PENGIMPLEMENTASIAN STRUKTUR BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN
DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN
KELOMPOK 3 Ketua:
Nadia Nonita P (220118988) Anggota:
Andreas Restu (220118992) Michelle Natasha A (220118990) Michelle Angelika (220118987) Cicilia Efrita Melinda (220118993) Rizqy Aril Putra Utama (220118991) Nicholas Sinaga (200118361)
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
YOGYAKARTA 8 Desember, 2022
I. RINGKASAN
Green building concept merupakan konstruksi awal dari tahap perencanaan, dengan pemakaian material konstruksi yang ramah lingkungan dan efesiensi energi dan sumber daya. Meningkatnya populasi manusia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan juga meningkat sehingga kemungkinan timbulnya kerusakan pada alam juga pemanasan global semakin besar. Konsep rumah ramah lingkungan ini kurang diminati masyarakat karena kurangnya perhatian masyarakat terhadap pentingnya struktur bangunan dalam menghadapi kualitas lingkungan. Selain itu, masyarakat juga masih sangat acuh akan kerusakan lingkungan karena akibat dari kerusakan itu belum berdampak langsung pada kehidupan mereka.
Arsitektur berhadapan dengan solusi alternatif yang didasarkan pada observasi atas keadaan masa sekarang, disiplin arsitektur menawarkan paradigma pemikiran yang bertitik tolak pada isu-isu sosial maupun lingkungan yang terjadi. Kemajuan teknologi sangat berpengaruh bagi arsitek untuk merancang sesuatu yang menguntungkan manusia dan lingkungan sekitar. salah satunya dengan penerapan konsep green building dengan penggunaan material bangunan yang mempunyai konsumsi energi yang kecil dan memakai energi daur ulang.
Dalam proyek ini, wilayah yang dipilih adalah Kecamatan Umbulharjo yang merupakan salah satu daerah di Kota Yogyakarta yang mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan pembangunan pembangunan berkelanjutan yang terus terjadi. Pesatnya pembangunan pemukiman di kecamatan Umbulharjo ini mengakibatkan kurangnya daerah resapan air yang mengakibatkan maraknya banjir dikarena air hujan yang tidak bisa menyerap ke tanah. Proyek ini mengedepankan aspek lingkungan dengan struktur bangunan ramah lingkungan untuk mengatasi isu- isu sosial dan lingkungan yang terjadi di Kecamatan Umbulharjo.
II. KATA KUNCI : Pembangunan, Lingkungan, Energi,
III. LATAR BELAKANG
Bangunan merupakan rangkaian konstruksi yang terdiri dari dinding dan atap yang menyatu dengan tanah. Di era yang semakin maju dan berkembang ini, konstruksi bangunan yang memiliki konsep ramah lingkungan sangat di perlukan dengan mengikuti perkembangan lingkungan sosial dan memperhatikan berbagai aspek yang akan berubah seiring berjalannya waktu. Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building concept merupakan konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta memperhatikan kesehatan dan kenyamanan penghuni yang semuanya berpegang kepada kaidah berkesinambungan.
Tentunya saat akan merealisasikan rancangan kontruksi bangunan dengan konsep ramah lingkungan terdapat berbagai macam permasalahan yang ditemukan.
Meningkatnya populasi manusia menyebabkan kebutuhan pangan dan lahan juga meningkat sehingga tidak menutup kemungkinan timbulnya kerusakan pada alam juga pemanasan global. Kurangnya perhatian dan konsentrasi masyarakat terhadap pentingnya peran struktur bangunan dalam menghadapi kualitas lingkungan yang semakin menurun menjadikan konsep rumah ramah lingkungan tidak begitu diminati masyarakat. Salah satu faktor yang juga berpengaruh ialah kurangnya sosialisasi dari
peka terhadap dampak yang akan terjadi. Memikirkan bagaimana konstruksi ini dapat mengurangi dampak negatif dari global warming dan menjaga keseimbangan lingkungan serta kebutuhan manusia untuk sekarang dan dimasa yang akan datang nanti.
