• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat Kota Selatpanjang - Kabupaten Kepulauan Meranti - Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat Kota Selatpanjang - Kabupaten Kepulauan Meranti - Provinsi Riau"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU KESATU

BAB

1

PENDAHULUAN

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Pusat Kota Selatpanjang - Kabupaten Kepulauan Meranti - Provinsi Riau

1.1 latar Belakang

Kota Selatpanjang berkembang dari suatu dusun di masa lalu, yang karena tempat dan kondisi geografisnya yang strategis, telah berkembang cukup pesat, terutama sebagai tempat transit dan tempat bongkar muat komoditas bagi penduduk yang berada di wilayah belakangnya. Kondisi tersebut di manfaatkan dengan baik oleh arah pedagang Cina yang datang dari daerah-daerah sekitar maupun dari manca negara yang melakukan kegiatan perdagangan di desa ini.

Meskipun berkembang dengan cukup pesat, tetapi sebagai suatu wilayah administratif, Kota Selatpanjang relatif lambat di dalam penyesuaian status administrasi kepemerintahannya.

Berkembang dari suatu desa kecil, yang kemudian di sahkan sebagai Ibukota desa, dan kemudian berkembang menjadi Ibukota Kecamatan, yakni sebagai Ibukota Kecamatan Tebingtinggi yang berada di bawah wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis. Status sebagai ibukota Kecamatan ini bertahan cukup lama, hingga sampai pada tahun 2009 status Kota Selatpanjang telah menjadi ibukota Kabupaten, sejalan dengan pemekaran wilayah dan terbentuknya Kabupaten Kepulauan Meranti.

(2)

Perjalanan yang relatif berbeda tingkat perkembangannya, dimana Kota Selatpanjang telah maju dengan pesat sebagai Kota dengan fungsi ekonomi, yang diimbangi dengan lambat oleh perkembangan status atau peran sebagai wilayah administrasi. Akibat dari kondisi tersebut, maka perkembangan Kota Selatpanjang yang secara ekonomi berkembang pesat, telah membentuk ruang perkotaan yang padat dan episien, namun tidak diiringi oleh regulasi untuk menjadi suatu ibukota Kabupaten. Hal ini nampak nyata sebagaimana pada kondisi saat sekarang. Sebagai ibukota Kabupaten, yakni pusat kegiatan perekonomian dan kepemerintahan Kabupaten Kepulauan Meranti, yang diharapakan menjadi cermin dan wadah yang menginterpretasikan akan perkembangan dan kemajuan Kabupaten Kepulauan Meranti secara keseluruhan, sulit di wujudkan, dikarenakan kondisi Kota Selatpanjang saat sekarang adalah merupakan implementasi dari pertumbuhan kota yang diawali dari suatu perdesaan, berkembang dikarenakan kegiatan ekonomi, dengan arahan yang kurang memadai, sehingga terbentuk kota yang kurang nyaman dan tidak mencerminkan wajah kotanya sebagai Ibukota Kabupaten. Memahami kondisi yang dilematis tersebut maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menciptakan suasana Kota Selatpanjang yang mampu berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi Kabupaten, namun juga sekaligus mempunyai peran sebagai ibukota administrasi dari suatu wilayah Kabupaten, dan juga diharapkan mampu tercipta Kota Selatpanjang yang dapat mencerminkan perikehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti secara umum, dan mencerminkan wajah baru dari Kota Selatpanjang sebagai pusat utama didalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Meranti tersebut.

Untuk kepentingan tersebut telah disusun secara berurutan rencana-rencana ketata ruangan, yakni mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Meranti yang menempatkan Kota Selatpanjang sebagai pusat kegiatan dan sebagai Kota yang mencerminkan kemajuan dari wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti tersebut. Dilanjutkan dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Selatpanjang yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua pihak yang berkait untuk mampu menata Kota Selatpanjang sebagaimana yang diharapkan yakni sebagai Kota Permukiman yang nyaman, indah, serasi, dan seimbang bagi masyarakatnya, juga menjadi kota yang dapat mencerminkan kehidupan yang lebih baik dengan ketersediaan sarana prasarana yang lebih memadai. Dan kajian saat ini adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

(3)

Lingkungan sebagian dari wilayah Kota Selatpanjang yakni kawasan kota tua dan pusat kegiatan ekonomi, diharapakan akan menjadi pedoman bagi semua pihak yang terkait dengan rencana-rencana besar pembangunan kota Selatpanjang yang indah, berkarakter, mempunyai jiwa seni, sekaligus menjadi hunian yang nyaman bagi warganya.

