• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan hasil belajar ipa pada materi perubahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peningkatan hasil belajar ipa pada materi perubahan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

Judul Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar IPA pada Materi Perubahan Lingkungan dengan Model Pictorial dan Pictorial Siswa Kelas IV SD Inpres Kassi Makassar. Maka saya membuat pernyataan ini dan saya siap menerima sanksi jika pernyataan ini tidak benar. Judul Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar IPA pada Materi Perubahan Lingkungan dengan Model Pictorial dan Pictorial Siswa Kelas IV SD Inpres Kassi Makassar.

ABSTRAK

Identifikasi masalah

Siswa kurang mampu mengkonstruksi atau menghubungkan konsep sains yang dipelajarinya dengan situasi kehidupan nyata.

Rumusan Masalah

Pemecahan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Memberikan kontribusi yang baik kepada sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

Kajian pustaka

  • Perubahan Lingkungan karena Campur Tangan Manusia
  • Perubahan Lingkungan karena Faktor Alam
  • Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
  • Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe picture and picture
  • Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Picture and picture adalah sebagai berikut
  • Kekurangan model kooperatif tipe Picture and picture yaitu
  • Ciri-Ciri Belajar
  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam pembelajaran. Adanya alokasi, dalam artian apresiasi dalam pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kelompok dibandingkan pada masing-masing individu. Pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan model pembelajaran yang mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.

Saat menyampaikan materi, guru mengajarkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau temannya. Saat berdiskusi dan membaca gambar ini, guru hendaknya menekankan hal ini. Hal ini dicapai dengan meminta siswa lain mengulanginya, menuliskannya atau menggunakan bentuk lain agar siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting untuk mencapai KD dan indikator-indikator yang mendasarinya. sudah diatur. Belajar merupakan suatu proses terjadinya perubahan tingkah laku seseorang akibat berinteraksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hudoyo (1990: 1) mengemukakan bahwa “belajar terjadi apabila dapat diasumsikan menjadi suatu proses kegiatan dalam diri seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku”. Definisi lain Slameto (1991:2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses bisnis yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan perubahan. perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Bruner (Slameto, 1991:12) mengemukakan bahwa belajar bukanlah mengubah tingkah laku seseorang, tetapi mengubah kurikulum sekolah sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih mudah. Berdasarkan pernyataan tentang pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan untuk menciptakan perubahan tingkah laku dan aspek kepribadian orang yang belajar sebagai hasil interaksi dengan individu dan lingkungannya. Dalam pembelajaran, siswa mengalami sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan atau penambahan tingkah laku dan keterampilan.

Kerangka pikir

Kedua puluh dimensi tersebut, yaitu: dimensi produk dan dimensi proses, sudah lama dialami negara kita ketika mempelajari sains sebagai produk dan bukan sebagai proses. Akibatnya negara kita hanya mempunyai kemampuan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tidak pandai menghasilkan ilmu pengetahuan. Sebagai gambaran, selama ini kita mengenal berbagai teori dan hukum ilmu pengetahuan yang berasal dari luar negeri, misalnya saja hukum Boyle, hukum Archimides, teori Mendel, teori Einstein, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kepada siswa kita diajarkan pentingnya keterampilan proses yang dapat diartikan sebagai proses memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga kedepannya negara kita tidak hanya pandai menggunakan ilmu pengetahuan, tetapi juga pandai menghasilkan 1PA.

