• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Sifat Mampu Keras (Hardenability) dengan Metode Jominy

N/A
N/A
Allyas Stefan

Academic year: 2025

Membagikan "Pengujian Sifat Mampu Keras (Hardenability) dengan Metode Jominy"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Tujuan

1. Mengetahui diameter krisis ideal.

2. Mempelajari metoda sifat mampu keras atau Hardenability.

3. Menganalisa nilai kekerasan dari spesimen uji.

4. Mempelajari dan memahami metode Jominy.

3.2 Teori Dasar

Sifat kekerasan (hardness) suatu logam merupakan salah satu persyaratan utama di dalam pemilihan suatu elemen mesin. Kekerasan suatu logam, baja khususnya, dapat dimodifikasi tanpa menambahkan unsur paduan dan dilakukan dengan perlakuan panas. Tidak semua material mampu dikeraskan dengan cara terebut, untuk mengetahuinya perlu dilakukan uji hardenability (pengujian untuk mengetahui kemampukerasan suatu logam). Salah satu metode pengujian hardenability yaitu jominy test (uji jominy).[8] Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastislokal akibat penetrasi dipermukaan.

Peningkatan kekerasan bergantung pada sifat mampu keras dari baja itu sendiri.

Sifat mampu keras merupakan kemampuan material untuk ditingkatkan kekerasannya dengan serangkaian perlakuan panas. Sifat mampu keras dari baja tergantung pada komposisi kimia dan kecepatan pendinginan. Tidak semua baja dapat dinaikkan kekerasannya. Baja karbon menengah dan baja karbon tinggi dapat dikeraskan, sedangkan baja karbon rendah tidak dapat dikeraskan. Uji jominy merupakan sebuah metode untuk mengetahui kemampuan pengerasan logam (baja). Caranya yaitu benda uji dipanaskan pada suhu yang ditentukan, kemudian didinginkan dengan menyemprotkan air pada salah satu ujungnya (bagian bawah). Setelah pengujian dengan alat uji jominy, diukur kekerasannya dengan menggunakan alat uji kekerasan.[2] Pengujian sifat mampu keras suatu logam besi paduan (baja) dapat ditentukan dengan 2 metoda, yaitu metoda Grossman & Bain dan Jominy end-quench test. Pada kedua metoda ini perbedaanya terletak pada proses pendinginannya, pada uji jominy spesimen

(2)

didinginkan dengan cara disemprotkan pada salah satu ujungn logamnya, sedangkan pada uji grossman logam di quenching kedalam media pendingin dengan kondisi tertentu.

a. Metoda Grossman & Bain

Benda uji (spesimen) berbentuk batang silinder dengan diameter yang bervariasi, parameter pada pengujian Hardenability metoda Grossman & Bain ini adalah diameter kritis dan diameter kritis ideal.

Diameter kritis (D) adalah diameter maksimum dari suatu batang silinder yang dicelup (quench) dalam media quench tertentu tanpa batas pemisah yang tidak mengalami pengerasan (daerah inti), seperti yang terlihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Diameter batang tanpa dan dengan batas pemisah, kekerasan baja menurut Grossman and Bain.

Sumber: Panduan praktikum perlakuan panas UNJANI 2021

Batas pemisah tersebut adalah batas dimana struktur mikro mengandung 50%

martensit (Gambar 3.2) Diameter kritis suatu material sebanding dengan severity of quench dari media quench (H) dimana bila H sangat tinggi maka D akan tinggi pula.

(3)

Gambar 3.2 Kurva hardenability Grossman & Bain dari baja SAE 1040 dan 4140, dengan berbagai diameter batang.

Sumber: Panduan praktikum perlakuan panas UNJANI 2021

b. Jominy test

Gambar 3.3 Peralatan Jominy test

Sumber: Panduan praktikum perlakuan panas UNJANI 2021

Alat uji Jominy adalah alat bantu proses pendinginan (quenching) dalam pengujian mampu keras pada baja. Pengujian dilakukan dengan specimen berupa sepotong baja silinder berukuran panjang 103 mm, diameter 1 inchi (25.4mm) dengan tinggi pancaran air dari ujung nozel 65 mm.[10] Setelah material dipanaskan dalam tungku dipanaskan sampai suhu transformasi (austenit) dan terbentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipasangkan pada aparatus Jominy kemudian air disemprotkan dari bawah, sehingga menyentuh permukaan bawah spesimen.

