115
PENGUATAN LITERASI NUMERASI BERBASIS PROGRAM PEMBIASAAN DI SD
STRENGTHENING NUMERATIONAL LITERATURE BASED ON HABILITATION PROGRAM IN SD
Agus Juniyanto1*, Fitri Nur Mahmudah1
1Manajemen Pendidikan, Program Pasca Sarjana, Universitas Ahmad Dahlan
Pengutipan: Juniyanto, A., & Nur Mahmudah, F. (2022). Penguatan Literasi Numerasi Berbasis Program Pembiasaan di SD. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 9(2), 115-123. doi:https://doi.org/10.25134/pedagogi.v9i2.6480
Diajukan: 2022-08-09 Diterima: 2022-11-09 Diterbitkan: 2022-11-30
ABSTRAK
Pentingnya penguatan literasi numerasi sebaagai kunci kemajuan pendidikan, maka penguatan literasi numerasi dipandang perlu untuk dilakukan dengan tepat. Dibutuhkan program pembiasaan literasi numerasi yang tepat dan menjadi habits baik guna mendukung penguatan literasi numerasi. Teknik pengumpulan menggunakan metode wawancara. Teknik anlisis data menggunakan teknik kualitatif dengan pendekatan study kasus. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data yang dikemukakan oleh creswell yaitu Pengolahan data, Pemaparan, Mengklasifikasikan, Penafsiran, Visualizing. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Program pembiasaan literasi numerasi dapat diterapkan di sekolah berupa pembiasaan membaca, permainan linum, pemenuhan sarana penunjang meliputi pojok baca, poster dan lain-lain. (2) Sosialisasi program literasi numerasi dalam lingkup sekolah dapat dilaksanakan dengan In House Training. Pelatihan dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas guru sebagai fasilitator atau pelaksana utama program pembiasanaan literasi numerasi. (3) Faktor pendukung program meliputi Guru yang memiliki antusias menjalankan program, keteribatan dari orang tua siswa, komite sekolah, dan Perpusda sangat mendukung dengan sarana kegiatan literasi numerasi dan mendorong putra/putrinya untuk meningkatkan kompetensi literasi numerasi. (4) Guru sebagai pelaksana utama merupakan sosok penting dalam pembiasaan literasi numerasi yang berperan sebagai motivator, fasilitator, creator, dan innovator. (5) Alat evaluasi sebagai alat ukur keberhasilan program pembiasaan literasi numerasi berupa jurnal harian dalam bentuk diskripsi hasil evaluasi sikap maupun pengetahuan sebagai bahan tindak lanjut program pembiasaan literasi numerasi.
Kata kunci: Penguatan Literasi Numerasi; Program pembiasaan; Guru
ABSTRACT
The importance of strengthening numeracy literacy as the key to educational progress, therefore strengthening of numeracy literacy is deemed necessary to be carried out properly.
It takes the right numeracy literacy habituation program and becomes good habits to support the strengthening of numeracy literacy. The collection technique used the interview method.
Data analysis was carried out using data analysis techniques proposed by Creswell, namely Data Processing, Exposure, Classifying, Interpreting, Visualizing. The results of the study concluded that: (1) The numeracy literacy habituation program can be applied in schools in the form of reading habits, linum games, fulfillment of supporting facilities including reading
116
corners, posters and others. (2) Dissemination of the numeracy literacy program within the school scope can be carried out by means of In House Training. (3) The supporting factors for the program include teachers who are enthusiastic about running the program, the involvement of parents, school committees, and the National Library of Indonesia who are very supportive with numeracy literacy activities and encourage their children to improve their numeracy literacy competencies. (4) The teacher as the main implementer is an important figure in the habit of numeracy literacy who acts as a motivator, facilitator, creator, and innovator. (5) The evaluation tool as a measuring tool for the success of the numeracy literacy habituation program is in the form of a daily journal in the form of a description of the results of the attitude and knowledge evaluation as a follow-up material for the numeracy literacy habituation program.