Gambar 1.1 Peta Administrasi Pulau Tebinhtinggi

1.2 Pengertian

a. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. b. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

c. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

d. Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan rencana-rencana kota maupun kegiatan peninjauan kembali atas rencana kota yang telah ada untuk disesuaikan

(4)

dengan kondisi dan situasi kebutuhan pengembangan kota untuk masa tertentu. e. Strategi pengembangan adalah langkah-langkah sistematis penataan bangunan dan

lingkungan serta pengelolaan kawasan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi dan misi pembangunan/penataan kawasan yang telah ditetapkan.

f. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah, yang meliputi struktur dan pola ruang wilayah, serta kriteria dan pola pengelolaan kawasan wilayah.

g. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

h. Peran masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela di dalam proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan keputusan dan/atau kebijakan yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pada setiap tahap kegiatan pembangunan (perencanaan, desain, implementasi, dan evaluasi).

1.3 Maksud dan Tujuan

Untuk mengejar ketertinggalan sistem penataan ruang wilayah Kota Selatpanjang, khususnya Pusat Kota Selatpanjang, maka disusunlah Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Yang dimaksud dengan ketertinggalan sistem tata ruang bagi kawasan pusat Kota Selatpanjang, adalah bahwasanya di pusat Kota Selatpanjang ini telah terjadi ‘keterlanjuran’ dari perkembangan kota yang cukup pesat, yang belum terimbangi dengan baik oleh perencanaan-perencanaan kota yang bersifat mikro atau detail, sehingga saat sekarang yang terjadi adalah kota dengan kondisi perkembangan kota yang boleh disebut tidak terkendali, sistem tata bangunan yang tidak tertata dengan baik, ketersediaan infrastruktur khususnya jalan dan sistem drainase kota yang tidak mendukung terhadap pesatnya perkembangan kota. Oleh karena itu didalam kajian rencana Tata Bangunan dan Lingkungan pada kawasan pusat perkotaan Selatpanjang ini, dimaksudkan untuk persiapan dokumen yang akan menjadi pedoman, baik pedoman

(5)

untuk mengepaluasi dan menyusun kembali tata bangunan yang telah ada, maupun menyusun rencana-rencana pengembangan tata bangunan dan pusat perkotaan Selatpanjang ini ke masa depan.

Diharapkan dengan tersusunya pedoman untuk perencanaan tata bangunan dan lingkungan ini, maka tujuan-tujuan penying didalam pembangunan kawasan pusat perkotaan Selatpanjang agar menjadi kota yang dinamis, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan kehidupan perkotaan akan tercapai.

1.3.1 Maksud

Didalam upaya penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) pada kawasan pusat Kota Selatpanjang ini pada dasarnya dimaksudkan untuk menyusun suatu dokumen yang isinya akan menjadi panduan umum yang menyeluruh dan nantinya akan menjadi dokumen yang memiliki kepastian hukum, terkait dengan perencanaan tata bangunan dan lingkungan khusus bagi kawasan pusat kota Selatpanjang sebagaimana yang telah disepakati pada saat menyusun analisis delineasi kawasan yang akan disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan nya di pusat Kota Selatpanjang itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwasanya persoalan mendasar dari kawasan pusat Kota Selatpanjang ini bahwa regulasi didalam penataan ruang, penataan bangunan, dan penataan lingkungan dari kawasan pusat Kota Selatpanjang ini terlambat jauh dibandingkan dengan kecepatan kota pada pusat kota Selatpanjang ini secara fisik. Hal tersebut nampak sekali dari kondisi fisik kawasan pusat kota yang tercipta saat ini, dimana tata bangunan, tata ruang, dan tata lingkungan dari kawasan pusat Kota Selatpanjang tidak mencerminkan sebagai suatu kawasan hunian yang sekaligus berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintahan, sebagaimana yang dibebankan perannya kepada Kota Selatpanjang isebagai ibukota Kbupaten Kepulauan Meranti itu sendiri.

