Kurikulum berasal dari kata curri dan curere. Secara etimologis curri berarti seorang pelari, sedang curere berarti tempat berpacu. Dengan demikian, berdasarkan akar kata atau derivasi dari kata kurikulum sendiri, yakni berasal dari Yunani dan Romawi Kuno yang biasa digunakan untuk perlombaan atletik, salah satunya adalah lomba lari. Atau dengan kata lain, istilah kurikulum sendiri digunakan untuk menunjukan sebuah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari (Ramayulis, 2015).
Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti dalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai (Muhaimin, 2012).
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, pada pasal 1 ayat 19 disebutkan pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu, sedangkan kurikulum merdeka adalah suatu suasana dimana sekolah, guru dan peserta didik memiliki kebebasan (Diana Widhi Rachmawati,2021:222).
Kurikulum merdeka ialah kurikulum yang disusun dalam rangka mengutamakan peningkatan karakter dalam perkembangan kemampuan afektif, kognitif dan psikomotorik (Mery,dkk., 2022). Kurikulum merupakan ruh Pendidikan yang wajib di evaluasi dengan cara inovatif, dinamis, dan berskala sesuai dengan perkembangan era dan IPTEKS (Suryaman,2020). Kurikulum merdeka belajar merupakan kebijakan terbaru yang dirancang dan dirilis oleh kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset,dan Teknologi (Kemendikbiristek), yang mana kurikulum ini ditetapkan untuk satuan Pendidikan sebagai pilihan
17
tambahan dalam rangka memulihkan pembelajaran selama tahun 2022-2024, kebijakan tersebut akan diteliti kembali pada tahun 2024, konsep dari merdeka belajar berkesinambungan dengan kemandirian, komitmen,dan kemampuan untuk mewujudkannya (Marisa,2021).
Konsep merdeka belajar diawali dari gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Nadiem Makarim yang disampaikan dalam pidato memperingati hari guru Nasional pada tanggal 25 November 2019. Nadiem menyatakan bahwa merdeka belajar adalah suatu suasana dimana sekolah,guru,dan peserta didik memiliki kebebasan, maksudnya bebas untuk berinovasi, bebas untuk belajar dengan mandiri dan kreatif. Kurikulum merdeka merupakan bentuk penyederhanaan dari kurikulum 2013 dan kurikulum darurat, dengan kurikulum yang lebih sederhana dapat mendorong hasil belajar yang lebih baik terutama Ketika pembelajaran mengalami keterbatasan,seperti saat pandemic COVID-19 ( Puslitjakdikbud,2021).
Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keluasan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu , sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Kurikulum merdeka secara substansial telah berlangsung secara terbatas di sekolah-sekolah penggerak. Secara kuantitatif diperkirakan ada 2.500 sekolah penggerak yang menyebar di kabupaten dan kota di seluruh wilayah Indonesia dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, media dan sumber belajar yang bervariasi dan digital, muatan kurikulum yang lebih sederhana dan penilaiaan yang menekankan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Hadi Sukmanto,2022:100).
Konsep kurikulum ini menekankan pada penguatan karakter dan potensi peserta didik. Dalam kurikulum merdeka, penguatan karakter dan potensi peserta didik menjadi prioritas utama. Pembelajaran tidak hanya fokus pada aspek akademik saja, tetapi juga pada pengembangan karakter dan potensi peserta didik secara menyeluruh, baik fisik, emosional,sosial maupun spiritual. Pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Guru dapat memilih materi pelajaran dan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah.
Kemendikburistek mengeluarkan kebijakan untuk sekolah yang belum siap menggunakan kurikulum merdeka belajar ini, diperbolehkan untuk menggunakan kurikulum 2013 sebagai dasar pengelolaan pembelajaran dan kurikulum darurat yang dimodifikasi dari kurikulum 2013, masih digunakan dalam satuan Pengajaran. Kurikulum belajar mandiri menciptakan pembelajaran aktif (Achmad et al, 2022), kurikulum ini merupakan opsi bagi satuan Pendidikan yang siap melaksanakan kurikulum merdeka.