(4)

beda. Pada bagian yang terkena air mengalami pendinginan yang lebih cepat dan semakin menurun kebagian yang tidak terkena air. Metode yang paling umum dalam menentukan mampu keras suatu baja adalah dengan cara mencelupkan secara cepat (quench) salah satu ujung dari batang uji (metode ini dikembangkan oleh Jominy Boegehold dari Amerika). Setelah quenching dilakukan pengujian kekerasan pada sisi yang dibuat sejajar dengan jarak tertentu 1/16” dari ujung quench dan akan menghasilkan kurva hardenability yang menyatakan hubungan antara kekerasan terhadap jarak dari ujung quench.

Tabel 3.1 Faktor-faktor pengali hardenability Percent

Carbon-Grain

Size Mn Si Ni Cr Mo

# 7

0.05 0.026 1.167 1.035 1.018 1.1080 1.15

0.10 0.054 1.333 1.070 1.036 1.2160 1.30

0.15 0.081 1.500 1.105 1.055 1.3240 1.45

0.20 0.108 1.667 1.140 1.073 1.4320 1.60

0.25 0.135 1.833 1.175 1.091 1.54 1.75

0.30 0.162 2.000 1.210 1.109 1.6480 1.90

0.35 0.189 2.167 1.245 1.128 1.7560 2.05

0.40 0.213 2.333 1.280 1.146 1.8640 2.20

0.45 0.226 2.500 1.315 1.164 1.9720 2.35

0.50 0.238 2.667 1.350 1.182 2.0800 2.50

0.55 0.251 2.833 1.385 1.201 2.1880 2.65

0.60 0.262 3.000 1.420 1.219 2.2960 2.80

0.65 0.273 3.167 1.455 1.237 2.4040 2.95

0.70 0.283 3.333 1.490 1.255 2.5120 3.10

0.75 0.293 3.500 1.525 1.273 2.62 3.25

0.80 0.303 3.667 1.560 1.291 2.7280 3.40

0.85 0.312 3.833 1.595 1.309 2.8360 3.55

0.90 0.321 4.000 1.630 1.321 2.9440 3.70

0.95 4.167 1.665 1.345 3.0520

1.00 4.333 1.700 1.364 3.1600

Kadar karbon dan laju pendinginan mempengaruhi kekerasan suatu komponen yang terbuat dari baja. Fungsi mampu keras merupakan harga kekerasan dan dalamnya pengerasan memberikan hasil yang sama dari suatu proses quench. Mampu keras bergantung pada persentase unsur paduan, besar butir austenit, temperatur austenisasi, lama pemanasan dan struktur mikro baja sebelum dikeraskan.

(5)

Gambar 3.4 Kurva Di Vs IH/DH Sumber: Modul perlakuan panas UNJANI 2021

(6)

Tabel 3.2 Kekerasan martensit dan 50 % martensit sebagai fungsi dari kadar karbon.

Tabel 3.3 Hubungan diameter kritis ideal pada jarak dalam batang Jominy dengan kekerasan 50 % Martensit.

“J”

1/16, in.

DI, in.

“J”

1/16, in.

DI, in.

“J”

1/16, in.

DI, in.

“J”

1/16, in.

DI, in.

