• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA PROMOSI FESTIVAL KESENIAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA PROMOSI FESTIVAL KESENIAN "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA PROMOSI FESTIVAL KESENIAN

YOGYAKARTA 2013

Oleh:

Andrika Permatasari Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Kata Kunci: Internet, Jejaring Sosial, Manajemen Festival & Event, Media Sosial, dan Promosi

Ringkasan

Internet telah mengubah cara orang berkomunikasi di seluruh dunia, dan mengubah cara dunia dalam berbisnis. Bermula dari media penyampai informasi, internet kemudian membentuk ruang publik dimana setiap orang dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan di ruang-ruang yang tersedia. Jejaring sosial dan media sosial merupakan bagian dari pertumbuhan internet yang pada akhirnya menciptakan peluang bagi teman, relasi, konsumen, organisasi, komunitas, dan perusahaan, untuk berkomunikasi. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan internet yang tinggi. APJII memperkirakan pengguna internet tahun 2014 mencapai angka 107 juta. Untuk media sosial, Indonesia menempati peringkat sepuluh teratas di dunia. Media sosial juga berperan penting di manajemen festival dan event, khususnya dalam promosi. Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) pun memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan follower dan pengunjungnya. Tidak mudah memindahkan venue festival berikut pecintanya dari satu tempat ke tempat lain, dan FKY dapat mengatasi masalah tersebut dengan aktif mempromosikannya lewat media sosial.

Summary

The internet is changing the way people communicate around the world, and it is changing the way the world does business. Starting from the media to disseminate information, the internet form a public space where everyone can express whatever they want in the spaces provided. Social network and social media are part of the growth of the Internet, which in turn creates opportunities for friends, relatives, customers, organizations, communities, and companies, to communicate. Indonesia is a country with high internet needs. APJII estimated Internet users reached 107 million in 2014. For social media, Indonesia is ranked top ten in the world. Social media also plays an important role in event and festival management, especially in promotion.

Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) also takes advantage of social media to interact with followers and visitors. It’s not easy to move the venue and fans from one place to another place and FKY can solve the problem by actively promoting it through social media.

A. Pendahuluan

Tanpa disadari dunia telah berubah sejak internet muncul. Internet telah mengubah cara berkomunikasi semua orang di dunia, dan mengubah cara dunia melakukan bisnis (Rodman, 2012: 278). Internet pertama kali diciptakan pada tahun 1960-an oleh US Defense Advanced Research Project Agency (DARPA) yang kemudian berubah menjadi APRA (Danesi, 2010: 306; Hartley, 2010:

129). Dalam rangka mengembangkan sistem komunikasi melalui berbagai jaringan APRA mengembangkan APRANET yang kemudian berubah menjadi internet. Internet berkembang pesat tahun 1990-an, meliputi populasi pengguna secara internasional dengan diciptakannya world wide web (www).

Internet menggantikan sistem informasi tradisional seperti surat, telepon, menggantikan galaksi Guttenberg dengan galaksi digital (Ratna, 2013: 198).

Internet merupakan suatu moda komunikasi yang mengkonvergensikan berbagai moda komunikasi yang sudah ada sebelumnya, dengan bertumpu kepada telekomunikasi dan komputer multimedia.

Dengan kehadiran moda komunikasi ini perhatian yang selama ini ditujukan kepada proses komunikasi yang konvensional yaitu dari sumber ke sasaran, beralih sepenuhnya dengan berfokus kepada informasi (Jones, 1995; Siregar, 2001: 1). Secara sederhana, internet merupakan sebuah penyampai pesan dengan model dasar komunikasi seperti di bawah ini:

(2)

Bermula dari media penyampai informasi, internet kemudian membentuk ruang publik dimana setiap orang dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan di ruang-ruang yang tersedia.

Habermas (1997: 105) menyatakan

“a domain of our social life where such a thing as public opinion can be formed where citizens deals with matters of general interest without being subject to coercion to express and publicize their views.” Dalam ranah ini, ruang publik terbentuk dari interaksi yang terjadi di dunia maya. Seseorang atau kelompok tertentu mengungkapkan dan mempublikasikan pandangannya tanpa paksaan. Pada akhirnya, internet menjadi ruang sosial ketika komunikasi interpersonalnya mencapai tingkat yang konsisten dan stabil.

