• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Sablon Menggunakan Membran Selulosa Asetat (Ca) Berbasis Pelepah Pisang Secara Mikrofiltrasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengolahan Limbah Sablon Menggunakan Membran Selulosa Asetat (Ca) Berbasis Pelepah Pisang Secara Mikrofiltrasi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengolahan Limbah Sablon Menggunakan Membran Selulosa Asetat Berbasis Pelepah Pisang Secara Mikrofiltrasi

Ria Praba Wati1*, Selastia Yuliati2, Muhammad Zaman3

1,2,3Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Teknologi Kimia Industri, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang

*Koresponden email: [email protected]

Diterima: 18 September 2023 Disetujui: 25 September 2023

Abstract

Screen printing is a printing process technique that uses a screen with a certain density and is generally made from nylon or silk. The aim of this study was to apply microfiltrated cellulose acetate membranes for screen printing wastewater treatment. The membrane will be made using banana stem cellulose with a composition of 2 g of cellulose solvent 25 ml of acetone and 1.7 ml of PEG 400. In this research, screen printing liquid waste was used with a variety of coagulants, namely PAC 300; 600; 900; 1200; and 1500 ppm and pressure variations of 0.2; 0.4 ; 0.6 ; 0.8 and 1 bar. From the research results, the Cr metal rejection results were 68.14%. Measurements were carried out under optimal conditions for variations in the range of 0.2-1 bar at 0.2 bar with a coagulant of 1200 ppm.

Keywords: liquid waste, screen printing, membrane, cellulose acetate, microfiltration Abstrak

Sablon merupakan teknik proses cetak yang menggunakan layar dengan kerapatan tertentu dan umumnya berbahan dasar nilon atau sutra. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan membran selulosa asetat secara mikrofiltrasi untuk pengolahan limbah sablon. Membran akan dibuat dengan menggunakan selulosa pelepah pisang dengan komposisi 2 gr selulosa pelarut 25 ml aseton dan 1,7 ml PEG 400. Dalam penelitian ini, digunakan limbah cair sablon dengan variasi koagulan yaitu PAC 300; 600; 900; 1200; 1500 ppm serta variasi tekanan 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1 bar. Dari hasil penelitian, didapatkan hasil rejeksi logam Cr 68,14

%. pengukuran dilakukan kondisi optimum untuk variasi 0,2-1 bar range pada 0,2 bar dengan koagulan 1200 ppm.

Kata Kunci: limbah cair, sablon, membran, selulosa aseat, mikorofiltrasi 1. Pendahuluan

Limbah adalah sisa yang tidak terpakai dari proses produksi. Tidak memiliki nilai jual dan daya guna, melainkan dapat merusak lingkungan secara signifikan yang berbahaya bagi kesehatan, yang utama limbah yang mengandung bahan kimia yang tidak mudah terurai oleh bakteri. Limbah industri dapat berupa cairan dan padatan [1]. Pencemaran akibat limbah cair industri merupakan masalah lingkungan yang menonjol.

Limbah cair yang tidak diolah dan dikelola akan memberikan dampak negatif terhadap sumber daya air, khususnya sumber daya air. Limbah tekstil merupakan jenis limbah cair yang relatif umum, komponen utama Salah satu penyebab buruknya kualitas air limbah industri tekstil adalah adanya zat pewarna berupa berbagai jenis senyawa kimia dengan konsentrasi yang bervariasi. Beberapa pewarna bersifat racun dan memiliki efek karsinogenik mutagenic terhadap kehidupan perairan dan manusia [2].

Industri sablon sangat marak di kota besar yang menyebabkan pencemaran lingkungan dikarenakan pada tahap pencetakan gambar atau pola tulisan pada pakaian. Fungsi penyablonan untuk menarik minat konsumen dengan desain tampilan yang indah tergantung jenis yang diproduksi contohnya pada pakaian olahraga sekolah penyablonan digunakan untuk memberikan identitas asal sekolah. Industri ini menghasilkan air limbah berwarna dari air cucian alat sablon [3]. Sablon adalah suatu proses pencetakan yang menggunakan sablon dengan kepadatan tertentu dan biasanya terbuat dari bahan nilon atau sutra (sablon) berbahan dasar cat tekstil [4].

