Studies
Volume 5 No 1Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu di Sekolah Dasar
Intan Vajrini1 Zuardi2
1-2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
ARTICLE INFO ABSTRACT
Keywords: Learning Outcomes, Two Stay Two Stray
This research is based on the not yet optimal integrated thematic learning process. The purpose of this study was to describe the improvement of thematic integrated learning outcomes with the type of cooperative learning model two stay two stray. This research was carried out using the Cooperative Learning model of the Two Stay Two Stray type in class IV at SDN 20 Tarok Hilia Lamo. The subjects of this study were teachers and students of class IV, totaling 12 people. The approach used is a qualitative and quantitative approach. This type of research is classroom action research (CAR) which is carried out in two cycles, the first cycle consists of 2 meetings, and the second cycle consists of 1 meeting. Each cycle includes four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection.
The results showed an increase, in the first cycle of meeting 1 starting with the results of the preparation analysis: a) lesson plans showed an average of 77.77% (B), cycle I meeting 2 an average of 86.11% (B) and cycle II became 94.44% (SB), b) The implementation of the teacher aspect in the first cycle of the first meeting was 78.12% (B), the first cycle of the second meeting was 87.5% (B) and the second cycle was 90.87% ( SB), while the implementation of the student aspects of cycle I meeting 1 averaged 78.12%
(B), Cycle I meeting 2 averaged 87.5% (B) and cycle II was 93.75% (SB), c ) Assessment of student learning outcomes in the first cycle of meeting 1 obtained an average of 69.41, Cycle I meeting 2 an average of 75.92 and cycle II an average of 82.59. Based on these results, it can be concluded that the Two Stay Two Stray model can improve student learning outcomes in integrated thematic learning.
ABSTRAK Kata Kunci : Hasil
Belajar, Two Stay Two Stray
Penelitian ini didasarkan pada belum optimalnya proses pembelajaran tematik terpadu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran tematik terpadu dengan model cooperative learning tipe two stay two stray. Penelitian ini dilaksananakan dengan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray di kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo. Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IV yang berjumlah 12 orang. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, pada siklus I Pertemuan 1 dimulai dengan hasil analisis penyusunan: a) RPP menunjukkan rata-rata 77,77% (B), Siklus I pertemuan 2 rata-rata 86,11% (B) dan siklus II menjadi 94,44% (SB), b) Pelaksanaan aspek guru siklus I pertemuan 1 rata- rata 78,12% (B), Siklus I pertemuan 2 rata-rata 87,5% (B) dan siklus II 90,87% (SB), sedangkan pelaksanaan aspek peserta didik siklus I pertemuan 1 rata-rata 78,12% (B), Siklus I pertemuan 2 rata-rata 87,5% (B) dan siklus II menjadi 93,75% (SB), c) Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik pada siklus I pertemuan 1 diperoleh rata-rata 69,41, Siklus I pertemuan 2 rata-rata 75,92 dan siklus II rata-rata 82,59. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu.
Corresponding author : [email protected]
JBES 2022
PENDAHULUAN
Pada kurikulum 2013 terdapat kompetensi tertentu yang harus dicapai oleh peserta didik dengan sebaik mungkin, kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum 2013 ini ada empat yaitu sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3), dan keterampilan (KI- 4) (Prastowo, 2013). Kurikulum 2013 lebih dikaitkan pada pembelajaran konkrit yang sangat terkait kehidupan peserta didik salah satunya yakni menggunakan pembelajaran tematik terpadu (Hutagalung &
Zuardi,2021).
Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia menerapkan pembelajaran secara tematik. Yang mana pembelajaran tematik
tersebut merupakan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema berdasarkan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Dalam proses pembelajaran tematik, aspek peserta didik menjadi perhatian utama, kegiatan belajar tidak lagi berpusat pada guru (teacher centre) dan guru harus dapat menyajikan pembelajaran dengan menggunakan banyak model, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan bermanfaat bagi peserta didik, maka model yang dipilih harus dapat mengembangkan kreatifitas mereka sesuai dengan perkembangan serta kebutuhan peserta didik (Tampubolon, 2021). Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif sehingga peserta didik
dapat mengembangkam potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal.
