PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DARI
UNIT DEOILING PONDS MENGGUNAKAN MEMBRAN
MIKROFILTRASI
T E S I S
Oleh
FARIDA HANUM
057022002/TK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA
2
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DARI
UNIT DEOILING PONDS MENGGUNAKAN MEMBRAN
MIKROFILTRASI
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Kimia
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FARIDA HANUM
057022002/TK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DARI UNIT DEOILING PONDS
MENGGUNAKAN MEMBRAN MIKROFILTRASI
Nama Mahasiswa : Farida Hanum Nomor Pokok : 057022002 Program Studi : Teknik Kimia
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Tjahjono Herawan, M.Sc) Ketua
(Dr. Sutarman, M.Sc) (Dr.Ir. Irvan, MSi) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
4
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Telah diuji pada :
Tanggal 27 Januari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Tjahjono Herawan, MSc Anggota : 1. Dr. Sutarman, MSc
2. Dr. Ir. Irvan, MSi
ABSTRAK
Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) di Indonesia terus meningkat sehingga akan menambah jumlah limbah cair yang dihasilkan. Oleh karena itu dilakukan penelitian skala laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja proses mikrofiltrasi menggunakan bahan keramik dalam pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit deoiling ponds serta menyusun model yang sesuai untuk karakteristik proses mikrofiltrasi . Sedangkan manfaat penelitian adalah untuk memberikan alternatif pengolahan limbah cair yang lebih baik bagi pabrik kelapa sawit. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, pertama penentuan trans membrane pressure (TMP) optimum, kedua nilai TMP optimum tersebut digunakan untuk mengoperasikan membran untuk memperoleh permeat dengan kualitas analisis terbaik, ketiga proses pemekatan retentat untuk mengutip total padatan terlarut. Selanjutnya penelitian diakhiri dengan menyusun model untuk memperkirakan fluks permeat pada proses mikrofiltrasi dan model untuk memprediksi nilai COD permeat. Disamping itu juga dihitung konstanta pembentukan cake dan koefisien rejeksi. Hasil penelitian menunjukkan membran mikrofiltrasi dapat merejeksi COD dari limbah deoiling ponds sebesar 67,94 %, rejeksi total padatan (TS) sebesar 46,26 %, rejeksi total padatan melayang (TSS) sebesar 96 %, kenaikan pH dari 4,6-5,9.Model yang
diperoleh J=76,64 ∆P, sedangkan model untuk prediksi COD = -0,006t3+2,788t2
-392,3t+35847. Nilai konstanta pembentukan cake diperoleh 6.10-6 dan koefisien
rejeksi sebesar 47,19 %.
6
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
ABSTRACT
Crude palm oil (CPO) production would be increased in Indonesia, so it could create the amount of liquid waste. Therefore conducted by research in laboratory scale to know performance microfiltration ceramic membrane to process of liquid waste of oil palm factory from deoiling ponds and also compile the appropriate model for the characteristic of microfiltration processing. While research benefit the better liquid waste processing alternative for oil palm factory. Research done in three step, first determination of trans membrane pressure (TMP) optimum, second using the optimum TMP to operate membrane to get permeate with the best analysis quality, third condensed process of retentate to taking solid total. Research terminate by compiling model to estimate the flux permeate at microfiltration process and model for predicted assess the COD permeate. Beside that also calculated forming of cake constant and coefficient rejection. Result of research show the membrane microfiltration earn the rejection COD from waste of deoiling ponds equal to 67,94 %, total solid rejection equal 46,26 %, total suspended solid rejection equal 96 %,
increase pH from 4,6-5,9. Model obtained by J=76,64 ∆P, while model to predicted
COD=-0,006t3+2,788t2-392,3t+35847. Value of forming cake constant by 6.10-6 and
rejection coefficient equal 47,19 %.
KATA PENGANTAR
Segala puji berhak disampaikan kepada Allah SWT seiring dengan ucapan
Alhamdulillahi Rabbil’alamin atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Tesis ini berjudul “ Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari
Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi”. Tesis ini disusun setelah
melalui tahapan penelitian yang dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas
segala bantuan dan fasilitas yang telah diterima. Penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi kepada dosen pembimbing Dr.Ir. Tjahjono Herawan,
MSc ; Dr. Sutarman, MSc ; Dr. Ir. Irvan, MSi atas bantuan, bimbingan, curahan ilmu,
serta asih dan asuh yang telah diberikan dari penelitian sampai penyusunan tesis.
Pada kesempatan ini disampaikan pula ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara atas kesempatan untuk mengikuti Pendidikan Program
Magister
2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
USU atas kesempatan menjadi mahasiswa Magister Teknik Kimia USU
3. Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia selaku Ketua Program Studi Magister Teknik
Kimia SPs USU sekaligus sebagai tim pembanding tesis
4. Dr. Halimatuddahliana, ST, MSc selaku sekretaris Program Studi Magister
Teknik Kimia SPs USU sekaligus sebagai tim pembanding tesis
5. Zuhrina Masyithah, ST, MSc dan Mersi Suriani Sinaga, ST, MT selaku tim
pembanding tesis
6. Kedua Orang tua, Muchtar Ibrahim dan Dra. Nurhafifah, serta abangandaku
8
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
7. Suamiku tercinta Suwandi serta anak-anakku tersayang Zulfikri Anwar dan
Rafie Maulana
8. Staf pengajar Magister Teknik Kimia USU
9. Staf pengajar Departemen Teknik Kimia USU
10.Pegawai administrasi Magister Teknik Kimia USU
11.Para Peneliti di PPKS beserta para teknisinya
12.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Teknik Kimia USU
Akhir kata saya memohon kritik dan saran untuk perkembangan penelitian
selanjutnya.
