PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN PANCASILA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING KELAS I SDN TANJUNGSARI 2 KOTA
BLITAR DALAM MERDEKA BELAJAR
Dea Faisal Rahmad Salim1, Arina Restian2 , Arif Supradana3
1,2PPG FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, 3SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar
1[email protected], 2arestian@umm, 3[email protected]
ABSTRACT
Pancasila education in the independent study is currently a means for students to be able to learn about attitudes, knowledge, manners, and basic abilities. Learning throught the Problem Based Learning (PBL) model which is based on problems in everyday life can be used as an effort to improve student learning outcomes. The purpose of this study was to determine the learning outcomes of class I students at SDN Tanjungsari 2 Blitar city, in the subject of pancasila education by applying the PBL learning model. The research participants were 29 first grade students. Thi research was conducted in 2 cycles, namely cycle I and cycle 2. Data Collection techniquesused tests and observations. In the first cycle of students learning outcomes in the material maintaining harmony with neighbors the average value reaches 65,86, in cycle 2 the average value of learning outcomes increased to 81,03. Then cycle 1 completennes of student learning outcomes rechead 41%, in cycle 2 the percentage of completeness of student learning outcomes increased 76%. The results of the study stated that the application of the Problem Based Learning (PBL) model could improve the learning outcomes of class I students at SDN Tanjungsari 2 Blitar city.
Keywords: Problem Based Learning Model, Pancasila education, independent Study
ABSTRAK
Pendidikan Pancasila pada merdeka belajar saat ini menjadi sarana siswa untuk dapat belajar mengenai sikap pengetahuan, budi pekerti, dan kemampuan dasar.
Pembelajaran melalui model Problem based learning (PBL) yang berdasarkan permasalahan di kehidupan sehari-hari dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas I di SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar, dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dengan menerapkan model pembelajaran PBL.
Partisipan penelitian adalah siswa kelas I sejumlah 29 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yakni siklus I dan Siklus 2. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Pada siklus I hasil belajar siswa pada materi Menjaga kerukunan terhadap tetangga rata –rata nilai mencapai 65, 86. Pada siklus 2 rata – rata nilai hasil belajar meningkat mencapai 81, 03. Kemudian siklus 1 Ketuntasan hasil belajarsiswamencapai 41%, pada siklus2 presentaseketuntasanhasil belajarsiswa meningkat 76%.
Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model Problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar.
Kata Kunci : Model Problem Based Learning, Pendidikan Pancasila, Merdeka belajar
A. Pendahuluan
Penerapan Pendidikan Pancasila pada abad ke – 21 bukan hanya berlaku dalam konteks pembelajaran di kelas secara teoritis, namun penerapan dari teori yang diperoleh di lingkungan masyarakat juga di butuhkan (Nugroho, 2017).
Pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran dalam kurikulum merdeka yang berfokus pada pengembangan diri siswa sehingga diharapkan mereka nantinya dapat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mempunyai rasa atau jiwa kerakyatan atau kewarganegaraan yang utuh. Materi pelajaran Pendidikan Pancasila mengalami perkembangan yang didasarkan pada butir-butir Pancasila yang menjadi dasar negara mkemudian dikembangkan dalam pendidikan Merdeka belajar yaitu pendidikan Profil PelajarPancasila.
Merdeka belajar. istilah yang memiliki makna membentuk kesatuan menjadi kata mejemuk, dapat diartikan memiliki kebebasan dari
segalla bentuk dan kebebasan untuk berdiri sendiri dari penindasan serta eksploitasi. (Daga, 2021)
Kebebasan penindasan dan eksploitasi ini dalam konteks memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar yang berdampak kepada perubahan tingkah laku suatu individu dalam tujuan membentuk kepribadianseutuhnya.
(Pangestu & Rochmat, 2021).
Harapan pemerintah melalui Merdeka belajar bahwa kita dapat bebas merdeka menentukan pilihan kurikulum mana yang akan dipakai, metode dan pendekatan apa yang akan menuntun siswa sesuai dengan bakat dan perkembangan zaman agar dapat digunakan, media dan sumber belajar yang bagaimana yang akan diterapkan di kelas. Salah satu kegiatan terpenting dalam keseluruhan Pendidikan merupakan bagian dari proses belajar mengajar (Agus Wibowo, 2020).
Selanjutnya,tujuan
pembelajaran Pendidikan Pancasila, pada era modern saat ini,perlu
mengakomodir terbentuknya dayaliterasi digital, kreatifitas, inovasi, dan sifat kritis peserta didik, juga perlu menjadikan berbagai permasalahan sosial sebagai sumber pembelajaran Pendidikan Pancasila.
