• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Metode Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Siswa SMA Negeri 12 Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Penggunaan Metode Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Siswa SMA Negeri 12 Banda Aceh"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

474

Penggunaan Metode Think Pair Share dalam Meningkatkan Hasil Belajar Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Siswa SMA

Negeri 12 Banda Aceh

Emma Gusnita

SMA Negeri 12 Banda Aceh Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Biologi melalui usaha perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran merupakan metode belajar yang meliputi langkah-langkah yang mempunyai tujuan agar kegiatan membaca dapat dilaksanakan sesingkat mungkin dan dengan daya serap yang tinggi. Metode ini diterapkan dalam pembelajaran kooperatif dimana metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama kelompok yang teratur. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas XI-MIPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari :(1) Perencanaan, untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran serta menyusun instrumen penelitian; (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan pembelajaran Biologi dengan menerapkan metode dalam pembelajaran kooperatif; (3) Pengamatan, yaitu pengambilan data melalui tes dan lembar observasi; (4) Refleksi, yaitu menganalisis hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode dalam pembelajaran kooperatif pada materi kebutuhan manusia hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus.

Kata Kunci : metode, keefektifan, think pair share.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, yang dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya agar berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

Perwujudan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam persiapan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional. Semuanya itu tidak akan terlepas dari campur tangan pemerintah dalam menghadapi permasalahan di dunia pendidikan sekarang ini. Untuk mengatasinya perlu penataan terhadap sitem pendidikan secara kaffah (menyeluruh), terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan. Guru berada pada titik sentral untuk mengatur, mengarahkan, dan

(2)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998

475 menciptakan sarana kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sehingga secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu di pertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut (Uno, 2006:34). Oleh karena itu diperlukan keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif sehingga akan membawa siswa kedalam situasi belajar yang bervariasi.

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan BIOLOGI adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan BIOLOGI, maka dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut, karena menurut Kosasih, kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran yang senantiasa terus ditingkatkan (Solihatin dan Raharjo, 2007:15).

Berdasarkan hasil observasi awal dengan guru mata pelajaran BIOLOGI dan siswa di SMA Negeri 12 Banda Aceh menyatakan bahwa pada proses pembelajaran BIOLOGI masih terdapat beberapa kekurangan yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga peserta didik bosan dan malas mempelajari BIOLOGI.

2. Pembelajaran cenderung searah.

3. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.

4. Cukup banyak peserta didik yang kurang suka dengan BIOLOGI.

6. Peserta didik tidak diberi kesempatan bertanya atau cenderung pasif.

Kurangnya pembelajaran ini akan berdampak pada hasil belajar peserta didik terutama pada ranah kognitif, psikomotorik dan efektif. Nilai ulangan harian siswa kelas XI-MIPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh masih rendah yakni masih di bawah nilai Kriteria Ketentusan Minimal (KKM) sekolah sebesar 63.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Clasroom Action Research. Menurut Aqib (2006 :12) pengertian PTK sebagai berikut:

1. Penelitian, adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, adalah sesuatu gerak yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas, adalah ruangan tempat guru mengajar

Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan

(3)

476

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2006 :3). Penelitian tindakan kelas adalah kegiatan yang terdiri atas rangkaian-rangkaian kegiatan, dalam penelitian ini terdapat dua siklus. Hasil dari refleksi siklus I digunakan untuk menyempurnakan tindakan pada siklus II. Secara garis besar terdapat empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus – November tahun ajaran 2019/2020. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 12 Banda Aceh. Kegiatan penelitian dijadwalkan sebagai berikut.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI-MIPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh Tahun pelajaran 2019/ 2020 Semester Ganjil. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam mengambil subjek penelitian adalah:

1. Peneliti memang guru BIOLOGI di sekolah tersebut, sehingga kegiatan penelitian tidak mengganggu suasana belajar-mengajar siswa.

2. Memudahkan peneliti dalam hal perizinan.

3. Karena peneliti memang guru mata pelajaran BIOLOGI di kelas XI-MIPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh, jadi peneliti sudah mengetahui hal-hal yang perlu mendapat tindakan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari aktivitas siswa.