Keywords: Strengthening of Numerical Literacy; habituation program; Teacher
PENDAHULUAN
Direktur Sekolah Dasar Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd mengemukakan dalam modul penguatan literasi numerasi bahwa Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum pada tahun 2015 menegaskan, penguasaan enam literasi dasar yaitu literasi baca tulis, numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya kewargaan menjadi salah satu kompetensi abad-21 yang diperlukan oleh semua warga dunia terutama peserta didik.(Direktorat, 2021) Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti menjadi dasar Kementerian Pendidikan & Kebudayaan mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sejak tahun 2016. Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya yang dilakukan dalam mewujudkan organisasi pembelajar yg literat &
menumbuhkan budi pekerti bagi masyarakat sekolah melalui banyak kegiatan termasuk aktivitas membaca literatur non pembelajaran selama 15 menit (Prihartini,2017, p. 10).
Membaca, salah satu kegiatan dalam kegiatan literasi, merupakan kunci kemajuan pendidikan. Keberhasilan suatu pendidikan tidak harus diukur dari jumlah anak yang mendapat nilai bagus di kelas, akan tetapi dari jumlah anak di kelas yang gemar membaca.
Capaian PISA 2018 menunjukkan, Indonesia menduduki posisi 10 terbawah dari 79 negara yang berpartisipasi. Kemampuan rata-rata membaca siswa Indonesia adalah 80 poin di bawah rata-rata OECD. Kemampuan siswa Indonesia juga masih berada di bawah capaian siswa di negara-negara ASEAN. Kemampuan rata-rata membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia secara berturut-turut adalah 42 poin, 52 poin, dan 37 poin di bawah rerata siswa ASEAN.(Fransisca Nur’aini, Ikhya Ulumuddin, Lisna Sulinar Sari, 2021)
Rendahnya literasi berdampak buruk pada perkembangan anak dan juga suramnya masa depan. Mengingat maraknya keluhan orangtua terkait pembelajaran di masa pandemi yang tidak berjalan maksimal. Dengan kondisi tersebut berimbas menurunnya kompetensi literasi numerasi peserta didik. Berdasarkan laporan UNESCO yang berjudul “The Social and Economic Impact of Illiteracy” yang dirilis pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik. Masyarakat dengan literasi rendah juga umumnya memiliki kesadaran rendah akan kebersihan makanan dan gizi buruk dan memiliki perilaku seksual berisiko tinggi. Akibatnya, prevalensi penyakit seksual, kehamilan, aborsi, kelahiran, kematian tinggi.(Vivin Vidiawati, 2019)
Sebagai bukti pendukung penelitian ini, berikut bukti dukungan dari beberapa literatur publikasi nasional dan internasional:
a. Berdasarkan penelitian Wulandari M. D. Dkk tentang Pengelolaan Pembelajaran Berorientasi Literasi Numerasi di Sekolah Dasar dalam Kegiatan Kurikuler dan
117
Ekstrakurikuler. Literasi numerasi menjadi prasyarat kecakapan hidup di era 4.0.
Kompetensi ini dikembangkan dengan mengintegrasikan program pendidikan baik melalui keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Penguasaan literasi numerasi sangat penting bahkan tidak hanya bagi siswa saja, akan tetapi juga berpengaruh bagi orang tua dan warga masyarakat dan perlu dilakukan bersama. Hasil penelitian diperoleh (1) kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada literasi numerasi dilaksanakan melalui kegiatan kurikuler dengan perencanaan (pelaksanaan, bahan belajar, media, dan instrumen penilaian berkategori HOTS), pelaksanaan dilakukan secara daring mandiri dengan pengelolaan melalui kegiatan supervisi dan refleksi pembelajaran. 2) kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan berorientasi literasi.(Wulandari, 2021)
b. Salah satu usaha yang penting dilakukan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Era Digital dan Era Disrupsi adalah Penguatan literasi, numerasi, dan adaptasi teknologi. Kompetensi literasi, numerasi, dan adaptasi teknologi sumber daya manusia di Indonesia berada sangat jauh tertinggal dari negara-negara lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Darwanto Dkk tentang Penguatan Literasi, Numerasi, dan Adaptasi Teknologi pada Pembelajaran di Sekolah diperoleh Pemerintah dan juga pihak terkait (Lembaga Pendidikan, Perguruan Tinggi, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dan Orang Tua) wajib turut serta dalam penguatan literasi, numerasi, dan adaptasi teknologi bagi Peserta didik dan juga pendidik di Indonesia. Salah satu kegiatannya adalah mengintegrasikan kegiatan literasi, numerasi, dan teknologi dalam pembelajaran baik di Sekolah atau di Rumah. (Darwanto, Mar’atun Khasanah, 2021) c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khakima L. Dkk diperoleh bahwa Buku