(STKIP Pasundan & Martini, 2018) Pembelajarannya dapat ditujukankepada penanaman sikap serta perilaku yang berpedoman pada nilai-nilai Pancasila dan pengembangan pengetahuan serta kemampuan guna menghayati, memahami, juga meyakini nilai - nilai yang ada pada Pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa (Farid et al., n.d.2022).
Penerapan PPKn di abad ke- 21 bukan hanya dapat dijalankan dalam konteks pembelajaran di kelas secara teoritik, namun diperoleh di lingkunganmasyarakat juga dibutuhkan. Pendidikan
Pancasila sebagai
matapelajarandisekolah memang perlu diajarkan kepada siswa sejak
SD sebab memiliki
tugaspokokyaitu:1) pengembangan kecerdasan untuk warganegara(civic intelligence),2) pembinaan warga negara yang bertanggung jawab (civicdisposition), serta 3) memberikan dorongan untuk
partisipasi warga negara (civic participation). Untuk mengukur keberhasilan tugas pokok pembelajaran.Pendidikan Pancasila di sekolah didapatkan dari hasil belajarsiswa. (Murdiono, 2018)
Pada pendidikan di sekolah dasar (SD), diharapkan peserta didik bisa membuka wawasannya sebagai bekal mereka meningkatkan kualitas hidupnya dalam bermasyarakat di era global dengan pengembangan pengetahuan, sikap, serta keterampilan dasar. (Aisyah Anggraeni, n.d.)
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif penerapan dari teori yang dalam kegiatan belajar- mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran Pendidikan Pancasila karena selama ini pelajaran Pendidikan Pancasila dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkanhafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar Pendidikan Pancasila siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar,
intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.Dari masalah- masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter)dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancangkegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. (Rahayu et al., 2021)
Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan dalam mata pelajaran
Pendidikan Pancasila. Dalam hal ini penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena.
Kemudiansiswa
dimintauntukmencatat permasalahan- permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikirkritis dalam memecahkan masalahyang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikanasumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbedadiantara mereka.
Menghadapikenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mendalamidan melakukan tindakan – tindakan perbaikan pembelajaran PKn, khususnya materiProses Perumusan Pancasila melalui penelitian tindakankelas. Perbaikan yang penulis lakukan.
Mengenai penerapan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada
materi pengambilankeputusan bersama. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatifdan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikanmasalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan- permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.
Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan penelitian yang akan dipecahkan dalam PTK ini mencari informasi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila materi menjaga kerukunan terhadap tetangga melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas I SD Negeri Tanjungsari2 dalam merdeka belajar. Model
pembelajaran Problem Based Learning menurut (Rosidah, 2018) memiliki lima sintaks pembelajaran yang meliputi: 1) Mengorientasikan peserta didik pada masalah; 2) Mengorganisasikan peserta didik; 3) Melakukan penyelidikan; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasilkarya; 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Menurut (Idris et al., 2019) peran gurudalam pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yaitu sebagai fasilitator dan memberikan motivasi. Sebetulnya sudah banyak yang mengkaji permasalahan peningkatan hasil belajar melalui model problem based learning, namun dalam mengukur hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan pancasila dalam merdeka belajar masih jarang.
Dan berbagai penelitian yang mengkaji peningkatan hasil belajar model problem based learning pada umumnya menggunakan desain quasi eksperimen sementara menggunakan PTK masih jarang.
Penelitian ini penting karena usaha mencari solusi mengatasi permasalahan terkait peningkatan hasil belajar pendidikan pancasila
abad 21 itu sangat dibutuhkan di era saat ini.
Dan PTK ini akan mampu memberikan rekomendasi bagi guru di sekolah lain untuk menerapkan model problem based learning sebagai usaha meningkatkan hasil belajar siswanya dalam kurikulum merdeka. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Pancasila Melalui Model Problem Based Learning Kelas I SDN Tanjungsari Kota Blitar Dalam Merdeka Belajar”
B. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan berupaya menerapkan berbagai teknikatau strategi secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang dapat dilihat dari dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran (Muh Ali et al., 2023).