Diharapkan dengan tersusunnya dokumen yang terkait dengan perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan ini, maka bagi setiap pihak yang terkait dengan kepentingan pengembangan dan pembangunan Kota Selatpanjang, akan mempunyai pedoman yang sekaligus telah memiliki kepastian hukum tentang bagaimana mengepaluasi,dan meriview, kondisi-kondisi fisik kota yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kehidupan perkotaan yang ideal, dan sekaligus juga menjadi pedoman didalam upaya merencanakan

(6)

perkembangan Kota Selatpanjang di masa depan, agar tercapai kondisi kota Selatpanjang yang ideal, serasi, seimbang, dan lestari.

Sebagai dokumen panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan dari suatu kawasan tertentu baik di perkotaan maupun di perdesaan.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan pusat Kota Selatpanjang ini, khususnya pada area yang telah di delineasi secara definitif sebagai lingkup area kajian, maka diharapkan dengan tersusunya dokumen ini, akan menjadi suatu dokumen kendali pembangunan khususnya didalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan terpilih dikawasan pusat kota Selatpanjang tersebut. Dengan demikian diharapkan pada saat konsep-konsep rencana ini di implementasikan menjadi suatu proses pembangunan, maka perencanaan tata bangunan dan lingkungan di kawasan tersebut akan dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan kaidah dan ketentuan, dan memadai sebagai suatu kawasan permukiman yang ideal.

Diharapkan dengan berdasarkan pedoman yang tersusun ini maka pada saat pembangunan di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini dilaksanakan akan terjadi peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama melalui perbaikan kualitas lingkungan dan perbaikan pada ruang-ruang publik di Kota Selatpanjang.

Tujuan selanjutnya dari penataan bangunan dan lingkungan di kawasan Pusat Kota Selatpanjang ini diharapakan akan menjadi landasan didalam meningkatkan vitalitas kegiatan perekonomian lingkungan di kota Selatpanjang.

Pada sisi lain tujuan penting dari penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini diharapkan akan menjadi dasar didalam upaya perwujudan lingkungan.

Sebagai dokumen pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan/kawasan tertentu supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan meliputi :

(7)

b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik

c. Perwujudan pelindungan lingkungan, serta d. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan

1.4 Manfaat

Diharapkan dengan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini akan mampumengarahkan jalannya pembangunan sejak dini, termasuk pula upaya-upaya evaluasi dan perbaikan atas proses pembangunan terdahulu.

Manfaat yang ingin di peroleh dari penyusuan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini adalah terwujudnya pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkrit sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWK) di atasnya.

Dokumen yang tersusun dari pekerjaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di kawasan Pusat Kota Selatpanjang ini pada dasarnya adalah untuk melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung yang sekurang-kurangnya harus dapat diterapkan di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini.

Dengan penyusunan tata bangunan dan lingkungan di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini diharapkan juga memberikan hasil manfaat berupa terwujudnya kesatuan karakter kota Selatpanjang sebagai suatu permukiman yang unik, dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berada didalam sistem kawasan pusat Kota Selatpanjang itu sendiri. Kesatuan karakter dan peningkatan kualitas hidup di kawasan ini tercermin dari berkembangnya bangunan-bangunan gedung serta berkembangnya lingkungan ataupun kawasan di pusat Kota Selatpanjang yang lebih baik.

Salah satu manfaat dari dokumen yang tersusun dari perencanaan tata bangunan dan lingkungan di kawasan pusat kota Selatpanjang ini adalah terkendalinya pertumbuhan fisik bangunan maupun lingkungan ataupun kawasan di pusat Kota Selatpanjang yang telah di delineasi tersebut.