Medan, Januari 2009
RIWAYAT HIDUP
Nama : Farida Hanum
Tempat/Tgl lahir : Banda Aceh/ 10 Juni 1978
Agama : Islam
Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen Teknik Kimia USU (thn
2001-sekarang)
Pendidikan : 1. SDN 060814 Medan (thn 1984-1990)
2. MTsN Medan (thn 1990-1993)
3. MAN 1 Medan (thn 1993-1996)
4. Program Studi Teknik Kimia USU (thn 1996-2001)
Status Keluarga : Menikah
Nama suami : Suwandi
Nama anak : 1. Zulfikri Anwar
10
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
TATA NAMA ... xii
I.PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 9
2.2. Proses Pemisahan Dengan Membran ... 14
2.2.1. Proses Perpindahan Pada Membran ... 15
2.2.2. Proses Pembuatan Membran ... 19
2.2.3. Aplikasi Industri dari Membran ... 23
2.3. Proses Mikrofiltrasi ... 25
2.4. Pola Aliran Dalam Membran ... 29
2.5. Penyusunan Model ... 33
2.5.1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat ... 33
2.5.2. Model Untuk memperkirakan Rejeksi COD Limbah ... 37
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 39
3.1. Lokasi dan Waktu ... 39
3.2. Bahan dan Metoda ... 39
3.2.1. Bahan dan Alat ... 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1. Karakterisasi Membran ... 49
4.2.Pengolahan Limbah Dari Unit Deoiling Ponds ... 51
4.2.1. Hubungan Antara Fluks Permeat Dengan Beda Tekanan (TMP) ... 51
4.2.2. Rejeksi COD Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ... 53
4.2.3. Rejeksi Total Solid (TS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ... 55
4.2.4. Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ... 57
4.2.5. Kenaikan pH ... 59
4.2.6. Profil Penentuan VCR (Volume Concentration Ratio) ... 60
4.3. Penyusunan Model Untuk Proses Mikrofiltrasi ... 62
4.3.1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat ……… 62
4.3.2. Model untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah ... 69
4.4. Menghitung Konstanta Pembentukan Cake ... 70
4.5. Menghitung Selektifitas Membran ... 72
V. PENUTUP ... 74
5.1. Kesimpulan ... 74
5.2. Saran ... 76
12
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Komposisi Limbah Awal ………... 12
2. Komposisi Zat Nutrien Serat Buah, Padatan Terlarut/Tersuspensi, Daun Pelepah, Bungkil Inti Sawit, dan Dedak Padi ………. 13
3. Klasifikasi Proses Pemisahan Dengan Membran Berdasarkan Gaya Dorongnya ... 17
4. Porositas dan Distribusi Ukuran Pori Membran ... 19
5. Karakteristik Beberapa Modul Membran ... 22
6. Aplikasi Industri Dari Membran ... 24
7. Aplikasi Industri Membran Mikrofiltrasi ... 25
8. Karakteristik Membran yang Digunakan ... 50
9. Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 1... 64
10. Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 2 (menggunakan faktor koreksi 0,9) ... 66
11. Perbandingan Data Hasil Percobaan Dengan Model 3 ... 67
12. Data Koefisien Rejeksi Membran ... 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Skema Proses Pemisahan Dengan Membran ... 16
2. Beberapa Jenis Modul Membran ... 21
3. Modul Membran Mikrofiltrasi Keramik dan Housingnya ... 27
4. Bentuk Geometri Pori Membran Mikrofiltrasi ... 28
5. Ukuran Pori Membran Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, dan Reverse Osmosis ... 29
6. Pola Aliran Dalam Membran ... 30
7. Model Hubungan Fluks Terhadap Waktu ... 31
8. Hubungan Antara Fluks Dengan ∆P Pada Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi . 35 9. Skema Proses Aliran Fluida Melalui Pori Membran ... 36
10. Rangkaian Peralatan Membran Mikrofiltrasi Keramik ... 40
11 Membran Mikrofiltrasi Keramik ... ... 41
12. Hubungan Antara Fluks Permeat Dengan Beda Tekanan ... ... 52
13. Rejeksi COD Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ... 54
14. Rejeksi Total Solid (TS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ... 56
15. Rejeksi Total Suspended Solid (TSS) Terhadap Waktu Operasi Pada TMP 0,6 Bar ... 57
14
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
17. Hubungan VCR Dengan TS ... 61
18. Perbandingan Data Hasil Penelitian Dengan Model 1... ... 65
19. Perbandingan Model 1 dan 2 Dengan Variasi TMP ... 68
20. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Spesifikasi Peralatan Membran Mikrofiltrasi Keramik ... 80
2. Data Hasil Penelitian ... 84
3. Perhitungan Nilai Residu ... 90
4. Prosedur Percobaan ... 114
16
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
TATA NAMA
J fluks permeat, L/m2jam atau LMH
r Jari-jari saluran atau pori, m
∆P Beda tekanan (trans membrane pressure), bar
Viskositas cairan, PaS
Tortuosity
∆X Tebal membrane, m
Porositas permukaan membrane
k Konstanta pembentukan cake
t Waktu, jam dan menit
R Koefisien rejeksi
Cp Konsentrasi zat terlarut dalam permeat, mg/l
Cf Konsentarsi zat terlarut dalam umpan, mg/l
dp Diameter pori rata-rata
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) merupakan komoditas andalan
penghasil devisa bagi Indonesia dari sektor industri agro. Indonesia memegang
peranan penting dalam penguasaan pasar CPO dunia dimana sekitar 80 % minyak
kelapa sawit yang beredar di pasaran dunia dihasilkan oleh Indonesia dan Malaysia.
Selain itu dinyatakan juga bahwa kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional
mencapai 6 % sehingga membuat komoditas ini menjadi nomor satu dari produksi
Indonesia. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah menjadi minyak makan terbesar di
dunia. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 % dari total konsumsi minyak
makan dunia. Pasokan CPO untuk produksi dalam negeri juga meningkat menjadi
12,8 juta ton pada tahun 2005, bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang hanya
mencapai 12,5 juta ton. Diperkirakan pada tahun 2010 perkebunan kelapa sawit dapat
menyerap hingga 500 ribu tenaga kerja dan menghasilkan 2,7 juta TBS (tandan buah
segar) per tahun dan dipekirakan Indonesia akan menjadi produsen minyak sawit
terbesar di dunia (Ditjenbun, 2006). Hal ini dimungkinkan karena ketersediaaan lahan
18
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
perkembangan dan persyaratan perdagangan Internasional perlu diantisipasi
(Ditjenbun, 2006).
Dengan bertambahnya produksi CPO berarti akan semakin bertambah pula
jumlah limbah yang dihasilkan. Baik limbah cair, limbah padat, maupun gas. Limbah
yang dihasilkan PKS termasuk kategori limbah berat dengan kuantitas yang tinggi
dan kandungan kontaminan mencapai hingga 20.000-60.000 mg/l untuk BOD
(biochemical oxygen demand) dan 40.000-120.000 mg/l untuk COD (chemical
oxygen demand). Kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5%, serta sisa minyak
dan lemak emulsi 0,5 -1% (Buku panduan Teknologi Pengendalian Dampak
Lingkungan Industri Minyak Kelapa Sawit Di Indonesia). Limbah terutama
dihasilkan dari tahap perebusan, pengendapan, dekantasi, dan sentrifugasi yang
dilakukan selama proses klarifikasi CPO. Kapasitas limbah cair menurut pusat
penelitian kelapa sawit (1992-1993) berkisar 1-1,3 m3/ton tandan buah segar atau 2-3
ton limbah cair /ton minyak.
Pengolahan limbah cair industri kelapa sawit yang ada saat ini di Indonesia
umumnya menggunakan unit pengumpul (fatpit) biasanya berupa parit yang
kemudian dialirkan ke deoiling ponds (kolam pengutipan minyak) untuk diambil
minyaknya serta diturunkan suhunya, setelah itu dialirkan ke kolam anaerobik atau
aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombakan BOD dan menetralisir
menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun
pengolahan dengan sistem kolam mempunyai banyak kelemahan, antara lain :
1. Lahan yang diperlukan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha
untuk pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar
(TBS)/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah
dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk
kebun kelapa sawit.
2. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya 60 – 70%.
3. Sering mengalami pendangkalan sehingga masa retensi menjadi lebih singkat
dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai.
4. Sistem dengan kolam tertutup pada temperatur ambient yang tinggi
menghasilkan produksi gas metana dan karbondioksida yang tidak terkendali,
yang mana keduanya merupakan gas rumah kaca.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah kendala teknologi dimana
pengolahan limbah yang ada saat ini sulit untuk menghasilkan keluaran yang
mengarah pada PKS yang bebas limbah (Penelitian Kelapa Sawit, 2005,
ekonomis karena setelah diolah limbah langsung dibuang ke badan air.
Adapun alternatif yang dipilih untuk menjawab kedua permasalahan tersebut
20
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
menggunakan teknologi membran mikrofiltrasi berbahan keramik yang memiliki
ukuran pori 0,2 µm sehingga mudah diaplikasikan untuk limbah dengan kandungan
kontaminan yang tinggi seperti limbah cair PKS. Sedangkan dasar pemilihan material
keramik adalah agar mudah dalam pengoperasian dan pencucian (backwash) karena
material ini bertekstur licin sehingga partikel yang menempel padanya mudah
dibersihkan sehingga tidak merusak tekstur dari membran. Disamping itu pengolahan
limbah cair dengan teknologi membran tidak menggunakan energi yang besar dan
tidak membutuhkan lahan yang luas seperti pengolahan limbah cair PKS secara
konvensional yang menggunakan kolam. Keunggulan lainnya hasil pengolahannya
dapat digunakan kembali yaitu produk utama (permeat) dapat diolah lebih lanjut
menjadi air proses serta hasil samping (retentat) digunakan untuk pakan ternak. Jadi
tidak hanya mengolah limbah cair untuk dibuang ke badan air saja seperti pengolahan
limbah cair secara konvensional, tapi hasil pengolahan tersebut dapat direuse
(digunakan kembali) sehingga mempunyai nilai ekonomis.