0.5 0.27 8.5 3.07 16.5 4.64 24.5 5.69

1.0 0.50 9.0 3.20 17.0 4.72 25.0 5.74

1.5 0.73 9.5 3.32 17.5 4.80 25.5 5.80

2.0 0.95 10.0 3.43 18.0 4.87 26.0 5.86

2.5 1.16 10.5 3.54 18.5 4.94 26.5 5.91

Carbon Content, Initial Hardness, 50%

Martensite Hardness

Hardness-HRC Hardness-HRC Hardness-HRC

% Carbo

n Conte

nt

Initial 100%

Martens it

50%

Martens it

% Carbo

n Conte

nt

Initi al 100

% Martens

it

50%

Martens it

% Carbo

n Conte

nt

Initial 100%

Martens it

50%

Martens it

0.1 0

38 26 0.3

0

50 37 0.5

0

61 47

0.1

1 39 27 0.3

1 51 38 0.5

1 61 47

0.1 2

40 27 0.3

2

51 38 0.5

2

62 48

0.1 3

40 28 0.3

3

52 39 053 62 48

0.1

4 41 28 0.3

4 53 40 0.5

4 63 48

0.1

5 41 29 0.3

5 53 40 0.5

5 63 49

0.1

6 42 30 0.3

6 54 41 0.5

6 63 49

0.1

7 42 30 0.3

7 55 41 0.5

7 64 50

0.1 8

43 31 0.3

8

55 42 0.5

8

64 50

0.1 9

44 31 0.3

9

56 42 0.5

9

64 51

0.2

0 44 32 0.4

0 56 43 0.6

0 64 51

0.2 1

45 32 0.4

1

57 43 0.6

1

64 51

0.2

2 45 33 0.4

2 57 43 0.6

2 65 51

0.2

3 46 34 0.4

3 58 44 0.6

3 65 52

0.2

4 46 34 0.4

4 58 44 0.6

4 65 52

0.2

5 47 35 0.4

5 59 45 0.6

5 65 52

0.2

6 48 35 0.4

6 59 45 0.6

6 65 52

0.2 7

49 36 0.4

7

59 45 0.6

7

65 53

0.2 8

49 36 0.4

8

59 46 0.6

8

65 53

0.2

9 50 37 0.4

9 60 46 0.6

9 65 53

(7)

Nyalakan tungku muffle

Holding time selama 30 menit pada suhu 850°C

Keluarkan spesimen kemudian letakan pada alat jominy test

Masukkan spesimen kedalam tungku muffle Ukur spesimen

3.0 1.37 11.0 3.64 19.0 5.02 27.0 5.96

3.5 1.57 11.5 3.74 19.5 5.08 27.5 6.02

4.0 1.75 12.0 3.83 20.0 5.15 28.0 6.06

4.5 1.93 12.5 3.94 20.5 5.22 28.5 6.12

5.0 2.12 13.0 4.04 21.0 5.28 29.0 6.16

5.5 2.29 13.5 4.13 21.5 5.33 29.5 6.20

6.0 2.45 14.0 4.22 22.0 5.39 30.0 6.25

6.5 2.58 14.5 4.32 22.5 5.46 30.5 6.29

7.0 2.72 15.0 4.40 23.0 5.51 31.0 6.33

7.5 2.86 15.5 4.48 23.5 5.57 31.5 6.37

8.0 2.97 16.0 4.57 24.0 5.63 32.0 6.42

3.3 Tata Cara Praktikum 2.3.1 Skema Proses

Menyiapkan bahan dan alat

Nyalakan air bertekanan pada alat jominy test A

A

(8)

Kikir spesimen hingga permukaannya rata

Beri tanda pada jarak yang sudah ditentukan

Pengumpulan dan perhitungan data

Analisa dan kesimpulan Spesimen diuji kekerasan rockwell

Gambar 3.5 Skema proses Hardenability

2.3.2 Penjelasan Skema Proses

1. Disiapkan alat dan bahan diantaranya; tungku muffle, alat uji jominy, mesin uji kekerasan rockwell C, jangka sorong, penjepit spesimen, penggaris, sarung tangan, baja AISI 4140, dan air.

2. Dimensi spesimen diukur dengan jangka sorong.

3. Tungku muffle dinyalakan dengan temperatur 850°C.

4. Spesimen dimasukkan ke dalam tungku muffle dengan penjepit.

5. Spesimen Di holding time selama 30 menit, kemudian spesimen diangkat dan diletakan pada alat jominy test.

6. Air bertekanan dinyalakan hingga menyemprot bagian bawah spesimen, kemudian tunggu hingga spesimen bertemperatur kamar.

7. Spesimen diangkat kemudian dikikir hingga permukaannya rata setelah itu diberi tanda dengan jarak posisi yang telah ditentukan.

