GEOGRAFI TANAH GEOGRAFI TANAH
OLEH:
OLEH:
Drs. SUWARNO, M.Si.
Drs. SUWARNO, M.Si.
PENGERTIAN TANAH PENGERTIAN TANAH
ADALAH TUBUH ALAM (NATURAL
BODY) YANG TERBENTUK DAN
BERKEMBANG SEBAGAI AKIBAT
BEKERJANYA GAYA-GAYA ALAM
(NATURAL FORCES) TERHADAP
BAHAN-BAHAN ALAM (NATURAL
MATERIAL) DI PERMUKAAN BUMI.
SOIL. The unconsolidated minerals and/or organic materials on the immediate surface of the earth that serves as a natural medium for the growth of land plants.
Tanah adalah the unconsolidated mineral and/or organic matter on the surface of the earth that has been subjected to and shows effects of genetic and environmental factors.
Jadi tanah adalah detritus from rock or - sand, silt and clay particles along with decomposed plant
remains and live organisms. Or The Loose surface
of the earth that can support plants.
TANAH
FROFIL TANAH
DARI PENGERTIAN TANAH TERSEBUT DI ATAS ADA TIGA HAL YANG PERLU DI
PERHATIKAN:
1. TANAH ITU TERBENTUK DAN
BERKEMBANG DARI PROSES-PROSES ALAMI.
2. ADANYA DIFFERENSIASI PROFIL TANAH MEMBENTUK HORISON-HORISON.
3. TERDAPAT PERBEDAAN YANG MENYOLOK ANTARA SIFAT-SIFAT BAHAN INDUK
DENGAN HORISON-HORISON TANAH YANG TERBENTUK, TERUTAMA DALAM HAL MORFOLOGI, KIMIA, FISIS DAN
BIOLOGI
SUSUNAN UTAMA TANAH SUSUNAN UTAMA TANAH
UDARA
AIR
MINERAL
BAHAN ORGANIK 5%
25%
45%
25%
PEMBENTUKAN TANAH PEMBENTUKAN TANAH
BATUAN DAN MINERAL BAHAN INDUK PROFIL TANAH
PELAPUKAN
GENESA TANAH
FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH
1. IKLIM.
2. JASAD HIDUP: VEGETASI, ORGANIME, MANUSIA.
3. RELIEF ( TOPOGRAFI) 4. BAHAN INDUK.
5. WAKTU
JOFFE MEMBAGI FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH MENJADI 2:
1. FAKTOR-FAKTOR PASIF, MELIPUTI SUMBER MASSA PEMBENTUK TANAH DAN KONDISI-KONDISI YANG
MEMPENGARUHINYA. KEDALAM INI TERMASUK BAHAN INDUK, RELIEF DAN WAKTU.
2. FAKTOR-FAKTOR AKTIF, MELIPUTIAGENT-AGENT YANG
MENYEDIAKAN ENERGI YANG BEKERJA DIATAS MASSA UNTUK MENYELENGGARAKAN PROSES-PROSES PEMBENTUKAN
TANAH. KEDALAM INI TERMASUK IKLIM DAN JASAD HIDUP.
IKLIM IKLIM
IKLIM BERPENGARUH TERHADAP:
1. PERKEMBANGAN FORFIL TANAH SANGAT DIPENGARUHI OLEH CURAH HUJAN DAN TEMPERATUR.
2. MEMPENGARUHI JUMLAH BAHAN ORGANIK.
3. MEMPENGARUHI PROSES PELAPUKAN DAN PROSES PEMBENTUKAN LEMPUNG.
4. MENINGKATNYA NILAI TUKAR KATION.
5. MEMPENGARUHI TIPE-TIPE MINERAL LEMPUNG
FAKTOR IKLIM
JASAD HIDUP JASAD HIDUP
JASAD HIDUP BERPENGARUH TERHADAP:
1. SIKLUS HARA.
2. TINGKAT ELUVIASI DAN PENCUCIAN.
BAHAN INDUK
BAHAN INDUK BERPENGARUHI TERHADAP
PERKEMBANGAN HORISON TANAH DAN JENIS TANAH, DAN JUGA MASIH DIGUNAKAN UNTUK KLASIFIKASI TANAH SEPERTI TANAH ALLUVIAL, BASALTIC SOILS, DAN LIMESTONE SOILS.
FAKTOR JASAD HIDUP
CACING TANAH
AKTIVITAS MANUSIA
FAKTOR BAHAN INDUK
TOPOGRAFI
TOPOGRAFI MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN PROFIL TANAH ATAS TIGA HAL:
1. JUMLAH CURAH HUJAN TERABSORPSI
DAN PENYIMPANANNYA DI DALAM TANAH.
2. TINGKAT PERPINDAHAN TANAH ATAS OLEH EROSI.
3. ARAH GERAKAN-GERAKAN BAHAN-BAHAN DALAM SUSPENSI ATAU LARUTAN DARI
SATU TEMPAT KE TEMPAT LAIN.
FAKTOR TOPOGRAFI
TOPOSQUENS
WAKTU
MOHR DAN VAN BAREN MEMBAGI FASE PERKEMBANGAN TANAH MENJADI 5:
1. FASE PEMULA: BAHAN INDUK BELUM DILAPUKI.
2. FASE JUVENIL: PELAPUKAN MULAI TERJADI, NAMUN SEBAGIAN BESAR BAHAN ASLINYA BELUM DILAPUKI.
3. FASE VIRIL: KEBANYAKAN MINERAL-MINERAL YANG MULAI PECAH, KANDUNGAN LEMPUNG MENINGKAT, PELAPUKAN MASIH BERJALAN LAMBAT.
4. FASE SENIL: DEKOMPOSISI TIBA PADA FASE AKHIR, HANYA MINERAL-MINERAL YANG TAHAN LAPUK YANG MASIH
BERTAHAN.
5. FASE AKHIR: PERKEMBANGAN TANAH TELAH SEMPURNA DAN TELAH MELAPUK MENURUT KONDISI ITU.
• PERKEMBANGAN PROFIL TANAH
• PROFIL TANAH ADALAH PENAMPANG VERTIKAL TANAH DIMULAI DARI PERMUKAAN TANAH
SAMPAI LAPISAN BAHAN INDUK DIBAWAH TANAH.
SOLUM TANAH ADALAH PENAMPANG TANAH DIMULAI DARI HORISON A HINGGA HORISON B
• HORISON TANAH
1. HORISON O (HORISON ORGANIK) CIRI-CIRINYA;
a. terbentuk di atas tanah mineral,
b. didominasi oleh bahan organik yang segar atau sebagian telah dilapuki,
c. mengandung lebih dari 30% bahan organik.
HORISON O
2. HORISON A ( HORISON MINERAL) CIRINYA:
a. bahan organik diakumulasikan atau terbentuk dekat permukaan tanah,
b. horison-horison yang kehilangan lempung, besi atau aluminium dengan hasil resultannya berupa kwarsa atas mineral-mineral resisten yang lain,
c. horison-horison ini didominasi oleh (a) atau (b) di atas, tetapi dapat pula berupa transisi ke horison B atau C di bawahnya.
3. HORISON B CIRINYA:
a. merupakan horison illuvial, terakumulasinya lempung silikat, besi, aluminium atau humus,
secara sendiri atau kombinasinya. Bahan-bahan ini umumnya berasal dari horison A.
HORISON A HORISON B
• b. konsentrasi sisa dari sesquioksida atau lempung-
lempung silikat yang terbentuk dengan keluarnya dari horison ini garam-garam karbonat atau garam terlarut.