tidak pernah lagi menjadi prioritas utama ditengah derasnya budaya populer. Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya verbal (berbicara dan mendengar), dari pada membaca. Salah satu bentuk solusi berdasarkan permasalahan yang timbul dari budaya populer adalah dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah yang wujudkan dalam bentuk literasi numerasi.(Khakima et al., 2021)
d. Berdasarkan Hasil penelitian tesis Vivin Widiawati Institut PTIQ Jakarta menunjukkan MIN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan melaksanakan beberapa program, antara lain: komunitas wartawan cilik, penggadaan perpustakaan, majalah dinding, taddarus Juz Amma, reading corner, dinding kelas edukatif, penerbitan karya siswa, dan aktifitas membaca buku bersama sebagai wujud implementasi program literasi. Program literasi numerasi didukung oleh faktor antusiasme siswa yang tinggi, partisipasi komunitas sekolah, lingkungan sekolah yang kondusif, bantuan dari pihak swasta, dukungan dari orang tua siswa.(Vivin Vidiawati, 2019)
e. Berdasarkan hasil temuan dari kajian Fransisca Nur'aini Dkk dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Dasar Siswa Indonesia Berdasarkan Analisis Data PISA 2018, terdapat kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan. kebijakan tersebut meliputi menggalakkan literasi sebagai kegiatan rutin siswa dan meningkatkan kapasitas guru untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa.(Fransisca Nur’aini, Ikhya Ulumuddin, Lisna Sulinar Sari, 2021)
f. berdasarkan modul literasi numerasi di sekolah dasar, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Sekolah Dasar berupaya agar kecakapan literasi dasar warga sekolah terutama peserta didik akan meningkat dengan melakukan peningkatan kapasitas dan kompetensi warga sekolah. Direktorat Sekolah Dasar untuk melakukan upaya terbaik dalam rangka memberikan peningkatan pelayanan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Literasi baca tulis, literasi finansial, numerasi, literasi digital, literasi sains, dan literasi budaya kewargaan bagi warga sekolah sebagai sasaran umum dan peserta didik sebagai sasaran khusus adalah
118
salah satu upaya yang dilakukan merancang dan mengembangkan program literasi dasar.(Direktorat, 2021)
g. Hasil penelitian Faradiba, S S Dkk tentang Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar Melalui Pendampingan Berbasis Literasi diperolah hasil peningkatan kualitas pembelajaran dibuktikan dari sebelum kegiatan pengabdian terdapat 65%
siswa yang nilainya masih di bawah KKM, setelah kegiatan pendampingan pembelajaran jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM menjadi 40%.(Faradiba et al., 2021)
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu, disamping diteliti di sekolah yang berbeda juga memiliki perbedaan pada spesifikasi program literasi dan atau numerasi. penelitian ini mengkaji implementasi penguatan literasi numerasi pada sudut pandang kegiatan pembiasaan.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat literasi numerasi menjadi titik kunci proses pembelajaran. Dibutuhkan pembiasaan yang tepat dan menjadi habits baik guna mendukung penguatan literasi numerasi.
METODE PENELITIAN
Data pada penelitian ini diambil dengan teknik Wawancara dan observasi. Teknik wawancara dilakukan dengan tanya jawab oleh peneliti kepada partisipan untuk mengeksplorasi informasi atau makna dalam rangka mengatasi masalah atau menemukan konstruksi teori penelitian. Sedangkan Teknik observasi dilakukan dengan mengamati kondisi lapangan yang telah di lihat dan menuliskan dalam catatan penelitian.(Dr. Fitri Nur Mahmuda, 2021)
Sumber data dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Guru. Penelitan ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Tamantirto. Berada di bagian Barat Kabupaten Bantul tepatnya di Tamantirto, Kap. Kasihan, Kab. Bantul Prov. D.I. Yogyakarta.
