• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

P

P

E

E

N

N

D

D

A

A

H

H

U

U

L

L

U

U

A

A

N

N

1.1 Latar Belakang

Penanganan kawasan permukiman kumuh sesungguhnya perlu dilakukan tidak saja di kawasan permukiman kumuh yang menjadi bagian kota metropolitan dan atau kota besar, tetapi juga perlu dilakukan di kota sedang dan kecil. Penanganan kawasan permukiman kumuh di kota besar, sedang, dan kota kecil menjadi cukup strategis manakala kawasan itu memiliki kaitan langsung maupun tidak langsung dengan bagian kota yang memiliki fungsi tertentu, seperti, kawasan pusat pertumbuhan dan perkembangan kota, kawasan industri, perdagangan, pergudangan, perkantoran, dan kawasan lainnya. Upaya penanganan kawasan permukiman kumuh diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif dari kondisi permukiman kumuh, serta dapat memaksimalkan potensi yang ada di permukiman kumuh tersebut serta eksistensinya dalam perkotaan.

Kota Tasikmalaya sebagai salah satu kota yang baru berkembang, secara berkelanjutan terus berupaya untuk menata ruang kota, dan mempercepat pembangunan serta peningkatan infrastruktur kota dalam rangka peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat, penataan lingkungan kota, serta meningkatkan derajat IPM masyarakat. Demikian pula halnya dengan permukiman kumuh yang tumbuh di wilayah kota Tasikmalaya, diupayakan agar dapat ditangani secara berkelanjutan. Tentu saja pendekatan yang digunakan dalam hal penanganan permukiman kumuh tidak saja melalui pembangunan dan peningkatan sarana prasarana lingkungan (fisik), akan tetapi juga melalui upaya pemberdayaan potensi-potensi yang ada di permukiman tersebut.

B

B

A

A

B

B

1

1

(2)

Upaya penanganan permukiman kumuh ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam hal penyediaan infrastruktur. Disisi lain, diharapkan pula agar hal ini dapat menjadi pemancing prakarsa masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan setempat. Lebih lanjut, dengan tertatanya lingkungan di permukiman kumuh tersebut, diharapkan agar kegiatan ekonomi masyarakat meningkat sehingga derajat kesejahteraan masyarakat dapat menuju kearah yang lebih baik.

Hal ini juga berlaku pada penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang sesungguhnya merupakan sebuah instrumen hukum yang menjadi landasan bagi setiap pengambil kebijaksanaan atau stakeholder untuk memanfaatkan ruang Kawasan secara terarah pada umumnya hanya merupakan dokumen kaku yang harus menginduk kepada rencana tata ruang pada skala diatasnya. Padahal penyusunan RTBL merupakan peluang untuk menjaring aspirasi masyarakat seluas-luasnya pada setiap tahapannya karena unitnya adalah skala individu.

Mengingat luasnya wilayah kota Tasikmalaya, agar program penataan permukiman kumuh dapat terlaksana berkelanjutan, maka perlu disusun data dasar berupa identifikasi permukiman kumuh beserta data kondisi eksisting dalam permukiman tersebut, dan dibuat peta sebaran lokasi permukiman kumuh di kota Tasikmalaya. Adapun kegiatan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) untuk kawasan permukiman kumuh ini dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen berisi data-data dasar berkaitan dengan permukiman kumuh yang tersebar di Kota Tasikmalaya, serta rekomendasi penanganan permukiman kumuh tersebut secara bijaksana dan tidak membuatnya menjadi komoditas.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud dari kegiatan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I ini antara lain :

 Menginvetarisir dan mengidentifikasi lokasi-lokasi permukiman kumuh yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya.

 Mengetahui kondisi masyarakat, dan keterbatasan sarana/prasarana bangunan, dan lingkungan yang termasuk dalam variabel/kriteria permukiman kumuh di lokasi-lokasi yang diidentifikasi.

(3)

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :

 Sebagai updating basis data spasial kawasan kumuh di Kota Tasikmalaya terutama di Kecamatan Tawang, Cihideung dan Cipedes.

 Menentukan lokasi permukiman kumuh yang prioritas untuk ditangani/ditingkatkan kualitasnya.

 Memberikan rekomendasi rencana penataan permukiman kumuh yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat, sehingga dapat berlangsung secara tertib, terorganisasikan dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna.

Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah :

 Pemanfaatan dokumen Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Tasikmalaya secara lebih rinci

 Tersedianya skenario penataan permukiman kumuh di lokasi kegiatan yang mendukung aktivitas masyarakat dalam rangka meningkatkan perekonomiannya.

 Tersedianya informasi jumlah, lokasi serta ketersediaan sarana-prasarana ke-ciptakarya-an perkampungan kumuh di Kecamatan Tawang, Cihideung dan Cipedes Kota Tasikmalaya sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan pemerintah serta bagi berbagai pihak yang terlibat.

1.3 Ruang Lingkup

Ada 2 aspek yang akan menjelaskan mengenai ruang lingkup pekerjaan ini, yaitu : lingkup wilayah dan lingkup materi.

1.3.1 Lingkup Wilayah

Wilayah studi meliputi Kota Tasikmalaya dengan penekanan pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tawang, Cihideung, dan Cipedes. Selanjutnya dibuat daftar skala prioritas permukiman kumuh sesuai hasil analisis konsultan dan pertimbangan tim teknis. Kriteria dan penyusunan daftar prioritas lokasi sesuai dengan kriteria kawasan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dan mengikuti Konsep Panduan Identifikasi Lokasi Kawasan Perumahan dan Permukiman Kumuh yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Depkimpraswil (2006). Untuk lebih Jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Studi.