Rahmayani dan Sukma (dalam Sutrada dan Sukma, 2020) berpendapat bahwa dalam pembelajaran tematik terpadu terdapat beberapa permasalahan yaitu jika dilihat dari segi pelaksanaannya masih terlihat pemisah antar pelajaran, perpindahan pembelajaran masih terasa, pembelajaran berpusat pada guru, guru tidak menggunakan model yang inovatif, guru tidak menggunakan media yang menunjang pembelajaran. Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil belajar dari peserta didik. Menurut Susanto (2013) hasil belajar merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar. Hasil belajar merupakan tolak ukur dari apa yang telah dipelajari.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SDN 20 Tarok Hilia Lamo Kabupaten Agam pada tanggal 3 sampai 6 November 2021. Ternyata proses pembelajaran tematik yang dilaksanakan di sekolah tersebut belum berjalan semestinya, berikut diuraikan permasalahan yang
peneliti temui di sekolah, (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru belum optimal serta masih ada yang perlu diperbaiki; seperti guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran (2) Guru hanya mengacu kepada buku guru dan buku siswa tanpa menambahkan materi dan buku sumber yang lain, sehingga materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi tempat tinggal peserta didik, (3) Guru belum memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif, menganalisa dan berkreasi sehingga pembelajarannya bersifat monoton, (4) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), (5) Peserta didik kurang memahami apa yang diajarkan oleh guru dan kemampuan berfikir kritis peserta didik masih kurang terhadap permasalahan yang dihadapinya, (6) Peserta didik kurang termotivasi untuk bertanya dan juga menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Permasalahan yang dialami di atas dapat berdampak pada beberapa aspek peserta didik yakni hasil belajar peserta didik dalam berbicara, kemampuan berfikir kritis peserta didik, serta keterampilan.
Untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang telah dipaparkan perlunya dikembangkan pembelajaran oleh guru. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan efisien seperti Model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray.
Model Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Model ini juga melatih peserta didik bersosialisasi dengan baik (Huda, 2017).
Berdasarkan paparan di atas, maka tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray di kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo Kabupaten Agam.
METODE PENELITIAN Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 20 Tarok Hilia Lamo Kabupaten Agam yang telah menerapkan Kurikulum 2013.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena Penelitian Tindakan Kelas ini berlangsung selama 2 siklus.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu guru dan peserta didik kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo Kabupaten Agam. Jumlah siswa yang menjadi subjek adalah sebanyak 12 orang, terdiri dari 8 orang peserta didik laki-laki dan 4 orang peserta didik perempuan.
Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai praktisi dan guru kelas sebagai observer.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II periode Januari/Juni Tahun Ajaran 2021/2022 di SDN 20 Tarok Hilia Lamo Kabupaten Agam. Terhitung dari perencanaan sampai hasil laporan penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri
dari 2 pertemuan, siklus I yaitu 2 kali pertemuan, pertama tanggal 2 Maret 2022 dan pertemuan kedua pada tanggal 7 Maret 2022. Siklus II terdiri dari 1 pertemuan pada tanggal 9 Maret 2022.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengamati fenomena yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, pemaparannya berupa kata-kata sedangkan pendekatan kuantitatif dipaparkan dalam bentuk angka-angka yaitu nilai tes atau hasil belajar peserta didik.
Menurut Arikunto (2009) pendekatan kualitatif digunakan karena pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, tanpa rekayasa, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami dan menuntut keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan.
Sedangkan penelitian kuantitatif menurut Kunandar (2008), digunakan untuk menganalisis data kuantitif (nilai hasil belajar peserta didik) yang dapat dianalisis secara deskriptif.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya dengan perencanaan, observasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil kualitas pembelajaran.
Menurut Arikunto (2009) menjelaskan bahwa proses penelitian tindakan kelas merupakan proses daur ulang yang diawali dengan perencanaan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan dapat tercapai.
Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah alur yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart.
Model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart terdapat empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Kunandar, 2011).
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, masing-masing terdiri dari siklus I dan siklus II.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup 1) Tahap perencanaan, 2) Tahap pelaksanaan 3) Tahap pengamatan, dan 4) Refleksi.