• c. mantel (coating) mineral-mineral sesquioksida telah cukup memberikan warna gelap, kuat atau warna kemerahan dibandingkan dengan warna horison dibawahnya atau diatasnya,
d. alterasi dari bahan-bahan asalnya yang berupa
struktur batuan maka terbentuklah lempung silikat, pembebasan oksida-oksida atau keduanya, dan diikuti dengan pembentukan struktur granular, gumpal, atau prisma.
3. HORISON C,
Merupakan horison atau lapisan mineral, kecuali bed- rock dari mana solum tanah itu berkembang; hanya sedikit dipengaruhi proses-proses pedogenesis, tidak memiliki (sedikit sekali) sifat-sifat horison diaknostik A atau B.
4. HORISON R,
Batu-batuan dibawah tanah seperti batuan granit, batuan pasir atau batuan gamping. Kesemuanya termasuk kedalam “consolidated bedrock”.
HORISON C HORISON R
TUBUH TANAH ALAMI
CIRI-CIRI KHAS PROFIL TANAH b – horison tanah terkubur
Ca – akumulasi karbonat dr bahan alkalin (calcium) cs - akumulasi calcium sulfat
cn - akumulasi konkresi f - tanah membeku
g - lapisan gley yang kuat m - sementasi yang kuat
sa - akumulasi garam yang daya larutnya lebih besar dari calcium sulfat
si - sementasi oleh bahan silika, larut dalam, alkalin x - ciri fragipan (lapisan teguh dibawah tanah)
PROFIL TANAH YANG UMUM
ZONA 01 Daun-daun lepas, bahan organik belum di dekomposisi EL 02 Bahan organik telah di dekomposisi
LU A1 Horison minerel tercuci, mengandung bahan organik halus yang tinggi, berwarna gelap.
VI A2 Lap.warna pucat, pencucian max. terutama pd proses podsolisasi.
AL A3 Lapisan transisi, sifatnya dekat pada A2.
ZONA B1 Lapisan transisi, sifatnya dekat pada B2.
ILLU B2 Hor. Warna terang akumulasi max. pd profil yang
memiliki proses podsolisasi, kadang mrpk hor. Transisi ke hor. C
VIAL B3 Horison transisi ke C BAHAN
INDUK
C Lapisan ini biasanya dianggap sama dengan pemunculan asli solum tanah.
PROSES DIFFERENSIASI HORISON
Genesa tanah atau differnsiasi horison, kedalamannya termasuk proses-proses yang berkaitan dengan
penambahan (addition), kehilangan (losses), transformasi atau translokasi.
Penambahan ke dalam tanah.
Air dari curah hujan, kondensasi, 02 dan co2 dari atmosfer N, Cl dan s dari atmosfer dan curah hujan.
Bahan organik dari aktifitas biologik. Bahan-bahan sebagai sediment, energi dari matahari.
Kehilangan dari dalam tanah
Air dengan cara evapotranpirasi, N oleh denitrifikasi sebagai CO2 dari oksida bahan organik, kehilangan tanah oleh erosi, energi oleh radiasi.
HORISON A
HO RI SON B
Translokasi di dlm :
lempung, bhn organik, dan sesquioksida oleh air, siklus hara tanah-tanaman, garam terlarut dlm air, kehilangan tanah oleh binatang
Transformasi di dalam:
humifikasi bahan organik, reduksi ukuran partikel tanah oleh
pelapukan, formasi mineral oleh pelapukan, reaksi antara
lempung dengan bahan organik
HORISON C
Kehilangan dari tanah: air dan bahan-bahan di
dalam larutan atau suspensi
SIFAT FISIKA TANAH
Sifat fisika tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel;
macam dan jumlah bahanorganik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara
menempati pori-pori pada waktu tertentu.
Beberapa sifat fisik tanah:
1. Tekstur Ialah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir, debu dan lempung.
2. Struktur adalah penyusunan (arragement) partikel-
partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk aggregat-aggregat yang satu aggregat dengan lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Aggregat yang terbentuk secara alam(natural aggregate) disebut ped, sedang istilah cold digunakan untuk bongkah tanah hasil pengolahan tanah.
Gambar tekstur tanah
Pasir Debu
Lempung
Textural Triangle
Klasifikasi Tekstur Sistem USDA
BENTUK STRUKTUR
1. Bentuk lempeng: dimensi horisontal lebih berkembang dari vertikal, menghasilkan bentuk lempeng. Lempeng tebal disebut platy, sedang lempeng tipis disebut
laminar.
2. Bentuk prisma: sumbu vertikal lebih berkembang dr lainnya, bagian samping agak datar (flat),
menghasilkan bangunan bentuk pillar. Jika puncak ped adalah bulat disebut struktur coloumnar, jika datar
disebut prisma.
3. Bentuk gumpal: perkembangan ketiga demensi lebih kurang sama dan ped-ped terbentuk serupa kubus dengan muka datar atau bulat. Jika mukanya datar dan pinggirannya bersudut tajam, maka strukturnya dinamakan gumpal bersudut (angular bloocky).
Striktur tanah
4. Bentuk spheroidal: berbentuk bulat atau spheroidal dan semua sumbu lebih kurang sama panjangnya dengan muka tidak beraturan (irregular). Biasanya ukuran strukturnya kecil, aggregat dari group ini dinamakan granular relatif kurang porous: dan jika susunan granula sangat porous dinamakan remah (crumb).
Gerakan udara dan air akan berlangsung dengan baik jika struktur tanah itu remah, struktur itu juga disifatkan menurut ukuran dan tingkat perkembangannya (kuat, lemah dan lainnya).jika pada suatu tanah tidak terlihat adanya perkembangan struktur, maka grade struktur tanah adalah structurless (tanpa struktur).
Dikenal ada dua jenis tanah tanpa struktur, yakni butir tunggal dan masive.
TIPE STRUKTUR
Tipe struktur
Penyifatan Aggregat Lokasi
Granular Kurang porous, ukuran kecil, padat, tidak terikat antara aggregat bulat
Horison A Remah Porous, bulat, ukuran kecil, aggregat
tidak terikat sesamanya
Horison A Lempeng Aggregat berbentuk lempeng Horison A2 Gumpal Gumpal berbentuk kubus, aggregat
berpegang erat dengan lainnya, jika terjadi aggregat lebih kecil
Horison B
Gumpal bersudut
Gumpal berbentuk gumpal, bermuka datar dengan pinggir bersudut tajam
Horison B Prisma Bentuk mirip prisma,bagian atas datar Horison B Columnar Aggregat seperti tiang dengan puncak
berbentuk agak bulat
Horison B
3. KONSISTENSI ialah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandungan air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang bekerja didalam tanah pada kandungan air yang berbeda-
beda.
Konsistensi tanah tergantung pada tekstur, sifat dan jumlah kolloid-kolloid inorganik dan organik, struktur dan
terutama kandungan air.
Macam konsistensi tanah:
1. Konsistensi basah (lebih kurang kandungan air pada kapasitas lapang)
2. Kelekatan:dengan ciri tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda yang mengenainya,
stickness (kelekatan) dibagi atas tidak melekat, sedikit melekat, lekat dan sangat lekat.
2. Liat (plasticity): menunjukkan sifat yang mempunyai kemampuan dapat dengan mudah diubah-ubah
bentuknya; dapat dibagi atas: non-plastic, slighly plastic, plastic dan very – plastic.
3. Konsistensi lembab (sedikit basah, kira-kira kandungan airnya terletak antara tanah kering-udara dan kapasitas lapang). Dicirikan dengan tanah yang gembur. Istilah yang digunakan: lepas, sangat gempur, gembur, teguh, sangat teguh dan ekstrem teguh.