Proses komunikasi inilah yang kemudian membentuk sebuah arus informasi dan menciptakan sebuah “masyarakat maya” yang saling terkait tanpa harus bertemu secara fisik. Masyarakat maya membentuk komunikasi hyper-connected yang tak terbatas pada jumlah dan daerah asalnya.

Berdasarkan laporan Southeast Asia Digital Future in Focus 2013, lebih dari 40 % pengguna internet global kini berbasis di Asia Pasifik dengan penonton 644 juta. Pasar Asia Tenggara telah menyumbang sekitar 10 % dari populasi internet Asia Pasifik.

Penggunaan perangkat multi-platform di Asia Tenggara bervariasi secara signifikan setiap waktu. Penggunaan internet desktop mendominasi selama jam kerja, sedangkan ponsel dan tablet relatif lebih populer selama jam malam. Perkembangan media sosial

menjadi hal penting di Asia Tenggara.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di Asia Tenggara. Berikut grafik data pengguna internet yang diperoleh dari proyeksi APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia):

Dari data yang diproyeksikan oleh APJII terlihat bahwa Indonesia memiliki kebutuhan tinggi internet dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian, bukan tidak mungkin Indonesia berada di peringkat atas untuk jumlah pengguna akun media sosial terbanyak.

1. Jejaring Sosial dan Media Sosial Jejaring sosial dan media sosial merupakan bagian dari pertumbuhan internet. Kedua istilah tersebut sering didefinisikan dengan arti yang sama. Namun sebenarnya jejaring sosial dan media sosial adalah dua hal yang berbeda. Jejaring sosial (social network) adalah bentuk struktur sosial yang terdiri dari

Gambar 1. Model Dasar Komunikasi (Rodman, 2012)

Gambar 2. Pengguna internet di Indonesia (www.apjii.or.id)

(3)

simpul-simpul yang saling terkait dan terikat oleh satu atau lebih tipe hubungan yang spesifik. Simpul-simpul yang dimaksudkan disini dapat berupa individu maupun organisasi. Istilah jejaring sosial pertama kali diperkenalkan oleh Professor J.A Barnes pada tahun 1954.

Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen- elemen individu atau organisasi. Jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling berhubungan.

Sedangkan media sosial dapat didefinisikan sebagai aplikasi online kolaboratif dan teknologi yang memungkinkan partisipasi, konektivitas, user-generated content, berbagi informasi, dan kolaborasi di antara komunitas pengguna (Henderson & Bowley, 2010: 239).

Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh negara. Menurut Kaplan dan Haenlein (2010:

59-68), ada enam jenis media sosial, antara lain:

a. Proyek Kolaborasi

Website mengijinkan penggunanya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun menghapus konten-konten yang ada di website, misalnya Wiki dan aplikasi bookmark sosial.

b. Blog dan Microblog

Pengguna memiliki kebebasan untuk mengekspresikan sesuatu seperti curahan hati, kritik sosial, review film, dan sebagainya.

Contoh: Blogger (www.blogger.com), WordPress (www.wordpress.org), Tumblr (www.tumblr.com), dan Twitter (www.twitter.com).

c. Konten / Media Sharing

Para pengguna website ini saling membagi konten media seperti video, musik, e-book, foto, dan lain-lain. Contoh website: YouTube (www.youtube.com), Vimeo (www.vimeo.com), Instagram (www.instagram.com), SoundCloud (www.soundcloud.com) dan Pinterest (www.pinterest.com).

d. Situs Jejaring Sosial

Aplikasi yang tergolong jejaring sosial mengijinkan pengguna untuk dapat

terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terkoneksi dengan orang lain. Informasi pribadi yang diunggah dapat berupa opini, foto, dan video.

Contohnya: Facebook (www.facebook.com), LinkedIn (www.linkedin.com), dan Path (www.path.com).

e. Virtual Game World

Dunia virtual, dimana mereplikasikan lingkungan 3D, pengguna dapat muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata, misalnya game online.

f. Virtual Social World

Dunia virtual dimana pengguna merasa hidup di dunia virtual dan dapat berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, Virtual Social World lebih bebas dan lebih ke arah kehidupan, misalnya Second Life (www.secondlife.com).