2. Fungsi Kurikulum Merdeka
Kurikulum sebagai suatu system dan tatanan nilai dalam proses pendidikan, memiliki peranan yang cukup fundamental. Selain sebagai pondasi awal terciptanya sebuah interaksi dalam proses pendidikan, kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman bagi lembaga pendidikan dalam menjalankan proses pendidikan demi terwujudnya tujuan pendidikan itu sendiri. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. (Nurmadiah, 2014). Di samping memiliki peranan, kurikulum juga mengembang berbagai fungsi tertentu. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918), mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi persiapan, fungsi pemilihan,dan fungsi diagnostik. (Sanjaya, 2008)
a. Fungsi Penyesuaian (The Adjustiustiue of Adaptiue Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing – masing individu pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula. Di balik itu, lingkungan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga individu bersifat well – adjusted.
(Sanjaya, 2008).
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
Oleh karenanya sangatlah diperlukan sebuah konsep integrasi dari kurikulum yang dapat menyatukan potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dengan demikian, pendidikan itu sendiri akan menghasilkan manusia yang dapat senantiasa berkontribusi sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dengan potensi yang dimiliki.
Dengan demikian tugas sekolah sebetulnya adalah menyadarkan serta mengarahkan peserta didik terhadap potensi yang dimilikinya.
Sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri yakni usaha sadar dan terencana dari seseorang untuk mengembangkan potensinya. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui seseorang dalam proses belajar itu sendiri, yakni sekolah perlu menyadarkan peserta didik akan potensi yang dimilikinya, selain itu sekolah harus membantu membuat perencanaan yang sistematis dalam bentuk arahan bagi peserta didik dalam pengembangan potensi diri, setelah itu proses pengembangan potensi diri. (Thoib, 2008).
b. Fungsi Diferensi (the differention)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik
maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. (Dadang, 2013).
c. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi – pribadi yang terintegrasi.
Oleh karena indvidu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka peribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengitegrasian masyarakat. (Sanjaya, 2008)
d. Fungsi Pemilihan (The Selectiue Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, sehingga akan mendorong orang berpikir kritis dan kereatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena di ferensiasi juga dapat menhindarkan terjadinya sangat sosial. (Sanjaya, 2008).
e. Fungsi Dingnostik (Ther Diangnostic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi sekolah yang lebih tinggi atau persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apa pun yang menarik perhatian mereka. (Sanjaya, 2008). Fungsi kurikulum merdeka yaitu :
Pertama, lebih sederhana dan mendalam, yakni fokus pada materi yang esensial serta pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
Proses belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan. Standar capaian juga jauh lebih sederhana, serta memberikan waktu bagi guru untuk membelajarkan konsep secara lebih mendalam.
Kedua, lebih merdeka, karena memberikan berbagai kebebasan kepada peserta didik, guru dan sekolah. Bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di jenjang SMA, sehingga peserta didik dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Jadi, siswa tidak
terkotak-kotak berdasarkan jurusan IPA atau IPS. Bagi guru, diberikan kebebasan untuk mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Selama ini guru terpaksa terus maju mengejar capaian materi, tanpa memikirkan siswa yang ketinggalan materi. Sementara bagi sekolah, diberikan wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum serta pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, siswa, dan sekolah masing-masing.
Ketiga, lebih relevan dan interaktif, karena pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan projek yang akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. “Berbagai keterampilan inilah yang dibutuhkan siswa ketika masa pendidikannya selesai, di mana mereka harus mampu bekerja secara berkelompok, menghasilkan suatu karya, berkolaborasi, memikirkan segala sesuatu secara kreatif, serta mengembangkan karakternya secara interaktif,”
ujar Mendikbudristek.
Penerapan Kurikulum Merdeka akan didukung dengan penyediaan beragam perangkat ajar, pelatihan, serta penyediaan sumber belajar bagi guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan. Salah satu dukungan tersebut adalah platform Merdeka Mengajar yang telah diluncurkan Mendikbudristek bersamaan dengan peluncuran Kurikulum Merdeka. [Linda E.]