DATA DAN SUMBER DATA
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data tersebut berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar yang berupa informasi sebagai berikut:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tematik terpadu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray di Kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo.
b. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray di Kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo.
c. Peningkatan hasil belajar peserta didik pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan model Cooperative
Learning tipe Two Stay Two Stray di Kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo.
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kegiatan evaluasi, perilaku guru dan peserta didik sewaktu proses pembelajaran. Data diperoleh dari subjek terteliti yakni guru dan peserta didik kelas IV SDN 20 Tarok Hilia Lamo Kabupaten Agam.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui teknik tes, non tes, dan observasi.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi,lembar tes dan lembar non tes.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memperoleh hasil pada perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan penilaian hasil belajar.
Berikut ini pemaparannya:
1. Siklus I
Pembahasan hasil siklus I : a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) hasil belajar menggunakan model Two Stay Two Stray, pembahasan hasil penelitian diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Pembelajaran
Hasil pengamatan RPP dengan model menggunakan model Two Stay Two Stray pada pembelajaran tematik terpadu siklus I sudah berada pada kriteria cukup karena masih banyak deskriptor yang belum muncul.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer, jumlah skor yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 adalah 28 dari skor maksimal 36. Jadi presentase penilaiannya adalah 77,77%
dengan kualifikasi Baik. Untuk siklus I pertemuan 2 jumlah skor yang diperoleh adalah 31 dari skor maksimal 36. Jadi presentase penilaiannya adalah 86,11%
dengan kualifikasi Baik. (Kemendikbud, 2014).
b. Pelaksanaan
Menurut Istarani (2011), menjelaskan tentang langkah-langkah model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray yaitu (1) Peserta didik
bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah empat orang. (2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu ke kelompok lain. (3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. (4) Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan hasil temuan dari kelompok lain. (5) Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka.
Berdasarkan perencanaan yang disusun, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan mengikuti langkah-langkah dengan model Two Stay Two Stray, namun masih belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal.
Pada aspek guru masih ditemukan hal-hal yang belum sesuai dengan rancangan pada pengamatan.
Beberapa deskriptor belum muncul sehingga perlu direfleksi pada pertemuan selanjutnya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang diamati oleh observer (guru kelas IV) pada saat peneliti melaksanakan penelitian. Hasil pengamatan penelitian pelaksanaan
pada siklus I pertemuan 1 dari aspek guru diperoleh persentase yaitu 78,12%
dengan kualifikai baik (B), aspek peserta didik diperoleh persentase 78,12% dengan kualifikasi baik (B) dan pada pengamatan pelaksanaan siklus I peretemuan 2 dari aspek guru dipeoleh peresentase 87,5% dengan kualifikasi baik (B), aspek peserta didik diperoleh persentase 87,5% dengan kualifikasi baik (B).
c. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pemberian nilai terhadap apa yang diperoleh peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.
Sebagaimana yang dikatakan Susanto (2016:5) bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek sikap, pengetahuan, maupun keterampilan sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Hasil belajar peserta didik pada aspek sikap siklus I berdasarkan jurnal tampak bahwa perilaku negatif peserta didik terhadap sikap spiritual dan sikap sosial perlu diarahkan agar tidak berperilaku negatif. Hasil belajar
peserta didik pada aspek pengetahuan dan keterampilan pada siklus I pertemuan 1 diperoleh nilai rata-rata peserta didik yaitu 69,41 (C) Cukup, sedangkan pada siklus I pertemuan 2 diperoleh rata rata hasil belajar peserta didik yaitu 75,92 (B) Baik. Dengan rekapitulasi nilai hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah 72,66 (C) Cukup.
2. Siklus II
Berdasarkan perencanaan yang disusun, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sudah terlaksana secara maksimal. Pada pengamatan penelitian siklus II aspek guru diperoleh persentase yaitu 96,87% dengan kualifikasi Sangat Baik (SB), aspek peserta didik diperoleh persentase 93,75% dengan kualifikasi Sangat Baik (SB). Menurut Mulyasa (2014:143) yang mengatakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari proses, dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak- tidaknya sebagian besar (80%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Penilaian proses dapat dilakukan dengan pengamatan dan refleksi.