4. Konsistensi kering (kondisi kering udara). Dicirikan
dengan kerasnya tanah. Istilah yang digunakan adalah lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat keras dan
ekstrem keras.
Slightly-Sticky Non-Sticky
Very Sticky
4. POROSITAS TANAH
a. Kerapan isi, adalah berat persatuan volume
tanahkering oven (berat tanah kering oven (gr) dibagi volume tanah (cm³), kerapan zarah tiap jenis tanah adalah konstan dan tidak bervareasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel.
b. Pori-pori tanah adalah perbandingan antara kerapatan isi dibagi kerapatan zarah kali 100%.
5. SUHU TANAH
Panas yang diabsorbsi tanah akan hilang kembali melalui:
penguapan, re-radiasi ke atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, untuk memanaskan udara di dalam tanah, memanaskan tanah sendiri.
6. WARNA TANAH dapat digunakan dalam klasifikasi
tanah mencirikan perbedaan horison-horison. Warna tanah sangat berhubungan erat dengan kandungan bahan organik ikatan-ikatan besi dan pencucian.
Porositas
Baik Sedang Agak jelek Jelek
Kelas drainage tanah
Hubungan tekstur dan permeabilitas tanah
BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH
• Klasifikasi jasad hidup tanah:
1. Jasad hidup yang menguntungkanmeliputi seluruh
organisme yang melakukan pelapukan bahan organik, perubahan ke anorganik, dan penambahan nitrogen.
2. Jasad hidup yang merugikan adalah yang melakukan persaingan hara dengan tanaman pokok dan/atau
menyebabkan tanaman kena hama dan penyakit.
Secara umum aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor adalah:
1. Iklim (curah hujan, suhu, dll).
2. Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara, dll).
3. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dll).
macrofauna
macrofauna
• Aktivitas organisme tanah dicirikan oleh parameter seperti:
1. Jumlahnya dalam tanah.
2. Bobot tiap unit isi atau luas tanah (biomassa).
3. Aktivitas metaboliknya.
Peranan jasad hidup tanah: adalah untuk mengubah bahan organik, baik segar maupun setengah segar atau sedang melapuk, sehingga menjadi bentuk
senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah.
Peranan dan aktivitas setiap jasad hidup:
1. Cacing tanah: berperanan mencampurkan bahan
organik kasar maupun halus antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini menyebabkan tanah menjadi
gembur dan penyebaran bahan organik yang agak merata. Kotoran cacing kaya akan unsur hara karena itu cacing dapat memperkaya tanah dengan hara
melalui kotorannya.
Important soil
mesofauna include:
 Arthropods - mites, collembola
 Annelida - earthworms
Many of the mesofauna are important for
mixing the soil and breaking down the larger plant residues.
2. Binatang mikro tanah:
a. Nematoda hidup dari bahan organik yang sedang
membusuk, golongan sebagai predator, dan kelompok parasit, ini sangat merugikan petani dan sampai
sekarang masih dicarikan cara pemberantaannya.
b. Protozoa dapat mempercepat tersedianya unsur hara bagi tanaman.
c. Rotivera berperan dalam peredaran bahan organik, terutama di daerah rawa.
3. Tumbuhan tanah ini berperan sebagai sumber bahan organik, mendekomposisikan bahan organik,
melakukan sintesa humus, menghasilkan senyawa anorganik. Kelompok tumbuhan itu adalah:
a. Akar tanaman perannya memperbaiki fisika tanah,
memantapkan agregasi tanah, awal dari pembentukan agregat tanah, penyumbang bahan organik atau
humus.
rhizosphere
rhizosphere
b. Alge tanah berperan untuk menambat N dari udara.
c. Fungi tanah berperan pada dekomposisi bahan organik, dapat menghancurkan selulosa, zat pati, gum, lignin dan senyawa organik.
d. Aktinomisetes tanah perannya adalah penambahan bahan organik dan pembebasan unsur hara, dan mineralisasi nitrogen.
e. Bakteri tanah perannya sangat penting karena turut
dalam semua perubahan bahan organik, ia memonopoli dalam reaksi enzimatik seperti nitrifikasi, oksidasi bakteri dan fiksasi nitrogen, dan peranan bakteri ini sangat
dipengaruhi oleh kelembaban, oksigen, suhu, bahan organik, pH dan kalsium dapat ditukar.
N-Cycle N-Cycle
• Plants need NO3-
• This can be
supplied as NO3-, NH4+, or organic N (R-NH2),
• The rate at which NO3- is available depends on : C:N, temp, O2, water,
Worms
Worms
Bacteria
Bacteria
Dazzo & Wopereis, 2000
Vance et al., 1980
Infection and nodule
formation
Rhizobium
Dazzo & Wopereis, 2000
Gage and Margolin, 2000
Root hair curling around rhizobia
Rhizobia reproduce in infection threads
Bacteroids filling a single cell Alfalfa root nodule
M. Barnett
Michael Russelle - USDA-ARS Plant Science Research Unit
Fungi
Fungi
BAHAN ORGANIK TANAH BAHAN ORGANIK TANAH
1. Sumber bahan organik tanah.
a. Sumber primer bahan organik adalah jaringan
tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga dan buah.
b. Sumber sekunder bahan organik adalah binatang.
2. Pelapukan bahan organik dan hasilnya adalah – proses dekomposisi, dibedakan menjadi dua:
a. Bahan organik cepat dikomposisikan: gula, zat pati, protein sederhana, protein kasar, hemi selulosa.
b. Bahan organik lambat sekali didekomposisikan:
selulosa, lignin, lemak, waks, dll.
Reaksi umum bahan organik dalam tanah adalah:
a. Oksidasi enzimatik dengan CO2 dan air, panas sebagai hasil utama.
b. Reaksi spesifik pembebasan dan/atau inmobilisasi unsur esensial seperti N, P, S, dll.
c. Sintesa dari bahan resisten hancuran menjadi bentuk senyawa baru.
Hasil dekomposisi oleh jasad mikro adalah: karbon, nitrogen, belerang, fosfor, dll.
1. Peredaran dan pelapukan senyawa karbon: karbon mrpk bahan organik yang utama, peredaran karbon adalah peredaran energi yang sangat komplek, dan disebut peredaran hidup.
2. Pelapukan senyawa nitrogen: hasil dekomposisinya adalah amonium, nitrit, nitrat, dan gas nitrogen.
3. Pelapukan senyawa belerang: menghasilkan
pembentukan sulfat, ini dimanfaatkan oleh tanaman atau hilang oleh air pengairan.
4. Pelapukan senyawa fosfor: dapat mengubah fosfor organik diubah menjadi fosfor inorganik.
HUMUS DAN PEMBENTUKANNYA HUMUS DAN PEMBENTUKANNYA
1. Pengertian humus adalah senyawa komplek yang agak resisten pelapukan, berwarna coklat, amorfus, bersifat koloidal, dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah dimodefikasikan atau
disentesiskan oleh berbagai jasad mikro.
2. Komposisi humus adalah lignin berikatan dengan N, minyak, lemak dan resin, uronida dan karbon uronida, polisakarida berikatan N, protein dan lempung.