Pengolahan limbah cair PKS menggunakan membran mikrofiltrasi belum
pernah dilakukan sebelumnya. Biasanya membran mikrofiltrasi digunakan untuk
mengolah limbah cair tekstil yang dilakukan oleh Fitrijani anggraini tahun 1999, serta
untuk pengolahan limbah pulp yang dilakukan oleh Natalia soeseno dkk tahun 2001.
Dalam penelitian ini dipilih membran mikrofiltrasi karena limbah cair PKS termasuk
limbah dengan kategori heavy phase yang masih banyak mengandung lumpur (cake),
kategori light phase seperti limbah cair industri tekstil, limbah cair emulsi minyak,
limbah cair ekstraksi metanol, dan penurunan zat organik dan kekeruhan pada air
sungai dan waduk. Sedangkan proses reverse osmosis biasanya digunakan untuk
desalinasi air laut.
Setelah melihat beberapa aspek tersebut peneliti mencoba untuk mengolah
limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit deoiling ponds dengan menggunakan
membran mikrofiltrasi, dimana permeat diproses lebih lanjut dengan water treatment
menjadi air proses, sedangkan retentat digunakan untuk pakan ternak. Sebelum
dioperasikan limbah dipre-filter (penyaringan awal) dengan menggunakan kain kasa
yang berukuran mesh 200 atau 75-100 m. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban
membran, meningkatkan fluks dan diharapkan dapat memperpanjang waktu operasi
(runnimg time) dari membran.
1.2. Perumusan Masalah
Pengolahan limbah cair PKS secara konvensional memiliki banyak
kekurangan, sehingga peneliti mencoba untuk mengolah limbah cair PKS dari unit
deoiling ponds menggunakan proses mikrofiltrasi dengan membran berukuran 0,2
m. Untuk itu perlu dicari kondisi operasi membran mikrofiltrasi yang optimum, lalu
22
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui unjuk kerja proses mikrofiltrasi menggunakan bahan keramik
dalam pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit deoiling
ponds.
2. Menyusun model yang sesuai untuk karakteristik proses mikrofiltrasi,
kemudian membandingkan hasil yang diperoleh dari penelitian dengan
model yang disusun.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah cair pabrik kelapa sawit
menjadi air proses yang selama ini terbuang begitu saja, sehingga akan
mengurangi pemakaian air tanah atau air sungai dan juga pemanfaatan
padatan terlarut untuk pakan ternak
1.5. Lingkup Penelitian
Setiap memulai percobaan terlebih dahulu dilakukan pre-filter dengan
menggunakan kain kassa berukuran mesh 200 atau 75-100 m terhadap limbah
deoiling ponds. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
1. Penentuan Trans Membrane Pressure (TMP) yang memberikan fluks
maksimum
2. Nilai TMP tersebut digunakan dalam mengoperasikan membran untuk
memperoleh permeat (produk) dengan kualitas terbaik.
3. Penelitian selanjutnya pemekatkan retentat (hasil samping) dengan berbagai
perbandingan volume (Volume Concentration Ratio, VCR). Pemekatan ini
bertujuan mengutip seluruh solid atau padatan terlarut untuk pakan ternak.
Penelitian diakhiri dengan menyusun model untuk :
A. memperkirakan harga fluks permeat pada proses mikrofiltrasi
B. memperkirakan rejeksi COD terhadap waktu
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk :
1) menghitung konstanta pembentukan cake (k)
2) menghitung koefisien rejeksi (R)
24
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Fluks (liter/m2jam atau LMH)
Variabel bebas :
1. Waktu (menit)
Penentuan TMP optimum = 10; 20; 30; 40; 50; 60; 70; 80; 90; 100; 110; 120
(menit)
Penentuan fluks optimum dengan parameter analisis = 20; 40; 60; 80; 100; 120;
140; 160; 180; 200; 220; 240 (menit)
2. TMP (Trans Membrane Pressure) = 0,2 ; 0,4; 0,6 ; 0,8 bar
3. VCR (Volume Concentration Ratio) = 2; 3; 4; 5; 6
Analisis yang dilakukan adalah :
A. Analisis COD (Chemical Oxygen Demand)
B. Analisis TS (Total Solid )
C. Analisis TSS (Total Suspended Solid)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) dihasilkan dari 3 tahap proses, yaitu :
1. Proses sterilisasi (pengukusan) untuk mempermudah perontokan buah dari
tandannya, mengurangi kadar air, dan untuk inaktifasi enzim lipase dan oksidase.
2. Proses ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak daging buah dari bagian
lainnya.
3. Proses pemurnian (klarifikasi) untuk membersihkan minyak dari kotoran lain
(Buku panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Minyak
Kelapa Sawit Di Indonesia, 2001).
Sedangkan teknik pengolahan limbah cair yang biasanya diterapkan di PKS
adalah :
1. Kolam pengumpul (fatfit)
Kolam ini berguna untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung
minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi.
2. Kemudian dimasukkan ke unit deoiling ponds untuk dikutip minyaknya dan
diturunkan suhunya dari 70 – 80 0C menjadi 40-45 0C melalui menara atau
26
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
3. Kolam Pengasaman
Pada proses ini digunakan mikroba untuk menetralisir keasaman cairan
limbah. Pengasaman bertujuan agar limbah cair yang mengandung bahan
organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik.
Limbah cair dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya kenaikan
konsentrasi asam-asam yang mudah menguap. Waktu penahanan hidrolisis
(WPH) limbah cair dalam kolam pengasaman ini selama 5 hari. Kemudian
sebelum diolah di unit pengolahan limbah kolam anaerobik, limbah
dinetralkan terlebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor hingga
mencapai pH antara 7,0-7,5.
4. Kolam Anaerobik Primer
Pada proses ini memanfaatkan mikroba dalam suasana anaerobik atau aerobik
untuk merombak BOD dan biodegradasi bahan organik menjadi senyawa
asam dan gas. WPH dalam kolam ini mencapai 40 hari.
5. Kolam Anaerobik Sekunder
Adapun WPH limbah dalam kolam ini mencapai 20 hari. Kebutuhan lahan
untuk kolam anaerobik primer dan sekunder mencapai 7 hektar untuk PKS
dengan kapasitas 30 ton TBS/jam.
Kolam pengendapan ini bertujuan untuk mengendapkan lumpur-lumpur yang
terdapat dalam limbah cair. WPH limbah dalam kolam ini berkisar 2 hari.
Biasanya ini merupakan pengolahan terakhir sebelum limbah dialirkan ke
badan air dan diharapkan pada kolam ini limbah sudah memenuhi standar
baku mutu air sungai (Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit,
2006).
Dari uraian di atas terlihat bahwa pengolahan limbah cair PKS konvensional
memiliki banyak kekurangan diantaranya kebutuhan lahan yang sangat luas dan WPH
yang berkisar 67 hari. Oleh karena itu dikembangkan pengolahan limbah cair PKS
dengan sistem reaktor atau tangki yang dikenal dengan reaktor anaerobik unggun
tetap (RANUT) . Teknik pengohan limbah cair dengan sistem RANUT ini adalah
salah satu sistem pengolahan limbah yang dilakukan secara anaerobik dengan
kecepatan tinggi dan masa retensi relatif singkat. Prinsip kerjanya adalah degradasi
bahan organik oleh bakteri secara anaerobik. Metode yang diterapkan adalah sistem
tangki biofilter kecepatan tinggi (Highrate Biofilter Tank). WPH dalam RANUT
adalah 10 hari dan perombakan COD sebesar 80,8 %. Jika dibandingkan dengan
sistem kolam konvensional, RANUT dapat mengurangi WPH dari 50 hari menjadi 10
hari atau sebesar 80 % dan mengurangi kebutuhan lahan untuk kolam anaerobik
28
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Selain itu ada alternatif lain untuk pengolahan limbah cair PKS yaitu dengan
proses membran. Membran yang biasa dipakai untuk pengolahan limbah cair adalah
membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, dan reverse osmosis. Namun untuk kategori
heavy phase lebih baik digunakan membran mikrofiltrasi.