Pada proses sablon ada dua jenis yakni penyablonan digital & manual. Dari dua jenis penyablonan tersebut ada perbedaan yakni terletak pada pengaplikasian tinta dimana pada penyablonan digital menggunakan printer dan sedangkan penyablonan manual tinta ditekan pada kain. Bahan penyablonan manual yang paling utama adalah pewarna tekstil, obat afdruk, tinta karet dan binder cat, bahan pewarna.

Hal ini tentu saja mengandung bahan kimia seperti logam berat tekstil, seperti kromium (Cr) dan alkohol [5]. Limbah yang dihasilkan pada operasi sablon industri mungkin berisi bahan yang hasilnya zat beracun

(2)

dan dapat mengganggu bagi lingkungan dan kesehatan dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan [1].

Menurut [6] membran merupakan suatu teknologi baru yang dapat digunakan untuk proses pemurnian air dan limbah cair industri, karena teknologi membran ini memiliki keunggulan diantaranya prosesnya sederhana, hemat energi, tidak perlu bahan kimia dalam pengoperasiannya sehingga tidak menghasilkan limbah lainnya, dan mutu hasil olahan lebih baik.

Hasil penelitian [7], menyimpulkan penurunan kandungan logam Cr dengan metode konvensional yaitu menggunakan penyerap alam didapatkan hasil yang masih rendah. Hal ini dimungkinkan karena gugus fungsi adsorben tidak memiliki waktu kontak yang cukup untuk berinteraksi dengan logam dalam larutan. Dengan kata lain, banyak gugus fungsi yang bertanggung jawab untuk mengadsorpsi logam Cr tidak ada.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengolah limbah cair dengan tujuan menurunkan kadar logam Cr dengan menggunakan membran selulosa asetat (CA) membran dibuat dengan selulosa pelepah pisang kepok dengan pelarut aseton 25 ml dan PEG 400 1,7 ml. Limbah cair sablon akan dimurnikan dengan membran selulosa asetat (CA) mikrofiltrasi, dan memvariasikan koagulan Poly Alumunium Chloride (PAC) 500; 1000; 1500 ppm dengan variasi tekanan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 bar.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Fisika dan Laboratorium Mini Plant dan Unit Operasi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Alat yang digunakan berupa Neraca analitik, Oven, Refluks, Blender, Ayakan ukuran 60 mesh, Hot plate, Magnetic Stirer, Kaca arloji, Gelas kimia ukuran 50,100,1000 mL, Gelas ukur 100 mL, erlenmeyer ukuran 100,500, 1000 ml, Stopwatc, Spatula, Pipet ukur, Bola karet, Desikator , Kertas saring, Cetakan membran. Adapun bahan yang digunakan yaitu Pelepah pisang kepok, Limbah cair sablon, PAC, Natrium hidroksida (NaOH), Natrium hipoklorit (NaCIO), Asam sulfat (H2SO4), Asam asetat glasial (CH3COOH), Asam asetat anhidrat (C4H6O3), Aseton (C3H6O), Polietilena glikol (PEG), Poly vinly alcohol (PVA), Air Suling.

2.1 Preparasi Pelepah Pisang Kepok

Pelepah pisang dicuci bersih lalu dijemur selama 6-7 hari, lalu di oven selama 1 jam dengan suhu 700C sampel yang kering lalu hancurkan.

2.2 Proses Ekstraksi Pelepah Pisang Kepok

10 gr pelepah pisang kepok yang sudah dihancurkan lalu menambahkan 250 ml NaOH dan direfluks selama 2 jam dengan suhu 70ºC, setelah itu dibilas sampai pH normal. Selanjutnya sampel ditambahkan NaClO sebanyak 250 ml dan merefluks pada suhu 70°C dengan waktu 4 jam. Setelah di refluks, cuci dengan akuades hingga pH normal dan mengeringkan pada oven dengan suhu 70°C dengan waktu 4 jam, selanjutnya dihancurkan menggunakan blender.

2.3 Proses Sintesis Pelepah Pisang Kepok

Menimbang 15 gr sampel pelepah pisang lalu menambahkan 150 ml CH3COOH diaduk dengan magnetic stirrer selama 50 menit dengan suhu 40°C. Selanjutnya menambahkan 4,5 ml H2SO4 diaduk selama 50 menit dengan suhu 40°C, Hasil aktivasi kemudian menambahkan C4H6O3 100 ml diaduk selama 50 menit dengan suhu 40°C, Selanjutnya hasil asetilasi menambahkan akuades 15 ml dan CH3COOH sebanyak 30 ml dan diaduk selama 30 menit dengan suhu 50°C, Endapkan larutan dan memasukkan ke dalam 500 ml akuades dan terbentuk serpihan putih selulosa asetat, dan kemudian disaring, dicuci sampai tidak berbau dan dikeringkan pada oven selama 3,5 jam dengan suhu 60°C.