Saat ini Facebook, masih menjadi nomor satu jaringan sosial di seluruh pasar di Asia Tenggara yang disusul oleh Twitter, LinkedIn dan Tumblr. YouTube menempati peringkat atas sebagai situs konten di setiap pasar Asia Tenggara.

Sebagai salah satu negara yang menjadikan internet sebagai kebutuhan primer, perkembangan media sosial di Indonesia sangat pesat. Berdasarkan Survei Data Global Web Index, Indonesia adalah negara yang memiliki pengguna media sosial yang paling aktif di Asia. Indonesia memiliki 79,7% user aktif di media sosial mengalahkan Filipina 78%, Malaysia 72%, dan China 67%.

Gambar 3. Survei Global Web Index

(http://bebmen.com/4027/statistik-internet-sosial-media-dan- mobile-di-indonesia.html)

(4)

Melihat data statistik yang dikeluarkan oleh Global Web Index Wave, Facebook masih menempati posisi pertama. Meskipun demikian, pengguna Twitter di Indonesia menempati posisi ketiga terbanyak di dunia.

Total pengguna Twitter, menurut data PeerReach sekitar 904 juta akun, tetapi dengan marjin kesalahan hitung mencapai 9 juta akun. Di antara ratusan juta akun tersebut, pengguna Twitter di Indonesia mencapai sekitar 6,5%, atau sekitar 58,7 juta akun.

Memasuki era dimana komunikasi lebih mudah tentunya mengubah lifestyle manusia.

Munculnya media sosial pada akhirnya menciptakan peluang baru bagi konsumen dan perusahaan untuk berkomunikasi. Hal ini juga telah menciptakan sebuah lingkungan dimana satu orang dapat berkomunikasi dengan ratusan atau bahkan ribuan orang lain tentang produk dan perusahaan yang memberikan mereka (Mangold & Faulds , 2009: 357). Tidak hanya perusahaan dan konsumen yang memanfaatkan media sosial, festival dan events juga menggunakan sarana tersebut untuk mempromosikan acaranya.

Dalam hal ini, media sosial menjadi alat promosi yang secara cepat diketahui responnya.

2. Media Sosial sebagai Sarana Promosi Festival dan Event

Sebuah festival dan event memiliki strategi masing-masing untuk mempromosikan acaranya. Promosi merupakan bagian dari manajemen festival dan event yang membutuhkan perhatian khusus. Semakin besar skala festivalnya, semakin besar pula biaya untuk mempromosikannya. Promosi pada hakekatnya adalah suatu komunikasi pemasaran, artinya aktivitas pemasaran yang berusaha mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2001: 219). Ada beberapa jenis kegiatan promosi (Kotler, 2001: 98 – 100), antara lain:

a) Periklanan (Advertising), bentuk promosi non-personal dengan menggunakan

berbagai media yang ditujukan untuk menstimulasi pembelian.

b) Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk menstimulasi pembelian.

c) Publisitas (Publicity), bentuk promosi non-personal mengenai pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi atau berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah).

d) Promosi Penjualan (Sales Promotion), suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk di atas yang ditujukan untuk menstimulasi pembelian.

e) Pemasaran Langsung (Direct Marketing), suatu bentuk penjualan perorangan, secara langsung ditujukan mempengaruhi pembelian konsumen.

Persaingan antar festival dengan konten yang sama akan lebih tinggi dan memerlukan strategi khusus untuk menarik pengunjung yang potensial. Menurut Allen (2002: 292):

“One of the certainties about the future of technology in the events environment … is that it will change – the technology will change and so will the way events are ,managed and marketed.” Perkembangan teknologi akan mengubah bagaimana tata kelola dan pemasaran sebuah event atau festival. Adanya internet yang kemudian disusul oleh perkembangan media sosial telah menjadi metode baru dalam menarik konsumen atau sasaran yang potensial.

(5)

B. Pembahasan

Salah satu festival yang menggunakan media sosial sebagai media alternatif promosi adalah Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

Memasuki tahun ke 25, FKY yang diadakan pada tanggal 25 Juni – 5 Juli 2013 memilih simbolisasi ‘anyaman’ sebagai identitas.