Pembelajaran dirancang dalam 2 (dua) siklus, setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hal ini dilakukan agar guru dan siswa beradaptasi dengan metod pembelajaran yang diteliti. Secara garis besar terdapat 4 (empat) langkah dalam pengumpulan data, yaitu:

1. Perencanaan tindakan, dalam tahap ini guru melakukan identifikasi masalah kemudian setelah menemukan masalah, perlu segera melakukan langkah analisis terhadap penyebab adanya masalah yang akan dijadikan landasan berpikir untuk mencari alternatif suatu tindakan atau aksi yang dapat dikembangkan sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah. Kegiatan ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Untuk memperlancar kegiatan ini peneliti membuat sebuah instrument pengamatan sebagai alat bantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan tindakan, setelah ditetapkan bentuk tindakan (aksi) yang dipilih sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru dan peneliti. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

(4)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998

477 3. Observasi atau pengamatan, kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Kegiatan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan serta dapat dilaksanakan oleh peneliti dan guru. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data dengan observasi ini adalah: (a) jenis data yang dihimpun memang diperlukan dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, (b) indikator- indikator yang ditetapkan harus tergambarkan pada perilaku siswa secara terukur, (c) kesesuaian prosedur pengambilan data, dan (d) pemanfaatan data dalam analisis dan refleksi.

4. Refleksi, tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam BIOLOGI sebagai pemantulan. Refleksi dilakukan untuk mengadakan evaluasi yang dilakukan guru atau pengamat. Kegiatan refleksi lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Pada kegiatan refleksi ini ditelaah aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna. Melalui refleksi inilah maka guru bersama peneliti akan memutuskan langkah selanjutnya, untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena sudah mencapai tujuan yang diharapkan.

Kegiatan lebih rinci dalam setiap langkah pengumpulan data diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Tahap ini berupa penyusunan rancangan tindakan, yang meliputi:

1. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Mempersiapkan Lembar Kegiatan Siswa

3. Mempersiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa

4. Mempersiapkan pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang 5. Mempersiapkan alat evaluasi

b. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan, yaitu meliputi:

1. Guru menjelaskan materi yang berkaitan

2. Guru membimbing pembentukan kelompok siswa

3. Guru memberikan informasi tentang langkah-langkah metode Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif

4. Guru membagikan lembar kerja siswa

5. Menerapkan langkah-langkah metode Think Pair Share dalam pembelajaran kooperatif sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun

(5)

478

6. Guru membimbing siswa saat melakukan kegiatan Think Pair Share, dan mengarahkan siswa saat melakukan diskusi.

7. Mengadakan tes hasil akhir (pos tes) siklus I c. Pengamatan atau Obsevasi

Tahap ini dapat berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini observer dan peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Tujuan observasi ini adalah untuk mengamati kinerja siswa dan guru dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

d. Refleksi

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang hingga permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono, 2006 :80)

Metode Analisis Data

Metode analis data dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan. Adapun variabel yang dianalisis meliputi: nilai rata-rata tiap siklus, ketuntasan belajar secara individual, ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase hasil belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus persentase dari Sudijono (2005):

P = %

Keterangan untuk ketuntasan belajar siswa:

P = Angka persentase

f = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah total siswa

Berikut kategori yang ditentukan untuk mengamati rata-rata persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang telah diperoleh.

Tabel 3.2 Kategori Penilaian Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Persentase Kategori Aktivitas dan Hasil Belajar

Siswa 75 % < P ≤ 100 %

50 % < P ≤ 75 % 25 % < P ≤ 50 % 0 % < P ≤ 25 %

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

(Arikunto, 2000).

(6)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998

479 Indikator keberhasilan yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini adalah, sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai minimal 70. (Mulyasa, 2006: 254), dan keberhasilan langkah-langkah penerapan model kooperatif metode Think Pair Share pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada kelas XI SMA Negeri 12 Banda Aceh ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahap Refleksi Tindakan I

Berdasarkan analisis tes siklus I pada Kelas XII menunjukkan bahwa persentase ketuntasan kelas sebesar 41 % atau sebanyak 13 siswa yang mencapai ketuntasan dari 32 siswa yang mengikuti tes siklus I. Dimana standar ketuntasan batas minimal (SKBM) dengan nilai 70 dari persentase ketuntasan kelas tersebut, menunjukkan bahwa hasil belajar dari penilaian aspek kognitif belum memenuhi 75% tuntas secara klasikal dari target yang ditetapkan.