3. Tujuan Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka hadir untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul pada system Pendidikan di Indonesia. Pada kurikulum merdeka, pembela- jaran mengutamakan pada pengetahuan dasar dan kemampuan peserta didik sesuai dengan fasenya sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna,menyeluruh,dan menyenangkan (Priantini dkk, 2022). Pada masa covid-19, Pendidikan di Indonesia menjadi terbelakang dan ketinggalan. Kebi- jakan kurikulum merdeka menjadi solusi terhadap ketinggalan Pendidikan di In- donesia. Tujuan dari kurikulum merdeka adalah untuk menjawab permasalahan Pendidikan terdahulu. Adanya kurikulum merdeka ini akan mengarahkan dalam
mengembangkan potensi dan kompetensi peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa tujuan diberlakukannya kurikulum merdeka ini adalah untuk membantu system Pendidikan Indonesia, memperbaiki proses pembelajaran menjadi lebih baik dan meningkatkan karakter peserta didik melalui kegiatan yang mengacu pada profil pelajar Pancasila.
Kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan potensi,salah satunya proses pembelajaran yang dirancang dengan relevan dan interaktif. Pembelajaran yang interaktif salah satunya dengan membuat proyek. Pembelajaran tersebut akan membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan isu-isu yang berkembang di lingkungan (Mendikbudristek No 56 Tahun 2022).
Harapan adanya kurikulum merdeka yaitu agar peserta didik dapat berkembang sesuai bakat minat dan kemampuan yang dimiliki karena dengan kurikulum merdeka menyenangkan,efektif,bervariasidan maju. Menurut ke- mendikbudristek (2021).
Ciri khas dari kurikulum ini yang mendorong kestabilan pembelajaran adalah:
5. Terbentuknya soft skills dan pribadi yang sesuai profil pelajar Pancasila.
6. Fokus pada materi mendasar.
7. Guru bebas untuk mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai den- gan kemampuan dan gaya belajar peserta didik.
4. Landasan Kurikulum Merdeka
Landasan Fundasional dan Empirik Pengembangan kurikulum Pendidikan ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum merdeka di Sekolah dan Madrasah, karena mengingat landasan - landasan ini bertujuan untuk mem- perkokoh. Landasan Pengembangan kurikulum Merdeka di sekolah, pada hakikat-
nya adalah faktor - faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum ketika hendak mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum lembaga pendidikan. (Oemar Hamalik, 2008) Kurikulum perlu disusun dengan landasan fondasi yang kokoh. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan se- buah rumah yang dibangun dengan fondasi kuat. Kekuataan dari fondasi yang ada akan menentukan setinggi apa rumah yang akan di bangun. Rumah dengan fon- dasi yang tidak kuat dapat roboh karena sekedar terkena angin yang kuat atau sedikit goncangan,begitupun Pendidikan jika tidak ditopang dengan kurikulum yang kuat maka akan berdampak pada gagalnya system Pendidikan yang berjalan.
Dengan landasan kokoh, program Pendidikan yang dihasilkan juga akan meng- hasilkan manusia dengan karakter terdidik sesuai hakikatnya sebagai manusia.
Pada akhirnya hal tersebut tidak hanya berfungsi pada dunia Pendidikan saja, fungsi Pendidikan juga akan mempengaruhi kita walaupun telah lulus dari bangku Pendidikan. Pengguna landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat atau makro, namun, harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh pengembang kurikulum di tingkat operasional (satuan Pendidikan). Secara umum, landasan dalam pembentukan kurikulum sangat tergantung pada pandangan hidup,kebijakan politik.serta kultur kurikulum tersebut dikembangkan. Meskipun demikian,secara terdapat beberapa landasan dalam pengembangan kurikulum yang selama ini terjadi. Terdapat empat landasan umum dan pokok sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum,yaitu sebagai berikut :
a. Landasan filosofis
Landasan ini membahas dan mengidentifikasi landsan filsafat dan implikasinya dalam menegmbangkan kurikulum.
b. Landasan psikologis
Landasan ini membahas dan mengidentifikasi landasan psikologis dan implikasinya dalam mengembangkan kurikulum.
c. Landasan sosiologis serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Landasan ini membahas dan mengidentifikasi landasan sosiologis, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta implikasinya dalam mengembangkan kurikulum.
d. Landasan Psikologi Belajar
Kurikulum belajar mengetengahkan beberapa teori belajar yang masingmasing menelaah proses mental dan intelektual perbuatan belajar tersebut. Kurikulum yang dikembangkan sebaiknya selaras dengan proses belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga proses belajarnya terarah dengan baik dan tepat.
e. Landasan Sosio-Budaya
Nilai sosial-budaya dalam masyarakat bersumber dari hasil karya akal budi manusia, sehingga dalam menerima, menyebarluaskan, dan melestarikannya manusia menggunakan akalnya. Setiap masyarakat memiliki adat istiadat, aturan-aturan, dan cita-cita yang ingin dicapai dan dikembangkan. Dengan adanya kurikulum di madrasah diharapkan pendidikan dapat memperhatikan dan merespon hal-hal tersebut. (Zaini, 2009).
f. Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pendidikan merupakan suatu usaha penyiapan peserta didik untuk menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat setiap hari, bulan, dan tahunnya dan terus berkembang. Sehingga dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi, setelah siswa lulus diharapkan dapat menyesuaikan diri di lingkungannya dengan baik.
5. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka
Setiap kurikulum yang diterapkan di Indonesia memiliki kelebihan dan juga kekurangan, jika dibandingkan dengan Kurikulum 2013, maka ada beberapa kelebihan yang dimiliki Kurikulum Merdeka, di antaranya ialah:
a. Lebih sederhana dan mendalam
Materi yang esensial menjadi focus pada kurikulum merdeka.
Pembelajaran yang sederhana dan mendalam tanpa tergesa-gesa akan lebih diserap peserta didik. Pembelajaran mendalam dengan rancangan yang menyenangkan akan membuat peserta didik lebih fokus dan tertarik dalam belajar (Pengembangan kurikulum merdeka 2022).
b. Lebih merdeka
Kurikulum merdeka yang menjadi kebijkan Menteri Pendidikan dan kebudayaan republic Indonesia menjadi tolak ukur dalam merancang pembelajaran. Konsep merdeka yang diberikan memberikan ke- merdekaan kepada guru dalam merancang proses pembelajaran sesuai kebutuhan dan capaian pembelajaran. Proses pembelajaran yang diran- cang sesuai dengan kebutuhan akan menjadi baik bila diterapkan,diband- ingkan dengan merancang dengan tidak melihat kebutuhan peserta didik(Pengembangan kurikulum merdeka 2022).
c. Lebih relevan dan interaktif
Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif akan memberikan dampak yang baik bila diterapkan dalam proses pem- belajaran . Pembelajaran yang interaktif akan membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan kompetensi yang dimilikinya.
Pembelajaran interaktif dengan membuat suatu proyek akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam mengembangkan isu-isu yang beredar di lingkungan(Pengembangan kurikulum merdeka 2022).
Kurikulum merdeka yang diterapkan akan lebih sederhana dan mendalam karena jam pelajaran pada ini yaitu satu jam untuk in- trakurikuler dan satu jam untuk pengetahuan profil Pancasila. Pembela- jaran lebih merdeka juga menjadi kelebihan dari kurikulum merdeka.
Menteri Pendidikan dan kebudayaan memberikan hak otonom kepala
sekolah untuk merancang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah menge- mukakan kelebihan dari Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Ke- mendikbudristek, maka di bawah ini akan diuraikan beberapa kekuran- gan dari Kurikulum Merdeka, di antaranya ialah:
1) Dari segi implementasinya Kurikulum Merdeka masih kurang matang.
2) Sistem pendidikan dan pengajaran yang dirancang belum tere- alisasi dengan baik.
3) Kurangnya sumber daya manusia (SDM), serta sistem yang belum terstruktur.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Kurikulum Merdeka jauh lebih sederhana dibandingkan kurikulum sebelumnya, baik itu kurikulum 2004, 2006, 2013, dan kurikulum lainnya. Dalam praktik dan penera- pannya, Kurikulum Merdeka lebih membebaskan siswa untuk kreatif dalam proses belajar. Siswa juga diberi kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakatnya sehingga proses pembelajaran akan terasa jauh lebih menyenangkan.
Pada Kurikulum Merdeka guru juga diberikan kebebasan untuk menentukan ba- han ajar. Dibalik kelebihan yang dimiliki Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa kelemahan yang menjadi kendala untuk menerapkannya, di antaranya ialah belum memadainya fasilitas dan sumber daya manusia untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka. Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka juga harus memiliki fasilitas yang mendukung. Untuk saat ini secara kasat mata hanya seko- lah yang memiliki fasilitas yang mendukung yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, terutama sekolah negeri.