2.4 Pembuatan Campuran PVA

Membuat larutan NHO3 sebanyak 6,97 ml kemudian diencerkan ke dalam 100 ml akuades, Menimbang sebanyak 6 gram PVA dicampurkan dengan 10 ml NHO3 1M dan akuades 190 ml, Dalam penelitian ini, PVA digunakan sebagai zat perekat antar serbuk selulosa, membentuk membran selulosa padat. Larutan diaduk selama dua jam dengan pengocok magnetik pada 80°C.

2.5 Pembuatan Membran Selulosa Asetat Pelepah Pisang Kepok

Melarutkan selulosa asetat 2 gram ke dalam aseton sebanyak 25 ml di aduk menggunakan magnetic stirrer sampai tercampur. Sebanyak 1,7 ml PEG dipipet kemudian mencampurkan larutan PVA sebanyak 20 ml aduk hingga homogen. Selanjutnya menambahkan campuran aseton dan selulosa asetat ke dalam larutan PVA dan PEG kemudian diaduk hingga homogen. Menuangkan larutan polimer yang sudah homogen pada penampang kaca berukuran 22 x 20 cm, Kemudian dikeringkan selama 30 jam pada suhu kamar, membran setengah basah dikeluarkan dari cetakan dan dipanaskan selama satu jam di oven pada suhu 70°C untuk menghilangkan sejumlah air yang masih terdapat di dalam flim.

(3)

2.6 Pengaplikasian Membran Dalam Pengolahan Limbah Sablon dengan Alat Secara Mikrofiltrasi

Membran yang dihasilkan dipotong berbentuk bulat berdiameter 11 cm, kemudian meletakkan membran ke dalam modul membran, dengan umpan limbah sablon yang sudah pre-treatment dengan variasi koagulan PAC 300; 600; 900; 1200; 1500 dengan variasi tekanan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 bar, volume yang menembus dari bagian bawah modul membran lalu ditampung.

Gambar 1. Aplikasi Membran Pada Pengolahan Limbah Cair Sablon Menggunakan Alat Mikrofiltrasi

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023 3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil Karakteristik Membran

Tabel 1. Karakteristik Membran Jenis Membran Komposisi

Membran

Karakteristik Membran Luas (m2) Ukuran

Pori

Ketebalan (mm)

% Kandungan Air Selulosa Asetat

(CA) Mikrofiltrasi

Aseton 25 ml;

1,7 ml PEG 9,49 × 10-3 0,823 1,778 9,87

Sumber : Data Penelitian, 2023 3.2 Hasil Uji SEM

Hasil karakteristik SEM Membran Selulosa Asetat (CA) dengan komposisi selulosa asetat sebanyak 2 gram yang kemudian dilarutkan dengan aseton sebanyak 25 ml kemudian dicampurkan dengan larutan PVA sebanyak 20 ml dan PEG sebanyak 1,7 ml. dilihat pada gambar 4.1. dari hasil SEM, bahwa membran selulosa asetat (CA) yang digunakan memiliki pori sebesar 0,823 µm. dari hasil SEM pada membran selulosa asetat untuk proses mikrofiltrasi dapat diketahui bahwa membran tersebut memenuhi ukuran pori sesuai standar mikrofiltrasi hal ini diperkuat bahwa ukuran pori membran mikrofiltrasi yaitu 0,05 µm-10 µm [8].

Gambar 2. Hasil Uji SEM Membran Selulosa Asetat (CA) Sumber : Data Penelitian, 2023

(4)

3.3 Hasil Penentuan Fluks Air Suling

Tabel 2. Data Fluks Air Murni

Jenis Membran Tekanan Fluks (L/m2.jam)

Selulosa A\\\\\\\\\\\at (CA)ppp

0,2 55,55488722

0,4 60,08038847

0,6 61,34116541

0,8 65,29279449

1 66,52274436

Sumber : Data Penelitian, 2023 3.4 Hasil Penentuan Rejeksi

Tabel 3. Rejeksi (R) logam Cr Tekanan (bar)