(4)

Gambar 1.1

(5)

1.3.2 Ruang Lingkup Materi

Lingkup materi dari kegiatan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I meliputi :

A. Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan penyusunan RTBL Kawasan Kumuh pada tahun anggaran 2008 ini adalah :

1. Updating basis data dan sistem informasi spasial mengenai permukiman kumuh, meliputi :

 Updating data sarana dan prasarana permukiman, data penduduk, kondisi sosial ekonomi, dan data-data lain sesuai kriteria identifikasi permukiman kumuh (contoh: pada Konsep Panduan Identifikasi Lokasi Kawasan Perumahan dan Permukiman Kumuh disiapkan oleh Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Depkimpraswil, 2002) meliputi data primer dan sekunder.  Kendali Mutu

 Tahap Implementasi  Uji Coba Sistem

Adapun data bidang ke-ciptakaryaan yang dimaksud meliputi :  Kesesuaian peruntukan dengan RUTRK/RDTRK

 Status (pemilikan) lahan

 Letak/kedudukan lokasi kawasan kumuh  Tingkat kepadatan penduduk

 Jumlah penduduk miskin (Pra-Sejahtera & Sejahtera-1)  Kegiatan usaha ekonomi penduduk disektor informal  Kepadatan rumah/bangunan

 Kondisi rumah/bangunan (layak/tidak layak huni)  Kondisi tata letak rumah/bangunan

 Kondisi prasarana dan sarana lingkungan meliputi : − Penyediaan air bersih

− Jamban keluarga/MCK

− Pengelolaan sampah - Saluran air/drainase Jalan setapak

(6)

− Jalan lingkungan

 Kerawanan kesehatan (ISPA, diare, penyakit kulit, usia harapan hidup) dan lingkunan (bencana banjir/alam)

 Kerawanan sosial (kriminalitas, kesenjangan sosial)

2. Identifikasi prioritas lokasi kawasan kumuh untuk pembuatan RTBL

Hasil kegiatan identifikasi lokasi permukiman kumuh ditampilkan dalam peta sebaran lokasi permukiman kumuh Kota Tasikmalaya. Selanjutnya dibuat pembobotan untuk memperoleh daftar prioritas lokasi permukiman kumuh untuk selanjutnya didiskusikan dengan tim teknis.

3. Rekomendasi RTBL untuk kawasan kumuh prioritas

Lokasi yang dibuat menjadi fokus RTBL adalah permukiman kumuh yang prioritas, setelah disepakati oleh tim teknis atas rekomendasi konsultan. Adapun Rekomendasi RTBL tersebut harus sesuai dengan arahan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

4. Gambar Ilustrasi Konsep RTBL

Untuk memperoleh gambaran mengenai ilustrasi penerapan seluruh konsep RTBL, maka dibuatkan gambar ilustrasi konsep RTBL.

1.3.3 Ruang Lingkup Pekerjaan

Sedangkan lingkup pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya ini adalah :

1. Persiapan Survey, meliputi :

a) Penelaahan terhadap kebijaksanaan yang ada seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), studi penelitian dan kegiatan yang lainnya yang berhubungan dengan penyusunan laporan RTBL ini.

b) Penelaahan secara “Bird Eye View” terhadap lingkungan fisik di wilayah studi. c) Pembuatan lembar checklist dan questioner sebagai alat survey data primer atau

daftar data yang harus dicari dan dilengkapi.

d) Penyiapan alat survey seperti peta dasar, alat ukur, camera, alat test dan alat-alat lainnya yang dibutuhkan surveyor.

(7)

2. Tahap Survey

Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi : a) Tinjauan kebijaksanaan

Dalam tinjauan kebijaksanaan ini berisikan kebijaksanaan pengembangan tata ruang, penataan ruang, rencana pembentukan struktur pelayanan kota, rencana alokasi ruang dan pengembangan transportasi.

b) Tinjauan eksternal Kota Tasikmalaya

Tinjauan eksternal yang ada di Kota Tasikmalaya meliputi tinjauan secara umum, kependudukan yang ada, sosial ekonomi penduduk, tata guna lahan dan sistem transportasi.

c) Gambaran umum wilayah studi

Sedangkan gambaran umum wilayah studi ini meliputi bagaimana keterkaitan wilayah studi dengan sistem eksternal, kondisi tata ruang yang ada, keadaan ruas jalan yang melewati wilayah studi, tingkat kebutuhan pelayanan kawasan dan sarana transportasi serta sirkulasi yang ada.

d) Pengukuran lapangan / site untuk membuat peta analog dan digital pada wilayah studi.

e) Identifikasi prototype bangunan yang ada di wilayah studi. Survey Lapangan, antara lain meliputi :

a) Observasi fisik untuk mengenai karakteristik struktur kawasan secara keseluruhan dan mengevaluasi mengenai struktur tata ruang.

b) Mengumpulkan data-data yang diperlukkan dalam penyusunan RTBL tahap I ini, antara lain:

- Data keadaan fisik dasar yang meliputi keadaan tofografi/daya dukung ruang/hidrologi/sumber-sumber air untuk seluruh wilayah kota. Informasi tersebut perlu dilengkapi peta dengan kedalaman skala 1 : 1.000 yang dilengkapi dengan kedudukan tempat dari setiap unsur kota. Kedudukan ini dapat diperkuat oleh hasil interprestasi foto udara atau pengukuran atau pengecekan ground control atau bench mark sehingga jelas kedudukan unsur tersebut terhadap koordinatnya. Bila perlu diadakan pengukuran untuk

(8)

memperoleh beberapa titik pengikat berupa titik-titik poligon atau garis poligon.

- Data penggunaan ruang yang menggambarkan karakteristik penyebaran bentuk-bentuk fisik buatan manusia, yang meliputi :

 Perincian jenis penggunaan ruang.

 Struktur dan kualitas bangunan untuk masing-masing jenis penggunaan ruang.

 Kepadatan bangunan pada setiap jenis penggunaan ruang.

 Kedudukan/ peran/ estetika bangunan pada lingkungan/ Kawasan yang bersangkutan.

Data tersebut disajikan dalam bentuk peta kedalaman skala 1 : 1.000 dan menggunakan perbedaan warna/kode serta dilengkapi tabel-tabel data. - Data keadaan Kawasan yang menggambarkan pola dan kualitas infrastruktur

yang ada di Kawasan studi yang meliputi :

 Pola distribusi fasilitas pendidikan, perbelanjaan, kesehatan dan rekreasi beserta intensitas fungsi pelayanan, pergudangan dan sebagainya.

 Sistem distribusi dan kepastian sumber air bersih/minum kota.  Sistem distribusi jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi kota.  Sistem pembuangan air limbah dan pengeringan (drainase) kota.  Sistem pembuangan sampah.

- Data tersebut disiapkan dalam bentuk peta dengan kedalaman skala 1 : 1.000 dan menggunakan perbedaan warna atau kode, serta dilengkapi dengan tabel-tabel.