6. Pengembangan Kurikulum Merdeka
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “pengembangan” mengandung arti hal mengembangkan, pembangunan secara bertahap dan teratur, serta menjurus ke sasaran yang dikehendaki.(Dedi Sugono, 2008). Pengembangan kurikulum men- gandung pengertian sebagai kegiatan menghasilkan kurikulum, proses yang men- gaitkan satu komponen dengan lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, dan atau kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyem- purnaan kurikulum. Pengembangan kurikulum merupakan proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas, bagus, baik dan spe- sifik. Proses tersebut berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar - mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisas- ian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, media, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber - sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya untuk memudahkan proses belajar - mengajar. (Oemar Hamalik, 2011).
Selanjutnya, Abdullah Idi mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan pengembangan komponen-komponen kurikulum yang mem- bentuk sistem kurikulum agar tujuan pendidikan dapat tercapai sebagaimana mestinya (Abdullah, 1999). Selaras dengan pandangan tersebut Wina Sanjaya berpendapat bahwa pengembangan kurikulum merupakan proses penyusunan ren- cana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. (Sanjaya, 2008). Selanjutnya, pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan upaya mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pen- didikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datang dari luar atau dari dalam dirinya, dengan tujuan peserta didik dapat menghadapi kehidupan di masa yang akan datang (Dakir, 2004). Dalam prak- tiknya, kurikulum mengalami perubahan dan perkembangan, sejalan dengan hal tersebut, perkembangan juga terjadi pada kurikulum merdeka. Lambat laun, be- berapa orang akan berkembang dengan pola pikirannya guna mengembangkan su- atu hal yang sudah dianggap bagus hari ini. Meskipun demikian, pengembangan tersebut harus sesuai dengan norma yang ada. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan kurikulum juga dapat terjadi pada kurikulum merdeka. Dengan
perkembangan yang ada, ide tersebut harus diimplementasikan dengan cara yang tepat agar tujuan dapat tercapai dan sebagaimana mestinya.
Pengembangan kurikulum memiliki beberapa karakteristik antara lain:
1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals and general objectives) yang jelas. Salah satu maksud utama rencana kurikulum adalah mengidentifikasi cara untuk tercapainya tujuan.
2. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik.
4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di antara para pelajar.
5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar- mengajar, seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
6. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik pengguna. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang tahapan kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep diri sebagai pelajar, dan lain-lain.
7. The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah. Penggunaan pendekatan lain pada semua program sekolah juga diperlukan, untuk menjaga keseimbangan dan memenuhi tujuan pendidikan yang luas serta diversitas kebutuhan di kalangan peserta didik.
8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-peserta didik.
Perencanaan guru-peserta didik memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mempelajari keterampilan perencanaan.
9. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ideide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan peserta didik dam situasi belajar yang khusus.
10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik (Oemar Hamalik, 2011).
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Sebenarnya kurikulum untuk suatu lembaga pendidikan tertentu pada umumnya sudah ada, artinya telah disusun sebelumnya oleh para perencana kurikulum (curriculum planner). Biasanya tugas para pelaksana kurikulum yaitu melaksanakan, membina, dan mengembangkannya dalam batas-batas tertentu.
7. Fase Kurikulum Merdeka Tingkat SMA/SMK/MA
Di kurikulum merdeka, capaian pembelajaran dirumuskan ke dalam enam fase dengan jangka waktu sesuai tingkat kompetensi peserta didik. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang jangka waktunya pertahun. Istilah fase berbeda dengan kelas. Fase menunjukan tingkat kompetensi setiap peserta didik terhadap suatu pembelajaran. Tingkat SMA/SMK/MA dibagi ke dalam dua fase, sebagai berikut:
a. Fase E kurikulum Merdeka
Fase E kurikulum merdeka adalah fase yang diperuntukan bagi kelas 10, baik ditingkat SMA,SMK,atau MA. Di fase ini, peserta didik dituntut untuk bisa mengenali potensi serta bakatnya sebelum masuk ke tingkat kelas yang lebih tinggi. Hal itu ditunjukan dengan kewajiban setiap peserta didik untuk memilih minimal satu mata pelajaran Seni dan Prakarya.
b. Fase F kurikulum merdeka
Fase F kurikulum merdeka adalah fase yang diperuntukan bagi kelas 11 dan 12, baik di tingkat SMA/SMK/MA. Di fase ini, peserta didik bisa memilih mata pelajaran yang di sukai,sesuai dengan minat dan bakatnya. Adapun kelompok mata pelajaran yang bisa di pilih meliputi kelompok mata pelajaran umum, kelompok MIPA,kelompok IPS, kelompok Bahasa dan Budaya, dan Kelompok vokasi dan Prakarya.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembagian fase kurikulum merdeka mengacu pada tingkat kompetensi peserta didik, bukan mengacu pada tingkatan kelas seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar dapat menerangai tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol (Dimyati dan Mudjiono 2009:200).