Komposisi limbah awal yang digunakan sebagai umpan pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Komposisi Limbah Awal
Sumber Limbah COD (mg/l) TS (mg/l) TSS (mg/l) pH
Deoiling Ponds 39.117 21.960 875 4,6
Data yang terdapat dalam Tabel 1 merupakan hasil analisis yang dilakukan
terhadap limbah segar. Dari Tabel terlihat bahwa limbah deoiling ponds kadar
kontaminannya masih sangat tinggi, hal ini disebabkan karena limbah deoiling ponds
merupakan limbah cair yang belum diolah hanya kadar minyaknya sudah berkisar 1
% serta penurunan suhu dari 65 0C menjadi 30 0C. Daya saing suatu industri tidak
hanya ditentukan oleh jumlah, kualitas, dan harga produk yang dihasilkan, tetapi
juga ditentukan oleh proses produksi yang digunakan terutama untuk produk
berorientasi ekspor. Beranjak dari permasalahan yang dijumpai di lapangan, solusi
terpadu program zero waste effluent dan integrasi kebun-ternak dalam PKS
merupakan alternatif yang sangat atraktif untuk menyelesaikan persoalan limbah
semua hasil samping dan limbah yang dihasilkan agar dapat meningkatkan nilai
ekonomis dan menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan integrasi kebun-ternak
dapat diterapkan dengan mengolah limbah PKS berupa serat buah sawit, padatan
terlarut/tersuspensi, dan bungkil inti sawit menjadi pakan ternak.
Tabel 2. Komposisi Zat Nutrien Serat Buah, Padatan Terlarut/Tersuspensi, Daun Pelepah, Bungkil Inti Sawit, dan Dedak Padi
Zat nutrien (%)
Serat buah sawit
padatan terlarut
Bungkil inti sawit
Daun pelepah sawit
Dedak padi
Bahan kering 91,69 94,00 91,11 86,2 87,70
Protein 5,90 13,25 15,40 5,8 13,00
Lemak 5,20 13,00 7,71 5,8 8,64
Serat 40,80 16,00 10,50 48,6 13,90
Calcium 0,54 0,30 0,30 0,32 0,09
Phosphor 0,13 0,19 0,19 0,27 1,39
Energi
(kkal/kg)
1776 2840 2810 2412 2670
Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas
30
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Padatan terlarut/tersuspensi adalah larutan terbuang yang dihasilkan selama
proses pemerasan dan ekstraksi minyak. Bahan ini merupakan emulsi yang
mengandung sekitar 4-5% padatan, 0,5-1% sisa minyak, dan sekitar 94% air. Di PKS
larutan ini langsung dialirkan ke kolam pengumpul (fatfit) untuk diproses lebih lanjut.
Padatan terlarut/tersuspensi dapat digunakan sebagai pengganti dedak padi sampai
100% pada sapi perah. Pemberiannya dalam bentuk kering. Pengeringannya
dilakukan menggunakan sludge dryer yang juga terdapat di pabrik pengolahan kelapa
sawit (Hasnudi, 2005).
2.2. Proses Pemisahan Dengan Membran
Teknologi membran telah tumbuh dan berkembang secara dinamis sejak
pertama kali dikomersilkan oleh Sartorius-Werke di Jerman pada tahun 1927,
khususnya untuk membran mikrofiltrasi. Pengembangan dan aplikasi teknologi ini
semakin beragam dan penemuan-penemuan baru pun semakin banyak dipublikasikan.
Teknologi membran pada akhirnya menjadi salah satu teknologi alternatif yang
paling kompetitif saat ini akibat adanya permintaan yang sangat besar terutama untuk
aplikasi proses desalinasi.
Saat ini teknologi pemisahan menggunakan membran sedang menjadi topik
menarik baik kalangan industri maupun di lembaga riset dan pengembangan.
Teknologi ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu polimer dan penemuan
berlangsung cepat dimulai ketika beberapa ilmuwan dan insinyur kimia menemukan
kemungkinan penggunaan reverse osmosis (RO) untuk proses desalinasi air laut dan
air payau dengan tujuan hemat energi. Program ini meraih sukses dan diikuti sukses
lain ketika proses ini juga berhasil diaplikasikan untuk proses pemisahan dengan
skala yang lebih besar yaitu untuk pengolahan limbah cair industri (Cheryan, 1986).
Teknologi pemisahan menggunakan membran memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan proses pemisahan konvensional lain seperti distilasi dan
evaporasi. Keunggulan yang dimilikinya antara lain :
1. Pemisahan berdasarkan ukuran molekul, sehingga pemisahan dapat beroperasi
pada temperatur rendah (temperatur ambient). Hal ini dapat menghindari
kerusakan zat pelarut maupun partikel terlarut yang sensitif terhadap panas.
2. Pemakaian energi yang relatif lebih rendah, karena biasanya pemisahan
menggunakan membran tidak melibatkan perubahan fasa. Meskipun terjadi
perubahan fasa seperti pada distilasi membran, namun temperatur yang
dibutuhkan jauh lebih rendah daipada titik didih larutan yang akan dipisahkan.
3. Tidak menggunakan zat bantu kimia dan tidak ada tambahan produk buangan.
4. Bersifat modular, artinya di scale-up dengan memperbanyak unitnya.
5. Dapat digabungkan dengan jenis operasi lainnya (Wenten, 2001).
32
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Mulder (1996) mendefinisikan membran sebagai penghalang atau pembatas
selektif yang diletakkan diantara dua fasa. Membran memiliki kemampuan untuk
melewatkan suatu komponen dengan mudah dan cepat daripada komponen lain. Hal
ini disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisik atau kimia diantara komponen yang
tertahan (retentat) dengan komponen yang berpermeasi (permeat). Perpindahan
melalui membran dapat berlangsung apabila ada gaya dorong (driving force) yang
bekerja pada komponen yang berada di fasa 1. Driving force bisa dalam bentuk beda
tekanan (∆P), beda konsentrasi (∆C), beda temperatur (∆T), ataupun beda potensial
listrik (∆E). Menurut Nakao (1994) adanya gaya dorong yang menyebabkan suatu
komponen berpindah dari fasa 1 ke fasa 2. Pada fasa 1 masih banyak terdapat
partikel-partikel yang kemudian padanya diberikan gaya dorong sehingga partikel
yang memiliki ukuran molekul yang lebih kecil dari ukuran pori membran akan
masuk dan melewati pori membran, sedangkan partikel dengan ukuran molekul yang
lebih besar akan tertahan dan menempel di permukaan pori membran.
Skematik proses pemisahan dengan membran terlihat pada Gambar 1 di
Gambar 1. Skema Proses Pemisahan Dengan Membran
Proses pemisahan dengan membran berdasarkan gaya dorongnya dibagi
dalam tiga kelas utama, yaitu : kelas pertama terdiri dari mikrofiltrasi (MF) ,
ultrafiltrasi (UF), dan reverse osmosis (RO) dengan beda tekanan (∆P) atau yang
lebih dikenal dengan TMP (trans membrane pressure) sebagai gaya dorongnya. Kelas
kedua adalah dialisis dengan beda konsentrasi (∆C )sebagai gaya dorong. Kelas
terakhir adalah elektrodialisis dengan gaya dorong adalah beda potensial listrik (∆E).
Mulder (1996) menambahkan perbedaan temperatur sebagai kelas keempat.