- Data mengenai aspek kependudukan sebagai bahan evaluasi kebijaksanaan kependudukan yang telah ditetapkan dalam RTRW, data tersebut meliputi :  Jumlah penduduk 5 tahun terakhir.

 Distribusi jumlah penduduk diuraikan dalam wilayah administrasi terkecil untuk tahun terakhir.

 Data penduduk berdasarkan usia kerja untuk 5 tahun terakhir.

 Data distribusi jenis struktur tenaga kerja diuraikan dalam unit data Kawasan terkecil (kelurahan atau desa) untuk tahun terakhir.

(9)

Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dengan dilampirkan peta kepadatan penduduk. Data pada butir 2 tersebut pada prinsipnya merupakan pelengkap dari data yang sudah dihimpun dalam angka proses penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, namun dirinci lebih lanjut terutama ditinjau dari segi geografis untuk mendukung kedalaman materi rencana sebagaimana yang diperlukan.

3. Kegiatan Analisis

Kegiatan analisis yang dilakukan ditujukan untuk menemukenali permasalahan dan potensi pengembangan kawasan maupun kendala yang dihadapi wilayah studi. Kegiatan analisis yang dilakukan meliputi :

a) Kajian Terhadap Penataan Ruang Kota Tasikmalaya b) Kajian terhadap Permukiman dan sarana Pendukungnya c) Analisis Sosial Ekonomi

d) Analisis Struktur dan Kegiatan Ekonomi e) Analisis Peruntukkan Lahan

f) Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan g) Analisis Sistem Hubungan

h) Analisis Ruang Terbuka Hijau i) Analisis Bangunan dan Lingkungan

4. Konsep RTBL Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya a) Konsep Pengembangan

 Peruntukkan Lahan

Konsep peruntukkan lahan ditentukan sesuai dengan RUTRK dan RTRW Kota Tasikmalaya yang ada, dimana dalam perencanaan tata ruang tersebut memberikan gambaran arahan fungsi dan peran penting bagi kawasan pusat kota umumnya dan khususnya bagi wilayah studi dalam konstelasi Kota Tasikmalaya secara keseluruhan.

 Kebutuhan Bangunan dan Lingkungan

Untuk kebutuhan bangunan dan lingkungan ini ditinjau dari kepentingan perlu tidaknya kawasan sekitar lokasi prioritas penanganan menyediakan suatu

(10)

kawasan yang representatif bagi motivator pertumbuhan perekonomian dan sosial kemasyarakatan yang ada di wilayah studi.

 Sirkulasi

Sirkulasi disni merupakan bagian dari linkage kawasan yang menghubungkan saatu bangunan dengan bangunan lainnya dan wilayah studi dengan kawasan diluar perencanaan. Sistem sirkulasi disini akan berfungsi sebagai linkage visual kawasan yang dapat menjadi penghubung bangunan-bangunan dalam kawasan baik secara fungsional maupun visual.

 Konsep Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari elemen perancangan kota dan bagian yangcukup penting dalam pembentukan wajah kota. Ruang terbuka akan menjadikan penekanan pada urban design, karena di tempat-tempat ini terjadi interaksi sosial, konflik kepentingan umum dengan kepentingan pribadi. Pada dasarnya ruang kota yang baik merupakan sebuah keseimbangan hubungan antara bangunan-bangunan, jalur sirkulasi serta ruang-ruang terbuka hijau yang menghubungkan fungsi-fungsi yang ada.

b) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan  Program Bangunan dan Lingkungan

Dalam program bangunan ini berisi mengenai kebutuhan akan ruang dalam satuan luas m2 dengan disertai biaya yang dikeluarkan oleh bangunan itu sendiri. Program bangunan ini juga dihitung berdasarkan fungsi dari bangunan terhadap wilayah studi. Sedangkan untuk porgram lingkungan perhitungan yang dilakukan berdasarkan tiga komponen, yaitu utilitas, sirkulasi dan ruang terbuka. Tiap komponen ini memiliki sub komponen lagi yang kemudian dihitung volumenya tiap satuan dan harga masing-masing satuannya.

 Pengendalian Program Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pembangunan kawasan kumuh ini, tentunya pemerintah membutuhkan bantuan dan peran serta dari pihak swasta dan masyarakat, dimana kesemuanya itu dapat disebut juga sebagai stakeholder yang merupakan satu kesatuan dalam menciptakan pembangunan yang selaras dan serasi seperti yang diharapkan semua pihak, terutama dari pihak pemerintah sendiri yang memiliki kepentingan terhadap pembangunan wilayah studi. Dari

(11)

hal tersebut maka tahapan-tahapan yang diperlukan untuk membuat pelaksanaan perencanaan menjadi lebih baik, antara lain :

− Tahap Persiapan − Tahap Pematangan − Tahap Pelaksanaan

 Pentahapan Proyek Pembangunan dan Program Investasi

Dalam pentahapan proyek pembangunan dan program investasi ini berisikan biaya total dari bangunan yang ada berdasarkan fungsi dari bangunan dengan disertai tahapan pembangunan tahun proyeksi dan sumber dana yang akan membiayai pembangunan yang telah direncanaakan.

1.3.4 Lingkup Substansial Dari Penyusunan RTBL

Lingkup kegiatan dari penyusunan RTBL Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I ini secara substansial terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Program tata bangunan dan lingkungan yang berkaitan dengan penetapan fungsi-fungsi bangunan, kebutuhan ruang terbuka dan penyiapan fasilitas-fasilitas pendukungnya. 2. Rencana umum yang berkaitan dengan pola peruntukkan lahan, wujud bangunan,

sistem pergerakan, ruang terbuka, pedestrian, pendukung aktivitas dan rancangan kebijakan pengembangan kawasan kumuh yang mengarah kepada intensifikasi penggunaan lahan yang ada.