Hasil belajar yaitu sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu (Omear Hamalik 2007:30).
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui
seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik. Hasil belajar ini pada akhirnya difungsikan dan ditunjukan untuk keperluan berikut ini:
a. Untuk seleksi, hasil dari belajar seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu.
b. Untuk kenaikan kelas, untuk menentukan apakah seseorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru.
c. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.
Menurut Benyamin S.Bloom hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif.afektif dan psikomotorik.Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan mulai dari yang sederhana sampai hal yang paling kompleks,mulai dari yang mudah kepada yang sukar,dan mulai dari yang konkrit sampai hal yang paling abstrak (Sawaludin,63-64).
Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:
a. Domain Kognitif (Cognitive Domain)
Aspek atau domain kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,segala upaya yang menyangkut otak adalah termasuk dalam ranah kognif (Nursalam,2012:11). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge),yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,prinsip,fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan di antaranya: mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, Menyusun daftar, mencocokan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan dan memilih.
2) Pemahaman (Comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga yakni menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan dan meningkatkan.
3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum,tata cara ataupun metode,prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:
mengubah,menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukan, memecahkan, dan menggunakan.
4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan di anataranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan dan merinci.
5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai factor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan,rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya: menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan,
merekontruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi,menyimpulkan, dan menceritakan.
6) Evaluasi (evalution), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dari evaluasi ini yaitu menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasioanl yang dapat digunakan diantaranya: menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan dan menduga (Zainial Arifin,2012:47-48).
b. Domain Afektif (Affective Domain)
Taksonomi untuk ranah afektif yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sika seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif yang lebih tinggi (Nursalam:14).
Ranah atau domain afektif yaitu suatu proses internalisasi pada diri seseorang yang berhubungan dengan minat, nilai, sikap, apresiasi, dan penyesuaian (Baego Ishak 2010:33).
Domain afektif merupakan internalisasi sikap yang menunjuk kea rah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudia mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku (Zainal Arifin,2012:49).
c. Domain Psikomotor (Psychomotor Domain)
Ranah psikomotor yaitu ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Zainal Arifin,2012: 50).
Domain psikomotor juga dikenal dengan istilah keterampilan, keterampilan-keterampilan yang dimaksud yaitu keterampilan otot, keterampilan memanipulasi benda atau objek atau kemampuan mengkondisikan saraf otot (Baego Ishak,2010:35).
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan suatu pendapat maka penilaian hasil belajar berpedoman pada kurikulum yang digunakan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar tidak saja ditentukan oleh peningkatakan kemampuan para pendidik saja,akan tetapi hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh harus dijaga. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi peserta didik. Beberapa aspek fisiologis yang pertama yaitu minat, minat merupakan sesuatu yang penting yang harus dimiliki. Jika seseorang tidak memiliki minat maka akan kesulitan dan tidak tertarik untuk melakukannya. Selian itu menurut Djamarah minat belajar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah (Ratnasari,2017). Yang kedua adalah bakat, bakat menurut Semiawan mendefinisikan bahwa bakat merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Pada dasarnya seseorang memiliki bakat tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda. Bakat yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tertentu memungkinkannya mencapai prestasi pada bidang ini (Anggraini et al:2020). Yang ketiga motivasi, motivasi
merupakan serangkaian usaha untuk menyiapkan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.
Atkinson menyatakan bahwa motivasi merupakan sebuah istilah yang mempengaruhi kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh (Hartata,2019). Yang keempat yaitu cara belajar, cara belajar yaitu sebuah strategi yang dilakukan peserta didik agar lebih memahami materi yang dijelaskan tentunya dengan cara belajar yang disenangi oleh peserta didik tersebut.
b. Faktor eksternal
Selain factor internal menurut Sudjana (2010: 130 ) hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal yaitu :
1) Lingkungan Keluarga
Lingkunga keluaraga merupakan pengaruh utama dan utama bagi kehidupan pertumbuhan dan perkembangan seseorang . Menurut Hurlock salah satu sumbangan keluarga pada perkembangan anak adalah sebagai perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan kehidupan sosial. Dengan kata lain, dalam relasi antara anak dengan orang tua itu secara kodrati tercakup unsur Pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan mendewasakannya.