Prosedur Analisis data yang digunakan pada penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus ceswell dengan bagan sebagai berikut:
Prosedur analisis data kualitatif dengan pendekatan studi kasus creswell sebagai berikut:
1. Pengolahan data, membuat data dan menyusun file-file data baris baru (pembacaan, catatan pengingat), membaca melalui teks, membuat catatan-catatan pinggir, membuat kode-kode inisial.
2. Pemaparan, menjelaskan seperangkat pengalaman objektif, kronologi kehidupan.
3. Mengklasifikasikan mengidentifikasi cerita-cerita menempatkan an-nabhani epiphany mengidentifikasi bahan-bahan kontekstual kehidupan.
4. Penafsiran, teorisasi ke arah pengembangan pola pola dan makna-makna.
5. Visualizing (penyajian, penggambaran), pemusatan sajian narasi pada proses-proses, teori-teori, ciri-ciri unik dan umum dari kehidupan.(Dr. Fitri Nur Mahmuda, 2021)
Visualizing Penafsiran Pengklasifikasi Pemaparan an
Memoing Pengelolaan
data
119 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 1.1 Hasil Analisis Data Kualtatif menggunakan Atlas ti 8
Program Pembiasaan Literasi Numerasi
Program Pembiasaan literasi numerasi mengembangkan seluruh masyarakat dalam kebiasaan membaca, menulis, dan berhitung mengacu pada prinsip penyelenggaraan Pendidikan (Depdiknas, 2003). Program SD Muhammadiyah Tamantirto khususnya literasi numerasi, setiap kelas memiliki pojok baca yang dilaksanakan oleh guru kelas dan guru mapel sesuai jadwal masuk pertama di kelas 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Han dkk, (2017) bahwa pengembangan program literasi numerasi dapat dimodifikasi oleh masing- masing guru kelas sesuai dengan inovasi yang dimiliki. Selain itu juga terdapat kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai belajar di pagi hari setelah kegiatan tadarus. Sesuai dengan Kemendikbud, (2015) untuk menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran setiap harinya untuk literasi membaca buku non pelajaran. Sedangkan pada jam istirahat siswa disediakan permainan di halaman sekolah yang termural di lantai halaman diantaranya ular tangga, angka Ajaib, aksara, dan gambar lainnya. Hal tersebut selaras dengan Abidin dkk, (2017, p. 288) bahwa ciri utama sekolah yang bermutu adalah adanya program-program sekolah yang menunjang terbentuknya siswa yang literat. Menurut Heruman, (2013, p. 3) pada saat kegiatan di luar kelas siswa perlu berhadapan langsung dengan objek konkrit sebagai media pembelajaran. Juga ditempelkan tempelan dinding, pamphlet/poster, dan gambar lain terkait program literasi numerasi baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Maka program pembiasaan literasi numerasi dapat diterapkan di sekolah berupa
120
pembiasaan membaca, permainan linum, pemenuhan sarana penunjang meliputi pojok baca, poster dan lain-lain.
Bentuk sosialisasi
Cara mensosialisasikan literasi numerasi di SD Muhammadiyah Tamantirto berupa IHT (In House Training) Kepala sekolah menghadirkan narasumber dari pihak yang mengerti jelas tentang literasi numerasi. Sedangkan cara guru mensosialisasikan literasi numerasi di kelas dilakukan dengan pembelajaran literasi dan numerasi. Yaitu menunjukkan sekaligus menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan pembiasaan yang akan dilakukan bersama di program literasi. In House Training merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada (Alfaris, 2012, p. 40).