Rejeksi logam Cr (R) % Koagulan 300

ppm

Koagulan 600 ppm

Koagulan 900 ppm

Koagulan 1200 ppm

Koagulan 1500 ppm

0,2 60,79 64,10 65,19 68,14 67,27

0,4 54,97 56,51 57,28 63,98 58,0

0,6 47,31 49,55 50,35 58,26 52,58

0,8 36,12 36,51 37,85 42,38 44,53

1 33,83 34,37 34,44 38,41 39,54

Sumber : Data Penelitian, 2023 3.5 Pembahasan Fluks Air Suling

Hasil nilai fluks atau laju permeabilitas adalah laju alir volume suatu larutan yang mengalir melalui membran sesuai dengan luas permukaannya persatuan waktu [9]. faktor yang mempengaruhi aliran adalah tekanan. Pengukuran fluks permeat dimaksudkan untuk mengetahui pola aliran membran dan menunjukkan indikasi adanya penyumbatan atau pembekuan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan variasi tekanan 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 bar dalam penentuan fluks murni membran. Pengukuran nilai fluks dilakukan dengan menampung volume permeat tiap 4 menit dalam gelas kimia. Dalam pelaksanaan, digunakan akuades sebagai umpan untuk menentukan nilai fluks membran. Gambar 3 menunjukkan hasil pengolahan data fluks membran yang terbentuk pada variasi tekanan yang telah ditentukan.

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Tekanan Dengan Fluks Sumber : Data Penelitian, 2023

Pada Gambar 3 terdapat grafik hubungan fluks dengan variasi tekanan, dapat dilihat pada grafik bahwa pada tiap tekanan nilai fluks meningkat, fluks yang tinggi terdapat pada tekanan 1 bar yaitu senilai 66,522 L/m2.jam. sedangkan pada tekanan 0,2 bar terdapat nilai fluks paling rendah yaitu senilai 55,554 L/m2.jam. dapat diketahui dari grafik tersebut nilai fluks meningkat dengan beriringannya tekanan operasi.

Hal ini dapat terjadi dengan seiring tekanan operasi meningkat yang diberikan, sehingga tekanan yang terjadi pada saat pemisahan melalui membran juga semakin tinggi, sehingga jumlah nilai fluks air murni yang dapat melewati membran (permeat) meningkat [9].

Hasil yang tertera digrafik sudah sesuai dengan teori yang relevan, di mana semakin meningkat tekanan trans membran, maka nilai fluks yang didapat besar karena membran dapat melewatkan pelarut

50 52 54 56 58 60 62 64 66 68

0,2 0,4 0,6 0,8 1

Fluks (Liter/m².jam)

Tekanan Operasi (bar)

(5)

dengan lebih mudah. Semua membran mengikuti kecenderungan Semakin tinggi tekanan operasi, semakin banyak fluks yang dihasilkan [10].

3.6 Pengaruh Variasi Konsentrasi Koagulan Terhadap Kadar Logam

Dari Gambar 4 dilihat bahwa persentase rejeksi semakin besar dikarenakan semakin besarnya konsentrasi PAC (poly Aluminium Chloride) yang di tambahkan. Hal tersebut menyebabkan kadar Cr menurun, terlihat bahwa persentase rejeksi kadar Cr bekisar antara 49,02 % - 54,23%. Pada penambahan koagulan 300 ppm, persentase rejeksi sebesar 49,02% dan mengalami peningkatan persentase pada koagulan 1200 ppm sebesar 54,23 %. Hal tersebut terlihat bahwa penurunan yang dihasilkan tidak signifikan [11].

Gambar 4. Grafik Pengaruh Variasi Dosis PAC terhadap kadar Cr Sumber: Data Penelitian, 2023

Pada Gambar 4 terlihat pada saat menambahkan koagulan 300 ppm dan 1500 ppm mengalami peningkatan karena dari penambahan dosis PAC yang tinggi, maka semakin tinggi pula laju pemisahan kadar Cr. Peningkatan ini karena semakin banyak PAC yang ditambahkan maka semakin banyak juga flok yang terbentuk. Penambahan PAC 1500 ppm persentase kadar Cr turun kembali, dikarenakan koagulan yang berlebihan akan membuat koloid yang terbentuk tidak stabil lagi karena tidak ada ruang untuk membentuk penghubung partikel, yang berarti proses koagulasi dan flokulasi tidak berjalan sepenuhnya [12].

Hasil analisa kadar Cr yang didapatkan telah memenuhi standar yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 16 tahun 2019 [13]. Dalam hal ini, PAC efektif menurunkan kadar Cr. Penggunaan PAC harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam batas dosis yang tepat.