Diharapkan juga dengan adanya penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini dapat menjamin implementasi pembangunan di pusat Kota Selatpanjang agar

(8)

sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat didalam pengembangan lingkungan ataupun kawasan yang berkelanjutan.

Manfaat yang diharpakan juga diantaranya terjaminnya dan terpeliharanya hasil-hasil pembangunan paska pelaksanaan pembangunan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.

a. Mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini;

b. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

c. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung

d. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan

e. Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan

f. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasidan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan

g. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pasca pelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.

1.5 Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725).

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377).

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

d. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433).

e. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444).

(9)

Negara Tahun 2003 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169). g. Undang-undang RI No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

h. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999, tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881).

i. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999, tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888).

j. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699).

k. Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup

l. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469).

m. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992, tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470).

n. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478).

o. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992, tentang Perkeretaapian (Lembaran Nagara Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479).

p. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480).

q. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992, tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481).

r. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992, tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493).

(10)

t. Undang-undang RI No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya u. Undang-undang RI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

v. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427).

w. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419).

x. Undang-Undang 15 Tahun 1985, tentang Ketenagalistrikan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317).

y. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274).

z. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831).

aa. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ab. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005, tentang Jalan Tol (Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4489).

ac. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000, tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara 3934).

ad. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838).

ae. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998, tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776).

(11)

Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373).

ag. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985, tentang perlindungan hutan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara 3294).

ah. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982, tentang irigasi (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3226).

ai. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

aj. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

ak. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan

al. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004, tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

am. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327 Tahun 2002, tentang Penetapan 6 (enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang.

an. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup.

ao. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1456.K/20/MEM/2000, tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karat.

ap. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1457.K/20/MEM/2000, tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.

Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) didasarkan pada : a. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(12)
(13)

1.6 Kedudukan (RTBL) dan Kawasan Perencanaan 1.6.1 Kedudukan Dokumen (RTBL)

Didalam pelaksanaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini, maka sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang relatif hiterogen di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini, maka pada dasarnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini pada kawasan pusat kota Selatpanjang ini akan disusun dalam bentuk :

A. Rencana Aksi/Kegiatan Komunitas (Community Action Plan/CAP)

Bahwasanya masyarakat di kawasan pusat kota Selatpanjang ini terdiri dari berbagai suku bangsa yang sangat hiterogen, dan terutama memiliki derajat kehidupan (kemampuan hidup) yang berbeda-beda. Oleh karena itu didalam upaya pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan di kawasan pusat kota Selatpanjang ini perlu adanya kebersamaan baik dari lapisan masyarakat dengan kemampuan rendah, masyarakat kemampuan sedang, maupun masyarakat yang berkemampuan tinggi, untuk saling bahu membahu dan bergotong royong untuk pelaksanaan pembangunan lingkungannya, terutama kaitannya dengan kegiatan sarana prasarana lingkungan di kawasan tersebut.

B. Rencana Penataan Lingkungan (Neighbourhood Development Plan/NDP)

Sebagaimana diketahui bahwa didalam sistem ruang kota di kawasan pusat Kota Selatpanjang ini telah terbentuk suatu permukiman yang sangat padat, dengan kondisi lingkungan yang kurang memadai, terutama belum berfungsi optimalnya prasaran dan sarana perkotaan. Oleh karena itu didalam perencanaan dan upaya pembangunan lingkungan, yang terwadahi dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini, setiap upaya penataan lingkungan di pada bagian-bagian dari kawasan pusat Kota Selatpanjang ini perlu dilakukan secara kekeluargaan dan rasa kebersamaan dalam bertetangga. Hal ini perlu dikembangkan, dikarenakan banyaknya kemungkinan konplik-konplik yang terjadi antar persil, antar rumahtangga, antar umpi yang terkait dengan keberadaan dari masing-masing bangunan maupun kondisi lingkungan yang ada pada saat sekarang.