Sedangkan berdasarkan pendapat Danim, (2012, p. 94) bahwa pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi IHT (In House Training) merupakan pelatihan yang dilaksanakan secara internal baik di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Basri, H., & Rusdiana, (2015, p. 227) mengemukakan bahwa In House Training adalah program pelatihan yang diselenggarakan untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di sekolah. Menurut Purwanto, Ngalim, (2012, p. 96) Program In-house Education/In house Training adalah suatu usaha pelatihan atau pembinaan yang memberi kesempatan kepada seseorang yang mendapat tugas jabatan tertentu dalam hal tersebut adalah guru, untuk mendapat pengembangan kinerja. Pelaksanaan sosialisasi program dapat dilaksanakan dengan cara penguatan kapasitas fasilitator pada aspek pendidikan guru (Han dkk, 2017, p. 12). Berdasarkan teori-teori di atas dapat di Tarik kesimpulan bahwa, sosialisasi program literasi numerasi dalam lingkup sekolah dapat dilaksanakan dengan In House Training. Pelatihan dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas guru sebagai fasilitator atau pelaksana utama program pembiasanaan literasi numerasi.
Faktor Kesuksesan Program
Faktor kesuksesan dari program literasi numerasi SD Muhammadiyah Tamantirto adalah pihak-pihak dan hal pendukung lain dalam membiasakan program literasi numerasi.
faktor pendukung kesuksesan program literasi numerasi meliputi: Guru, Orangtua Wali siswa, Perpustakaan Daerah, dan masyarakat yang tergabung dalam Komite sekolah. Hal pertama dalam mewujudkan sekolah literasi sebagai modal dasar yang harus ada adalah Guru (Abidin dkk, 2017, p. 289). Sedangkan salah satu faktor kesuksesan untuk mengembangkan gerakan literasi numerasi di sekolah merupakan terlibatnya orangtua (Gufran dkk, 2017).
Terlibatnya masyarakat sebagai komite juga merupakan faktor kesuksesan untuk mengembangkan gerakan literasi numerasi di sekolah (Gufran dkk, 2017). Dalam gerakan literasi di sekolah, Pemerintah berperan sebagai pemangku kepentingan (Wiedarti dkk, 2016, p. 21). Berdasarkan teori di atas dapat diambil hasil bahwa Guru yang memiliki antusias menjadi faktor kesuksesan dalam pelaksanaannya berimbas pada siswa semangat dan tertarik untuk mengikuti kegiatan. Kemudian faktor pendukung yang lainnya adalah dari orang tua siswa orang tua siswa sangat mendukung dengan sarana kegiatan literasi numerasi dan mendorong putra/putrinya untuk meningkatkan kompetensi literasi numerasi. faktor lainnya adalah Perpustakaan daerah yang hadir ke sekolah untuk mengerakkan perpustakaan sekolah dan menghidupkan literasi sekolah. Juga Komite sekolah yang mendukung suksesnya program pembiasaan literasi numerasi baik dari bentuk sarana prasarana hingga dukungan lainnya.
121 Kendala Program Pembiasaan Literasi Numerasi
Kendala-kendala yang ditemukan dalam menerapkan program pembiasaan literasi numerasi di SD Muhammadiyah Tamantirto meliputi: Guru kurang membiasakan penerapan program bersama siswa, program belum terdokumentasi dengan baik sehingga Sebagian guru terlupa melaksanakan. Anis Ibnatul Muthoharoh, Tijan, (2013, p. 1) mengatakan bahwa pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Menurut Abidin dkk, (2017, p. 289) mewujudkan sekolah literasi perlu modal dasar yang harus ada, yaitu Guru. Menurut Karso, (2019) sebagai Guru dalam hal memberikan teladan kepada siswa guru sangat berpengaruh bagi siswa meski di manapun dan kapanpun, sehingga guru hendaknya menunjukan sikap dan tingkah laku yang baik sesuai norma dan tata krama. Kiprah pengajar pada gerakan literasi di sekolah yaitu guru menjadi menjadi teladan, menjadi motivator, menjadi fasilitator dan kreator, menyediakan wahana dan sarana, menyediakan reward dan punishment. Beberapa peran ini memastikan mampu menaikkan budaya literasi dikalangan siswa. Tanpa adanya kiprah guru, bukan lagi tidak mungkin budaya literasi tertanam pada diri siswa (Dasor et al., 2021). Hadirnya guru dapat menjadi cerminan bagi siswa yang dalam perannya sangat menentukan karakter siswanya (Yestiani & Zahwa, 2020). Sebagaimana penjelasan teori di atas, guru merupakan sosok penting dalam program pembelajaran khususnya pembiasaan literasi numerasi. Peran guru sebagai motivator, fasilitator, creator, dan innovator menuntut guru untuk siap siaga menjalankan program sekolah sebagai pelaksana utama. Sehingga guru perlu menyiapkan diri dengan matang untuk mengoptimalkan program pembiasaan literasi numerasi.