Anyaman yang dibentuk dari lungsi dan pakan agar saling menguatkan satu sama lain sehingga dapat berfungsi sebagai papan (tempat/ wadah). Hal tersebut menyimbolkan serta memberikan harapan bahwa potensi (seni budaya) di Yogyakarta dapat bersinergi untuk saling menguatkan (Tim Penulis FKY 25, 2013: 171-172). Untuk tema, pada usia seperempat abadnya, FKY mengusung ‘rekreasi’ yang diambil dari Bahasa Latin: re-creace dan Bahasa Inggris re- create, bermakna berkreasi kembali, berkreasi lagi, kembali berekreasi agar mendapatkan penyegaraan sebelum kembali ke rutinitas dengan harapan bahwa kesenian bisa semakin dekat dengan masyarakat, dapat dimaknai dan dirasakan secara sederhana, ringan, dan segar.

FKY telah menjadi etalase kreativitas seni dan budaya masyarakat Yogyakarta yang bernilai ekonomis. Bertempat di kompleks Plasa Pasar Ngasem, Kraton, Yogyakarta,

FKY mengalami banyak perubahan bentuk dan penyajian di penyelenggaraannya. Pada awalnya perpindahan lokasi sempat menjadi kendala karena tidak mudah menarik pengunjung dengan acara yang biasa. Panitia FKY kemudian menyusun acara yang dikemas menarik meliputi Kirab Seni dan Tradigital, Pasare Kreasi (Pasar/ Bazaar Seni), pertunjukan regular, Video Mapping Project, Yogyakarta Soundscape, 3 Hari Sastra, Open Art Studio, pemutaran film, dialog seni, workshop, dan Live Cooking (happening art).

Untuk promosi, selain menggunakan flyer, poster sampai baliho, FKY juga memanfaatkan internet yakni melalui media sosial. FKY membentuk tim administrator dan buzzer untuk mengelola beberapa akun media sosial. Jauh sebelum perhelatan FKY digelar, tim tersebut merilis isu-isu untuk membangkitkan rasa keingintahuan masyarakat serta menganalisis posisi (skala prioritas) FKY di hati masyarakat. Adapun media sosial yang digunakan FKY yaitu:

1. Website

Sebuah festival maupun event sebaiknya memiliki website agar pengunjung mendapatkan informasi yang detil langsung dari sumbernya. Wisatawan yang hendak

Gambar 4. Sosial Media FKY 25 (Andrika, 2014)

(6)

berkunjung ke Yogyakarta pun dapat memasukkan FKY ke dalam agenda wisatanya setelah melihat rangkaian kegiatan yang diunggah di website. Untuk website, FKY tidak menggunakan secara maksimal.

Artikel yang diunggah tidak lengkap dan respon terhadap komen dari viewer pun tidak cepat ditanggapi.

2. Fanpage Facebook

Jejaring sosial Facebook menyediakan pages untuk memudahkan penggunanya berinteraksi dengan orang lain, misalnya fanpage. Media sosial ini juga memberikan beranekaragam fitur seperti menandai foto, membagikan status, unggah video, tautan, dan pembaharuan status (update status) dengan jumlah karakter yang tidak terbatas (Siswanto, 2013: 83). Saat ini FKY memiliki fanpage Facebook dengan jumlah fans 2770 akun. Sesuai dengan fungsinya yakni untuk mengumpulkan fans sebanyak-banyaknya, fanpage juga berfungsi sebagai media informasi. FKY dapat dengan leluasa menyebarluaskan konten promosi.

3. Instagram

Instagram merupakan platform yang menyediakan galeri foto dan video berdurasi pendek. Akun instagram FKY (rekreasi) memiliki 77 postingan dan 113 followers.

Meskipun followers tidak sebanyak media sosial lainnya, pengguna instagram yang mengunggah foto dan video mengenai FKY dengan hashtag #fky25 mencapai 1047 postingan (data dianalisis melalui http://iconosquare.com).

4. Youtube

Situs konten media sharing seperti Youtube dapat digunakan sebagai media promosi apabila ada video yang diposting.

FKY memiliki akun Youtube dengan username ‘videofky2013’ sebagai media untuk memperlihatkan teaser festival. Sama halnya dengan website, akun ini juga tidak dipergunakan secara maksimal. Di halaman videofky2013 hanya terdapat 2 video teaser dengan viewer lebih dari 1000 akun.