Adanya kompleks ini bertujuan untuk mengimplementasikan suatu konstruksi dengan memperhatikan bahan yang digunakan, memanfaatkan energi matahari, menyediakan resapan air, faktor sosial, serta hasil positif yang berpengaruh terhadap lingkungan. Hasil konstruksi ini diharapkan dapat menghasilkan masyarakat yang mempedulikan dan mewujudkan bangunan ramah lingkungan, sehingga menghasilkan suatu kondisi tatanan lingkungan kota yang indah, juga meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat awam terkait dengan bangunan ramah lingkungan. Oleh karena itu, dengan adanya kompleks perumahan yang akan direalisasikan, dengan memperhatikan aspek yang dibutuhkan untuk memenuhi konstruksi teknis bangunan ramah lingkungan, lingkungan sosial antar masyarakat, lingkungan alam, dapat mewujudkan tujuan adanya kompleks ini, dapat meyakinkan masyarakat bahwa bangunan eco green dapat membantu mengurangi dampak global warming. proyek kompleks ramah lingkungan diharapkan dapat berkontribusi besar melalui manfaat dan rancangan yang dihasilkan dapat diselaraskan dengan kondisi alam.
IV. LANDASAN TEORI
Arsitektur berhadapan dengan solusi alternatif yang didasarkan pada observasi atas keadaan masa sekarang, disiplin arsitektur menawarkan paradigma pemikiran yang bertitik tolak pada issue-issue. Arsitektur pada dasarnya tersusun dari seperangkat teori dan pernyataan yang membentuk cakupan tersendiri dan penalaran tersendiri. Dalam pemahaman ini nilai kebenaran dari teori di arsitektur dapat dikatakan sangat tidak mutlak tidak seperti halnya ilmu pengetahuan alam atau matematika. Meskipun demikian dalam pandangan ilmu pengetahuan arsitektur dapat didekatkan pada paradigma. Dimana teori arsitektur merupakan kumpulan yang kadang-kadang terkait atau didasarkan pada bidang keilmuan lain. Arsitektur sendiri tersusun dari kesepakatan-kesepakatan bagi para ilmuwannya terhadap teori-teori dan pernyataan yang membentuknya. Pandangan tersebut mengedepankan peran arsitek dan pekerjaan utamanya, yaitu merancang.
Kegiatan perancangan arsitektur identik dengan ilmuwan dengan proses metodologi program penelitian. Hal ini dapat dilihat dalam tahapan Arsitek, ketika merancang arsitek tidak bertitik tolak pada teori tertentu tetapi pada keyakinan masing-masing dan berspekulatif terlebih dahulu. Kegiatan merancang tidak memiliki standar baku, setiap arsitek memiliki cara masing-masing. Pembangunan yang berkaitan dengan tempat tinggal dan lingkungannya perlu mendapatkan prioritas, mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Tempat tinggal memiliki peran dinamis yang bukan hanya sebagai tempat bernaung dan berlindung melainkan berhubungan erat dengan manusia sebagai penghuni yang memiliki aturan, perilaku, serta keinginan yang terus berkembang sesuai dengan konteks pada masanya (Santoso & Riviwanto, 2011).
Preferensi dalam bertempat tinggal adalah kecenderungan seseorang untuk berhuni atau tidak berhuni di suatu tempat (Budiharjo, 1994; Rahman dkk, 2015). Preferensi terhadap tempat tinggal akan selalu berkembang sesuai dengan dinamika perilaku (Zinas dkk, 2012) serta kondisi sosial dan ekonomi seseorang (Budiharjo, 1994).
Kondisi tersebut dapat berdampak pada perubahan unsur lingkungan tempat tinggalnya seperti fasilitas, layanan, aksesibilitas hingga pola spasial perumahan (Towers, 2005) Preferensi merupakan salah satu studi keperilakuan dalam arsitektur yang memiliki manfaat dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat dihasilkan karya-karya yang lebih baik (Handler dan Canter dalam Sueca 2001).