(14)

C. Panduan Rancang Kota (Urban Design Guidelines/UDGL)

Sesuai dengan tingkat perencanaan yang di sandang oleh Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem perencanaan detail tata ruang kota, maka pada hakikatnya produk-produk yang harus dihasilkan oleh Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk pusat kota Selatpanjang ini adalah merupakan suatu bentuk model perancangan kota (Urban Design) yang secara rinci dan lebih detail menjelaskan bagaimana upaya-upaya pembangunan fisik bangunan dan lingkungan, serta bagaimana upaya-upaya penyediaan prasarana dan sarana perkotaan secara lebih rinci terkait dengan luasan-luasan yang harus direncanakan dalam bentuk lingkungan-lingkungan penduduk yang relatif lebih kecil.

Sesuai dengan kedudukan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), maka pada hakikatnya seluruh hasil dari perencanaan yang disusun untuk kawasan pusat Kota Selatpanjang ini, termasuk didalamnya hasil-hasil rancangan, hasil penyusunan peraturan-peraturan dan pedoman, serta mekanismedidalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini senantiasa merujuk kepada pranata pembangunan yang lebih tinggi, dan dalam hal ini adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pusat Kota Selatpanjang, dan Rencana Induk (Masterplan) pengembangan Kota Selatpanjang. Pun demikian sesuai dengan kedudukan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini, maka secara umum juga mengacu kepada arahan-arahan dan kebijakan-kebijakan yang tercantum didalam Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepulauan Meranti itu sendiri.

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka pada hakikatnya kedudukan dari Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) didalam upaya pengendalian bangunan gedung dan lingkungan pada kawasan pusat Kota Selatpanjang ini, nampak sebagaimana digambarkan didalam diagram berikut ini.

Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam diagram 1 pada halaman berikut :

(15)
(16)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk kawasan Pusat Kota Selatpanjang ini pada dasarnya mengacu dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari Rencana Detail Tata Ruang Kota (RTRWK) Selatpanjang yang telah di susun pada tahun 2013, juga mengacu kepada hasil perencanaan Rencana Induk (Masterplan) Kota Selatpanjang, yang telah disusun pada tahun 2013 pula.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pusat Kota Selatpanjang ini pada dasarnya juga harus mengacu kepada rencana strategis kota Selatpanjang, akan tetapi dikarenakan perencanaan terkait dengan kawasan strategis bagi Kota Selatpanjang ini belum di susun, maka Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini lebih mengacu kepada Rencana Detail Tata Ruang (RDTR ) Kota Selatpanjang.

Demikian pula pada dasarnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) bagi kawasan pusat kota Selatpanjang ini harus mengacu kepada rencana teknik ruang kawasan perkotaan Selatpanjang, namun sampai saat sekarang dokumen tersebut belum di susun.

Pada hakikaktnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) pada kawasan pusat Kota Selatpanjang ini di harapkan akan mempunyai derivasi hasil rancangan yakni termasuk adalah adanya upaya perencanaan perbaikan kawasan, perencanaan pengembangan kembali kawasan, dan pelestarian atau pelindungan kawasan. Oleh karena itu diharapkan sesudah tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) bagi kawasan pusat kota Selatpanjang ini, akan di tindak lanjuti dengan produk-produk perencanaan sebagaimana disebutkan tersebut.

Pada pihak yang bersamaan, maka diharapkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini akan menjadi produk hukum yang berupa Peraturan Daerah Bangunan Gedung bagi kawasan pusat Kota Selatpanjang. Sehingga secara bersamaan, hasil penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini, yang bersanding dengan Peraturan Daerah Bangunan Gedung bagi Kota Selatpanjang akan menjadi pedoman dan acuan didalam proses pemberian ijin mendirikan bangunan maupun dalam proses penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan di Kota Selatpanjang.