PTK dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto yang secara garis besar penelitian tindakan kelasdilaksanakan menggunakan 4 langkah utama yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Ciri khas dari penelitiaan tindakan kelas menurut (Hadinata,n.d.2023) adalah adanya peningkatan mutu suatu kegiatan yang mengikutsertakan peneliti dalam kegiatan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Pendidikan Pancasila kelas I SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar dalam Merdeka Belajar dengan total 29 peserta didik menjadi subjek dari penelitian ini. Lokasi penelitian berada di ruang kelas I SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar pada bulan Maret 2023 hingga April 2023 semester 2.
Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, Adanya peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 merupakan indicator keberhasilan penelitian ini. Model pembelajaran yang digunakan setiap siklusnya adalah model Problem Based Learning. Modul ajar ini disusun oleh peneliti atas bimbingan dari dosen pembimbing dan guru pamong yang sesuai dengan capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan indicator capaian tujuan pembelajaran, menyusun bahan ajar, lembar kegiatan peserta didik,
instrument penilaian dan soal evaluasi. Hasil belajar peserta didik diukur melalui tes.Instrument tes ini berupa tes pilihan ganda (Multiple Choice Test) yang terdiri dari 10 butir soal pada materi menjaga kerukunan terhadap tetangga. Apabila ketuntasan di dalam kelas mencapai
≥75% maka pembelajaran dikatakan berhasil.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I
Tahap awal dimulai dengan : a) Menganalisis capaian pembelajaran pada Materi Pendidikan Pancasila yang akan disusun dalam modul ajar kurikulum merdeka.; b) Menyusun perangkat pembelajaran menggunakanmodel pembelajaran Problem Based Learning pada kurikulum merdeka.
Perangkat pembelajaran yang disusun terkait dengan modul ajar,bahan ajar,lembar kegiatan peserta didik, media pembelajaran, instrument penilaianhinggaevaluasi, remidi, dan pengayaan. Pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan di dalam ruang kelas I SDN Tanjungsari Kota Blitar.Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan langkah – langkahpembelajaran model pembelajaranProblem Based
Learning. Kegiatan awal pembelajaranpesertadidik dimulai dengan berdoa untuk mulai kegiatanpembelajaran,
adanyapembiasaan untuk menyanyikan lagu nasional yaitu Garuda Pancasila, peserta didik secara kompak dan semangat untukmenyanyikanlagu nasional.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan literasi melalui video kerukunan bertetangga, siswadiberikan pertanyaan pemantik yang digunakan untuk menujumateripembelajaran.
Setelah pemberian pertanyaan pemantik, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan menggunakan lima Langkah model pembelajaran Problem Based Learning yaitu : 1) Mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap yang pertama ini siswa diberikan permasalahan melalui sebuah tayangan video tentang menjaga kerukunan bertetangga yang ditayangkan melalui LCD. Guru memberikan kesempatan kepada siswa secara bergantian untuk
mencoba menyampaikan
pendapatnya terkait video yang diberikan oleh guru ; 2) Mengorganisasikan siswa . Pada
tahap kedua ini siswa berkumpul dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk menyelesaikan LKPD yang telah dibagikan oleh guru dengan waktu pengerjaan yang telah disepakati bersama yaitu selama 35 menit ; 3) Melakukan penyelidikan atau penelusuran untuk menjawab permasalahan. Pada tahap ketiga ini siswa menyelesaikan kegiatan yang terdapat pada LKPD yaitu bersama kelompoknya siswa mendiskusikan cara menjaga kerukunan terhadap tetangga melalui kartu gambar yangdiberikanguru.
4)Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap keempat ini siswabersamakelompoknya
menyajikan hasil karya mereka yang sudah didiskusikan ke depan kelas melalui kegiatan presentasi hasil diskusi dan kemudian kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan, masukan, komentar, maupun saran ; 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ke lima ini siswa diberikan konfirmasi oleh guru terkait hasil diskusi yang telah dipresentasikan ke depan kelas dan pemberian evaluasi akhir pembelajaran dengan teknik tes melalui kertas yang dibagikan oleh
guru. Pada tahap ini juga terlihat bahwa siswa terlihat sangat tidak bersemangat mengerjakan.
Kegiatan penutup guru melakukan tanya jawab dan menyimpulkan mengenai materi yang telah dipelajari. Pada saat kegiatan tanya jawab siswa terlihat bingung untukmenjawab dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah melakukan tanya jawab dan menyimpulkan mengenai kegiatan dan materi pembelajaran, siswa diberikan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari yaitu menjaga kerukunan terhadap tetangga.