Indonesia merupakan negara yang seluruh wilayahnya berada di kawasan equator, hal ini menjadi keuntungan namun juga bisa menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2 selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu permukaan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi kendala yang sangat besar dengan tingginya suhu permukaan di kawasan Indonesia, sehingga dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan rumah.
(Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah. Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang tidak terbaharukan (non-renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak lapisan ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit Langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design) merupakan salah satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non renewable energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy). Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003).
berkembang sehingga menghasilkan pemikiran yang mampu menjadikan suatu konsep yang menguntungkan bagi manusia maupun lingkungan yaitu konsep bangunan ramah lingkungan. Bangunan ramah lingkungan saat ini sangat dibutuhkan untuk menjaga generasi masa depan, yang menjadi tujuan mengurangi konsumsi energi, emisi maupun sampah atau limbah agar terciptanya bumi yang nyaman. Bukan hanya menjaga lingkungan dan merawatnya, namun perlu adanya keselarasan antara lingkungan dan penggunaan teknologi bangunan bagi sistem
Pemilihan material bahan bangunan berpengaruh pada konsumsi energi bangunan. Pada saat didirikan, konsumsi energi bangunan berkisar antara 5-13%
sedangkan 87-95% merupakan angka konsumsi energi bangunan selama masa hidup bangunan tersebut. Sebagai contoh penggunaan material bahan untuk membangun bangunan ramah lingkungan yaitu pembangunan bangunan hijau. Yang dimaksud bangunan hijau di sini adalah bangunan yang menggunakan material bahan bangunan yang lebih memperhatikan keadaan alam.
Terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan ketika merancang sebuah rumah. Pertama, bisa dengan cara meniru konsep rumah panggung. Dengan adanya jarak antara tanah dengan lantai, maka area tanah dibawah lantai masih bisa berfungsi untuk penyerapan air. Hal ini bisa bermanfaat untuk mengurangi banjir. Kedua, harus memperhatikan masalah pencahayaan. Jika rumah mempunyai titik-titik masuknya cahaya yang cukup, maka akan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari.
Selanjutnya yang ketiga adalah masalah ventilasi, jika pertukaran udara di rumah cukup, maka akan mengurangi penggunaan AC maupun kipas angin, ditambah lagi jika rumah mempunyai ruang terbuka hijau maka udara yang keluar masuk rumah akan lebih bersih begitupun suhu udara akan menjadi lebih rendah. Masalah sanitasi juga harus diperhatikan, misalnya perancangan saluran pembuangan air dan penempatan tempat sampah organic maupun anorganik. Pemilihan material untuk membangun sebuah rumah juga akan berpengaruh terhadap efek keramahtamahan lingkungan yang sedang gencar-gencarnya dikampanyekan. Kemudian yang bisa dilakukan dalam menggunakan sumber daya yang bisa diperbarui. Sumber daya yang bisa diperbarui misalnya material bangunan dari kayu, bebatuan dan semacamnya yang pada umumnya adalah material alami yang banyak terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk diperbarui kembali. Selanjutnya kita bisa menggunakan kembali material bangunan yang masih layak pakai, dan mengolah limbah atau material sisa bangunan untuk dapat dimanfaatkan Kembali.
V. GAMBAR/SKETSA
Proyek ini mengambil konsep green building dimana lokasi pembangunan akan dilakukan di salah satu wilayah yang dimana secara fisik keadaan lingkungannya sudah cukup kurang bail.. Proyek ini berupa kompleks perumahan dimana setiap rumah dibangun berdekatan dan mengitari ruang terbuka hijau. Setiap rumah tidak menggunakan pagar, hanya ada jalan setapak yang menghubungkan setiap rumah. Hal ini diterapkan agar setiap penghuni rumah bisa saling berinteraksi dengan yang lainnya dan mengurangi masalah individualisme yang terjadi di kota-kota besar.