1.4 Dasar Hukum

Dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya, tentunya tidak terlepas dari dokumen-dokumen maupun peraturan-peraturan yang menjadi payung bagi penyelenggaraan pembangunan kota. Dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya, tentunya akan melihat peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan kondisi dan situasinya sehingga fleksibilitas menjadi pertimbangan utama. Hal ini mengingat proses paradigma baru dalam penyusunan perencanaan tata ruang harus mengacu pada partisipasi masyarakat dan atau stakeholders setempat (bottom up planning). Adapun peraturan-peraturan tersebut adalah :

(12)

1. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2. Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup;

3. Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Bab X tentang kawasan perkotaan pasal 92 ayat 1 dan 2;

4. Undang-undang No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya; 5. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Bentuk dan Tata Cara

Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;

6. Peraturan Pemerintah No, 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

7. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah;

8. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

9. Keppres No. 98 Tahun 1993 tentang Kawasan Industri JO Keppres No.53 Tahun 1989;

10. Keppres No. 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;

11. Keppres No. 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah Bagi Pengembangan Kawasan Industri;

12. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.134 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan PERDA tentang RTRWP DT I dan RTRW Kabupaten/Kota DT II; 15. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan

Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;

18. Perda Kota Tasikmalaya No. 2 Tahun 2003 tentang Renstra Kota Tasikmalaya; 19. Perda Kabupaten Tasikmalaya No. 9 Tahun 1999 tentang RUTR Wilayah

(13)

Beberapa dokumen dan hasil studi sebelumnya yang dijadikan landasan dalam Penyusunan RTBL Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya antara lain adalah :

1. Laporan akhir Penyusunan Basis Data Infrastruktur Kota Tasikmalaya, BAPEDA, 2006

2. Laporan akhir Penyusunan Basis Data Pekerjaan Umum, DPU Kota Tasikmalaya, 2007

3. Peta Topografi Kota Tasikmalaya, DPU, 2007 4. Foto Udara Kota Tasikmalaya, DPU, 2007

5. Masterplan Air Bersih Kota Tasikmalaya, BAPEDA, 2005 6. Masterplan Air Bersih Kabupaten Tasikmalaya, PDAM, 2007 7. Masterplan Drainase Kota Tasikmalaya, DPU, 2004

8. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Teknis SPAL Kota Tasikmalaya Tahap I, DPU, 2006

9. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Teknis SPAH Kota Tasikmalaya Tahap I, DPU, 2006

10. Laporan Akhir RTBL Kawasan Pusat Bisnis Tasikkmalaya (CBD), DPU, 2005 11. Laporan Akhir Penyusunan Data Base Program Pengembangan Prasarana

dan Sarana Penyehatan Lingkungan Permukiman di Propinsi Jawa Barat TA. 2006, DPU, Ditjen Cipta Karya, Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan dan Drainase Jawa Barat, 2006

1.5 Keluaran

Keluaran atau hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I adalah terindentifikasinya lokasi kawasan kumuh di Kota Tasikmalaya dengan penekanan lokasi pada Kecamatan Tawang, Kecamatan Cihideung dan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya dan tersusunya konsep Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan.

(14)

1.6 Pendekatan dan Metodologi

1.6.1 Metode Pendekatan Studi

Metode pendekatan studi yang akan digunakan dalam studi ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan :

Untuk mempelajari parameter-parameter dari suatu lingkungan permukiman sebagai faktor-faktor penentu dalam upaya penanganan lingkungan permukiman kumuh yang menjadi tujuan studi serta melakukan tinjauan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkaitan dengan materi studi.

2. Survei lapangan

Dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder tentang keadaan lingkungan kawasan kumuh di daerah studi, melalui wawancara awal, survei visual dengan menggunakan foto untuk memperoleh gambaran keadaan lingkungan dan kegiatan penghuni di lingkungan kawasankumuh tersebut, kuesioner yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara lengkap dan detail tentang daerah studi.

3. Survei Instansional

Survei instansional dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansi yang terkait.

4. Data dan analisis

Data yang diperoleh dari hasil studi literatur lapangan dan observasi instansional setelah diidentifikasi kemudian dianalisis sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.

Metode yang digunakan adalah untuk data dipergunakan Metoda AHP (Analisis Hirarki Proses), untuk menentukan pembobotan dan prioritas dari setiap kawasan maupun program strategis yang harus dilakukan pada saat menangani kawasan kumuh.

1.6.2 Metode Analisis

Beberapa aspek penting akan dianalisis dalam proses pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I” ini adalah Aspek Tata Ruang, Sosial, Ekonomi dan Fisik. Beberapa metode yang akan digunakan dalam menganalisis aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan pada uraian berikut.

(15)

1.6.2.1 Mengidentifikasi Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

Berdasarkan pengalaman dan berbagai literatur yang ada, tindakan penanganan kawasan permukiman kumuh sangat beragam dan tidak jarang memerlukan spesifikasi penanganan. Antara metode atau model penanganan yang satu dengan yang lainnya terkadang tidak bisa digeneralisasi, karena perlu dirumuskan metode atau model penanganan yang spesifik. Ada beberapa tahapan untuk mengidentifikasi lokasi kawasan permukiman kumuh :

1. Kriteria lokasi mencakup :  Kriteria Umum (Baku)  Kriteria Lokal (Spesifik)

 Kriteria Substansi (Ruang/Spatial, Lahan/Tanah,  Sosial, Ekonomi, Fisik, Dll)

2. Proses dan Langkah-langkah Identifikasi  Kerangka & Pola Pikir Proses Identifikasi  Langkah-Langkah Pelaksanaan Identifikasi 3. Penilaian Lokasi

 Scoring (Bobot dan Nilai)  Ranking

4. Penetapan Daftar Prioritas Lokasi

 Daftar Dan Penetapan Prioritas Lokasi  Pola Penanganan

1.6.2.2 Kriteria Lokasi dan Metoda Penilaian

Dalam rangka melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh mengacu pada konsep pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh yang diterbitkan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya – Departemen Pekerjaan Umum.

Pedoman ini disusun dengan sasaran umum yaitu menghasilkan sebaran kawasan permukiman kumuh yang ada di setiap daerah (kota/kabupaten). Dengan tambahan kriteria prioritas penanganan maka pedoman ini dirancang dapat menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman kumuh yang memiliki hubungan dengan kota dan fungsi daerah yang bersangkutan sebagai penyangga.

(16)

Secara keseluruhan pedoman identifikasi ini disusun dengan memperhatikan pokok-pokok dibawah ini:

1. Lokasi identifikasi adalah kawasan-kawasan permukiman khusunya yang ada di kota/kabupaten yang menjadi daerah penyangga kota.

2. Kawasan kumuh yang diidentifikasi diprioritaskan pada kawasan permukiman yang memiliki kaitan dan atau memberi andil tumbuhnya permukiman kumuh di daerah bersangkutan yang merupakan hinterland kota sekaligus memberi andil sulitnya penanganan kekumuhan di kota.