Alat Evaluasi
Alat evaluasi program pembiasaan literasi numerasi yang dilakukan SD Muhammadiyah Tamatirto melalui penilaian oleh guru dan monitoring di kelas. Monitoring rutinitas di luar kelas kemudian didukung oleh setiap guru di kelas melalui penilaian sikap, yang bermanifestasi sebagai penilaian deskriptif dan dinyatakan dalam kalimat tentang apa yang dilakukan siswa. sehingga menjadi catatan guru sebagai acuan dalam mengukur keberhasilan program pembiasaan literasi numerasi. keberhasilan diukur melalui penilaian sikap yang dituangkan dalam buku harian berupa kalimat dan dari perolehan nilai-nilai pengetahuan yang diklasifikasikan dalam KKM. Kegiatan ataupun program yang direncanakan dapat diketahui seberapa tinggi tingkat keberhasilannya dengan melakukan Evaluasi program (Arikunto, 1993, p. 297). Widoyoko, (2013) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Sedangkan menurut Majid, (2015) sebagai proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator), evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan. Menurut Mulyatiningsih, (2011, p. 114-115), evaluasi program dimaksudkan untuk Menunjukkan peran program terhadap capaian tujuan dan dasar keputusan keberlanjutan program. Penilaian Sikap penilaian untuk memperoleh informasi berbentuk deskriptif mengenai perilaku siswa yang dilakukan oleh guru, sedangkan penilaian pengetahuan adalah kegiatan evaluasi guna mengukur penguasaan pengetahuan siswa (Kemendikbud, 2019). Dari beberapa teori di atas diperoleh pengertian alat evaluasi sebagai alat ukur keberhasilan program pembiasaan literasi numerasi. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk jurnal harian dengan hasil berupa diskripsi kalimat evaluasi sikap maupun pengetahuan.
122 SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh melalui analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Program pembiasaan literasi numerasi dapat diterapkan di sekolah berupa pembiasaan membaca, permainan linum, pemenuhan sarana penunjang meliputi pojok baca, poster dan lain-lain. (2) Sosialisasi program literasi numerasi dalam lingkup sekolah dapat dilaksanakan dengan In House Training. Pelatihan dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas guru sebagai fasilitator atau pelaksana utama program pembiasanaan literasi numerasi. (3) Faktor pendukung program meliputi Guru yang memiliki antusias menjalankan program, keteribatan dari orang tua siswa, komite sekolah, dan Perpusda sangat mendukung dengan sarana kegiatan literasi numerasi dan mendorong putra/putrinya untuk meningkatkan kompetensi literasi numerasi. (4) Guru sebagai pelaksana utama merupakan sosok penting dalam pembiasaan literasi numerasi yang berperan sebagai motivator, fasilitator, creator, dan innovator. (5) Alat evaluasi sebagai alat ukur keberhasilan program pembiasaan literasi numerasi berupa jurnal harian dalam bentuk diskripsi hasil evaluasi sikap maupun pengetahuan sebagai bahan tindak lanjut program pembiasaan literasi numerasi.
Hasil dan temuan penelitian, serta keterbatasan penelitian menunjukan hal yang perlu menjadi perhatian. Penguatan literasi numerasi berbasis program pembiasaan di SD disarankan untuk terus memperbaharui semangat penguata lierasi numerasi guru sebagai pelaksana utama, orangtua, dan stakeholder sekolah dengan IHT, diskusi, dan kegiatan lain yang mendukung. Dengan adanya hal tersebut dapat menumbuhkan hal positif khususnya literasi numerasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y., Tita M. H. Y. (2017). Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Bumi Aksara.
Anis I. M., Tijan, S. (2013). Pendidikan Nasionalisme Melalui Pembiasaan di SD Negeri Kuningan 02 Semarang Utara. Unnes Civic Education Journal, 1(2).