(17)

1.6.2 Penentuan Batas dan Luasan Kawasan Perencanaan

a. delineasi lingkup wilayah pekerjaan berdasarkan batas administrasi perwilayahan, maka di dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan pusat kota Selatpanjang ini meliputi 4 (empat) kelurahan yakni : Kelurahan Selatpanjang Kota, Kelurahan Selatpanjang Timur, Kelurahan Selatpanjang Barat, Kelurahan Selatpanjang Selatan

b. dengan mengikuti ketentuan delineasi kawasan perencanaan yang bersifat non administratif, dengan penekanan penentuan delineasinya secara kultural tradisional (Traditional Cultural Sepatial Unit) maka pada pekerjaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pusat Kota Selatpanjang ini di implementasikan dalam bentuk blok-blok permukiman yang terkait dengan keberadaan etnis-etnis masyarakat yang ada

c. dengan mengikuti ketentuan penetapan delineasi batas dan luasan kawasan perencanaan berdasarkan kesatuan karakteristik tematik, maka pada penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan pusat kota Selatpanjang ini mengacu kepada adanya kawasan kota lama, kawasan pendidikan dan kawasan permukiman tradisional

d. mengikuti ketentuan di dalam penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan yang mengacu kepada sifat campuran dari kawasan, maka didalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan pusat kota Selatpanjang ini adalah mengacu kepada eksistensi atau keberadaan dari fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial budaya dan atau fungsi keagamaan serta fungsi khusus, fungsi sentra niaga, dan fungsi kawasan bersejarah.

Selain ketentuan di dalam delineasi penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan sebagaimana diuraikan tersebut di atas, maka di dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007/ maka terdapat ketentuan bahwa kawasan perencanaan dari penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas wilayah : 5 hektar sampai dengan 60 hektar, dengan ketentuan sebagai berikut :

 Kota Metropolitan, dengan luasan minimal 5 hektar

 Kota besar/sedang dengan luasan 15-60 hektar

(18)

Mengacu kepada ketentuan-ketentuan tersebut di atas maka di dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan pusat kota Selatpanjang ini yang pada hakikatnya merupakan kota kecil, maka seharusnya luas kawasan perencanaan yang ditentukan maksimum adalah 60 hektar. Akan tetapi sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Meranti, delineasi dan luasan kawasan perencanaan ini adalah : Meliputi 4 (empat) kelurahan yakni : Kelurahan selatpanjang kota, Kelurahan Selatpanjang Timur, Selatpanjang Barat, dan Kelurahan Selatpanjang Selatan.

A. Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan bagian wilayah

kota/desa

B. Non administratif, yang ditentukan secara kultural tradisional (traditional

cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong, dan nagari

C. Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota lama,

lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional

D. Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran antara fungsi

hunian, fungsi usaha, fungsi sosial-budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (Central Business District), industri, dan kawasan bersejarah

E. Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun

yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 hektar (Ha), dengan ketentuan sebagai berikut :

a. kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha b. kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha c. kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha

(19)

1.7 Struktur dan Sistematika Dokumen (RTBL)

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana digambarkan dalam diagram 2 pada halaman berikut :

Gambar

Gambar 1.1 Peta Administrasi Pulau Tebinhtinggi
Diagram 1: Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

(1) untuk mengetahui rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan-- Pasar Konveksi Amur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, selain masyarakat mengetahui dari

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah membuat RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) dan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan), membuat peraturan daerah

“sesuai dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), revitalisasi Ngarsopura ini sebenarnya dilaksanakan sebagai bentuk dukungan dan efek ikutan dari dari

Dengan  kegiatan  yang  terkait  adalah  penyusunan  Rencana  Tata  Bangunan  dan  Lingkungan  (RTBL),  Rencana  Induk    Sistem    Proteksi  Kebakaran 

 RTBL merupakan suatu rencana yang didalamnya menuangkan beberapa panduan rancang bangun (design guidance) suatu lingkungan bangunan, untuk mengendalikan suatu

Kegiatan yang terkait dalam Penataan Lingkungan Permukiman adalah penyusunan Rencana Tata. Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama belum optimal, karena belum dapat mencapai

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI TABANAN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN DESA WISATA PINGE KABUPATEN TABANAN DENGAN RAHMAT