3. Sifat dan ciri humus sebagai berikut:
a. Bersifat koloidal seperti lempung, tetapi amorfus, b. Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi
lempung
c. Kapasitas tukar kation 150 – 300 me/100 gr, lempungnya hanya 8 – 100 me/100 gr.
d. Daya jerap air 80 -90 % dari bobotnya, lempung hanya 15 – 20%.
e. Daya kohesi dan plastisitasnya rendah, sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu
granulasi aggregat tanah.
f. Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida dan protein liat yang didampingi oleh C H O N S P dan unsur lain.
g. Muatan negatip berasal dari gugus –COOH dan OH yang tersembul di pinggiran di mana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
h. Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
i. Merupakan sumber energi jasad mikro.
j. Memberikan warna gelap pada tanah.
PERANAN BAHAN ORGANIK PERANAN BAHAN ORGANIK
1. Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah:
a. Kemampuan menahan air meningkat.
b. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam.
c. Merangsang granulasi aggregat dan memantapkan.
d. Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya.
2. Pengaruh bahan organik pada kimia tanah:
a. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation.
b. Kation yang sudah dipertukarkan meningkat.
c. Unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro organisme.
d. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus.
3. Pengaruh bahan organik pada biologi tanah:
a. Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat.
b. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat.
KIMIA TANAH KIMIA TANAH
• Koloid tanah yang terdiri dari lempung dan bahan organik merupakan dasar dari terjadinya penjerapan (absorbsi) dan pertukaran ion dalam tanah. Koloid lempung terdiri dari mineral lempung silikat kristalin dan amrof serta mineral lempung bukan silikat. Sifat koloid lempung tersebut antara lain adalah:
1. Berbentuk kristal umumnya.
2. Mempunyai permukaan yang luas karena itu reaktif.
3. Bermuatan negatif karena menjerap kation.
4. Juga ada bermuatan positif karena itu mrnjerap anion.
5. Menjerap dan mempertukarkan ion, serta menjerap air 6. Mudah mengalami subtitusi isomorik sehingga
bermuatan negatif.
7. Merupakan suatu garam yang bersifat masam.
• Koloid organik (humus) mempunyai daya jerap kation dan air serta kapasitas tukar kation yang lebih besar dari pada lempung. Muatan koloid organik tergantung pada pH. Koloid ini tidak kristalin, tidak semantap liat dan mudah dihancurkan.
• Penentuan kapasitas tukar kation (KTK) tanah adalah penting karena akan menentukan jumlah kapur atau pupuk yang akan diberikan. Juga menentukan
kemampuan tanah dalam menjerap dan menyediakan hara bagi tanaman.
• Besarnya kapasitas tukar kation dipengaruhi oleh:
1. Reaksi tanah, semakin tinggi pH semakin tinggi KTK.
2. Tekstur tanah, makin tinggi kadar lempung makin tinggi KTK.
3. Jenis lempung, KTK lempung tipe 2 : 1 lebih besar dari pada lempung 1 : 1.
Tipe lempung 2 : 1
Tipe lempung 1 ; 1
3. Kadar bahan organik, makin tinggi bahan organik makin tinggi KTK.
4. Pengapuran dan pemupukan kation, menaikan pH, Persen kejenuhan basa (KB) yang merupakan
perbandingan antara kation basa dengan KTK, berkorelasi erat dengan pH dan iklim. Dimana KB tanah beriklim kering akan lebih besar daripada KB tanah beriklim basah,
demikian pula KB tanah ber pH tinggi lebih besar daripada KB tanah ber pH rendah.
besaran KTK tanah mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Tanah ber KTK tinggi dapat menjerap hara lebih banyak, tetapi agak sukar melepas-kan ke dalam
larutan. Sehingga sukar tersedia bagi tanaman karenanya diperlukan pupuk yang lebih banyak. Tanah ber KTK
rendah, menyimpan hara sedikit, tetapi mudah
melepaskannya kedalam larutan, sehingga mudah tersedia bagi tanaman.
• Reaksi tanah tidak mudah berubah drastis karena ada suatu penyangga dalam tanah yang terdiri atas koloid lempung dan organik (campuran asam lemak dengan garamnya). Berbeda jumlah lempung atau berbeda jenisnya akan berbeda pula kapasitas sangganya.
Demikian pula bila jumlah bahan organik berbeda.
Terdapat korelasi yang erat antara sanggaan tanah dengan KTK nya.
• Reaksi tanah dikategorikan tiga tingkatan yaitu: masam (ion H > ion OHˉ), netral (ion H = ion OHˉ), dan basa (ion H
< ion OHˉ), yang kemudian dinyatakan dalam berbagai nilai pH tanah. Nilai pH tanah = -log (H) tanah.
• Kisaran pH pada tanah mineral umumnya 3,5 – 10 atau
lebih. Untuk tanah gambut masam pH bisa < 3,0 dan untuk tanah alkalin pH bisa >11,0. kisaran pH diwilayah basah antara sedikit dibawah 5 hingga sedikit dibawah 7. kisaran pH di daerah kering antara 7 – 9.
Hubungan pH dan tanaman
• Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah baik langsung maupun tidak langsung. Setiap kelompok jenis tanaman membutuhkan pH tertentu untuk
pertumbuhan dan produksinya yang maksimum. Nilai pH tanah mempengaruhi ketersediaan N, P, K, Ca, Mg, dan Al dan Mn. Disamping itu juga mempengaruhi kehidupan jasad mikro dalam tanah.
• Pada pH rendah Ca, Mg, dan P kurang tersedia,
sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsur Al yang meracun sangat tinggi. Pada pH tinggi Ca, Mg, tersedia, sedangkan P dan unsur mikro kurang tersedia, tertapi unsur Al yang meracun dapat ditiadakan.
• Nilai pH tanah terutama dipengaruhi oleh sifat koloid tanah (lempung dan organik), kejenuhan basa, jenis kation yang terjerap, serta faktor lingkungan lainnya.
• Pencucian basa-basa dan hidrolisis Al di daerah tropika basah merupakan penyebab utama kemasaman tanah.
Disamping ion H dan Al hasil dekomposisi bahan organik dan oksidasi senyawa pirit juga menimbulkan reaksi tanah yang masam.
• Kemasaman aktif dicirikan oleh ion H dalam larutan tanah, sedangkan kemasaman cadangan ditunjukkan oleh ion H dan Al yang terjerap pada komplek jerapan.
• Masalah tanah masam antara lain adalah:
1. kurang tersedianya unsur P, Ca, Mg, dan Mo.
2. Fiksasi N terhambat,
3. Serta kelebihan unsur Al, Fe, dan Mn sehingga meracun bagi tanaman.
• Keracunan Al merupakan penyebab utama pertumbuhan yang buruk pada tanah masam, karena Al menyebabkan:
pertumbuhan dan perpanjangan akar tanaman terhambat;
pembentukan akar lateral dan bulu akar terhalang;
mengurangi pembentukan DNA, RNA dan ADP serta
menghambat pembelahan sel; mengurangi serapan hara P, Ca, Mg, K, Fe, Mn, Cu dan Zn.
• Gejala keracunan Al antara lain adalah; akar tumbuh
gemuk pendek; dinding sel akar menebal dan kaku; akar cabang sedikit dan tanpa bulu akar; akar cenderung
tumbuh ke atas; pertumbuhan bagian atas sangat buruk;
daun muda sukar membuka dan sering mudah gugur;
semuanya itu menyebabkan produksi rendah atau tidak berproduksi sama sekali.
• Tanah masam cukup potensial untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian, tetapi ia memerlukan
pengapuran. Tujuan pengapuran ialah untuk menaikan pH meniadakan Al yang meracun, dan menyediakan Ca
sebagai hara.
• Bahan kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau
CaMg(CO3)2, CaO atau MgO, dan Ca(OH)2 atau Mg(OH)2.
Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati saringan 80 – 100 mesh.