Klasifikasi proses pemisahan dengan membran berdasarkan gaya dorongnya dapat
[image:33.612.221.440.112.272.2]dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Klasifikasi Proses Pemisahan Dengan Membran Berdasarkan Gaya Dorongnya
Beda Tekanan Beda Konsentrasi Beda Potensial Listrik
Beda
Temperatur
34
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Mikrofiltrasi Pervaporasi Elektrodialisis Termo-osmosis
Ultrafiltrasi Pemisahan Gas Elektro-osmosis Distilasi
Membran
Nanofiltrasi Difusi Dialisis Membran
Elektrolisis
--
Reversa
Osmosis
Perpindahan melalui
media pembawa
-- --
Piezodialisis -- -- --
Sumber : Mulder (1996)
Proses membran dengan driving force berdasarkan beda tekanan dapat
digunakan untuk memekatkan atau memurnikan suatu larutan. Ukuran partikel dan
besaran kimia dari zat yang terlarut menentukan struktur (ukuran pori dan distribusi
pori) dari membran yang digunakan. Perbandingan dari beberapa proses dengan
driving force berdasarkan beda tekanan adalah sebagai berikut :
1. Mikrofiltrasi : digunakan untuk pemisahan partikel (bakteri, jamur), tekanan
osmotik dapat diabaikan, tekanan rendah (< 2 bar), membran yang digunakan
mempunyai struktur simetrik, ketebalan lapisan pemisah 10 – 150 m, proses
pemisahan berdasarkan ukuran partikel.
2. Ultrafiltrasi : digunakan untuk pemisahan makromolekul (protein), tekanan
digunakan berstruktur asimetrik, ketebalan lapisan membran 0,1 – 10 m, proses
pemisahan didasarkan pada perbedaan solubilitas dan difusifitas.
3. Nanofiltrasi : digunakan untuk pemisahan zat terlarut dengan berat molekul
rendah (garam, glukosa, laktosa), tekanan osmotik tinggi (5-25 bar), tekanan
operasi tinggi (10-60 bar), membran yang digunakan berstruktur asimetrik,
ketebalan lapisan pemisah 0,1 – 1,0 m, proses pemisahan didasarkan perbedaan
solubilitas dan difusifitas.
2.2.2. Proses Pembuatan Membran
Membran dapat dibuat dari sejumlah besar material yang berbeda-beda dan
dengan bermacam-macam teknik pembuatan antara lain sintering, track etching,
stretching, dan inversi fasa. Membran mikrofiltrasi dapat dibuat dari berbagai macam
material baik organik maupun anorganik Hal ini memungkinkan untuk membuat
membran dengan konfigurasi dan ukuran seperti yang diinginkan. Membran
mikrofiltrasi yang digunakan pada penelitian ini dibuat dengan cara sintering. Pada
proses sintering ini material ditekan dan dipanaskan hingga melewati titik didihnya.
Tabel 4 berikut ini akan menyajikan pengaruh metoda preparasi terhadap
[image:35.612.151.456.286.410.2]porositas dan distribusi ukuran pori.
36
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Proses Porositas Distribusi ukuran
pori
Sintering Rendah/sedang Sempit/luas
Streatching Sedang/tinggi Sempit/luas
Track etching Rendah Sempit
Inversi fasa tinggi Sempit/luas
Sumber : Wenten (2001)
Saat ini terdapat sejumlah rancangan modul yang semuanya didasarkan oleh
dua tipe konfigurasi membran, yaitu konfigurasi datar (flat) dan tubular. Membran
datar merupakan konfigurasi pertama yang ada dipasaran umumnya digunakan pada
modul plate and frame dan modul spiral wound, sedangkan membran tubular
digunakan pada modul shell and tube.. Berdasarkan ukuran diameter tubular
membran yang dipakai, modul shell and tube digolongkan atas tiga modul yaitu
modul tubular dengan ukuran tubular lebih besar dari 10 mm, modul kapiler yang
berukuran antara 0,5 hingga 10 mm, dan modul hollow fiber yang berukuran lebih
kecil dari 0,5 mm (Mulder 1996).
Konfigurasi spiral wound merupakan salah satu rancangan yang menghasilkan
modul yang kompak. Modul ini terdiri atas dua lembaran membran datar yang
dipisahkan oleh penyangga berpori yang direkatkan diantara kedua lembaran tersebut.
perekat yang tahan terhadap tekanan tinggi ke dinding pipa berlekuk yang berfungsi
untuk mengumpulkan permeat. Kemudian pipa ini dibungkus dengan gabungan
ketiga lembaran tersebut sehingga berada tepat di tengah-tengah bungkusan
membran. Umpan mengalir secara aksial (paralel sepanjang pipa tengah) melalui
modul, sedangkan permeat mengalir secara radial menuju pipa tengah. Modul spiral
wound biasanya diterapkan pada proses desalinasi air payau dan air laut untuk
dijadikan sebagai air minum dan air industri. Dibandingkan dengan bentuk modul
lainnya, membran hollow fiber merupakan rancangan modul membran yang relatif
lebih baru. Membran ini mempunyai kisaran diameter tubular 0,19-1,25 mm dan
ketebalan sekitar 200 mikron. Setiap modul biasanya berisi 50-3.000 buah hollow
fiber, tergantung pada diameter hollow fiber dan shell. Sedangkan pada penelitian ini
digunakan membran modul tubular, karena menghasilkan fluks permeat yang tinggi
dan sangat baik untuk menahan padatan. Membran mikrofiltrasi keramik secara
umum dipabrikasi dalam bentuk tubular.
Gambar 2 berikut ini menampilkan beberapa modul membran yang sering
[image:37.612.114.537.555.683.2]a. Modul plate and frame b. Modul hollow fiber
c. Modul spiral wound
[image:38.612.114.534.138.350.2]Sumber :. Proses perpindahan pada membran, I Gede Wenten, 2007)
Gambar 2. Beberapa Jenis Modul Membran
Pemilihan konfigurasi membran dan penyusunan modul di dalam sistem
biasanya didasarkan pada pertimbangan ekonomi agar biaya yang dikeluarkan sekecil
mungkin. Untuk mendukung hal tersebut, beberapa aspek mestinya turut juga
dipertimbangkan, seperti tipe pemisahan yang akan dilakukan, kemudahan
operasional, kekompakan sistem, kemungkinan scale-up, penggantian membran,
kemudahan pembersihan serta pemeliharaan membran. Rincian karakteristik
beberapa modul membran diperlihatkan pada Tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Karakteristik Beberapa Modul Membran
Karakteristik Plat and Frame
Spiral Wound
[image:38.612.116.559.637.694.2]Densitas Packing
(m2/m3)
Sedang
(200-400)
Sedang
(300-900)
Rendah
(<300)
Agak Tinggi
(600-1200)
Tinggi
(9000-30.000)
Kemampuan
menahan padatan
tersuspensi
Sedang Jelek Baik Baik Baik
Pembersihan Mudah Mudah Mudah Sedang Sukar
Instalasi Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah
Scale up Agak sukar Mudah Sukar Sukar Mudah
Fluks Permeat Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah
Sumber : Wenten (2001)
Adapun membran yang digunakan pada penelitian ini memiliki modul tubular.
Modul tubular ini memiliki beberapa keunggulan yang antara lain : mudah dalam
pembersihan atau backwash, bekerja efektif dalam penahanan padatan, dan memiliki
fluks permeat yang tinggi.
2.2.3. Aplikasi Industri Dari Membran
Aplikasi industri dari membran terus berkembang dengan pesat. Namun yang
masih menjadi primadona adalah pengolahan air minum dengan reverse osmosis.
Teknologi membran banyak dipilih karena tidak menggunakan proses kimia sehingga
40
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
energi yang relatif lebih rendah jika dibandingkan teknik pemisahan lainnya, serta
[image:40.612.160.457.253.439.2]biaya maintenance peralatan lebih murah.
Tabel 6 menampilkan berbagai aplikasi industri dari proses membran.