Jadi sebelum anak memasuki sekolah formal anak sudah mendapatkan Pendidikan dari orang tua atau keluarga, begitupun setelah anak tersebut sekolah peranan orang tua atau keluarga sangat menentukan keberhasilan anaknya (Rizki Zaelani,2016).
2) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial merupakan lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu atau berinteraksi dengan manusia sekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan sosial yaitu lingkungan pertemanan, karena teman merupakan sumber motivasi sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Lingkungan sosial yang kedua yaitu guru.
Kualitas guru di kelas bisa mempengaruhi bagaimana siswa belajar dan bagaimana minat siswa dapat terbangun di dalam kelas. Lingkungan sosial yang terakhir adalah masyarakat, lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya mempengaruhi tindakan seseorang.
c. Faktor Instrumental
Faktor Instrumental yaitu suatu faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor instrumental ini berupa kurikulum,sarana dan guru.
3. Penilaian Hasil Belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Diantaranya adalah (Sudjana 2010: 33):
a. Tes awal (Pretest), yaitu test yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan.
b. Tes Akhir (Pos Test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah semua materi yang telah diajarkan dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik atau tidak.
C. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Artinya, dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Menurut Moh. Suardi pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep belajar.Pendapat lain mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan peserta didik secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik peserta didik, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar sering diistilahkan dengan pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, tidak berarti sama sekali memperbesar peranan guru di satu pihak dan memperkecil peranan siswa di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal demikian juga halnya dengan siswa.
Aqidah berasal dari kata ‘aqd’ yang artinya pengikatan. Maksudnya yaitu mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini
seseorang. Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Ada juga ahli mendefinisikan bahwa aqidah adalah kesimpulan pandangan atau kesimpulan ajaran yang diyakini oleh hati seseorang. Adapun secara istilah, aqidah berarti Iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Iman berarti membenarkan atau percaya.
Secara etimologi, akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti menciptakan, menjadikan, membuat. Akhlak adalah kata yang berbentuk jamak taksir dari kata khuluqun, yang berarti tabi’at atau budi pekerti.
Abuddin Nata menjelaskan bahwa kata akhlak dari kata akhlaqa tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlak tetapi
ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara Liguistik kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Muhammad Husain Abdullah juga memberikan definisi bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan aktivitasnya.
Aqidah dan akhlak selalu disandingkan sebagai salah satu kajian yang tidak bisa lepas satu sama lain. Dikarenakan sebelum melakukan sesuatu akhlak, maka terlebih dahulu meniatkannya dalam hati (aqidah). Semakin baik aqidah seseorang, maka semakin baik pula akhlak yang diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, jika semakin buruk tingkat keyakinan aqidah seseorang, maka akhlaknya pun akan sebanding dengan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mnghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikan dalam perilaku kehidupan sehari- hari berdasarkan al-Qur’an Hadis. Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktikkan al-akhlak alkarimah dan adab islam dalam kehidupan sehari- hari sebagai manifestasi dan keimanannya kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir serta qada dan qadar. Pembelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengandung pengertian pengetahuan pendidikan dan penghayatan tentang keyakinan atau kepercayaan dalam Islam yang menetap dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup, perkataan dan amal perbuatan siswa
dalam segala aspek kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Aqidah Akhlah memberikan pengajaran tentang tata nilai yang mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhan, mengatur hubungan dengan sesama manusia dan mengatur hubungan dengan lingkungan serta diri sendiri.
2. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan pembelajaran adalah segala sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.(M.Fadilah 2014:149). Tujuan pembelajaran juga merupakan prioritas utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
Tanpa adanya tujuan, kita tida dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak? Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran adalah salah satu komponen yang harus ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembelajaran Aqidah Akhlak mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani oleh umat Islam, sehingga menjadikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan al-Qur’an dan hadis. (Khayat Hidayatulah,2015:1).