• Pemberian kapur dapat menaikan pH, kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al-dd dan
kejenuhan Al, juga memberbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Pemberian kapur yang menyebabkan sifat dan ciri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman.
• Kebutuhan kapur untuk mencapai pH 6,0 atau untuk kedele dan kacangan lainnya adalah 2,1 ton/ha. Untuk mencapai pH 5,5 atau untuk tanaman jagung, sebanyak 1,5 ton/ha.
Untuk mencapai pH 5,2 atau untuk tanaman padi sebanyak 1,2 ton/ha tiap me Al-dd/100 gr tanah.
KLASIFIKASI TANAH KLASIFIKASI TANAH
• Klasifikasi tanah yang dimaksud adalah mengolongkan atau membagi tanah
menjadi beberapa golongan berdasarkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah tersebut.
• Dalam mengklasifikasikan tanah
mendasarkan beberapa hal antara lain:
• - jumlah dan macam horison dan profilnya,
• - susunan horisonnya,
• - warna,
• - distribusi ukuran partikelnya (teksstur) dan struksturnya,
• - sifat kimia dan mineralogi, - faktor iklim, -
dan lain-lain.
• Dalam skema klasifikasi ini bagian atas piramida adalah kategori yang disebut
"order" (ada 10 order) dan bagian bawah piramida adalah kategori "series" (ada
ribuan).
• Order tanah didasarkan pada morfologi . (berdasarkan sifat kimia dari fisik, atau deskripsj) beberapa genes tanah (asli) adalah bahan pertimbangan. Misalnya,
tanah yang berkembang dibawah padang rumput akan sesuai de ngan order Mollisol.
Order berhubungan dengan ada/tidak
adanya horison-horison diagnostik utama.
• Horison diagnostik adalah horison spesifik dipermukaan (subsurface) digunakan
sebagai petunjuk (konci) dalam sistem
klasifikasi tanah.
• Horison permukaan:
• Mollic: Tebal, berwarna gelap, kesemuhan basa ting gi struktur yang kuat.
• Umbric: Sama dengan Mollic, kecuali bahwa ia mempu nyai kejenuhan basa yang rendah.
• Ochric: Berwarna terang, kandungan bahan organik rendah, mungfkin keras dan masif bila ke ring.
• Histic: Kandungan bahan organik sangat tinggi, ba sah selama beberapa waktu
dalam satu tahun.
• Subsurface Horizons:
• Argillic: Penimbunan lempung silikat
• Natric: Argillic, kandungan sodium (Na) tinggi, struktur prismatic atau columnar
• Spodic: Bahan organik, akumulasi oksida Fe dan AI.
• Cambic: Pertukaran atau perubahan
gerakan fisik atau rekasi kimia
• ORDER TANAH
• Vertisol - Tanah yang terbalik (tanah liat yang pecah-pecah dan retak-retak)
• Inceptisol - (permulaan) atau muda (profit lemah atau baru saja mulai)
• Aridisol - Tanah arid ( daerah tandus dan kering)
• Mollisol - Tanah lembut tebal A, dan berkemban, dibawah rumput
• Spodosol - Berabu (Podzal) Horizon B
yang terputus, akulasi iron aluminium (AL)
dan besi (Fe)
• Alfisol - Pedalfer (istilah lama,
menunjukkan akumulasi aluminium (AL) dan besi ( Fe)
• Ultisol - Pencucian sempurna (tanah kuning kemerahah di Sumatera)
• Oxisol - Tanah axid (latosols, tanah merah yang dalam diantara banyak tanah -
tanah tropis
• Histosol - Jaringan (organik),
(kandungan bahan organik lebih dari 30%
$ dan dalamnya lebih dari 15 cm)
• Because soils in reality are
heterogeneous, we need terms to allow us to group and make sense of them:
– Pedon: the fundamental unit of soil classification
– Polypedon: a contiguous group of similar pedons
– Soil series: a group of polypedons that have
similar characteristics
GEOGRAFI TANAH GEOGRAFI TANAH
• Dasar dari geografi tanah adalah:
• Understanding soil variability over the earth surface
• Study of physical, chemical, biological &
morphological properties of the soils
• Relate soil characteristics to other land characteristics for environmental
management
• Tundra
• Terbentuk terutama jauh di sebelah utara da belahan bumi utara, seperti Canada dan USSR, tetapi juga Chili di Amerika Selatan. Tumbuhan mini,
pertumbuhan ,lamban, perkembang pcofil tanah yang lambat, dan biasanya
berlandask pembekuan permanen. Tidak
ada potensi agricultural Y2 besar, keeuali
bagi reinder (rusa kutup) atau kehiduI liar
yang lain.
• Podzolie
• Diiapatkan terutama dl belahan bumi utara di sela Tundra. Areal yang lebih kecil di
belahan bumi sela (areal luas di Canada, USA, Eropa, USSR, America Selatan, dan beberapa di Australia). Kekhasannya
ditandai oleh horizon putih yang banyak, E
(istilah lama A2) bahan organik dan besi
telah tercuci dan hanya silika saja yang
nampak. Tanah ini biasanya bereaksi
masam.
• Clermonozemic
• Tanah ini (diberi nama yang berasal dari istilah Rusia) mencakup seluruh padang rumput alamiah di dunia. Areal yang luas ditemukan di USSR, Cina, USA, India,
Argentina dan Australia.
Tanah ini subur, secara luas digunakan untuk produksi biji-bijian (gandung, jagung, kacang kedelai)
Ciri tanah dengan lapisan permukaan tebal,
hitam, tinggi bahan organik dan berhubungan langsung dengan 'pembentukan formasi
dibawah regi tasi rumput.
Tanah ini cenderung sedikit asam dan
mempunyai lebih banyak basa-basa (plant
nutrienys) dari pada tanah Podzolic atau
Latosolic
• Desertic
• Tanah golongan ini dibeberapa tempat terbentang luas. seperti yang ada di
Africa, Asia, Saudi Arabia, Australia,
Amerika Serikat dan Mexico. Terbentuk
dengan rerumputan dan tumbuhan perdu
yang terbatas sekali jumlahnya dan tidak
nampak adanya pen cemaran yang berarti.
• Latosolic
• Tanah golongan ini terbentang luas diseputar garis khatulistiwa yaitu dad
"Tropical of Cancer" sampai "Tropical of Capricon".atau 22° 30'L.S. yaitu batas
daerah tropis. Orang menganggap daerah ini sebagai area pertumbuhan padi di
dunia. Hal ini umumnya benar kecuali
dimana kacang-kacangan terdapat lebih
umum.
• Mountainous
• Tanah ini meliputi area yang sangat
luas di dunia (mungkin meliputi 20% atau lebih). Terdapat di lereng lereng, sering
berbatu-batu dan mempunyai profil yang
dangkal.
PENGANTAR EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN PENGANTAR EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN
• Evaluasi (=evaluation):
• Penilaian suatu hal untuk keperluan tertentu meliputi pelaksanaan, interpretasi dan hasil penelitian; dalam rangka mengidentifIkasi dan membandingkan macam-macam kemungkinan dalam hal ;
• - penggunaan,
• - pemanfaatan, dan
• - pengaruhnya sesuai tujuan evaluasi.
• Sumberdaya lahan (=land resources) adalah
Kondisi dan unsur lahan yang dapat dieksploitasi manusia (Zuidam dan Zuidam Cancelado,
1979), dapat karena sumberdaya manusia
budaya. (=humanlcultural resources) atau
sumberdaya alami (=natural resources)
• Sumberdaya (=resources), menurut Zimmerman (1951) :
• 1. That upon which one relies for aid, support, or supply
• 2. Means to attain given ends,
• 3. The capacity to take advantage of opportunities or to extricate oneself from difficulty.
