TANAH SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN
PAPER
OLEH: KELOMPOK 2
AGUS PERNANDO SIMANJUNTAK 160301121
DEWI NOVITA SARI 160301151
FAHRI HUNAEN 160301112
ISRA TAHARIQ 160301147
NOVIA SANTA LUCIA 160301113
NURY LEMPIANA SIMATUPANG 160301109
SAMUEL SITOMPUL 160301108
SHENDY ANDREAN SOFYAN 160301141
MATA KULIAH EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TANAH SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI PERTANIAN
1. Definisi Tanah
Tanah memiliki beberapa definisi berbeda dari para ahli, ada definisi yang dihubungkan dengan reaksi yang terjadi di tanah, adapula yang dihubungkan dengan iklim.
Menurut Justus Von Liebig (1840) dalam teori keseimbangan hara tanaman “theory balanchesheet of plan naturation” yang menganggap tanah sebagai tabung reaksi dimana dapat diketahui jumlah dan jenis hara tanamannya.
Definisi tanah yang lain Menurut E. Saifudin Sarief (1986) Tanah ialah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik “pelapukan sisa tumbuhan dan hewan” yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan.
2. Definisi Produksi
Kata produksi berasal dari kata production yang secara umum dapat diartikan membuat atau menghasilkan suatu barang dari berbagai bahan lain (Prawirosentono, 2000). Bruce R.Beattie dan C. Robert Taylor ( 1994) dalam buku mereka yang berjudul “Ekonomi Produksi” mendefinisikan produksi sebagai proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk).
Pengertian yang mirip dikemukakan juga oleh Assauri (1999) bahwa produksi mencakup kegiatan yang mengtranformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan suatau produk.
3. Definisi Tanah Sebagai Faktor Produksi
Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995).
Potensi ekonomi lahan pertanian organik dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi ekonomi bervariasi (kondisi produksi dan pemasaran), karena lahan pertanian memiliki karakteristik berbeda yang disesuaikan dengan kondisi lahan tersebut. Maka faktor-faktornya bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan-perubahan tersebut. Kemampuan ekonomi suatu lahan dapat diukur dari keuntungan yang didapat oleh petani dalam bentuk pendapatannya. Keuntungan ini bergantung pada kondisi-kondisi produksi dan pemasaran. Keuntungan merupakan selisih antara biaya (costs) dan hasil (returns).
4. Jenis – Jenis Tanah dan Pemanfaatannya dalam Pertanian A. Tanah Vulkanis
a. Tanah Andosol
Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan.
Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur.
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara.
Andosol b. Tanah Regosol
Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar.
Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah.
Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa.
Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara.
c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah.
Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi.
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija.
Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan.
B. Tanah Organosol
a. Tanah Humus
Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organic.
Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur.
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian.
Organosol b. Tanah Gambut
Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa-rawa).
Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur. Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut.
Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai Selatan.
Gambut C. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya besar / kasar.
Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan.
Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera.
D. Tanah Podzol
Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi.
Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur.
Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija.
Podsol E. Tanah Laterit
Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah.
Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur. Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian.
Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara. F. Tanah Mergel
Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan.
Ciri-ciri : tidak subur.
Pemanfaatannya : untuk hujan jati.
Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara.
G. Tanah Terarosa (Kapur)
a. Tanah Renzina
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi.
Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara. Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati.
Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta.
Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen. Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur.
Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan, 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. LPFE-UI. Jakarta.
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. Jakarta.
Sarief, E.Saifuddin. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung : PustakanBuana. Yasir M. Rambo, Rio R.A. Nescaya S. 2014. Faktor-faktor Produksi Pertanian.