Sehingga, dalam penelitian ini dosis PAC optimum didapatkan sebesar 1200 ppm. Hal tersebut berkaitan persentase rejeksi penurunan kadar Cr yang didapatkan sebesar 54,23%.

3.7 Koefisien % Rejeksi Kadar Logam Cr Pada Limbah Sablon

Gambar 5. Grafik Pengaruh Tekanan Operasi Terhadap Rejeksi Kadar Cr Sumber: Data Penelitian, 2023

42 44 46 48 50 52 54 56

300 600 900 1200 1500

Logam Cr (mg/L)

Konsentrasi PAC (ppm)

50 52 54 56 58 60 62 64 66 68

0 10 20 30 40 50 60 70

0,2 0,4 0,6 0,8 1

fluks L/m2jam)

Rejeksi Logam Cr (%)

Tekanan (bar) rejeksi fluks

(6)

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, didapat grafik hubungan fluks air murni dengan persentase rejeksi kadar Cr terhadap pada laju alir operasi. Pada Gambar 5 angka persentase rejeksi kadar Cr terdapat pada laju alir 0,2 bar namun kemudian turun ketika tekanan mencapai satu bar. Seperti yang ditunjukkan, semakin tinggi tekanan, rejeksi akan menurun. Dalam situasi stres 0,2 bar persentase rejeksinya kadar Cr yaitu sebesar 68,14 %, kemudian pada tekanan 0,4 bar, performa membran dan persentase rejeksi menurun mencapai 63,98. Pada tekanan 0,6 bar, 0,8 bar, dan 1 bar masing-masing persen rejeksinya sebesar 58,26%, 42,58%, dan 38,41%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa membran selulosa asetat (CA) yang digunakan pada tekanan 0,2 bar penelitian ini merupakan kondisi operasi optimum.

Dari Gambar 5 dilihat bahwa rejeksi dan fluksnya berbanding terbalik. Pada grafik fluks semakin meningkat dengan tekanan yang lebih besar, menunjukkan adanya peningkatan ukuran pori-pori membran yang lebih besar. Ini sesuai dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat keporosan membran, maka nilai kecepatan permeabilitas (Fluks) juga meningkat. Peningkatan tekanan yang berlebihan bisa mengakibatkan perubahan bentuk atau pembesaran pori pada membran yang mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran [14]. Tetapi rejeksinya menurun dengan tekanan yang lebih besar. Hal ini disebabkan dengan tekanan yang lebih karena ukuran pori membran yang lebih besar, lebih banyak zat yang dapat melewati membran, akan tetapi permeat yang dihasilkan tidak cukup optimum. Penurunan koefisien rejeksi ini menunjukkan semakin perselektivitas dari membran tersebut [15].

4. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap limbah cair sablon yang dilewatkan melalui membran selulosa asetat (CA) mikrofiltrasi untuk melakukan pengolahan, dapat disimpulkan bahwa, kondisi optimum tekanan operasi penurunan parameter logam Cr, pada limbah cair sablon terdapat pada tekanan 0,2 bar. Pada kondisi optimum dengan menggunakan membran didapat rejeksi kadar logam Cr dengan rejeksi 68,14 %, telah memenuhi standar baku Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 16 tahun 2019. Konsentrasi koagulan PAC optimum adalah 1200 ppm dengan parameter logam Cr, pada limbah cair sablon telah memenuhi standar baku Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 16 tahun 2019.

5. Daftar Pustaka

[1] Adi Putra, T. S., Aryana, B. E., Mahayana, S., dan Bulda, I. M. ''Gambaran Pengelolaan Dan Pengolahan Limbah Cair Pada Industri Sablon Di Desa Pemogan Tahun 2020'' Doctoral Dissertation, Jurusan Kesehatan Lingkungan, 2020.

[2] Haryono, Haryono, Muhammad Faizal D, Christi Liamita N, dan Atiek Rostika. “Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi Dengan Metode Elektroflotasi. ” Educhemia Jurnal Kimia Dan Pendidikan 3,No. 1 hal : 94 January 30, 2018

[3] Wijayanti, A. Ratnaningsih, Hadisoebroto, Tazkiaturrizki, Kusumadewi dan Riana Ayu . ‘Pelatihan Pengolahan Air Limbah Industri Rumahan Sablon (Warna Dan B3) Di Kelurahan Krendang, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat’, Juara: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera, Pp. 100–108, 2020.