• Jadi sumberdaya tidak haRUs berupa barang atau substansi, tetapi dapat berupa fungsi dari suatu barang atau substansi yang tersedia atau berkemampuan untuk berperan atau
memenuhi suatu keinginan.
• Lahan (= land) adalah berasal dari bahasa Sunda, dalam bahasa Jawa ialah lemah (karena berarti pula "uncap able"
maka tidak digunakan. Lahan ialah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu, dalam hal :
• - ikJim (atrnosfer)
• - batuan & struktur (litosfer)
• - bentuklahan & proses (morfosfer)
• - tanah (pedosfer)
• - vegetasi penggunaan lahan {biosfer), dan
• - fauna, manusia (antroposfer)
• lni berarti bahwa lahan meliputi segala hubungan timbal balik aspek-aspek faktor-faktor biofisik di permukaan bumi yang dapat dipandang dari segi ekologikal.
• Lahan seperti yang disebutkan di atas adalah merupakan sumberdaya (resources) bagi manusia, karena dapat
menyediakan bahan /material, tanah, air, zat-zat yang dapat menumbuhkan tanaman, ataupun sebagai tapak (site) untuk jalan, permukiman, industri, kehidupan liar, perairan maupun rekreasi, dan sebagainya.
• Berdasarkan fungsinya, lahan adalah sumberdaya yang dapat berupa :
• 1. penghasil primer (tanaman, peternakan, memproduksi kayu);
• 2. penghasil sekunder (penghasil ternak);
• 3. pelindung (konservasi);
• 4. penghasil material atau bahan, misalnya berupa mineral, batuan, bahan konstruksi, jalan dan bangunan; dan
• 5. berfungsi sebagai tapak (site) untuk pemukiman, kawasan industri, jalan dan sebagainya.
• Evaluasi sumberdaya lahan (= land resources evaluation)
• yakni proses penilaian keadaan sumberdaya lahan untuk keperluan pertanian dan non-
pertanian meliputi pelaksanaan dan interpretasi penelitian sumberdaya lahan, dalam rangka
mengidentifikasi dan membandingkan macam- macam kemungkinan penggunaan,
pemanfaatan dan pengaruhnya sesuai dengan tujuan evaluasi. Jadi merupakan proses
menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan didasarkan pada sifat
kualitas sumberdaya lahan diterapkan terhadap
persyaratan penggunaan lahan.
• Manfaat ESL yakni:
I) memberikan pengertian tentang hubungan kondisi kualitas lahan terhadap
penggunaannya;
2) memberikan perbandingan dan alternatif pilihann penggunaan lahan yang
diharapkan berhasil; dan
3) menilai kemampuan lahan dan
kesesuaian lahan, yang tergantung pada:
• - skala peta, dan
• - sasaran penelitian.
• Sistem lahan didefinisikan sebagai suatu bentanglahan (landscape) yang mempunyai karakteristik dalam:
• - batuan,
• - topografi,
• - iklim,
• - tanah, dan
• - vegetasi yang saling berhubungan erat.
Catatan:
• Sistem (system), yakni kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan dan tersusun untuk tujuan tertentu secara
keseluruhan dan dapat diidentifikasi berdasarkan kesaling- terkaitan dan elemen-elemennya.
• Bentanglahan (landscape) yakni ujud luar permukaan bumi yang kasad mata, termasuk ciri ciri yang dapat membedakan suatu bagian permukaan bumi dan bagian yang lain.
• Studi Regional Physical Planning Programme for Transmigration (RePPProT) merupakan kegiatan tahap awal (Fase I) dalam pemetaan dan evaluasi sumberdaya lahan yang telah dilaksanakan untuk seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan RePPProt ini dilakukan sebagian besar secara desk study.
• Dalam studi RePProT ini pendekatannya dilakukan melalui analisis land system berdasarkan interpretasi citra landsat, radar, spar dan foto udara. Data iklim, geologi/litologi dan tanah merupakan data sekunder yang digunakan untuk menentukan satuan dan
informasi land system diperoleh dari instansi terkait.
• Pengaruh iklim dan litologi akan memberikan
kenampakan permukaan lahan (land surface features) tertentu. Hal ini terjadi karena kaitannya dengan sifat batuan dan proses pelapukannya, serta erosi
(degradation) dan/atau deposisi (agradation).
Kenamapakan permukaan lahan yang spesiflk ini tercerminkan pada penamaan landform di daerah yang bersangkutan. Kenampakan permukaan lahan tersebut di atas dapat diinterpretasi baik dari citra landsat, radar, spar maupun foto udara.
• Antara keadaan iklim, formasi geologi/litologi atau jenis batuan dalam kaitannya dengan landform
umumnya berhubungan dengan sifat-sifat tanah dan potensi lahannya.
• Analisis land system untuk pemetaan sumberdaya
lahan tahap awal pada skala kecil (1:250.000) seperti
yang dilakukan dalam studi RePPProT memberikan
keuntungan, baik ditinjau dari segi waktu yang relatif
singkat maupun dari segi biaya yang diperlukan.
• Land system didefinisikan sebagai suatu kesatuan lahan secara geomorfik terbesar yang dicirikan oleh formasi geologi predominan yang uniform. Dalam hal ini suatu land system mempunyai pola pengulangan topografiatau relief, tanah dan kadang-kadang
vegetasi alami yang spesiflk dengan keadaan iklim yang relatif sama. Mengenai vegetasi ini karena
sifatnya dinamik su!it dipakai sebagai kriteria jika aktivitas manusia sudah banyak berperan. Secara generik suatu land system akan mempunyai pola pengulangan yang terdiri dari rangkaian land facet.
• Hiarhki land system menurut definisi dihubungkan
dengan skala optimal peta tingkat pemetaan dan
tujuan penggunaan dari masing-masing tingkat land
system.
• Land Facet adalah bagian dari land system atau land catena. Land facet mempunyai
homogenitas dari faktor utama topografi, geologi/sifat batuan (litologi) dan tanah.
• Pada suatu land facet keadaan topografi akan kontras berbeda dengan land facet lainnya.
• Geologi dan struktur batuannya pada suatu land facet uniform, sedangkan tanahnya mempunyai sifat-sifat yang perbedaannya kecil yang tidak banyak berpengaruh terhadap aspek
penggunaan dan manajemennya.
Land catena dari land system
• Dalam studi RePPProT komponen lahan yang digunakan untuk menyusun suatu land system
adalah : iklim, litologl, landform, tanah dan vegetasi yang kemungkinan terdapat di dalam setiap satuan areal yang bersangkutan. Mengenai faktor vegetasi seperti telah dikemukakan sifatnya dinamis terutama jika telah banyak dipengaruhi oleh aktifitas manusia.
Oleh karena itu hanya vegetasi alami yang mempu- nyai ekologi berkorelasi kuat dengan keadaan tanah dan fisik lingkungannya dapat digunakan sebagai
indikator dari suatu land system, seperti vegetasi
mangrove untuk daerah payau, gelam untuk daerah yang pH tanahnya sangat masam, lontar untuk
daerah beriklim kering (arid/savana) yang pH
tanahnya netral sampai alkali, dan merang untuk rawa gambut dalarn lebih dari 2 meter dan pH
tanahnya sangat masam.