Tabel 6. Aplikasi Industri Dari Membran
1.Reverse Osmosis - Desalinasi air laut
- Pengolahan air permukaan dan air tanah
- Pemisahan alkohol dari bir dan anggur
2. Dialisis - Pemisahan nikel sulfat dari asam sulfat
3. Elektrodialisis - Produksi garam meja dari air laut
- Pengolahan air buangan dari proses elektroplating
-Produksi air ultra-murni untuk industri semikonduktor
- Pengolahan Limbah Cair
5. UF -Pemisahan warna dari lindi hitam (kraft) pada pembuatan kertas
-Pemulihan vaksin dari antibiotik dari kaldu fermentasi
6. Gas permeation -Pemisahan CO2 atau H2 dari metana dan hidrokarbon
- Pemilihan metan dari biogas
7. Pervaporation - Dehidrasi sistem azeotrop ethanol-air - Pemisahan zat-zat organik dari air
8.Distilasi Membran
-Desalinasi air payau dan air laut
-Pemekatan larutan elektrolit (NaCl) dan larutan non
elektrolit (glukosa)
-Pemekatan darah manusia
-Pemekatan sari buah
Sumber : Mulder (1996)
2.3. Proses Mikrofiltrasi
Proses mikrofiltrasi merupakan salah satu proses berbasis membran yang
berkembang sangat pesat di awal perkembangan teknologi membran. Pertumbuhan
dan perkembangannya pada tahun-tahun terakhir hanya mampu disaingi oleh reverse
osmosis, akibat adanya permintaan yang sangat besar terutama untuk aplikasi proses
desalinasi. Secara umum, mikrofiltrasi diaplikasikan dalam proses pemisahan
42
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
mikroorganisme, dan padatan tersuspensi. Beberapa aplikasi industri membran
[image:42.612.113.502.192.496.2]mikrofiltrasi dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7. Aplikasi Industri Membran Mikrofiltrasi
No. Kegunaan membran mikrofiltrasi
1 Industri sterilisasi dan klarifikasi
2 industri makanan dan obat-obatan
3 klarifikasi juice
4 recovery logam dalam bentuk kolid
5 pengolahan limbah cair
6 fermentasi kontinue
7 pemisahan emulsi minyak-air
8 memisahkan partikel selama proses pembuatan air ultramurni pada
industri semi konduktor
9 pengambilan sel dan bioreaktor membran, serta teknologi biomedik
yaitu pemisahan plasma dari sel darah
Sumber : Wenten (2001)
Membran mikrofiltrasi memiliki ukuran pori antara 0,02 sampai 10 µm dan
tebal antara 10 sampai 150 µm. Dalam aplikasinya membran digunakan dalam betuk
modul-modul yang ditempatkan dalam suatu housing. Satu modul membran keramik
untuk aplikasi industri biasanya terdiri dari 19 saluran. Dimensi dan konfigurasi
housing sangat bervariasi. Untuk aplikasi skala industrial, satu buah housing dapat
diameter 30 mm dan panjang 1 meter. Jumlah ini setara dengan luasan membran
sekitar 4,5m2.
Konfigurasi modul membran keramik dan housing yang digunakan untuk
44
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
[image:44.612.124.521.134.541.2]Sumber : GDP Filter (2006)
Gambar 3. Modul Membran Mikrofiltrasi Keramik dan Housingnya
Membran mikrofiltrasi memiliki dua struktur geometri pori, yaitu : simetrik
dan asimetrik. Namun umumnya membran mikrofiltrasi berstruktur pori asimetrik.
0,1-1 µm. Untuk memberikan kekuatan mekanik, lapisan skin ini ditunjang oleh
lapisan berikutnya yang dikenal sebagai support. Lapisan support memiliki ketebalan
antara 50-150 µm dan sangat berpori.
Bentuk geometri pori tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini
[image:45.612.114.555.256.483.2](Mulder 1996) :
Gambar 4. Bentuk Geometri Pori Membran Mikrofiltrasi
Membran mikrofiltrasi dapat dibedakan dari membran reverse osmosis dan
ultrafiltrasi berdasarkan ukuran partikel yang dipisahkan, seperti tersaji pada Gambar
46
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
0,0001µm 0,001µm 0,01µm 0,1 m
Reverse Osmosis Ultrafiltrasi Mikrofiltrasi
[image:46.612.162.499.109.261.2]1A 10A 1000A 100,000A
Gambar 5. Ukuran Pori Membran Mikrofiltrasi, Ultrafiltrasi, dan Reverse Osmosis
2.4. Pola Aliran dalam Membran
Pola aliran dalam membran biasanya dibedakan atas 2 pola yaitu
dead-end filtration dan cross flow filtration. Namun pola aliran cross-flow lebih banyak
dan lebih baik diaplikasikan pada membran mikrofiltrasi skala industri karena pada
pola aliran cross-flow umpan dialirkan dengan arah sejajar dengan permukaan
membran. Konsentrat disirkulasikan pada kecepatan yang lebih tinggi dengan tujuan
menciptakan turbulensi di permukaan membran. Dengan perlakuan seperti ini,
pembentukan lapisan cake terjadi sangat lambat karena tersapu oleh gaya geser yang
diakibatkan oleh aliran cross-flow umpan. Pada setiap operasi cross-flow kecepatan
aliran umpan sangat menentukan besarnya perpindahan massa dalam modul.
Kelebihan sistem ini adalah tendensi fouling dapat dikurangi karena laju cross-flow
akan menurun di awal proses dan akan menuju pada kondisi stabil dalam kurun
waktu tertentu ketika ketebalan lapisan foulant dipermukaan membran tidak
meningkat lagi. Membran yang baik adalah jika jalannya proses dapat berlangsung
lama untuk mendapatkan fluks yang stabil, dengan arti lain proses pembentukan
[image:47.612.112.527.250.549.2]lapisan foulant berlangsung lama. Pola aliran dalam membran ditunjukkan pada
Gambar 6 berikut ini (Wenten, 1998) :
Gambar 6. Pola Aliran Dalam Membran
Sedangkan model hubungan fluks terhadap waktu pada kedua pola aliran
48
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
[image:48.612.161.474.111.417.2]USU Repository © 2008
Gambar 7. Model Hubungan Fluks Terhadap Waktu
Permasalahan utama yang terjadi pada proses membran adalah adanya
penurunan fluks karena polarisasi konsentrasi dan fouling. Polarisasi konsentrasi
disebabkan karena zat terlarut tertahan oleh membran yang akan terakumulasi dan
membentuk suatu lapisan di dekat permukaan membran. Polarisasi konsentrasi pada
membran menyebabkan penurunan fluks secara terus menerus dan penurunan fluks
ini merupakan fungsi waktu. Fouling yaitu perubahan yang bersifat irreversibel yang
disebabkan oleh interaksi secara fisik dan kimiawi antara membran dengan partikel
yang terdapat dalam proses pemisahan. Membran fouling diidentikkan dengan
penurunan fluks permeat dan perubahan selektifitas membran. Perubahan ini dapat
penggantian membran. Polarisasi konsentrasi dan fouling ini merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan keterbatasan penggunaan membran berpori. Oleh karena
itu pada penelitian ini dipilih pola aliran cross-flow yang bertujuan untuk mengurangi
fouling sehingga fluks membran dapat dikurangi laju penurunannya (Geankoplis,
1983).
Untuk menghilangkan fouling pada membran dilakukan back washing, yaitu
pencucian membran dengan metoda aliran balik. Metode regenerasi membran dengan
pencucian balik (back washing) menggunakan air untuk mengangkat zat pengotor
(fouling) yang terakumulasi dipermukaan membran (Wenten, 2001). Dengan
perlakuan seperti disebut di atas diharapkan membran mikrofiltrasi yang digunakan
untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dipertahankan kinerjanya
untuk proses pengoperasian yang relatif lama. Perlakuan penanganan fouling
dilakukan dengan pengaturan tekanan, pencucian balik (back washing) dengan air
maupun pencucian dengan larutan asam jika produktivitas membran tidak dapat
kembali seperti semula dengan pencucian balik. Bahan kimia yang digunakan adalah
asam klorida (HCl) untuk mengatasi fouling akibat garam mineral dan logam-logam
(GDP Filter, 2006).