8. Spesimen diuji kekerasan dengan mesin uji Rockwell C.

9. Data dikumpulkan dan dihitung.

Tunggu hingga suhu spesimen temperatur kamar

(9)

10. Data dianalisa dan disimpulkan.

3.4 Alat dan Bahan 3.4.1 Alat

1. Tungku Muffle : 1 Unit

2. Alat uji Jominy : 1 Unit

3. Mesin uji kekerasan Rockwell C : 1 Unit

4. Jangka sorong : 1 Buah

5. Penjepit spesimen : 1 Buah

6. Penggaris : 1 Buah

7. Sarung tangan : 1 Pasang

3.4.2 Bahan

1. Baja AISI 4140 : 1 Buah

2. Air : Secukupnya

3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.5.1 Pengumpulan Data

Standar Pengujian : ASTM A255

Temperatur austenite : 850oC

Panjang spesimen : 3,9 In

Diameter penahan : 1,299 In

Diameter test : 0,984 In

Jenis Material : Baja AISI 4140

Holding time austenite : 30 menit

Media quench : Air bertekanan

Diameter kran : 0,5 In

Jarak nozzle dengan ujung spesimen : 0,5 In Posisi pengujian kekerasan : 1

16,4 2, 8

16, 12 16, 16

16, 20 16, 24

16, 28 16, 32

16

Tabel 3.4 Komposisi Baja AISI 4140

(10)

0,38-0,43 % C

0,75-1.00 % Mn

0,035 % P

0,040 % S

0,15-0,35 % Si

- % Ni

0,80-1,10 % Cr

0,15-0,25 % Mn

Tabel 3.5 Tabel IH/DH dan Kekerasan ( HRC )

Posisi (In)

IH/DH Kekerasan (HRC)

Min Maks Min Maks

1/16 1 1 55 5,8

4/16 1,2 1 45,83 5,8

8/16 1.3 1 39,28 5,8

12/16 1,6 1 30,55 5,8

16/16 2,1 1 26,19 5,8

20/16 2,2 1 25 5,8

24/16 2,3 1 23,91 5,8

28/16 2,4 1 22,91 5,8

32/16 2,5 1 22 5,8

Table 3.6 Kekerasan Hasil Pengujian ( HRC )

Posisi (Inch) Kekerasan (HRC)

32/16 37,0

28/16 35,0

24/16 37.5

20/16 39,0

16/16 42,5

12/16 40,5

8/16 32,5

4/16 46,5

1/16 37,5

(11)

3.5.2 Pengolahan Data

1. Perhitungan Diameter Kritis Maksimum

Diketahui : Diameter ideal (Di) maksimum = 0,225 Faktor Pengali (Fp) Maksimum

Fp Mn = 4,10 Fp Si = 1,22 Fp Cr = 3,30 Fp Mo = 1,78

Ditanya : Diameter Kritis Maksimum (Dc max) Jawab : Dc max = Fp Mn x Fp Si x Fp Cr x Fp Mo

= 0.225 x 4.10 x 1,22 x 3,30 x 1,78

= 6,610 7,00

2. Perhitungan Diameter Kritis Minimum

Diketahui : Diameter ideal (Di) minimum = 0,21 Faktor Pengali (Fp) Minimum

Fp Mn = 3,40 Fp Si = 1,10 Fp Cr = 2,70 Fp Mo = 1,25

Ditanya : Diameter Kritis Minimum (Dc min) Jawab : Dc max = Fp Mn x Fp Si x Fp Cr x Fp Mo

= 0.21 x 3.40 x 1,10 x 2,70 x 1,25

= 2,65

3. Perhitungan Kekerasan (DH) minimum berdasarkan perbandingan Initial Harness per Kekerasan (IH/DH) :

Diketahui : Rockwell C Hardness Min = 5,5 IH/DH min : 1/16 = 1

: 4/16 = 1,2 : 8/16 = 1,4 : 12/16 = 1,8 : 16/16 = 2.1

(12)

: 24/16 = 2,3 : 28/16 = 2,4 : 32/16 = 2,5 Jawab : DH

IH/DH Jarak : 1/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5 1 = 55 4/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5

1,2 = 45,83 8/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5

1,4 = 39,28 12/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5

1,8 = 30,55 16/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5

2,1 = 26,19 20/16 : DH

IH/DH = 5 ,5 2,2 = 25 24/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5

2,3 = 23,91 28/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5

2,4 = 22.91 32/16 ; DH

IH/DH = 5 ,5 2,5 = 22

4. Perhitungan Kekerasan (DH) maksimal berdasarkan perbandingan Initial Harness per Kekerasan (IH/DH) :

Diketahui : Rockwell C Hardness Max = 5,8 IH/DH min : 1/16 = 1

: 4/16 = 1 : 8/16 = 1 : 12/16 = 1 : 16/16 = 1 : 20/16 = 1 : 24/16 = 1 : 28/16 = 1 : 32/16 = 1