[4] Rully Nur Dewanti, Edi Supriyadi, Soleh Sofyan, Denok Sunarsi, Boy Andika Rachmansyah, dan Ahmad Yani. “Penyuluhan Dan Pelatihan Keterampilan Sablon Pigment Pasta Manual Di Karang Taruna 03 Desa Cisauk,” Jurnal PADMA: Pengabdian Dharma Masyarakat Vol 1, No 1, 2021:

PADMA

[5] M. D. Safaruddin, F. Wijayanti, dan A. Oktasari, "Analisis Kadar Logam Kromium (Cr) Pada Limbah Penyablonan Di Konveksi Sakinah Palembang," in Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan, vol. 5, 2021

[6] Tarigan, H.S., Pinem, J.A. dan Amri, I. ‘Teknologi Membran Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri’, Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia, Vol. 30 No 1 hal : 26-34, Juni 2021.

[7] Susilawati, Nesi, dan F. Andriyanie, “Pengaruh Waktu Kontak Dan Aktivasi Ampas Tebu Terhadap Kapasitas Adsorpsi Logam Cr Dan Mn,” Jurnal Riset Industri, vol. 2, no. 2, pp. 277-284, 2019 [8] Muthia Elma ‘Proses Pemisahan Menggunakan Teknologi Membran’. In Journal of Chemical

Information and Modeling, Vol. 53, Issue 9, 2017.

[9] Lindu, M. dan Puspitasari, T. ‘Sintesis Dan Karakterisasi Selulosa Asetat Dari Nata De Coco Sebagai Bahan Baku Membran Ultrafiltrasi’, Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian, Vol. 12, No. 3, hal : 153 - 158 Juni 2011

[10] Mulyati, S. ‘Kinerja Membran Mikrofiltrasi Dalam Mengurangi Bakteri Pada Proses Pemurnian Air’. Jurnal Purifikasi, Vol. 8, No. 1, hal: 49 - 54 Juni 2007

(7)

[11] Sinaga, M.P, Ady Frenly Simanullang, ‘Pengolahan Limbah Cair Industri Rumah Tangga Dengan Adsorpsi Dan Pretreatment Netralisasi Dan Kualulasi Di Sungai Pematang Siantar’, Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan, :126-137 Vol.4 (3), Desember 2022

[12] Ginting, S.S., Pinem, J.A. dan Irianty, R.S. ‘Pengaruh Kombinasi Proses Pretreatment (Koagulasi- Flokulasi) Dan Membran Reverse Osmosis Untuk Pengolahan Air Payau’, Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016

[13] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah

[14] Notodarmojo, S. And Deniva, A. ‘Penurunan Zat Organik Dan Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi Dengan Sistem Aliran Dead-End (Studi Kasus : Waduk Saguling, Padalarang)’, ITB Journal Of Sciences, 36(1), Pp. 63–82, 2004 Available At:

Https://Doi.Org/10.5614/Itbj.Sci.2004.36.1.5.

[15] Mirwan, A., Indriyani, V. dan Novianty, Y. ‘Pembuatan Membran Ultrafiltrasi Dari Polimer Selulosa Asetat Dengan Metode Inversi Fasa’, Konversi, Volume 6 No. 1, hal : , 12 – 17April 2017 Available online at http://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi DOI: 10.20527/k.v6i1.4778

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi hasil sintesis selulosa asetat dari limbah cair tahu, mengetahui pengaruh metode pendopingan dan pengaruh konsentrasi

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat, mengetahui cara memperoleh selulosa asetat dari limbah

Febriana.,D.R, 2012, Pembuatan dan Karakterisasi Membran Fotokatalitik Komposit Kitosan - Selulosa Diasetat - TiO2 untuk Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Congo Red,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat asimetrik membran dengan menggunakan polimer selulosa asetat, untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi zat

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pengolahan limbah cair pulp kakao melalui daur ulang limbah menjadi asam asetat pada proses asidogenesis secara anaerob

Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2009 ini ialah Perilaku Membran Komposit Nanopori Selulosa asetat-Polistirena (CA-PS) Akibat Pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat, mengetahui cara memperoleh selulosa asetat dari limbah

Pembuatan larutan dope dengan menambahkan zat aditif dengan komposisi yang berbeda, membran A selulosa asetat 18%, pelarut diklorometan 50%, dan zat aditif 10%, membran B selulosa