3. Data-data dan informasi mengenai lokasi kawasan permukiman kumuh yang terkumpul digunakan untuk melakukan analisis sebab akibat dan rekomendasi penanganan kawasan permukiman yang ada di kota/kabupaten penyangga kota. 4. Rekomendasi penanganan memperhatikan hasil analisis sebab akibat serta rencana

program penanganan kawasan kumuh oleh pemerintah daerah. 1.6.2.3 Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh

Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria. Penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Selain itu digunakan kriteria sebagai kawasan penyangga kota seperti kawasan permukiman kumuh teridentifikasi yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan kawasan yang menjadi bagian dari kota.

Berdasarkan uraian diatas maka untuk menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh digunakan kriteria-kriteria yang dikelompok kedalam kriteria:

 Vitalitas Non Ekonomi  Vitalitas Ekonomi Kawasan  Status Kepemilikan Tanah  Keadaan Prasarana dan Sarana

 Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota  Penetuan Lokasi

(17)

Kegiatan penilaian kawasan permukiman kumuh dilakukan dengan sistem pembobotan pada masing-masing kriteria diatas. Umumnya dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot kriteria bersifat relatif dan bergantung pada preferensi individu atau kelompok masyarakat dalam melihat pengaruh masing-masing kriteria.

 Kriteria Vitalitas Non Ekonomi

Kriteria Vitalitas Non Ekonomi dipertimbangkan sebagai penentuan penilaian kawasan kumuh dengan indikasi terhadap penanganan peremajaan kawasan kumuh yang dapat memberikan tingkat kelayakan kawasan permukiman tersebut apakah masih layak sebagai kawasan permukiman atau sudah tidak sesuai lagi.

Kriteria ini terdiri atas variabel sebagai berikut:

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

 Kriteria Vitalitas Ekonomi

Kriteria Vitalitas Ekonomi dinilai mempunyai kepentingan atas dasar sasaran program penanganan kawasan permukiman kumuh terutama pada kawasan kumuh sesuai gerakan city without slum sebagaimana menjadi komitmen dalam Hari Habitat Internasional. Oleh karenanya kriteria ini akan mempunyai tingkat kepentingan penanganan kawasan permukiman kumuh dalam kaitannya dengan indikasi pengelolaan kawasan sehingga peubah penilai untuk kriteria ini meliputi:

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan

(18)

aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

 Kriteria Status Tanah

Kriteria status tanah sebagai mana tertuang dalam Inpres No. 5 tahun 1990 tentang Peremajan Permukiman Kumuh adalah merupakan hal penting untuk kelancaran dan kemudahan pengelolaanya. Kemudahan pengurusan masalah status tanah dapat menjadikan jaminan terhadap ketertarikan investasi dalam suatu kawasan perkotaan. Perubah penilai dari kriteria ini meliputi:

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

 Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana

Kriteria Kondisi Prasarana dan sarana yang mempengaruhi suatu kawasan permukiman menjadi kumuh, paling tidak terdiri atas:

a. Kondisi Jalan b. Drainase c. Air bersih d. Air limbah

 Kriteria Komitmen Pemerintah Setempat

Komitmen pemerintah daerah (kabupaten/kota/propinsi) dinilai mempunyai andil sangat besar untuk terselenggaranya penanganan kawasan permukiman kumuh. Hal ini mempunyai indikasi bahwa pemerintah daerah menginginkan adanya keteraturan pembangunan khususnya kawasan yang ada di daerahnya.

Perubah penilai dari kriteria ini akan meliputi:

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

(19)

 Kriteria Prioritas Penanganan

Untuk menentukan lokasi prioritas penanganan, selanjutnya digunakan kriteria lokasi kawasan permukiman kumuh yang diindikasikan memiliki pengaruh terhadap (bagian) kawasan perkotaan sekaligus sebagai kawasan permukiman penyangga. Kriteria ini akan menghasilkan lokasi kawasan permukiman yang prioritas ditangani karena letaknya yang berdekatan dengan kawasan perkotaan. Penentuan kriteria ini menggunakan variabel sebagai berikut:

a. Tingkat kekumuhan.

b. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan pusat kota.

c. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan pusat pertumbuhan bagian kota.

d. Kedekatan lokasi kawasan permukiman kumuh dengan kawasan lain (perbatasan) bagian kota.

e. Kedekatan lokasi kawasan kumuh dengan letak ibukota daerah yang bersangkutan. f. Integritas dengan program-program pemerintah kota.

g. Sinergi dengan program-program lainnya. h. Pengaruh terhadap wajah kota.

i. Ketersediaan lahan.

j. Tingkat kemudahan pelaksanaan.

1.6.2.4 Pembobotan Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh 1. Pembobotan Kriteria Vitalitas Non Ekonomi

a. Pembobotan Tingkat Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang

Bobot penilaian penggunaan ruang kawasan perumahan permukiman tersebut berdasarkan Rencana Tata Ruang yang berlaku sebagai berikut :

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang sebagian besar penggunaannya sudah tidak sesuai atau kurang dari 25% yang masih sesuai.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang penggunaannya masih sesuai antara lebih besar dari 25% dan lebih kebil dari 50%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang sebagian besar atau lebih dari 50% masih sesuai untuk permukiman.

(20)

b. Pembobotan Tingkat Kondisi Bangunan

Bobot penilaian kondisi bangunan pada kawasan permukiman dinilai dengan sub peubah penilai terdiri atas:

1. Tingkat Pertambahan Bangunan Liar

 Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang pertambahan bangunan liarnya tinggi untuk setiap tahunnya.

 Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang pertambahan bangunan liarnya seddanguntuk setiap tahunnya.

 Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang pertambahan bangunan liarnya rendah untuk setiap tahunnya.

2. Kepadatan Bangunan

 Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang Kepadatan bangunan lebih dari 100 rumah per hektar.

 Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang kepadatan bangunannya mencapai antara 60 sampai 100 rumah per hektar.

 Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan kepadatan bangunannya kurang dari 60 rumah per hektar.

3. Kondisi Bangunan Temporer

 Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya tinggi yaitu lebih 50%.

 Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya sedang atau antara 25% sampai 50%.

 Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang bangunan temporernya rendah yaitu kurang dari 25%.

4. Tapak Bangunan (Building Coverage)

 Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang tapak (koefisien dasar) bangunan mencapai lebih dari 70%.

 Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang tapak bangunannya antara 50% sampai 70%.

 Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang tapak bangunannya rendah yaitu kurang dari 50%.

(21)

5. Jarak Antar Bangunan

 Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jarak antar bangunan kurang dari 1,5 meter

 Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jarak antar bangunan antara 1,5 sampai 3 meter.

 Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jarak antar bangunan lebih dari 3 meter.

Pembobotan Kondisi Kependudukan Tingkat Kepadatan Penduduk

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi yaitu lebih dari 500 jiwa per hektar.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk antara 400 sampai 500 jiwa per hektar.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk rendah yaitu kurang dari 400 jiwa per hektar.

Tingkat Pertumbuhan Penduduk

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi yaitu lebih dari 2,1% per tahun.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan penduduk antara 1,7 sampai 2,1% per tahun.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pertumbuhan penduduk rendah yaitu kurang dari 1,7% per tahun.

Berdasarkan ketentuan pembobotan diatas, secara digramatis pembobotannya bisa dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini.

2. Pembobotan Kriteria Vitalitas Ekonomi

a. Tingkat Kepentingan Kawasan Terhadap Wilayah Sekitarnya Penilaian konstelasi terhadap kawasan sumber ekonomi produktif dengan bobot nilai sebagai berikut:

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang tingkat kepentingannya terhadap wilayah kota sangat strategis.

(22)

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan permukiman kumuh yang tingkat tingkat kepentingannya terhadap kawasan kota kurang strategis.

b. Jarak Jangkau Ke Tempat Bekerja

Penilaian jarak jangkau perumahan terhadap sumber mata pencaharian dengan bobot sebagai berikut:

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap mata pencaharian penduduknya kurang dari 1 km.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap mata pencaharian penduduknya antara 1 sampai dengan 10 km.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang mempunyai jarak terhadap mata pencaharian penduduknya lebih dari 10 km.

c. Fungsi Sekitar Kawasan

Penilaian fungsi sekitar kawasan dengan bobot sebagai berikut :

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan yang berada dalam kawasan pusat kegiatan bisnis kota.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan berada pada sekitar pusat pemerintahan dan perkantoran.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan sebagai kawasan permukiman atau kegiatan lainnya selain pusat kegiatan bisnis dan pemerintahan/perkantoran.

(23)
(24)

Berdasarkan ketentuan pembobotan diatas, secara digramatis pembobotannya bisa dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini.

3. Pembobotan Kriteria Status Tanah a. Dominasi Status Sertifikat Lahan

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jumlah status tidak memiliki sertifikat lebih dari 50%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jumlah status sertifikat HGB lebih dari 50%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jumlah status sertifikat Hak Milik lebih dari 50%.

b. Dominasi Status Kepemilikan

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan jumlah dominasi kepemilikan tanah negara lebih dari 50%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan jumlah dominasi kepemilikan tanah masyarakat adat lebih dari 50%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan jumlah dominasi kepemilikan tanah milik masyarakat lebih dari 50%.

(25)

Berdasarkan ketentuan pembobotan diatas, secara digramatis pembobotannya bisa dilihat pada gambar 1.4 dibawah ini.

4. Pembobotan Kriteria Kondisi Prasarana Sarana a. Kondisi Jalan

Sasaran pembobotan kondisi jalan adalah kondisi jalan lingkungan permukiman. • Nilai 50 (lima puluh) untuk kondisi jalan buruk lebih 70%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kondisi jalan sedang antara 50% sampai 70%. • Nilai 20 (dua puluh) untuk kondisi jalan baik kurang 50%.

c. Kondisi Drainase

Sasaran pembobotan kondisi drainase adalah drainase di kawasan permukiman.

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan air sangat buruk yaitu lebih dari 50%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan air sedang yaitu antara 25% sampai 50%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat volume genangan air normal yaitu kurang dari 25%.

(26)

c. Kondisi Air Bersih

Pembobotan kondisi air bersih dilakukan berdasarkan kondisi jumlah rumah penduduk di kawasan permukiman yang sudah memperoleh aliran air dari sistem penyediaan air bersih.

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem perpipaan air bersih kurang dari 30%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem perpipaan air bersih antara 30% sampai 60%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan sistem perpipaan air bersih lebih besar dari 60%.

d. Kondisi Air Limbah

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah berat kurang dari 30%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah antara 30% sampai 60%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah lebih dari 60%.

e. Kondisi Persampahan

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah berat kurang dari 50%.

• Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah antara 50% sampai 70%.

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan dengan tingkat pelayanan air limbah lebih dari 70%.

Berdasarkan ketentuan pembobotan diatas, secara digramatis pembobotannya bisa dilihat pada gambar 1.5.

(27)

5. Pembobotan Kriteria Komitmen Pemerintah Pembobotan Indikasi Keinginan Pemerintah Kota/Kabupaten a. Pembiayaan

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada pembiayaan. • Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses pembiayaan. • Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan yang belum ada pembiayaan. b. Kelembagaan

Penilaian dilakukan pada ketersediaan lembaga masyarakat dan pemerintah daerah sebagai media kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh.

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada kelembagaan. • Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses kelembagaan. • Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada kelembagaan. 6. Pembobotan Upaya Penanganan Pemerintah Kota/Kabupaten a. Rencana Penanganan (master plan penanganan kawasan kumuh)

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada rencana.

(28)

• Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada rencana. b. Pembenahan fisik

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada pembenahan fisik. • Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses pembenahan fisik. • Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada pembenahan fisik. c. Penanganan kawasan

Pembobotan dilakukan terhadap upaya-upaya penanganan kawasan dengan bobot sebagai berikut:

• Nilai 50 (lima puluh) untuk kawasan sudah ada penanganan. • Nilai 30 (tiga puluh) untuk kawasan dalam proses penanganan. • Nilai 20 (dua puluh) untuk kawasan belum ada penanganan.

Berdasarkan ketentuan pembobotan diatas, secara digramatis pembobotannya bisa dilihat pada gambar 1.6.

(29)

1.6.2.5 Penilaian Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh A. Dasar Penilaian

Beberapa metoda yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian kriteria antara lain Analytical Hierarchical Process (AHP) dan Social Process Spread Sheet (SPSS) yang berbasis komputer menggunakan program spread sheet excell atau dengan metoda pembobotan dan penilaian secara manual.