• Satuan landform ditetapkan berdasarkan Catalogue of Landform for Indonesia dari Desaunettes (1977) dengan beberapa modifikasi. Dalam catalogue tersebut satuan
landform terutama dibedakan berdasarkan sifat litologi, relief dan atau topografi serta lereng, dan tingkat torehan
(dissection). Landform secara umum menurut Desaunettes adalah: sistem Marin (B), sistem Aluvial (A), sistem Dataran
atau Plain (P), sistem Perbukitan atau Hilly (H), sistem Volkanik (Y), sistem Karst (K), dan sistem Pegunungan atau
Mountainous (M), dan yang tidak tergolong ke salah satu
diantaranya disebut Miscellaneous (X), misalnya lahan berbatu- batu (rocky land atau rock outcrop), danau (water body),
perkotaanlpermukiman pada ~urban land). Setiap sistem
tersebut dirinci lagi berdasarkan sifat-sifat yang spesifik antara lain topografi, lereng, bentukan dan torehannya (dissection) seperti, yang disajikan dalarn legenda peta land system.
• Litologi dan atau keadaan sifat batuan pada dasarnya dibedakan antara batuan endapan (sedimen) termasuk bahan endapan yang
masih muda, dan batuan beku termasuk batuan volkanik. Sebagai -contoh batuan endapan baik berupa batuan, batudebu, batupasir, batukapur atau batugamping,
termasuk pula batuan yang telah mengalami
metamorfosis. Bahan dan atau batuan vulkanik serta batuan beku antara lain berupa lahar,
tufa, batuan andesitik, basaltik, granit, diorit, gabro dan sebagainya. Seperti halnya satuan landform, jenis batuan inipun dirinci lagi seperti yang tertera dalam deskripsi di legenda peta
land system.
• Tanah merupakan produk akhir dari proses pelapukan batuan atau bahan induk. Oleh karena itu keadaan
tanah dan sifat-sifatnya selain ditentukan oleh batuan atau bahan induknya juga sangat tergantung pada
kondisi iklim disamping faktor pembentuk tanah
lainnya. Bahan induk tanah yang berbeda mungkin saja akan menghasilkan klasifIkasi tanah yang sama atau sebaliknya. Informasi tanah yang digunakan
dalarn studi RePPProT ini klasifIkasinya menurut
sistem SOIL TAXONOMY. Klasifikasi tanah menurut sistem ini cukup informatif, Informasi ini sangat
penting untuk keperluan interpretasi, baik interpretasi tanah untuk pertanian maupun untuk non-pertanian seperti untuk kehutanan, teknik sipil atau engineering.
Klasifikasi. tanah sistem Soil Taxonomy pada tingkat
yang lebih rendah akan memberikan informasi lebih
lengkap, seperti mulai dari tingkat sub group, famili
sampai seri tanah.
LEGENDA PETA LAND SYSTEM LEGENDA PETA LAND SYSTEM
• Penamaan suatu land system yang baku biasanya
menggunakan nama dimana untuk pertama kalinya land
system tersebut ditemukan. Nama tersebut dapat berupa nama tempat (kota, desa dan sebagainya). Sungai atau gunung yang sifatnya statis tidak mudah berubah dengan waktu. Nama
tersebut dihubungkan dengan land system mempunyai spesifikasi tertentu dari komponen-komponen suatu land
system. Demikian pula dalam studi RePPProT untuk penamaan land system digunakan nama tempat sungai atau gunung.
• Urutan nama land system mengikuti sebaran geomorfik atau fIsiografi mulai dari dataran pantai (coastal plain) sampai
daerah pegunungan (upland). Setiap nama land system
disingkat dalam 3 huruf yang maksudnya untuk memudahkan penulisan dalam simbol peta. Sebagai contoh land system
Pulau Rotan disingkat PRT, Kahayan disingkat KHY dan sebagainya.
• Dalam setiap legenda land system maka akan diperoleh informasi mengenai: (1) Luasan areal;
(2) Deskripsi secara umum mengenai landform, lereng dan relief; (3) Litologi yang menerangkan mengenai batuan yang dominan atau
mineraloginya; (4) Asosiasi klasifIkasi tanah pada tingkat greatgroup dan masing-masing persentase sebarannya pada setiap unit peta.
tekstur tanah lapisan atas dan bawah; dan (5) Kisaran iklim yang memuat data curah hujan
rata-rata tahunan, bulan basah (> =200 mm) dan
bulan kering « 100 mm) menurut Oldeman. dan
rata rata temperatur minimum dan maksimum.
SURVEI KEMAMPUAN LAHAN SURVEI KEMAMPUAN LAHAN
• Pembukaan suatu wilayah yang baru sebaiknya didahului dengan survei dan evaluasi tentang kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, sehingga di wilayah itu dapat
digolongkan menurut penggunaannya yang tepat (Ishemat Soeranegara, 1977). Survei kemampuan lahan merupakan salah satu survei sumberdaya lahan yang bertujuan
mengetahui kemampuan lahan suatu daerah dan
menentukan penggunaan lahan beserta pengelolaannya yang tepat sehingga dapat dicapai produktivitas yang
optimal atau sedikit menimbulkan kerusakan lahan.
Kemampuan lahan merupakan sifat dakhil (inherent) lahan yang menyatakan kesanggupannya untuk memberikan hasil penggunaan pertanian pada tingkat produksi tertentu.
Kemampuan lahan juga dianggap sebagai klasiflkasi lahan dalam hubungannya dengan tingkat resiko kerusakan akibat penggunaan tertentu (FAO, 1976). Lahan diartikan sebagai lingkungan flsik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, flora dan fauna, serta bentukan hasil budaya manusia. Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang atau tempat (Sitanala Arsyad, 1989).
• Evaluasi kemampuan lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi
sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan.
Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti keadaan topografl, iklim, geologi,
geomorfologi, tanah, air, dan vegetasi atau penggunaan lahan. Lahan yang merupakan obyek penelitian, keadaannya kompleks dan
tidak merupakan suatu unsur flsik ataupun sosial ekonomi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil interaksi dari lingkungan bioflsisnya
(Karmono, 1985). Berhasilnya suatu
peningkatan produksi pertanian tergantung pada perencanaan penggunaan lahan yang sesuai
dengan kemampuan lahannya (Kang Biauw
Tjwan, 1955).
• Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupunspirituil. Penggunaan lahan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan
penggunaan lahan bukan pertanian.
Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang
terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti
tegalan, sawah, kebon kopi, kebon karet,
padang rumput, hutan produksi, hutan lindung,
padang alang-alang dan sebagainya
• Sebagai contoh tipe penggunaan lahan adalah sebagai berikut:
1. Perladangan
2. Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif 3. Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif
4. Sawah, satu kali setahun, tidak intensif 5. Sawah, dua kali setahun, intensif
6. Perkebunan rakyat (karet, kopi atau coklat, jeruk), tidak intensif
7. Perkebunan rakyat intensif
8. Perkebunan besar, tidak intensif 9. Perkebunan besar, intensif
10. Hutan produksi, alami
11. Hutan produksi, tanaman pinus, dan sebagainya 12. Padang penggembalaan, tidak intensif
13. Hutan lindung 14. Cagar alam
• Sifat-sifat lahan (land characteristics) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur,
drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya.
Sifat-sifat lahan belum menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan kalau
dipergunakan untuk suatu penggunaan, jadi belum dapat menentukan kelas kemampuan lahan. Akan tetapi sifat-sifat lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan yaitu
bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangm akar, kepekaan erosi,
ketersediaan unsur hara, dan sebagainya.
Perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan
tumbuhan tersebut disebut kualitas Iahan.
