• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN AWAL KLINIS PADA BAYI BALITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGKAJIAN AWAL KLINIS PADA BAYI BALITA"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

1. Petugas ruang registrasi dan arsip kesehatan menyimpan data kesehatan kepala keluarga dan membuat File Keluarga. 2. Petugas ruang registrasi dan rekam medis menyimpan rekam medis pada rak-rak yang diisi sesuai urutan desa di wilayah tersebut. 3. Petugas ruang registrasi dan penyimpanan berkas kesehatan rekam medis untuk luar wilayah desa didukung oleh Puskesmas.

4. Ruang rekam medis dan petugas rekam medis segera menata dan menyimpan rekam medis setelah selesai digunakan pada hari yang sama. 5. Staf ruang rekam medis menyortir berkas rekam medis berdasarkan nomor pada rak penyimpanan. Petugas rekam medis dan ruang rekam memasukkan berkas rekam medis ke dalam berkas sesuai dengan nomor rekam medis. Petugas rekam medis dan ruang rekam memastikan bahwa berkas rekam medis tetap terjaga sesuai dengan nomor rekam medis.

Petugas medis atau paramedis menegakkan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dan mencatatnya dalam rekam medis. 12. Petugas bekerjasama dengan dokter (bila diperlukan) 13. Petugas melakukan rujukan ke luar apabila Puskesmas tidak mampu memberikan pelayanan. 16. Petugas memberikan penyuluhan sesuai kondisi penyakit dan menganjurkan pemeriksaan ulang apabila belum membaik.

Apakah petugas membuat Kartu Warga Lanjut Usia dan Rekam Medis serta membuat KMS untuk pasien baru?

SOP Konseling Pelayanan Imunisasi

Apakah petugas kamar lansia melakukan registrasi dengan meminta kartu lansia dan KMS (untuk pasien lanjut usia). Apakah petugas memberikan penyuluhan edukatif sesuai kondisi penyakitnya dan menyarankan pemeriksaan ulang bila belum membaik? Pelayanan terhadap anak sakit menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Anak Sakit, dimana petugas diajarkan untuk segera memperhatikan segala gejala anak sakit sehingga dapat segera ditentukan apakah anak tersebut sakit parah dan harus segera dirujuk. atau jika penyakitnya tidak serius dan hanya memerlukan pengobatan dan konseling.

Apabila ditemukan balita dengan tanda-tanda bahaya umum, segera lakukan tindakan agar rujukan tidak terlambat. Tujuan : Sebagai rujukan dan pelaksanaan langkah-langkah yang dilakukan petugas.

PENGKAJIAN AWAL KLINIS PADA BAYI BALITA

PERSIAPAN ALAT

PERSIAPAN LINGKUNGAN 1. Tutup sketsel, jendala dan pintu

PERSIAPAN PASIEN

PERSIAPAN PETUGAS

  • MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala I
  • MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
  • MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JALAN LAHIR
  • MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
  • PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI 15. Petugas meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
  • PERSIAPAN KELAHIRAN PERTOLONGAN LAHIRNYA KEPALA
  • PENANGANAN BAYI BARU LAHIR 25. Petugas melakukan penilaian selintas
  • PENATALAKSAANAAN AKTIF KALA III
  • MENILAI PERDARAHAN

Petugas menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk mendukung dan mendorong ibu agar melakukan latihan dengan benar. Petugas menyarankan ibu untuk berjalan, duduk atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasakan keinginan untuk buang air besar dalam waktu 60 menit. Selama petugas menyiapkan alat, anjurkan ibu untuk mengontrol pernapasannya agar tidak bernapas dengan menutup hidung.

Saat kepala terlihat bulat, minta ibu menurunkan kakinya (dari posisi litotomi), letakkan satu tangan di fundus untuk memeriksa kontraksi (tangannya ada, tangannya tidak ada), bila tangannya ada, pandu ibu untuk mengejan, memberi semangat, memuji ibu, bila ibu tidak ada makanan (makan/minum), sambil mendengarkan detak jantung janin (DJJ), lead. Polisi memeriksa dengan 2 jari tangan kanannya apakah tali pusar terpelintir atau tidak, dan jika terjadi maka ia akan mengambil tindakan yang tepat dan melanjutkan proses persalinan. Jika tali pusat terlilit erat di leher, jepitlah di antara dua tempat lalu potong tali pusat di antara kedua penjepit tersebut.

Setelah 2 menit setelah lahir, klem tali pusat dengan klem kira-kira. 3 cm dari bagian tengah anak. Dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan klem kembali tali pusat 2 cm distal dari klem pertama. Ikat tali pusar dengan DTT atau benang steril di satu sisi dan tarik benang ke belakang dan ikat dengan simpul pengunci di sisi lainnya.