Tahap perencanaan siklus II dimulai dengan : a) Menyusun perangkat pembelajaran menggunakanmodel pembelajaran Problem Based Learning pada Kurikulum Merdeka. Perangkat pembelajaran yang disusun terkait modul ajar , bahan ajar, LKPD, media pembelajaran, instrument penilaian hingga evaluasi, remidi dan pengayaan.
Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan di dalam ruang kelas I SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar menggunakan sintak model pembelajaran Problem Based Learning. Kegiatan awal siswa dimulai dengan berdoa untuk memulai pembelajaran. Adanya pembiasaan untuk menyanyikan lagu nasional
Garuda Pancasila. Siswa secara bersama-sama penuh semangat menyanyikan lagu Garuda Pancasila.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa melakukan kegiatan literasi dengan menyanyikan lagu rukun tetangga bersama – sama dengan guru agar lebih mudah siswa memahami cara menjaga kerukunan terhadap tetangga. Setelah itu siswa diberikan pertanyaan pemantik yang digunakan untuk menuju materi pembelajaran melalui kegiatan kerukunan yang ada dalam lagu rukun bertetangga. Setelah pemberian pertanyaan pemantik tujuan pembelajaran disampaikan oleh guru. Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan menggunakan lima langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning yaitu :
1) Mengo
rientasikan siswa pada masalah. Pada tahap yang pertama ini siswa diberikan permasalahan untuk memahami gambar puzzle tentang kegiatan bertetangga yang baik dan buruk agar siswa dapat membedakan dan mencontoh kegiatan baik dalam bertetangga.
2) Mengo
rganisasikan siswa. Pada tahap kedua ini siswa melakukan diskusi kelompok
untuk menyelesaikan LKPD yang telah dibagikan oleh guru dengan waktu pengerjaan yang telah disepakati bersama yaitu selama 35 menit. Melalui puzzle siswa dalam tugas LKPD harus dapat memasangkan gambar puzzle yang sesuai dengan contoh gambar kerukunan yang telah diberikan guru.
Setiap anggota kelompok secara bergantian dapat mencoba menyusun puzzle dengan benar. Bagi kelompok yang menyusunnya rapi dan sesuai akan diberikan hadiah oleh guru 3) Melakukan penyelidikan atau penelusuran untuk menjawab permasalahan. Pada tahap ketiga ini siswa harus menyusun cerita yang sesuai dengan gambar puzzle yang telah mereka rangkai, 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ke empat ini siswa bersama kelompoknya menyajikan hasil karya mereka ke depan kelas melalui kegiatan presentasi hasil bertukar pikiran mereka dan kemudian kelompok lain diberikan waktu untuk memberikan masukan atau komentar, maupun saran; 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ke lima ini siswa diberikan konfirmasi oleh guru terkait hasil diskusi yang telah dipresentasikan ke depan kelas.
Kegiatan penutup siswa bersama dengan guru melakukan tanya jawab dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada saat kegiatan tanya jawab siswa berkontribusi aktif untuk menjawab dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Selanjutnya siswa diberikan pemantapan materi yang telah dipelajari yaitu
selanjutnya siswa diberikan soal evaluasi sebanyak 10 soal untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila materi menjaga kerukunan terhadap tetangga. Berikut dokumentasi proses pembelajaran Siklus II
Gambar 1 Proses Pembelajaran Tabel 1 Hasil Belajar Peserta Didik
Siklus I N Tuntas Belum
Tuntas Rata - rata
29 N % N % 65,86
12 41% 17 59%
Siklus II N Tuntas Belum
Tuntas Rata-rata
29 N % N % 81,03
22 76% 7 24%
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui pada materi menjaga kerukunan terhadap tetangga rata – rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I yakni 65,86 dengan presentase ketuntasan belajar siswa
mencapai 41% dari 29 siswa di kelas 1 sebanyak 12 orang siswa yang tuntas. Hal ini menunjukkan pada siklus I hasil pembelajaran siswa belum memenuhi target yang ditentukan.
Adapun target pada materi menjaga kerukunan terhadap tetangga ini adalah memenuhi Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) yakni dengan nilai hasil belajar 75. Kemudian presentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 75%. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat pada siklus II mengalami peningkatan dengan rata – rata nilai hasil belajar siswa pada
siklus II yakni 81,03 dengan presentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan mencapai 76% dari 29 siswa kelas 1 sebanyak 22 orang siswa yang tuntas.
Sehingga terlihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 35%.