• Evaluasi lahan adalah proses penilaian
penampilan atau keragaan (performance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuklahan, tanah vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifIkasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO,
1976). Brinkman dan Smyth (1973)
mendefinisikan evaluasi lahan sebagai proses penelaahan dan interpretasi data dasar tanah, vegetasi, iklim dan komponen lahan lainnya agar dapat mengidentiflkasikan dan membuat
perbandingan pertama antara berbagai alternatif penggunaan lahan dalam term sosio-ekonomi yang sederhana. Evaluasi lahan merupakan
penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fIsik, biologi dan teknologi penggunaan lahan
dengan tujuan sosial ekonominya.
• Evaluasi kuantitatif diperlukan data survei
kelayakan (feasibility grade land evaluation).
Evaluasi kualitatif adalah langkah pertama merupakan bahan untuk evaluasi kuantitatif.
Evaluasi kuantitatif biasanya dilaksanakan
dengan melakukan klasifikasi lahan. Tergantung pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat
berupa klasifIkasi kemampuan lahan untuk klasifikasi kesesuaian laban. Klasifikasi
kesesuaian lahan bersifat spesifIk untuk suatu tanaman (crop spesific) atau untuk penggunaan tertentu seperti: klasifikasi kesesuaian lahan
untuk tanaman semusim, kesesuaian lahan
untuk tanaman tahunan, kesesuaian lahan untuk
tanaman jati, kesesuaian lahan untuk irigasi, dan
sebagainya (FAO, 1976; Vin, 1975; US Bureu of
Land Reclamation, 1953, 1967; Arsyad, 1973).
• KlasifIkasi kemampuan lahan (land capability
clasifIcation) adalah penilaian lahan (komponen- komponen lahan) secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori
berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara
lestari. Klasifikasi kesesuaian lahan (land suitability clasification) adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu.
Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum, sedangkan kesesuaian dipandang sebagai kenyataan adaptabilitas (kemungkinan penyesuaian) sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan
tertentu. Sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang
esensial antara kemampuan lahan dan kesesuaian
lahan
• Survei sumberdaya lahan dilaksanakan bila data telah dianalisa, proses klasifIkasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
I. Metode parametrik kualitas lahan atau sifat-sifat lahan yang mempengaruhi kualitas lahan diberi nilai 10-100 atau 1 sampai 10. Kemudian setiap nilai digabungkan dengan penambahan atau perkalian dan ditetapkan selang nilai untuk setiap kelas; dengan nilai tertinggi untuk kelas terbaik dan berkurang dengan semakin kecilnya selang nilai.
2. Metode faktor penghambat, maka setiap kualitas
lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil
hambatan atau ancamannya sampai terbesar.
Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas;
penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik
dan berurutan semakin besar hambatan semakin
rendah kelasnya.
• Tanah pada Kelas I sampai Kelas IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertaman umumnya (tanaman semusim dan tahunan) rumput untuk makanan ternak, padang rumput dan hutan.
Tanah pada Kelas V, VI dan VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon-pohon, atau
vegetasi alami. Dalam beberapa hal tanah Kelas V dan VI dapat menghasilkan dan
menguntungkan untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan, tanaman hias atau bunga-bungaan dan bahkan jenis sayuran
bernilai tinggi dengan pengelolaan dan tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Tanah
dalam Kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam
keadaan alami.
• Untuk menerapkan dan mempergunakan sistem klasifIkasi ini secara benar beberapa asumsi perlu dimengerti. Adapun
asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. KlasifIkasi kemampuan lahan adalah klasifIkasi interpretasi yang didasarkan pada pengaruh bersama antara berbagai
unsur lahan seperti iklim, dan sifat-sifat yang permanen seperti ancaman kerusakan tanah, faktor pembatas penggunaan,
kemampuan produksi dan syarat syarat pengelolaan tanah.
Lereng, tekstur tanah, kedalaman tanah, tingkat erasi tanah yang telah terjadi, permeabilitas tanah, kapasitas menahan air, jenis mineral liat adalah kualitas dan sifat-sifat lahan permanen.
Vegetasi berupa pepohonan, semak belukar atau rumput bukan sifat permanen lahan. Kandungan unsur hara oleh karena
bukan sifat permanen dan mudah berubah, tidak dipergunakan sebagai kriteria klasifIkasi pada tingkat kelas dan subkelas,
akan tetapi dipergunakan untuk pengelompokan tingkat satuan kemarnpuan atau sawan pengelolaan.
2. Tanah-tanah di dalam satu kelas kemampuan adalah sama hanya dalam hal derajat (besarnya) pembatas atau ancarnan kerusakan jika dipergunakan untuk
pertanian. Di dalam suatu kelas kemarnpuan terdapat beberapa jenis, macarn atau tipe tanah, dan banyak dari tanah tersebut memerlukan pengelolaan dan perlakuan yang berbeda. Oleh karenanya pada kategori kelas tidak dapat dibuat generalisasi kebutuhan pengelolaan.
3. Suatu nisbah keluaran terhadap masukan yang layak atau dapat diterima secara umum (berdasarkan
kecenderungan ekonomi jangka panjang rata-rata usaha tani dan petani menggunakan tingkat pengelolaan yang agak tinggi) adalah salah satu kriteria yang
dipergunakan untuk menempatkan setiap tanah dalarn suatu kelas yang sesuai untuk dipergunakan bagi usaha penanaman tanaman semusim, rumput, atau hutan,
akan tetapi hubungan antara kelas dengan nisbah keluaran-masukan tidak dipergunakan lebih Ian jut.
Klasiflkasi kemampuan bukan penilaian produktivitas tanah untuk suatu tanaman tertentu.
4. Tingkat pengelolaan yang dipergunakan dalam klasiflkasi kemampuan adalah tingkat pengelolaan yang agak tinggi, artinya suatu tingkat pengelolaan yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya alam dan memberikan hasil yang cukup tinggi bagi pengusahanya. Akan tetapi, klasiflkasi kemampuan bukanlah pengelompokan tanah berdasarkan penggunaan lahan yang paling menguntungkan. Sebagai
contoh, banyak tanah pada lahan Kelas Ill atau IV, dinyatakan sesuai untuk berbagai penggunaan termasuk untuk tanaman semusim mungkin lebih menguntungkan jika dipergunakan sebagai padang rumput untuk temak atau hutan produksi daripada dipergunakan untuk usahatani tanaman semusim.
5. Kelas kemampuan I sampai IV dibedakan satu sama lain oleh jumlah derajat (intensitas) hambatan atau ancaman kerusakan tanah yang mempengaruhi persyaratan atau kebutuhan
pengelolaan bagi penggunaan penanaman tanaman pertanian secara lestari. Narnun demikian perbedaan dalam macam
pengelolaan atau basil tanaman tahunan yang didapat mungkin lebih besar antara tanah-tanah di dalarn kelas yang sama
daripada antara tanah-tanah yang sama di dalarn kelas yang berbeda.
6. Adanya air yang lebih di permukaan atau di dalam tanah,
kekurangan air bagi tanaman, adanya batuan, adanya garam laut atau natrium dapat ditukar atau kedua-duanya, atau
ancaman banjir tidak dianggap pembatas permanen jika usaha untuk menghilangkan pembatas tersebut layak dilakukan. Kata layak dalam hubungan ini mempunyai arti: I) bahwa sifat-sifat dan kualitas tanah memungkinkan dihilangkannya hambatan tersebut, dan 2) bahwa untuk menghilangkan hambatan
tersebut meliputi areal yang luas secara ekonomis mungkin dilakukan.
7. Suatu tanah yang dianggap layak untuk diperbaiki dengan
perbaikan drainase, irigasi, pembuangan batuan, pembuangan gararn-garam atau natrium, atau d