Pindahkan penjepit pada tali pusat sehingga berjarak 5-10 cm dari vulva (jika ada tanda-tanda tali pusat memanjang, ada pendarahan dari vagina, jika plasenta lepas dan rahim berbentuk buah pir. Petugas meletakkan salah satu tangannya di atas kain yang ada di perut ibu, di tepi atas simfisis, ternyata tangan yang lain mengencangkan tali pusat (jika tali pusat kembali masuk ke dalam vagina, berarti plasenta tidak lepas dari dinding rahim, jika tetap/tidak masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta sudah lepas. Setelah rahim berkontraksi, tali pusat diregangkan ke bawah sedangkan tangan yang lain mendorong rahim ke bawah.

Jika plasenta tidak dilahirkan dalam masa 30-40 saat, hentikan mengetatkan tali pusat dan tunggu sehingga pengecutan seterusnya berlaku dan ulangi prosedur di atas. Kakitangan melakukan ketegangan tengkorak dorso dan menolak sehingga plasenta terkeluar, meminta ibu untuk mengerah tenaga semasa pembantu menarik tali pusat selari dengan lantai dan kemudian ke atas, mengikut paksi saluran kelahiran (masih melakukan dorso cranial). Jika tali pusat menjadi lebih panjang, gerakkan pengapit pada jarak lebih kurang. 5-10 cm dari vulva dan plasenta dilahirkan.

Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan ujung tali pusat sudah dijepit agar darah tidak mengalir kemana-mana. Kemudian dilihat kelengkapan ari-arinya, mulai dari selaputnya dengan melipat selaput di tengahnya ke arah kiri dan tertutup atau tidak seluruh bagian ari-ari, apakah selaputnya robek? Artinya masih ada. membran di dalam jika ternyata cangkang. Ambil termometer ketiak, letakkan termometer tersebut pada ketiak ibu dan suruh ibu meremas ketiaknya.

Pelayanan Kunjungan Rumah ODGJ

Petugas menanyakan kepada pasien (rumah sakit yang akan dituju dan tanggal kunjungan) tentang nomor rujukan non darurat 1 Penambahan langkah pada prosedur rujukan darurat (langkah 1,2,3,4,6).

ALUR PELAYANAN IMUNISASI COVID-19

Pemberian suntikan vaksin Covid 19 IM sebanyak 0,5 ml pada lengan kiri atas (Tabel 1) mengacu pada SOP penyuntikan vaksin Covid 19 yang aman. Setelah dilakukan observasi, setelah 30 menit tidak ada KIPI, pasien diperbolehkan pulang. 12. Mencatat hasil imunisasi COVID-19 sesuai kolom format imunisasi COVID-19. 13. Pastikan limbah non-benda tajam dimasukkan ke dalam kantong plastik. 14. Cuci tangan dengan sabun/antiseptik setiap selesai pemberian. 15. Catatan hasil imunisasi dan penggunaan logistik diserahkan kepada koordinator imunisasi dan kemudian dilaporkan ke dinas kesehatan. 16. Disinfeksi ruangan dan peralatan setelah vaksinasi selesai. 17. Memastikan pelaksanaannya sesuai dengan SOP yang ada dan tidak ada tahapan yang dilewati. Pemberian suntikan vaksin Covid 19 IM sebanyak 0,5 ml pada lengan kiri atas (Tabel 1) mengacu pada SOP penyuntikan vaksin Covid 19 yang aman.

Proporsi penduduk usia ≥ 15 tahun yang menderita penyakit diabetes melitus (DM) sebesar 6,9%. WHO memperkirakan terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009 memperkirakan adanya peningkatan jumlah penderita diabetes. penyakit dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan data prevalensi, kedua laporan menunjukkan peningkatan jumlah penderita DM sebesar 2-3 kali lipat. dua kali lipat pada tahun 2030.

Tes toleransi glukosa oral (OGTT) selama 2 jam, kadar glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) OGTT dilakukan sesuai standar WHO, menggunakan beban 75 gram glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Gangguan Toleransi Glukosa (IGT) atau Gangguan Gula Darah Puasa (GDPT). HIV/AIDS adalah kumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; [1] atau infeksi virus serupa lainnya yang menyerang spesies lain (SIV, FIV, dll).

Definisi  Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik meningkat lebih dari ≥ 140 mmHg dan/atau diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi menjadi masalah karena prevalensinya yang semakin meningkat. Masih banyak pasien yang belum mendapatkan pengobatan, atau sudah mendapatkan terapi namun target tekanan darahnya belum tercapai serta terdapat penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Pada penderita hipertensi wajib dilakukan pemantauan status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena pada leher, tepi jantung dan ronki).

Modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, mengurangi makanan berlemak, berhenti merokok dan minum alkohol, mengontrol berat badan, meningkatkan aktivitas fisik) dengan tujuan tekanan darah. Jika tujuan tidak tercapai, dosis dioptimalkan atau obat lain ditambahkan sampai tujuan tekanan darah tercapai. Individu dan keluarga juga harus diedukasi tentang pengukuran gula darah dan tekanan darah secara teratur serta pemeriksaan urin secara teratur.

Referensi

Dokumen terkait

“THE EFFECT OF LEARNING STYLE ON STUDENTS’ READING COMPREHENSION ACHIEVEMENT Nita.” Unila Journal of English Teaching vol 4, no 2015.. Pashler, Harold, Mark Mcdaniel, Doug Rohrer, and