50
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
2.5.1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat
Penyusunan model ini bertujuan untuk memperkirakan harga fluks permeat
pada tekanan rendah untuk proses mikrofiltrasi berbahan keramik. Model disusun
untuk menggambarkan mekanisme perpindahan zat cair melalui membran yang
dibentuk berdasarkan data-data yang dilakukan pada penelitian. Hubungan antara
fluks permeat terhadap beda tekanan akan menghasilkan persamaan linier untuk air
murni, dimana menurut Hagen-Poisseuille fluks merupakan perkalian dari konstanta
permeabilitas (k) dengan beda tekanan (∆P).
J = k ∆P (2.1)
Sedangkan nilai k =
r
2(2.2)
8 ∆X
Pada keadaan ideal membran yang dilewati oleh fluida dengan konsentrasi zat
terlarut tertentu mempunyai sifat-sifat antara lain :
1. Distribusi pori yang seragam pada permukaan membran
2. Tidak ada fouling
3. Polarisasi konsentrasi diabaikan
Dari perbandingan literatur diperoleh model yang paling baik untuk
struktur membran asimetrik dan modul tubular didasarkan oleh Hukum
Hagen-poiseuille. Model ini digunakan untuk karakterisitik membran tertentu, antara lain :
1. Pori-pori membran berbentuk silinder
2. Memiliki jari-jari yang sama
3. Panjang pori sama dengan tebal membran
Model ini menghubungkan penurunan tekanan (Pressure Drop), viskositas,
densitas, dan ukuran saluran terhadap laju alir.
Model tersebut dituliskan :
r
2 ∆PJ = (2.3)
8 ∆X
Dimana : J = fluks fluida yang melalui membran (LMH)
r = jari-jari saluran atau pori (m)
∆P = Beda tekanan, Trans Membrane Pressure (bar)
= viskositas cairan (pa,S)
= tortuosity
∆X = tebal membran (m)
= porositas permukaan membran
Dalam penelitian ini didapatkan J = k ∆P yang tidak linier, karena parameter
52
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
pembentuk k yang berubah adalah porositas dan jari-jari pori membran. Perubahan ini
disebabkan oleh polarisasi konsentrasi dan fouling pada membran yang akan
bergantung pada beda tekanan. Perubahan ini terutama disebabkan karena selama
waktu operasi cake atau lumpur yang terdapat pada umpan deoiling ponds menempel
pada permukaan pori-pori membran sehingga akan mengurangi ukuran porositas dan
jari-jari pori membran tersebut.
Untuk memperkirakan hubungan fluks permeat terhadap beda tekanan (TMP)
dapat digunakan model yang diberikan oleh Marcel Mulder dalam buku Basic
Principles of Membrane Technology dan Munir Cheryan dalam buku Ultrafiltration
Handbook. Keduanya memberikan model yang sama untuk hubungan fluks permeat
terhadap beda tekanan (TMP) pada proses mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.
[image:52.612.152.453.402.609.2]Model tersebut ditunjukkan pada Gambar 8 berikut ini :
Gambar 8. Hubungan Antara Fluks Dengan ∆P Pada Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi
Gambar 8 menerangkan bahwa fluks permeat yang dihasilkan tidak akan sama
membran dengan ∆P untuk daerah tekanan tinggi. Hal itu terjadi karena adanya
polarisasi konsentrasi dan fouling yang disebabkan molekul-molekul padatan yang
besar ditahan dan terakumulasi pada permukaan membran. Pada keadaan steady state
(tunak) aliran padatan dari larutan ke permukaan membran akan sama dengan aliran
difusi balik dari membran ke larutan. Kenaikan selanjutnya dari tekanan tidak akan
menaikkan fluks karena tahanan dari lapisan aktif telah mencapai nilai yang
memberikan fluks yang konstan. Dari model di atas diperkirakan pada rentang beda
tekanan 5 – 10 bar akan tercapai nilai fluks konstan, dimana sebelumnya terlebih
dahulu akan terjadi penurunan percepatan fluks.
UMPAN
P
f fKulit ∆X
2 r
Membran membran
PERMEAT
[image:53.612.114.511.334.582.2]P
p pGambar 9. Skema Proses Aliran Fluida Melalui Pori Membran
Keterangan gambar :
54
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
f = tekanan osmosis umpan
Pp = gradien tekanan permeat
p = tekanan osmosis permeat
Net driving force untuk sebuah proses membran yang ideal (P dalam
persamaan 2.3) seharusnya ∆PT - ∆ , dimana ∆PT adalah (PF – PP) dan ∆ adalah ( F -
P) seperti yang terlihat dari gambar diatas. Pada prakteknya untuk hampir seluruh
aplikasi proses mikrofiltrasi, tekanan osmotik dari larutan yang tertahan diabaikan
karena mempunyai berat molekul yang besar, sehingga menggunakan ∆PT saja sudah
cukup seperti pada Persamaan 2.3.
2.5.2. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah
COD (chemical oxygen demand) adalah nilai oksien yang dibutuhkan untuk
oksidasi seluruh materi baik organic maupun anorganik. COD ini merupakan
parameter yang sangat penting untuk menentukan tingkat pencemaran atau mutu air.
Jika kandungan senyawa organic dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut
dalam air mencapai nol sehingga tidak memungkinkan hidupnya biota air. Untuk itu
perlu dibuat suatu model untuk memprediksi hubungan COD terhadap waktu. Model
tersebut diperoleh dengan cara memplotkan grafik hubungan fluks terhadap COD
COD akan meningkat seiring dengan meningkatnya waktu operasi. Dengan kata lain
rejeksi COD merupakan fungsi waktu.
56
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
3.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioproses Engineering Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jalan Brigjend Katamso No. 51 Kp, Baru Medan.
Waktu penelitian selama 9 bulan mulai November 2007 sampai Agustus 2008.
3.2. Bahan dan Metoda
3.2.1. Bahan dan Alat
A. Bahan
Bahan baku yang digunakan sebagai umpan adalah limbah cair dari deoiling
ponds pabrik kelapa sawit Adolina Perbaungan, Medan. Sedangkan untuk
keperluan analisis digunakan bahan-bahan sebagai berikut :
1. Larutan K2Cr2O7
2. Larutan asam sulfat-perak sulfat
3.Indikator feroin
4. Larutan FeSO4
5. kain kassa ukuran 75 -100 m
1 set pilot plant membran mikrofiltrasi keramik
Keterangan gambar : RV = Regulator valve
[image:57.612.135.531.140.539.2]P = Pressure gauge
58
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
[image:58.612.150.528.112.551.2]USU Repository © 2008
Gambar 11. Membran Mikrofiltrasi Keramik
A. Kerja Teoritik
Kerja teoritik meliputi penyusunan model yang diperoleh dari data
yang dilakukan di laboratorium Bioproses Engineering Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan. Jalan Brigjend Katamso No. 51 Kp, Baru Medan. Penyusunan model
pada penelitian ini, yaitu :
1. Model Untuk Memperkirakan Fluks Permeat
Model tersebut dijelaskan pada bab II pada persamaan 2.3 yang ditulis :
r
2 ∆PJ =
8 ∆X
Dimana : J = fluks fluida yang melalui membran (LMH)
r = jari-jari saluran atau pori (m)
∆P = Beda tekanan, Trans Membrane Pressure (bar)
= viskositas cairan (pa,S)
= tortuosity
∆X = tebal membran (m)
= porositas permukaan membran
Bebapa asumsi digunakan untuk menurunkan model pada Persamaan 2.3. tersebut,
60
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
a) Aliran yang melalui pori adalah Laminar yang mempunyai Bilangan
Reynolds kurang dari 1800
b) Densitas ( ) konstan atau cairan bersifat incompressible
c) Aliran tidak bergantung pada waktu (dalam keadaan tunak)
d) Fluida termasuk fluida Newtonian yang tidak tergantung pada waktu
2. Model Untuk Memperkirakan Rejeksi COD Limbah
Model ini diperoleh dari persamaan yang diperoleh langsung dari grafik
hubungan COD terhadap waktu operasi. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk
memprediksi nilai COD pada berbagai waktu.