5. Twitter

Dari beberapa media sosial yang digunakan, FKY lebih sering menggunakan mikrobloging Twitter karena interaksinya yang lebih cepat. Twitter sendiri lebih sederhana daripada media sosial lainnya.

Twitter dirancang untuk membiarkan penggunanya tetap terhubung sebagai pengikut/ followers sebanyak yang tertarik, melalui pertukaran cepat, jawaban yang sering ke satu pertanyaan sederhana: "Apa yang kamu lakukan?' (Rodman, 2012: 280).

Pesan real-time, yang dikenal sebagai tweets atau kicauan, terbatas pada 140 karakter yang dapat diperbaharui melalui PC dan ponsel.

Media sosial kerap kali menjadi barometer popularitas karena fiturnya dapat menampilkan topik yang paling banyak dibicarakan di media sosial (trending topics) dengan menggunakan fasilitas hashtag (#) serta didukung fasilitas retweet (RT) dan percakapan secara terbuka (Siswanto, 2013:

84).

Tabel 1. Media Sosial FKY

(7)

Parnell (dalam LIVE Coverage of Engage London 2014) menyatakan bahwa saat ini pengguna Twitter mobile mencapai persentase 76 % dan jaringan melihat 1 miliar tweet setiap 2 hari. Dengan demikian, informasi apapun dapat langsung diterima oleh pengguna akun Twitter. Konten yang dinamis akan membuat sebuah akun lebih menonjol daripada akun lainnya yang serupa.

Akun Twitter FKY (@fky25) pertama kali beroperasi pada tanggal 27 Maret 2012, dengan jumlah follower 523 pada Bulan April 2013 kemudian menjadi 4.532 pada April tahun 2014.

Jumlah tweet pun terus meningkat seiring kebutuhan informasi yang perlu disampaikan ke khalayak. Isi tweet berupa informasi sejarah lokasi festival, perekrutan volunteer, penjualan stan pasar seni, acara harian, dan interaksi dengan pengunjung yang memiliki akun Twitter.

Jumlah tweet harian dihitung dari pure- tweet (tweet murni dari akun twitter), retweet (mengutip tweet orang lain dengan mencantumkan id Twitter), dan mention (menyebut id Twitter seseorang dalam isi posting) . Angka dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: hari (hari kerja atau akhir

pekan), acara harian di panggung reguler, acara di diluar panggung regular, dan jumlah pengunjung.

Beberapa platform yang terhubung dengan @fky25 antara lain UberSocial for Blackberry, Twitter website, Instagram, HootSuite, Twitter for iPad, TweetDeck, Twitter for Android, TweetCaster for Android, Twitter for Blackberry, dan Tweet Button. Dari aktivitas akun twitter, @fky25 tergolong komunikatif dan memiliki popularitas. Berikut distribusi tweet dari akun tersebut:

Jumlah tweet didominasi oleh retweet dari tweet pengguna Twitter yang membahas FKY, 39 % dari 6406 tweet yakni sekitar 2515 post.

Retweet berfungsi untuk menyebarkan testimonial orang lain mengenai FKY agar menarik perhatian khalayak. Dengan adanya bantuan promosi melalui media sosial, rata- rata jumlah pengunjung FKY tahun 2013 mencapai 10.008 orang per harinya.

C. Kesimpulan

Dari banyaknya media sosial yang ada di internet, FKY memilih Website, Facebook,

Gambar 5. Segmentasi usia follower @fky25 (dianalisis via www.twtrland.com)

Gambar 6. Tweet harian @fky25 selama festival berlangsung

(Andrika, 2014) Gambar 7. Distribusi Tweet (Andrika, 2014)

(8)

Instagram, Youtube, dan Twitter sebagai media interaksi dengan khalayak. Akan tetapi, tim yang dibentuk oleh FKY untuk mengelola kelima media sosial tersebut kurang berimbang antara satu media sosial dengan media sosial lainnya. Akibatnya, konten website, Facebook, Instagram, dan Youtube kurang mendapat perhatian.

Meskipun demikian, FKY tetap berinteraksi melalui akun Twitter dan mendapat sambutan baik dari pengguna akun mikrobloging tersebut. Hampir semua informasi dari acara rutin sampai acara high- lite disebarluaskan melalui Twitter dan dibantu beberapa buzzer dari akun lain dengan follower lebih dari 1000 akun.