Dalam hal ini, yang melakukan penilaian proses adalah observer.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus II proses pembelajaran tematik terpadu telah melebihi 80%, dapat dikatakan sudah berhasil.
Keberhasilan selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat bahwa peserta didik pada siklus II menunjukkan ada peningkatan pencapaian hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari nilai hasil belajar peserta didik baik itu sikap, pengetahuan, ataupun keterampilan.
Hasil belajar peserta didik pada aspek pengetahuan dan keterampilan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata peserta didik yaitu 82,59 (B) Baik.
Berdasarkan paparan data penilaian hasil belajar yang diuraikan peneliti di atas dari hasil yang diperoleh pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II telah terlaksana dengan sangat baik.
Peneliti bersama guru kelas
menyimpulkan pelaksanaan penelitian dari siklus I dan siklus II telah terlaksana dengan sangat baik dan guru telah berhasil menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik terpadu.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus II, maka penelitian sudah bisa dicukupkan sampai siklus II karena sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal pencapaian. Berikut adalah grafik peningkatan hasil belajar pesserta didik:
Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Model Cooperative tipe Two Stay Two Stray.
0 20 40 60 80 100
Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus II
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran tematik terpadu di kelas V SD dengan model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray disusun dalam bentuk RPP yang komponen penyusunnya terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, proses pembelajaran, metode pembelajaran, media dan sumber pembelajaran, serta penilaian pembelajaran.
Berdasarkan lembar penilaian RPP terlihat bahwa pada siklus I pertemuan 1 persentase yang diperoleh yaitu 77,77%
pada siklus I pertemuan 1 ini terlihat RPP sudah cukup. Kekurangan- kekurangan pada RPP siklus I pertemuan 1 diperbaiki pada siklus I pertemuan 2, sehingga pada siklus I pertemuan 2 penilaian RPP memperoleh persentase 86,11%. Hal ini terlihat perencanaan pembelajaran yang dibuat berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay
Two Stray dapat kualifikasi baik dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya pada siklus II penilaian RPP memperoleh persentase 94,44% dengan kualifikasi Sangat Baik.
2. Pelaksanaan pembelajaran tematik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tematik menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dilaksanakan dengan 5 langkah yaitu: (1) Peserta didik bekerjasama dalam kelompok yang berjumlah empat orang. (2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu ke kelompok lain. (3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. (4) Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan hasil temuan dari kelompok lain. (5) Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka.
Hasil pengamatan berdasarkan aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran aktivitas guru 78,12% dan aktivitas peserta didik 78,12%. Pada siklus I pertemuan 2 persentase yang diperoleh meningkat menjadi 87,5%
aktivitas guru dan 87,5% aktivitas peserta didik. Adapun pada siklus II persentase yang diperoleh juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya menjadi 96,87% untuk aktivitas guru dan peserta didik dengan kualifikasi sangat baik. Dari hal ini terlihat bahwa ada peningkatan pada tahap pelaksanaan mulai dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2 sampai ke siklus II.
3. Penilaian terhadap peserta didik dalam peningkatan hasil belajar tematik terpadu model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siklus I pertemuan 1 memperoleh rata-rata 69,41 siklus I pertemuan 2 memperoleh rata-rata 75,92 dan siklus II memeperoleh rata-rata 82,59. Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di SDN 20 Tarok Hilia Lamo menggunakan model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray telah berhasil.
REFERENSI
Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. (2017). Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hutagalung, Ega Syahputri., & Zuardi.
(2021). Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan
Menggunakan Model Cooperative Tipe Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V SDN 04 Bukit Apit Puhun Bukittinggi. Jurnal of Basic Education Studies. 1(4), 3161.
Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
PT Grafindo Persada.
________. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mulyasa. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group
Sutrada, Erik & Sukma, Elfia. (2020).
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Proses Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas IV SDN 29 Rantau Batu Pasar Punggasan Pesisir Selatan.
Jurnal Inovasi Pembelajaran SD.
Vol.8, No. 9. Hal: 141.