paru.
- Risiko yang ingin dihindari adalah fungsiolesa paru, instabilitas manifestasi klinis (perburukan), efek samping pengobatan, dan eksaserbasi.
- Makin sering eksaserbasi maka terjadilah tindak lanjut oleh neutrophil yang memicu remodeling sehingga mekanismenya menjadi seperti COPD
➔
Prinsipnya: Reliever diberikan ketika pasien sedang kumat dan Controller diberikan untuk maintenance
- TABEL ATAS: Ketika memberikan reliever, tidak bisa dengan SABA (Short-acting Beta-2-agonist). Harus diberikan ICS (Kortikosteroid Inhalasi) sekaligus sebagai controller.
- TABEL BAWAH: SABA bisa diberikan sebagai reliever dengan catatan harus mendapatkan terapi ICS harian sebagai controller.
➔
Cara baca tabelnya:
Kalo infrequent dan gaada resiko eksaserbasi; cukup kasih low dose ics formoterol
Catatan:
Step up atau step downnya tergantung evaluasi kedepannya. Tapi sebelum tingkatkan dosis, asses lagi apakah beneran asma atau bukan, terus kalo emang asma, pastiin lagi stepnya sudah sesuai belum
➔ Intervensi Non-Farmakologi
Pengaturan diet sehat, menghindari alergen dalam dan luar ruangan, polusi udara/cuaca tertentu, menurunkan berat badan (kalau obesitas), imunoterapi allergen, latihan pernapasan (nebulisasi), vaksinasi, termoplasti bronkus, mengatasi stres emosional (menjaga stabilitas emosi), menghindari makanan & bahan kimia makanan tertentu
➔
➔ Score 20 – 25 → well-controlled Score 16 – 19 → not well-controlled Score 5 – 15 → very poorly controlled
➔ Assesmen untuk mengetahui tingkat keparahan asma:
Mild asthma → well controlled with step 1 or step 2 Moderate asthma → well controlled with step 3 or step 4
Severe asthma → tetap tidak terkontrol setelah tatalaksana dengan ICS-LABA (long- acting beta-2-agonist) dosis tinggi
Penggunaan SAB yang tinggi, ICS yang tidak memadai, obesitas, GERD, kehamilan, FEV1 awal yang rendah, diintubasi berlebihan atau di ICU untuk asma, asap tembakau, bahan kimia berbahaya
OCS (kortikosteroid oral) yang sering, ICS dosis tinggi, teknik inhaler yang buruk
➔
➔
Manajemen Eksaserbasi:
- Asesmen utama; Airway, Breathing, Circulation
Catatan:
-
- Kalo masih kedengeran wheezing brrti masih ada aliran udara yg lewat meskipun terbatas. Kalo silent chest malah lebih parah.
>ACO<
➔ Definisi: ACO (Asma-COPD Overlap) adalah terjadinya limitasi aliran napas bersamaan dengan manifestasi klinis yang persisten pada COPD. Terminologi ACO dipakai untuk bermacam fenotip klinis yang merefleksikan bermacam mekanisme.
➔ Faktor Risiko:
- Hiperreaktivitas jalan napas - Latar belakang genetic - Infeksi virus
- Hipoplasia paru (pertumbuhan paru-paru selama tahap janin, faktor risiko selama kehamilan dan anak usia dini)
- Berkurangnya fungsi paru pada masa dewasa akhir
➔ Catatan:
- Pemberian ics dianggap peningkatannya bagus untuk ACO. Sedangkan kalo COPD doang, responnya kurang bagus terhadap kortikosteroid
➔
Faktor pembeda ACO dan COPD:
ACO ada airflow limitation tapi fev1 bisa naik sampe 400 cc. Sedangkan kalo COPD ga mungkin.
➔
Perhatikan:
Kalau dari bilasan saluran napas didapatkan kadar eusinofil, arah ke asma nya mendukung.