Untuk ke depannya, FKY sebaiknya memperhatikan semua media promosi, baik online maupun offline agar semua lapisan masyarakat dapat dijangkau. Tidak semua masyarakat menggunakan media sosial untuk mencari tahu segala informasi. FKY juga sebaiknya membina hubungan baik dengan rekan pers agar artikel mengenai FKY dapat dirilis setiap harinya, selama acara berlangsung. Secara keseluruhan, promosi online FKY tahun 2013 lebih baik dari tahun sebelumnya.

D. Daftar Pustaka

Allen, Johnny, William O'Toole, Robert Harris, Ian Mc Donnel. 2002. Festival &

Special Event Management Second Edition.

Queensland: Wiley.

Assaad, Waad & Jorge Marx Gomez. 2011.

"Social Network in Marketing (Social Media Marketing) Opportunities and Risks", dalam International Journal of Managing Public Sector Information and Communication Technologies (IJMPICT) Vol. 2, No. 1, 2011, 13-22.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Habermas, Juergen. 1997. The Public Sphere.

UK: Oxford, Blackwell Publishers.

Hartley, John. 2010. Communication, Cultural, and Media Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Henderson, Alison & Rachel Claire Bowley. 2010.

“Authentic Dialogue? The Role of 'Friendship' in a Social Media Recruitment Campaign”

dalam Journal of Communication Management 14 (3), 237 - 257.

Indro, Ardian. 2009. “Internet, Ruang Sosial, dan Informasi”. Diakses tanggal 23 April 2014 (http://ardianindro.wordpress.com/2009 /04/01/internet-ruang-sosial-dan- informasi/).

Kaplan, Andreas M & Michael Haenlein.

2010. “Users of the World, Unite! The Challenges and Opportunities of Social Media”. Business Horizons.

Mangold, W. Glynn & David J. Faulds. 2009.

"Social Media: The New Hybrid Element of The Promotion Mix" dalam Business Horizons Vol 52 (4): 357-365.

Paramita, Rahadian. 2013. Statistik Pengguna Twitter Indonesia Oktober 2013.

Diakses tanggal 23 April 2014 (http://beritagar.com/p/statistik-pengguna- twitter-indonesia-oktober-2013-10207 / link up: www.apjii.or.id).

Ratna, Nyoman Kutha.2013. Glosarium: 1.250 Entri Kajian Sastra, Seni, dan Sosial Budaya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rodman, George. 2012. Mass media in a Changing World (History Industry Controversy) 4th Edition. New York:

McGraw-Hill.

Ross, Phillip. 2014. “LIVE Coverage of Engage London 2014”. Diakses tanggal 30 April 2014 (http:www.socialbakers.com/blog/2169- live-coverage-of-engage-london-2014).

Singh, Amarpal. 2013. “2013 Southeast Asia Digital Future in Focus (Report)”. Diunduh

tanggal 28 April 2014

(http://www.comscore.com/Insights/Presentati ons_

and_Whitepapers/2013/2013_Southeast_A sia_Digital_Future_in_Focus).

Siregar, Ashadi. 2001. Makalah: "Internet dan Komunikasi Manusia" dalam Seminar UGM Yogyakarta ‘Internet dalam Perspektif Kebudayaan’ 11 -12 Mei 2001.

Siswanto, Tito. 2013. “Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah”, dalam Jurnal Liquidity Vol. 2, No. 1, 80-86.

Tim Penulis Portal Bebmen. 2014. “Statistik:

Internet, Sosial Media, dan Mobile di Indonesia 2014”. Diakses tanggal 23 April

(9)

2014 (http://bebmen.com/4027/statistik- internet-sosial-media-dan-mobile-di-

indonesia.html).

Tim Penulis FKY 25. 2013. FKY 25 Refleksi, Retrospeksi, Reposisi. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013 & Panitia Festival Kesenian Yogyakarta ke-25 Tahun 2013.

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran.

Yogyakarta: Andi Offset.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sejarah, para rasul diutus juga untuk membebaskan umatnya dari belenggu itu semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam ketaatan kepada Allah

Selain itu, pertimbangan harus dibuat tentang konteks budaya, sosial, ilmiah dan pribadi siswa yang berkaitan dengan pembelajaran mereka (Meriana et al., 2021). Sejak