Dari hasil target keberhasilan yang telah ditetapkan dapat diketahui bahwa semua aspek belum menunjukkan keberhasilan. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I, masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran yaitu dengan melanjutkan ke tindakan II supaya target dari aspek hasil belajar dapat terpenuhi sehingga kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Selain mengupayakan untuk meningkatkan hasil belajar, juga diupayakan untuk mempertahankan peningkatan proses belajar yang telah tercapai dan diupayakan adanya peningkatan yang lebih tinggi dari target yang sudah dicapai di siklus I.

Tahap Refleksi Tindakan II

Dari hasil tes siklus II, pembelajaran dapat dikatakan cukup berhasil secara klasikal karena siswa yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 25 siswa atau sebesar 78

% dari 32 siswa yang mengikuti tes siklus II. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas pada tes siklus II sebanyak 7 siswa. Jadi, secara klasikal pembelajaran pada siklus II sudah mencapai target ketuntasan yang telah direncanakan. Pembelajaran yang direncanakan hanya dibatasi sampai siklus II maka pembelajaran dihentikan pada siklus II.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya perkembangan yang cukup baik mengenai kemampuan siswa pada penguasaan materi dari keseluruhan indikator secara merata.

Peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar siswa aspek kognitif, nilai rata-rata kelas sebesar 62,81 pada siklus I menjadi 74,68 pada siklus II, yang secara kualitatif naik dari kategori sangat kurang menjadi baik. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa, nilai rata-rata prestasi belajar siswa aspek kognitif dan ketuntasan belajar pada siklus II meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Bila dibandingkan dengan siklus I yang masih ada beberapa indikator soal yang belum dicapai dengan maksimal namun pada siklus II ini sebagian besar siswa dapat mengerjakan semua indikator soal dengan baik.

(7)

480

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar pada siswa kelas XI-MIPA-1 SMA Negeri 12 Banda Aceh dapat ditingkatkan dengan menggunakan Think Pair Share. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I aspek kerjasama siswa sebesar 34,37%

yang kemudian meningkat menjadi 65,62% pada siklus II; aspek frekuensi siswa dalam bertanya dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 34,37% yang kemudian meningkat menjadi 68,65 % pada siklus II; aspek frekuensi siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi pada siklus I sebesar 37,5% yang kemudian meningkat menjadi 56,25 % pada siklus II; dan aspek frekuensi sikap siswa dalam mendengard an menghargai pendapat teman pada siklus I sebesar 46,87% yang kemudian meningkat menjadi 78 % pada siklus II

2. Metode pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar Biologi. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tes siklus I dan tes siklus II. Pada tahap awal ketuntasan belajar siswa sebesar 18,75 % yang kemudian meningkat menjadi 41 % siklus I dan kembali meningkat menjadi 78 % pada siklus II sedangkan rata-rata kemampuan siswa dalam menjawab soal meningkat dari 51,25 pada tahap awal, 62,81 pada siklus I dan menjadi 74,68 pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. dan Supatmo. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Alfiansyah, Muhammad. Struktur Jaringan, Jenis, Fungsi Batang. [online]. 2011.

(http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/struktur-jaringan-jenis

fungsibatang.html#.UtjzAjevl3E diakses pada tanggal 16 Januari 2014)

Arikunto, Suharsimi. 2009a. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

---, Suhardjono. dan Supardi. 2009b. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas.

Jogjakarta: Laksana.

Aunurrahman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Aqib, Zainal. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB,TK. Bandung: Yrama Widya.

Citrosupomo, Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 2005. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Fried, George H. dan Hademeneos, George J. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:

Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartiny, Rosma. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Teras.

(8)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora September 2019 eISSN 2657- 0998

481 Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Prestasi Pusakaraya.

Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching And Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari tiga siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini merupakan suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan,

Penelitian pada siklus I ini diawali dengan tahap perencanaan tindakan. Dalam penelitian ini perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti meliputi : 1) mengumpulkan

Proses PTK harus melalui 4 (empat) tahap yang tersusun menjadi sebuah siklus, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Jalil,

Dari hasil refleksi pada siklus I peneliti bersama dengan guru mata pelajaran sosiologi sepakat untuk melakukan siklus lanjutan yaitu siklus II guna memperbaiki proses

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari tiga siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwasanya hipotesis dalam penelitian ini menyatakan hasil belajar siswa yang

Menurut Suyanto (2007) tindakan dikatakan berhasil jika hasil belajar yang dicapai setelah tindakan lebih baik. Dengan kata lain, tindakan dikatakan berhasil jika