Dalam pedoman ini digunakan modifikasi antara program spread sheet excell dengan sistem pembobotan yang dapat memberikan kemudahan dalam melaksanakan penilaian terhadap kriteria-kriteria penentuan kawasan permukiman kumuh.

Kegiatan penilaian dengan sistem pembobotan pada masing-masing kriteria pada umumnya dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot kriteria bersifat relatif dan bergantung pada preferensi individu atau kelompok masyarakat dalam melihat pengaruh masing-masing kriteria. Penilaian akhir identifikasi kawasan permukiman kumuh dilakukan sebagai akumulasi dari hasil perhitungan terhadap kriteria sebagaimana dikemukakan diatas. Dari penjumlahan berbagai peubah akan diperoleh diperoleh total nilai maksimum dan minimum setiap variabel kriteria.

Proses penilaian menggunakan batas ambang yang dikategorikan kedalam:  Penilaian dinilai Kategori Tinggi.

 Penilaian dinilai Kategori Sedang.  Penilaian dinilai Kategori Rendah.

Untuk mengklasifikasikan hasil kegiatan penilaian berdasarkan kategori tersebut diatas maka dilakukan penghitungan terhadap akumulasi bobot yang telah dilakukan dengan formula sederhana sturgess yaitu:

 Dihitung koefisien ambang interval (rentang) dengan cara mengurangkan Nilai Tertinggi (hasil penilaian tertinggi) dari hasil pembobotan dengan Nilai Terrendah (hasil penilaian terendah) dari jumlah penilaian dibagi 3 (tiga).

 Koefisien ambang rentang sebagai pengurang dari Nilai Tertinggi akan menghasilkan batas nilai paling bawah dari tertinggi.

(30)

Berikut ini diperlihatkan contoh penggunaan formula pada penentuan kategori sebagai tersebut diatas, sebagai berikut:

B. Tahapan Penilaian

Ada dua tahap penilaian yang harus dilakukan yaitu penilaian untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman kumuh dan penilaian untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman kumuh yang prioritas dilakukan penanganan.

a. Penilaian Tahap Pertama

Penilaian tahap pertama dilakukan untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman yang memenuhi kriteria kumuh sehingga ditetapkan sebagai kawasan permukiman kumuh yang perlu dilakukan penanganan.

Penilaian tahap pertama dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Kriteria Vitalitas Non Ekonomi

b. Kriteria Vitalitas Ekonomi c. Kriteria Status Tanah

d. Kriteria Kondisi Prasarana dan Sarana e. Kriteria Komitmen Pemerintah b. Metode Penilaian

Berdasarkan tahapan penilaian diatas, maka dapat dirumuskan metodologi penilaian sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1.7 dibawah ini.

(31)

Gambar 1.7

Metodologi Penilaian Kawasan Permukiman Kumuh

Sumber : Konsep Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh,

(32)

1.6.3 Kerangka Pemikiran

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kotakota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Telaah tentang permukiman kumuh (slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada dikawasan pemukiman kumuh antara lain mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang antara lain tampak dari sikap dan perilaku yang apatis. Kondisi tersebut sering juga mengakibatkan kondisi kesehatan yang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit dan perilaku menyimpang, yang berdampak pada kehidupan kota keseluruhannya. Oleh karena itu kawasan pemukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota yang harus diatasi. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan permukiman, sedang kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan menentukan kualitas pemukiman yang terwujud.

Kota Tasikmalaya sebagai salah satu kota yang baru berkembang, secara berkelanjutan terus berupaya untuk menata ruang kota, dan mempercepat pembangunan serta peningkatan infrastruktur kota dalam rangka peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat, penataan lingkungan kota, serta meningkatkan derajat IPM masyarakat. Demikian pula halnya dengan permukiman kumuh yang tumbuh di wilayah kota Tasikmalaya, diupayakan agar dapat ditangani secara berkelanjutan. Tentu saja pendekatan yang digunakan dalam hal penanganan permukiman kumuh tidak saja melalui pembangunan dan peningkatan sarana prasarana lingkungan (fisik), akan tetapi juga melalui upaya pemberdayaan potensi-potensi yang ada di permukiman tersebut.

Upaya penanganan permukiman kumuh ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam hal penyediaan infrastruktur. Disisi lain, diharapkan

(33)

pula agar hal ini dapat menjadi pemancing prakarsa masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan setempat. Lebih lanjut, dengan tertatanya lingkungan di permukiman kumuh tersebut, diharapkan agar kegiatan ekonomi masyarakat meningkat sehingga derajat kesejahteraan masyarakat dapat menuju kearah yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Kumuh Kota Tasikmalaya Tahap I ini dapat dilihat pada gambar 1.8 di bawah ini.

Gambar 1.8 Kerangka Pemikiran

Survey Lapangan Dan Wawancara Dengan Instansi /

Camat / Lurah / Masyarakat

Validasi Data dan Variabel di Lapangan

Identifikasi Kawasan Kumuh

Identifikasi Alternatif / Calon Kawasan Kumuh

• Wawancara dengan Camat / Lurah • Observasi lapangan

Penilaian Kawasan Kumuh Berdasarkan Kriteria Ditjen Cipta Karya - DPU

• Vitalitas Non Ekonomi • Vitalitas Ekonomi • Kriteria Status Tanah • Kondisi Sarana Prasarana • Komitmen Pemerintah

Penentuan Lokasi Kawasan Kumuh

Analisis Tipologi Kawasan

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Penentuan Prioritas Penanganan

(34)

1.6.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan terhadap seluruh variabel kriteria sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan seperti pada tabel 1.1 dibawah ini,