Ketuntasan hasil belajar siswa kelas I di SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar dapat dilihat dalam gambar diagram batang berikut :
Grafik diagram perbandingan presentase ketuntasan hasil belajar
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan jika ada peningkatan hasil belajar siswa pada Pendidikan Pancasila kelas I SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar dengan materi menjaga kerukunan terhadap tetangga menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam merdeka belajar. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran PBL menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
D. Kesimpulan
Hasil belajar siswa pada Pendidikan Pancasila kelas I di SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar mengalami peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran PBL atau Problem based learning. Peningkatan tersebut dikarenakan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi serta model pembelajaran PBL. Sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran PBL: 1)
80%
KETUNTASAN HASIL BELAJAR
76%
60%
41%
40%
20%
0%
SIKLUS I SIKLUS II
Mengorientasikan siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan kerja siswa ; 3) Melakukan penyelidikan atau penelusuran untuk menjawab permasalahan; 4) Menyusun hasil karya dan mempresentasikannya;
dan 5) Menganalisisdan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah.
Penggunaan model PBL dapat terlaksana dengan baik sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Pada hasil penelitian siklus I siswa kelas I SDN Tanjungsari 2 Kota Blitar memperoleh nilai rata – rata 65,86.
Dengan jumlah 17 siswa masih belum mencapai nilai KKM dan 12 siswa sudah tuntas, dengan presentase ketuntasan sebanyak 41%
tuntas dan 59%. belum tuntas. Hasil penelitian siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari nilai rata – rata sebesar 81,03.
Pada siklus II ini terdapat peningkatan sebanyak 22 siswa sudah tuntas dengan presentase 76%
dan 7 siswa belum tuntas dengan presentase 24%. Sehingga meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat melalui model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning) dan didukung dengan
pembelajaran yang menyenangkan , komunikatif dan aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo, P. (2020).
Meningkatkan Hasil
Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Teks Cerita Novel Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning. Mimbar Pendidikan
Indonesia, 1(2).
https://doi.org/10.23887/mp i.v1i2.30194
Aisyah Anggraeni, M. (n.d.). [No title found]. e-Jurnal Inovasi Pembelajaran Sekolah Dasar, 11(1), 1.
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
https://doi.org/10.31949/educati o.v7i3.1279
Farid, I., Yulianti, R., & Nulhakim, L.
(n.d.). Implementasi Kurikulum
Dalam Pembelajaran
Khususnya Pada Muatan 5 Bidang Studi Utama Di Sekolah Dasar.
Hadinata, R. (n.d.). PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI HIKMAH DAN MANFAAT SYAJAAH DI KELAS XI IPS 1 SMAN 2
KUALA KAPUAS. 3(1).
Idris, I., Sida, S. C., & Idawati, I.
(2019). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPS Siswa SD.
Indonesian Journal of Primary Education,3(2), 58–63.
https://doi.org/10.17509/ijpe .v3i2.21849
Muh Ali, A., Satriawati, S., & Nur, R.
(2023). Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Menggunakan Metode Eksperimen Kelas VI Sekolah Dasar. PTK: Jurnal Tindakan Kelas, 3(2), 114– 121.
https://doi.org/10.53624/ptkv3i2.
150
Murdiono, M. (2018).
PENINGKATAN KETERAMPILAN
KEWARGANEGARAAN (CIVIC
SKILLS) MELALUI
PENERAPAN PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN
BERBASIS PORTOFOLIO.
HUMANIKA, 7(1).
https://doi.org/10.21831/hum.v 7i1.21016
Nugroho, D. A. (2017). Penguatan Ecological Citizenship melalui Penerapan Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraan Berbasis Masyarakat.
Pangestu, D. A., & Rochmat, S.
(2021). FILOSOFI MERDEKA BELAJAR BERDASARKAN PERSPEKTIF PENDIRI
BANGSA. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1), 78–92.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v 6i1.1823
Rahayu, D. D., Irfan, M., & Lailiyah, N. S. (2021). Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI. 1(2).
Rosidah, C. T. (2018). PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING UNTUK
MENUMBUHKEMBANGKA N HIGHER ORDER THINKING SKILL SISWA SEKOLAH DASAR. INVENTA, 2(1), 62–
71. https://doi.org/10.36456/inv enta.2.1.a1627
STKIP Pasundan, & Martini, E.
(2018). MEMBANGUN
KARAKTER GENERASI MUDA
MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS KECAKAPAN ABAD 21. Jurnal
Pancasila dan
Kewarganegaraan, 3(2), 21–27.
https://doi.org/10.24269/jpk.
v3.n2.2018.pp21-27