Arikunto, S. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Basri, H., & Rusdiana, A. (2015). Manajemen Pendidikan & Pelatihan. Pustaka Setia.
Danim, S. (2012). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok, Edisi. 2. PT Rineka Cipta Utama.
Darwanto, Mar’atun Khasanah, A. M. P. (2021). Penguatan Literasi, Numerasi, dan Adaptasi Teknologi pada Pembelajaran di Sekolah. 4(1), 1–23.
Dasor, Y. W., Mina, H., & Sennen, E. (2021). Peran Guru dalam Gerakan Literasi di Sekolah Dasar (The Role of The Teacher in The Literacy Movement in Elementary Schools).
Jurnal Literasi Pendidikan Dasar, 2(2), 19–25.
Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 1–33.
Direktorat, K. P. (2021). Pendidikan, Kementerian Teknologi, D A N Dasar, Direktorat Sekolah Pengantar, Kata. Modul Literasi Numerasi Di Sekolah Dasar, 1, 22.
123
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/upload/filemanager/2021/06/2 Modul Literasi Numerasi.pdf
Dr. Fitri Nur Mahmuda, M. P. (2021). Analisis Data Penelitian Kualitatif Manajemen Pendidikan Berbasis Software ATLAS.TI 8 (Budi Asyhari (ed.)). UAD Press.
Faradiba, S. S., Rahmawati, B., Nabilla, I. A., & ... (2021). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar Melalui Pendampingan Berbasis Literasi. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri, 5(6), 3547–3556.
Fransisca Nur’aini, Ikhya Ulumuddin, Lisna Sulinar Sari, sisca F. (2021). Meningkatkan Kemampuan Literasi Dasar Siswa Indonesia Berdasarkan Analisis Data PISA 2018.
Pusat Penelitian Kebijakan, 3(April), 1–8.
Han Weilin, Dicky Susanto, Sofie Dewayani, Putri Pandora, Nur Hanifah, M., & Akbari, M.
N. N. dan Q. S. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Heruman. (2013). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT Remaja Rosdakarya.
Ibrahim, Gufran Ali, Hurip Danu Ismaidi, Fairul Zabadi, N. B. V. A., Mochammad Alipi, Billy Antoro, Nur Hanifah, Miftahussururi, M., & Noorthertya, Qori Syahriana, M. A.
(2017). Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. In Kementerian Pendidikan, Kebudayaan (Vol. 53, Issue 9).
Karso. (2019). Keteladanan Guru Dalam Proses Pendidikan Di Sekolah. Jurnal Online Universitas PGRI Palembang, 274–282.
Kemendikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud, 45.
Kemendikbud. (2019). Standar Penilaian Pendidikan. https://doi.org/10.31227/osf.io/munp2 Khakima, L. N., Fatimah, S., & Zahra, A. (2021). Seminar Nasional PGMI 2021 Penerapan
Literasi Numerasi dalam Pembelajaran Siswa MI / SD memiliki sumber daya manusia yang melimpah , memiliki terencana untuk menciptakan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memil. SEMAI, 775–792.
Majid, A. (2015). Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Remaja Rosdakarya.
Mulyatiningsih, E. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Alfabeta.
Purwanto, Ngalim, M. (2012). Administrasi dan supervisi pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Sujoko, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Melalui InHouse Training.
Pendidikan Penabur, 11.
Vivin Vidiawati. (2019). Implementasi program literasi dalam meningkatkan minat baca siswa madrasah ibtidaiyah negeri 4 Jakarta Selatan. In Jurnal Ilmu Pendidikan Islam.
http://jurnal.fatahillah.ac.id/index.php/elmoona/article/view/6
124
Widoyoko, E. P. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Wiedarti, P. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan.
Wulandari, M. D. (2021). Pengelolaan Pembelajaran Berorientasi Literasi Numerasi di Sekolah Dasar dalam Kegiatan Kurikuler dan Ekstrakurikuler. Jurnal Pemikiran Dan
Pengembangan …, 9(2), 116–131.
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jp2sd/article/view/17906
Yestiani, D. K., & Zahwa, N. (2020). Peran Guru dalam Pembelajaran pada Siswa Sekolah Dasar. Fondatia, 4(1), 41–47. https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i1.515