Disamping itu ada 2 perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Menghitung Konstanta Pembentukan Cake
Konstanta pembentukan cake merupakan parameter untuk memperkirakan
fenomena fouling pada membran. Fouling adalah terjadinya deposisi partikel akibat
pengoperasian membran. Fouling meliputi penyumbatan pori, presipitasi
(pengendapan), dan pembentukan cake. Fouling merupakan faktor utama yang
menyebabkan keterbatasan penggunaan membran berpori. Fouling merupakan
perubahan yang bersifat irreversibel yang disebabkan oleh interaksi secara fisik dan
kimia antara berbagai padatan terlarut dengan membran. Membran fouling
membran. Perubahan ini dapat berlangsung selama proses dan membutuhkan
penanganan yang serius dan mahal termasuk penggantian membran (Geankoplis,
1983).
Pendekatan fouling yang digunakan pada penelitian ini yaitu model sederhana
dari model pembentukan cake, dimana tahanan cake mengendalikan fluks permeat.
Persamaan tersebut dirumuskan (Malleviele, 1996) :
J0 2
J 2 = (3.1) 1 + J0 2 k’t
Dimana :
J = Fluks akhir (L/m2/jam atau LMH)
J0 = Fluks awal (L/m2/jam atau LMH)
k’ = Konstanta pembentukan cake
t = Waktu (jam)
Linierisasi persamaan (1) di atas dapat digunakan untuk mencari nilai
konstanta pembentukan cake, ditulis :
1 1
62
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
Harga k’ diperoleh dari kemiringan garis (slope) pada pemetaan linier (1/J2)
terhadap waktu (t). Semakin besar nilai k’ menunjukkan semakin cepat laju
pembentukan cake pada permukaan membran. Nilai ini dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menilai terjadinya fouling karena pembentukan cake merupakan kendali bagi
terjadinya fouling pada membran (Suprihanto notodarmojo, 2004).
Untuk menghilangkan fouling pada membran dilakukan back washing, yaitu
pencucian membran dengan metoda aliran balik. Metode regenerasi membran dengan
pencucian balik (back washing) menggunakan air untuk mengangkat zat pengotor
(fouling) yang terakumulasi dipermukaan membran (Wenten, 2001). Dengan
perlakuan seperti disebut di atas diharapkan membran mikrofiltrasi yang digunakan
untuk pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat dipertahankan kinerjanya
untuk proses pengoperasian yang relatif lama. Perlakuan penanganan fouling
dilakukan dengan pengaturan tekanan, pencucian balik (back washing) dengan air
maupun pencucian dengan larutan asam jika produktivitas membran tidak dapat
kembali seperti semula dengan pencucian balik. Bahan kimia yang digunakan adalah
asam klorida (HCl) untuk mengatasi fouling akibat garam mineral dan logam-logam
(GDP Filter, 2006).
2. Menghitung Selektifitas Membran
Selektifitas suatu membran merupakan ukuran kemampuan suatu membran
membran tergantung pada interaksi antar muka dengan spesi yang akan melewatinya,
ukuran spesi dan ukuran pori permukaan membran.Parameter yang digunakan untuk
menggambarkan selektivitas membran adalah koefisien rejeksi (R). Koefisien rejeksi
adalah fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak menembus membran dan dirumuskan
sebagai berikut (Mulder,1996) :
Cp
R = 1 - x 100 % (3.3)
Cf
Dimana : R = koefisien rejeksi
Cp = konsentrasi zat terlarut dalam permeat (mg/l)
Cf = konsentrasi zat terlarut dalam umpan (mg/l)
Dengan nilai R berkisar antara 0 sampai 1. Jika harga R = 0 berarti membran
tidak mampu menahan zat kontaminan yang melewatinya, sedangkan jika harga R =1
berarti zat kontaminan ditahan sempurna oleh membran (Suprihanto notodarmojo,
2004).
B. Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan percobaan adalah untuk mendapatkan data penguji keabsahan
64
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
tekanan (TMP), penentuan fluks optimum dengan berbagai parameter analisa, dan
profil penentuan VCR.
Sistem operasi yang diterapkan pada penelitian adalah sistem operasi dengan
mode looping. Pada mode ini retentat dan permeat yang telah dihasilkan dialirkan
kembali ke tangki umpan dengan tujuan untuk mempertahankan konsentrasi umpan
agar proses berjalan dengan steady state.
Bahan baku yang telah disaring sebelumnya dengan menggunakan saringan
kasar (mesh 200 atau 75-100 m) dimasukkan ke dalam tangki umpan. Umpan
dipompakan menggunakan pompa sentrifugal ke dalam modul membran mikrofiltrasi
keramik. Umpan masuk dari sisi lumen membran dengan tekanan operasi yang
cukup. Permeat akan keluar dari permukaan luar membran (sisi shell), sedangkan
konsentrat (retentat) yang direjeksi oleh membran dikeluarkan melalui sisi lumen
bagian akhir (atas). Konsentrat (retentat) dalam bentuk yang lebih pekat selanjutnya
dikembalikan ke dalam tangki umpan untuk diproses lebih lanjut. Sirkulasi umpan
dapat dilakukan berulang kali sampai tingkat kepekatan atau kekentalan material di
dalam tangki sesuai dengan yang diharapkan. Dengan konfigurasi dan kondisi operasi
yang telah ditentukan diharapkan dapat dihasilkan produk permeat dan retentat
dengan kualitas yang memenuhi standar yang telah ditentukan.
Dalam kurun waktu tertentu, proses filtrasi mengakibatkan terjadinya deposisi
partikel di atas permukaan membran yang mengakibatkan menurunnya produktifitas
wash. Proses backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air demin panas pada
tangki backwash ke dalam unit membran dari sisi permeat (shell side). Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya aliran balik pada struktur pori-pori membran. Aliran balik
ini diharapkan mampu menyeret partikel yang terdeposisi di permukaan dan dalam
pori membran sehingga produktifitas membran kembali seperti semula.
1. Variasi Percobaan
Pada penelitian ini dilakukan beberapa variasi percobaan untuk mendapatkan data
karakteristik operasi. Beberapa variasu percobaan yang dilakukan antara lain
variasi beda tekanan (TMP), variasi VCR (volume concentration ratio). Variasi
TMP didapatkan dengan mengatur nilai pressure gauge pada umpan masuk dan
permeat sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan variasi VCR dilakukan
dengan membandingkan nilai volume umpan awal dengan penurunan volume
tangki umpan selama proses pemekatan berlangsung.
2. Pengujian Model
Pengujian model dilakukan dengan membuat grafik antara model dengan data
hasil percobaan. Kalau grafiknya berbeda maka dicari suatu nilai faktor koreksi
( ). Untuk mengetahui sampai dimana kesesuaian dari faktor koreksi , maka
66
Farida Hanum : Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltrasi, 2009
USU Repository © 2008
menghitung fluks. Kemudian dilakukan uji verifikasi dengan menghitung nilai
residu terkecil dari model yang disusun.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem operasi yang diterapkan pada percobaan adalah sistem operasi dengan
mode looping yaitu permeat dan retentat yang telah dihasilkan dialirkan kembali ke
tangki umpan dengan tujuan mempertahankan konsentrasi umpan agar proses
berjalan dengan steady state. Larutan umpan berupa limbah PKS dari unit Deoiling
ponds yang disaring (pre-filter) dengan kain kassa yang berukuran 15-20 µm yang
bertujuan agar molekul yang berukuran lebih dari 20 µm tertahan dan tidak ikut
masuk ke membran. Perlakuan ini perlu dilakukan untuk mengurangi dan
memperlambat terjadinya fouling pada membran mikrofiltrasi yang berukuran mesh