(13)

Jawab : DH IH/DH Jarak : 1/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 4/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 8/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 12/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 16/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 20/16 : DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 24/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 28/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5 32/16 ; DH

IH/DH = 5,8 1 = 5 ,5

(14)

Gambar 3.7 Faktor Pengali Untuk Unsur-Unsur Paduan

Gambar 3.8 Hubungan Persen Karbon Dengan Kekerasan Rockwell

(15)

Gambar 3.9 Kurva Di Vs. IH/DH

3.6 Analisa dan Pembahasan

Pada praktikum hardenability kali ini menggunakan metoda Jominy end- quench test. Uji jominy adalah pengujian untuk mengetahui pengerasan pada spesimen yang dipanaskan didalam tungku pada temperatur austenite kemudian didinginkan dengan cara disemprot dengan air yang bertekanan pada salah satu ujung spesimen. Spesimen yang digunakan adalah baja AISI 4140 dan standar pengujian yang digunakan adalah ASTM A255. Setelah dipanaskan, spesimen di holding time didalam tungku selama 30 menit. Holding time dilakukan bertujuan agar fasa yang terbentuk homogen. Langkah selanjutnya adalah spesimen dikeluarkan dengan cepat dan diletakkan pada alat uji jominy. Hal tersebut dilakukan karena laju pendinginan akan terjadi dengan cepat dan mengakibatkan terjadinya perbedaan kekerasan pada spesimen tersebut.

Kemudian spesimen di quenching (disemprot air sampai mencapai temperatur

(16)

kamar) ketika air menyentuh permukaan bawah spesimen, didapatkan kecepatan pendinginan ditiap bagian spesimen berbeda-beda. Pada bagian yang terkena air mengalami pendinginan yang lebih cepat dan semakin menurun kebagian yang tidak terkena air. Berikutnya spesimen dibersihkan dan dikikir hingga rata agar dapat diuji kekerasannya mengunakan mesin uji kekerasan Rockwell. Standar yang digunakan ialah hrc. Hrc digunakan untuk material yang keras seperti baja.

Pengujian kekerasan dilakukan pada 9 titik mulai dari titik paling bawah atau yang paling dekat dengan semprotan air sampai paling jauh dari semprotan air.

55

45.83

39.28

30.55

26.19 25 23.91 22.91 22

Kurva Teoritis atau IH/DH

55

Gambar 3.10 Kurva Teoritis atau IH/DH

3.7 Kesimpulan

1. Kekerasan baja yang terbesar terdapat pada bagian ujung yang lebih dulu didinginkan dengan water spray.

2. Permukaan spesimen yang rata ketika pengujian kekerasan Rockwell memberikan nilai kekerasan yang akurat.

3. Mengetahui nilai kekerasan spesimen uji.

4. Mengetahui metoda uji Jominy.

Referensi

Dokumen terkait

struktur mikro dan untuk mengetahui sifat mekanis dari material yang. meliputi uji kekerasan dan

Pengujian tarik dilakukan untuk menentukan sifat-sifat mekanis material antara lain kekuatan tarik dan regangan. Benda uji dipasang pada penjepit atas dan bawah pada alat uji

Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material.Meskipun

Berdasarkan Gambar 4 diatas diketahui pula bahwa pada titik pengujian ke 15, material dengan laju aliran 0.27 L/detik mempunyai nilai kekerasan paling tinggi dibandingkan yang lain,

Pada pengujian sifat-sifat fisik bata, material bata dan mortar terdiri dati pengujian penentuan dimensi bata, uji berat volume kering, uji kandlUlgan lumpur dalam pasir,

Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan berbentuk piramida dengan

Dokumen ini membahas tentang pengujian tarik dan sifat mekanik

Dokumen ini membahas tentang penelitian yang dilakukan untuk mengetahui metode yang lebih efektif dalam pembuatan biochar dari bahan baku yang bertekstur