Tabel 1.1

Parameter Pada Variabel Kriteria Penentuan Kawasan Permukiman Kumuh

Cara Pengumpulan Data

Kriteria Variabel Parameter

Utama Pendukung Sesuai 25% Sesuai 25% - 50% Sesuai Tata Ruang Sesuai 50% Dokumen Rencana Tata Ruang Umum dan Detil - Wawancana Pejabat - Observasi Lapangan Sangat Tinggi Tinggi Pertambahgan Bangunan Liar Rendah > 100 unit/ha 80 - 100 unit/ha Kepadatan Bangunan < 80 unit/ha > 50% 25% - 50% Bangunan Temporer < 25% > 70% 50% - 70% Building Coverage < 50% < 1,5 m 1,5 m – 3 m Kondisi Fisik Bangunan Jarak Antar Bangunan > 3 m > 500 jiwa/ha 400 – 500 jiwa/ha Kepadatan Penduduk <400 jiwa/ha > 2,0% 1,7 % - 2,0% Vitalitas Non Ekonomi Kondisi Kependudukan Pertumbuhan Penduduk < 1,7% - Wawancana Masyaakat/RT/T W/ Kades/ Lurah - Observasi Lapangan - Dokumen/Monografi desa/kelurahan - Dokumen perumahan/ permukiman di dinas teknis Sangat Strategis Kurang Strategis Letak Strategis Kawasan Tidak Strategis Dokumen Rencana Tata Ruang Umum dan Detil - Wawancana Pejabat - Observasi Lapangan > 10 km 1 -10 km Jarak Ke Tempat Mata Pencaharian < 1 km Wawancana Masyaakat/RT/TW / Kades/ Lurah Observasi Lapangan

Pusat Bisnis dan Perkantoran Pusat Pemerintahan Vitalitas

Ekonomi

Fungsi Kawasan Sekitar

Permukiman dan lainnya

Dokumen Rencana Tata Ruang Umum dan Detil

- Wawancana Pejabat - Observasi Lapangan

Sertifikat Hak Milik

Sertifikat Hak Guna Bangunan Status

Tanah Dominasi Status

Tanah Girik (bukan SHM/SHGB) Wawancana Masyaakat/RT/TW/ Kades/ Lurah Konfirmasi Kantor Pertanahan / PBB

(35)

Cara Pengumpulan Data

Kriteria Variabel Parameter

Utama Pendukung

Tanah Negara

Tanah Masyarakat Adat Status

Kepemilikan

Tanah Tanah Sengketa

Sangat Buruk > 70% Buruk 50% - 70% Kondisi Jalan Lingkungan Baik < 50% Genangan > 50% Genangan 25% - 50% Kondisi Drainase Genangan < 25% Pelayanan < 30% Pelayanan 30% - 60% Kondisi Air Minum Pelayanan > 60% Pelayanan < 30% Pelayanan 30% - 60% Kondisi Air Limbah Pelayanan > 60% Pelayanan < 50% Pelayanan 50% - 70% Kondisi Sarana Prasarana Kondisi Persampahan Pelayanan > 70% Wawancana Masyaakat/RT/TW/ Kades/ Lurah Observasi Lapangan Sudah ada Dalam proses Pembiayaan Belum ada Sudah ada Dalam proses Indikasi Keinginan Kelembagaan Belum ada Sudah ada Dalam proses Bentuk rencana Belum ada Sudah ada Dalam proses Pembenahan fisik Belum ada Sudah ada Dalam proses Komitmen Pemerintah Daerah Upaya Penanganan Penanganan kawasan Belum ada Wawancana Masyaakat/RT/TW/ Kades/ Lurah Observasi Lapangan

Sumber : Konsep Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh,

(36)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika pembahasan Draft Laporan Akhir secara garis besar terbagi menjadi 9 (sembilan) bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang Latar belakang dari Laporan serta maksud, tujuan dan sasaran pekerjaan, lingkup pekerjaan, hasil yang harus diserahkan oleh konsultan, Metoda dan Pendekatan Studi Serta Sistematika Penulisan Laporan Antara.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH STUDI

Bab ini berisikan tentang tinjauan arahan RPJP dan RPJMD Kota Tasikmalaya, Studi terkait serta Keterkaitan RTRW dan RDTR Kota Tasikmalaya terhadap wilayah studi.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini berisikan tentang tinjauan terhadap wilayah studi dalam berbagai aspek.

BAB IV IDENTIFIKASI KAWASAN KUMUH KOTA TASIKMALAYA

Bab ini memuat tentang inventarisasi kawasan kumuh di Kota Tasikmalaya, inventarisasi kawasan kumuh pada lokasi penekanan studi, profil kawasan kumuh dan analisis tipologi kawasan kumuh pada lokasi penekanan studi. BAB V POLA DAN STRATEGI PENANGANAN KAWASAN KUMUH DI KOTA

TASIKMALAYA

Bab ini memuat tentang pola dan strategi penanganan serta arahan program penanganan kawasan kumuh.

BAB VI ANALISIS PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PENANGANAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Pada bab ini diuraikan mengenai penentuan kawasan prioritas, alternatif lokasi dan scanning kawasan prioritas penanganan rencana tata bangunan dan lingkungan.

(37)

BAB VII KONDISI KAWASAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN

Bab ini memuat tentang kondisi kawasan serta analisis pengembangan yang dilakukan tim konsultan.

BAB VIII KONSEP DAN REKOMENDASI RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN TERPILIH

Pada bab ini diuraikan mengenai konsep dan rekomendasi rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan terpilih.

BAB IX REKOMENDASI PELAKSANAAN PENANGANAN KAWASAN KUMUH DI KOTA TASIKMALAYA

Bab ini memuat tentang rekomendasi pelaksanaan penanganan kawasan kumuh yang secara langsung melibatkan masyarakat sebagai prasyarat utama dalam kesuksesan dan keberlanjutan program penataan kawasan kumuh ini.

Gambar

Gambar  1.8  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

Spiritia tetap yakin bahwa ketersediaan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan pengobatannya adalah unsur penting bagi Odha untuk mengatur kehidupan dan kesehatan

Kemudian hasil analisis deskriptif terhadap pada variabel pergantian auditor memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 (dummy) dengan nilai

Analisis hasil belajar dilakukan setelah penerapan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), dengan cara menghitung skor hasil pretest dan

Paes di aplikasikan pada akhir riasan bertujuan agar memudahkan dalam mengisi kerangka paes dengan pidih. Paes pengantin putri Jember Sari memiliki ciri khas

RAYUAN TERHADAP PERINTAH PELEPASAN DAN PEMBEBASAN DI BAWAH SEK.4(1)AKTA. PENCEGAHAN PENGUBAHAN WANG

Permainan pola suku kata adalah metode permainan membaca yang dilakukan dengan pemakaian kartu huruf sebagai sarana pembelajaran untuk menarik minat baca anak yang

Selain itu, secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Spevack (2013) menyebutkan bahwa setelah menggunakan KB suntik dalam 2 tahun, sebanyak 70% pengguna Depo Provera