Setiap rumah di kompleks ini memiliki sirkulasi udara dan cahaya yang menekankan penggunaan bukaan dan material kaca yang banyak pada bukaan, hal ini diharapkan agar setiap rumah tidak memerlukan air conditioner sebagai pendingin karena AC sendiri mengeluarkan CFC yang dapat menyebabkan pemanasan global menjadi lebih parah. Penggunaan material kaca memiliki tujuan agar setiap rumah
bisa mengurangi penggunaan listrik karena tidak memerlukan pencahayaan tambahan berupa lampu pada siang hari. Di setiap rumah juga akan diberi panel surya yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik. hal ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan listrik berbahan dasar fosil dengan memanfaatkan energi dari cahaya matahari.
Beralih pada area outdoor, pada komplek ini akan dibuat banyak resapan air hujan yang salah satunya berupa taman terbuka yang ditumbuhi banyak pepohonan untuk memberikan suasana sejuk di komplek ini. hal ini juga bertujuan agar saat musim kemarau daerah tersebut tidak akan kekurangan air namun juga tidak mengalami banjir saat musim hujan tiba.
VII. ANALISIS LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL
Dalam proyek ini, kawasan yang dipilih adalah Kecamatan Umbulharjo.
Kecamatan Umbulharjo merupakan salah satu daerah di Kota Yogyakarta yang mengalami perkembangan fisik yang cukup pesat dengan pembangunan pembangunan berkelanjutan yang terus terjadi. Pembangunan pemukiman yang terus menerus berakibat pada banyaknya wilayah yang semula menjadi daerah resapan air hujan sekarang telah tertutup. Berkurangnya ruang resapan berdampak pada berkurangnya cadangan air tanah di daerah kecamatan Umbulharjo. Selain itu akibat lain dari kurangnya daerah resapan ini adalah terjadinya banjir karena air hujan yang turun tidak dapat masuk kembali ke tanah sehingga menggenang di permukaan tanah.
Proyek dengan judul “PENGIMPLEMENTASIAN STRUKTUR BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN” mengedepankan aspek lingkungan dengan struktur bangunan yang ramah lingkungan seperti ruang terbuka hijau yang cukup luas sehingga terdapat banyak daerah resapan air. Hal ini bertujuan agar kompleks perumahan yang akan dibangun tidak mengalami kekurangan air saat musim kemarau dan tidak mengalami banjir saat musim hujan.
Material yang digunakan dalam proyek ini adalah material ramah lingkungan yang proses pembuatannya tidak beresiko besar terhadap alam. Selain material ramah lingkungan, material yang digunakan juga mengedepankan fungsi tanpa mengurangi kesan estetika, seperti penggunaan kaca untuk sebagian besar bangunan dengan tujuan agar rumah memiliki cukup pencahayaan dari sinar matahari yang masuk sehingga tidak diperlukan tambahan lampu pada siang hari. Penggunaan panel surya yang direncanakan dalam proyek ini juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan listrik yang bersumber dari energi fosil dengan memanfaatkan sumber energi dari cahaya matahari. Setiap rumah dirancang dengan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik dengan jumlah bukaan yang bayak dan material kaca untuk matahari masuk sehingga tidak diperlukan air conditioner untuk menyejukkan ruangan. AC menggunakan CFC sebagai media pendingin yang bertanggung jawab terhadap penipisan lapisan ozon.
Proyek kompleks perumahan ini tidak memiliki pagar yang memisahkan setiap rumah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi masalah individualisme yang sudah sangat lazim terjadi di daerah perkotaan. Penulis mengharapkan dengan
individualisme sedikit terpecahkan dan masyarakat bisa lebih bersosialisasi satu sama lain. direalisasikannya rumah tanpa pagar ini tentu memiliki resiko yang besar juga, seperti resiko kehilangan harta benda oleh orang orang yang kurang bertanggungjawab.
