HAK PENGUASAN ATAS TANAH
S TATUS S UBYEK , K ELANGSUNGAN H AKNYA
DAN A KIBAT H UKUMNYA
POLITIK HUKUM PERTANAHAN ??
Secara sederhana berkenaan dengan pertanyaan “hendak diapakan tanah di Indonesia ?...”
Dalam konteks hukum berkenaan dengan penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, yang meliputi unsur:
1. Subyek Hukumnya? ( Negara-RI dan Rakyat Indonesia) 2. Obyek Hukumnya? (Bumi, air....)
3. Hubungan Hukumnya? (Penguasaan bukan pemilikkan) 4. Tujuan Hukumya? (kemakmuran)
Acuan Normanya Pasal 33 ayat (3) UUD RoI 1945 Acuan Teoritiknya lembaga “HAK PENGUASAAN ATAS TANAH”(‘Tenure System”)
1. LANDASAN HUKUM POLITIK HUKUM PERTANAHAN
NASIONAL
1. LANDASAN FALSAFAH-IDIIL : PANCASILA 2. LANDASAN KONSTITUSIONAL : UUD RI 1945
3. LANDASAN OPERASIONAL : UU NO. 5 TAHUN 1960 (UUPA)
PERUMUSAN DASAR-DASAR POLITIK HUKUM PERTANAHAN- FORUM BPUPK
SOEKARNO: POLITIEKE ECONOMISCHE DEMORCATIE, SOCIAL REHCATVAARDIG
HATTA: SISTEM PEREKONOMIAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
SOEPOMO: HUKUM ADAT SEBAGAI SUMBER
SKEMA ALUR POLITIK HUKUM PERTANAHAN
SUBYEK HPAT DLM HUKUM TANAH NASIONAL
HBI
--- (BANGSA INDONESIA) HAK ULAYAT
--- (MASY.HK.ADAT)
HAK PERORANGAN ATAS TANAH --- (INDIVIDU-BADAN HUKUM)
HMN
--- (NEGARA RI)
Status Subyek
PEMEGANG KEWENANGAN PUBLIK DAN PERDATA : HBI DAN HAK ULAYAT
PEMEGANG KEWENANGAN PUBLIK : HMN
PEMEGANG KEWENANGAN PERDATA : HAK
PERORANGAN
MACAM HAK PENGUASAAN ATAS TANAH (Berdasarkan Kewenangannya)
HAK PENGUASAAN ATAS TANAH YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN KHUSUS (Bersifat Publik dan Perdata)
HAK BANGSA INDONESIA (Ps. 1 UUPA) HAK MENGUASAI NEGARA (Ps. 2 UUPA)
HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT (Ps. 3 UUPA)
HAK PENGUASAAN ATAS TANAH YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN UMUM (Bersifat Perdata)
HAK PERORANGAN ATAS TANAH
HAK ATAS TANAH
PRIMERHAT
HATSEKUNDER HAK JAMINAN ATAS TANAH
(Hak Tanggungan) UU No.4/1996
HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (UU No. 16 Tahun 1985 diganti UU Nomor 20 Tahun 2011)
WAKAF
Kelangsungan dan Implikasi HBI
Hubungan yang bersifat abadi antara Bangsa Indonesia dengan tanah di seluruh wilayah Indonesia dengan subyeknya bangsa Indonesia (Pasal 1 ayat (3) UUPA)
Implikasi HBI :
Adapun hubungan antara bangsa dan bumi, air serta ruang angkasa Indonesia itu adalah hubungan yang bersifat abadi (pasal 1 ayat 3). Ini berarti bahwa selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia masih ada dan selama bumi, air serta ruang angkasa Indonesia itu masih ada pula, dalam keadaan yang bagaimanapun tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut. (Penjelasan Umum II. Dasar-dasar dari hukum agraria nasional, Paragraf ketiga)
Kelangsungan dan Implikasi HMN
Mengikuti sifat-karakter Hubungan Abadi/kekal HBI
Memiliki atau melekat pada tujuan pembentukkan Negara (Alinea IV Pembukaan UUD RI 1945)
Impikasi HMN:
Hak Menguasai Negara tersebut diadakan dengan tujuan (tidak lain, tidak bukan) semata- mata untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur [vide. Pasal 2 ayat(2) dan (3) UUPA j.o Pasal 33 ayat (3)] atau terwujudnya
“sociale rechtsvaardigheid” menurut Soekarno (dalam rapat BPUPK tgl.1 Juni 1945)
(Lihat dalam Suparjo “Manifestasi Hak Bangsa Indonesia dan Hak Menguasai Negara dalam Politik Hukum Agraria Pascaproklamasi 1945 Hingga Pascareformasi1998 (Kajian Teori Keadilan Amartya Sen)”, Disertasi Program Doktor Pascasarjana FHUI 2014, hlm. 276)
Kelangsungan dan Implikasi Hak Ulayat
Pasal 3 ayat (1) UUPA menyatakan:
“Mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2, pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu, dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa, sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan- peraturan lain yang lebih tinggi.”
Implikasi Hak Ulayat: didasarkan pada kenyataan keberadaan/eksistensi MHA, namun secara kritis harus pula memperhatikan faktor sejarah dan dinamika MHA itu sendiri... (Lihat selengkapnya dalam Theodorus Sardjito, Nurul Elmiyah dan Suparjo, (2004), “Laporan Penelitian: Perlindungan dan Pengakuan Hak-Hak Masyarakat Adat di Kabupaten Kutai Timur”, Jakarta: Komisi HukumNasional RI.)