Kekurangan dalam proyek ini adalah kompleks yang dibangun akan mengorbankan ruang terbuka hijau yang ada, sehingga meskipun proyek ini merupakan proyek ramah lingkungan namun tetap ada daerah resapan air yang harus dikorbankan. selain itu, biaya yang diperlukan dalam proses pembangunan proyek ini cukup besar karena memerlukan tenaga ahli yang mengerti mengenai struktur bangunan dan material.
selain itu, material yang digunakan juga cukup mahal karena menggunakan material ramah lingkungan yang juga harus kokoh tanpa mengurangi kesan estetika. material seperti itu biasanya memiliki harga yang lebih mahal jika dibanding dengan material biasa dengan kualitas yang standar. contoh kecilnya seperti kayu jati yang lebih mahal dari kayu lain karena kualitasnya yang lebih baik dan kokoh.
VIII. PENUTUP
Green building dimulai dengan perencanaan pada pemilihan lahan yang sesuai dengan tata ruang kota yaitu sesuai dengan peruntukannya, kemudian membuat bangunan hijau sebagai desain bangunan yang hemat energi, dimana system bangunan yang didesain dapat mengurangi pemakaian listrik untuk pencahayaan dan sirkulasi udara yang memungkinkan mengurangi penggunaan AC juga konstruksi yang menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan. Rencana rancangan proyek akan di lakukan di wilayah Kecamatan Umbulharjo, Pembangunan yang akan dikerjakan harus mencapai kriteria dalam memanfaatkan apa yang ada di wilayah Kecamatan Umbulharjo.
Dalam merancang tentunya akan di temukan kekurangan seperti kekurangan dalam proyek ini ialah:
● Membutuhkan biaya yang besar ketika akan membangun proyek ini karna konstruksinya sendiri terdiri dari bahan alam sehingga perlu memilih material alam yang kuat dan kokoh agar nantinya bisa berdiri dengan sempurna dan juga pemanfaatan yang bisa mengurangi dari pencemaran lingkungan hal ini juga menjadi salah satu faktor harga jualnya tinggi.
● Proyek kompleks perumahan ini dirancang tanpa menggunakan pagar sehingga jika ada pihak yang tidak bertanggung jawab maka pemilik rumah yang ada pada kompleks tersebut akan merasa dirugikan dan membuat suasana kompleks tidak nyaman.
● Ketersediaan material yang tidak bisa di temui di semua tempat, material ramah lingkungan biasanya hanya di produksi di kota-kota besar dan mungkin di area lain material ini sulit untuk ditemukan. Beberapa material hanya tersedia di toko online yang jaraknya cukup jauh dan memakan ongkir yang mahal dalam pengirimannya.
● Membutuhkan lokasi yang tepat sebagai tempat didirikanya green building, dalam pemilihan lokasi yang tepat bagi green building tentunya bukan hal yang mudah, mengingat keterbatasan lahan terutama di kota besar dan terkadang lokasi
yang sesuai prinsip green building memiliki harga yang sangat tinggi. Dan terkadang lokasi yang tepat memiliki aturan sendiri bahwa teknik konstruksi tertentu tidak boleh di aplikasikan di tempat tersebut.
Dari beberapa kekurangan yang di temukan dalam pembangunan proyek ini maka adapun saran kajian yang masih perlu untuk penyempurnaan rancangan proyek kelompok
● Green building tidak hanya nilai ketika bangunan telah selesai berdiri tetapi juga proses pembangunanya. Maka dari itu perlu adanya pemikiran mendalam dari kelompok ketika ingin membangun green building seperti kekurangan yang telah di temukan agar nantinya ketika akan membangun proyek ini bisa berjalan dengan lancar.
● Perlu adanya penelitian lebih lanjut ketika ingin membangun green building, terutama penelitian mengenai konsultan perencana karena konsultan perencana merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam mewujudkan green building
IX. DAFTAR PUSTAKA
Karuniastuti, Nurhenu. (2019). bangunan ramah lingkungan Surasetja, R. I. (). Teori dan teroti arsitektur
Tanubrata, Maksum & Ika Gunawan. (2016). Pengelolaan bangunan yang ramah ligkungan (green construction) dalam konteks teknik sipil