Sehingga bangsa kita akan sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Beberapa keterampilan proses dalam pendidikan sains (1) Keterampilan observasi, (2) Keterampilan klasifikasi, (3) Keterampilan interpretasi, (4) Keterampilan prediktif, (5) Keterampilan hipotesis, (6)) Keterampilan pengendalian variabel, (7) Perencanaan dan perencanaan keterampilan melakukan penelitian eksperimen, (8) Keterampilan menyimpulkan (inference), (9) Keterampilan menerapkan (determining), (10) Keterampilan berkomunikasi. 21 terobosan baru dalam penyelesaian suatu masalah secara individu maupun kelompok, guna membangkitkan keinginan dan prestasi belajar baru, membangkitkan motivasi dan merangsang aktivitas belajar siswa. Berdasarkan uraian singkat di atas terlihat jelas bahwa penerapan model pembelajaran gambar dan gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hipotesis

Lokasi dan Subjek Penelitian

Fokus Penelitian

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, lebih khusus lagi penelitian tindakan kelas yang meliputi empat tahap dalam setiap siklusnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merealisasikan tindakan tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pengajaran yang telah dibuat yaitu dalam setiap penyajian materi, peneliti berperan sebagai guru selalu memberikan gambar sebagai media untuk memudahkan siswa dalam memahaminya. memahami peristiwa alam. yang terjadi sejak awal terjadinya peristiwa alam. Siswa kemudian diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya untuk mencari solusi dari permasalahan yang disajikan berdasarkan media yang disediakan dan kemudian meminta siswa untuk mempresentasikan hasilnya.

Mereka mempresentasikan temuannya di depan kelas dan memberikan tugas/pekerjaan rumah kepada siswa sebagai bahan penilaian tambahan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Pada prinsipnya tahap observasi dilakukan pada saat penelitian, yang dituangkan dalam lembar observasi yang meliputi kehadiran siswa, siswa yang aktif selama pembelajaran, yang memperhatikan guru, yang mengajukan pertanyaan tentang materi pembelajaran yang disampaikan. tidak memahami siapa yang mengurutkan gambar dengan benar, siapa yang salah mengurutkan gambar, dan siapa yang melakukan kegiatan lain selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus ini dilakukan sama seperti siklus I yang dilaksanakan dalam tiga sesi, termasuk tes pada siklus II.

Instrumen Penelitian

Tes dilakukan dengan menguji kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran IPA di kelas IV SD Inpres Kassi.

Teknik Analisis Data

Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja dalam penelitian ini menggunakan skor kinerja rata-rata kelas dengan syarat ketuntasan belajar 75% yang mendapat nilai 65 ke atas, maka penelitian ini dikatakan berhasil. Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian proses pembelajaran IPA dengan model picture and picture yang dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan dan 2 kali tes dalam 2 siklus yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret.

HASIL PENELITIAN

29 Grafik statistik hasil belajar siswa tingkat 1 dapat dilihat pada grafik berikut. Berdasarkan grafik 1.1 di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Kassi siklus I setelah menggunakan model pembelajaran picture and picture dengan jumlah siswa 30 orang mencapai nilai tertinggi yaitu 80 poin. Jika kita mengelompokkan hasil belajar siswa ke dalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi dan persentasenya sebagai berikut.

STATISTIK HASIL BELAJAR

30 Grafik distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut. Jika skor hasil belajar siswa dianalisis, maka persentase ketuntasan pembelajaran IPA siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. 31 Grafik sebaran skor ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada grafik berikut.

Berdasarkan grafik 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa yaitu 50% dari 30 siswa termasuk kategori tuntas, dan 50% dari 30 siswa termasuk kategori tuntas. Berdasarkan data observasi yang diperoleh pada Siklus II terlihat bahwa siswa kelas IV SD Inpres Kassi mengalami perubahan sikap, perilaku dan aktivitas selama proses pembelajaran pada Siklus II. Perubahan ini juga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa pada Siklus II yaitu setelah penerapan model gambar dan gambar pada pembelajaran IPA topik perubahan lingkungan.

Hasil belajar siswa dapat dilihat berdasarkan data yang dikumpulkan sebagai data kualitatif. Grafik data statistik skor hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres Kassi dapat dilihat pada grafik berikut. Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa pada siklus II setelah diterapkan model gambar dan gambar mengalami peningkatan yaitu dari 30 siswa tercapai nilai ideal 100, nilai tertinggi adalah 95 dan skor terendah adalah 70 dengan rentang skor 25.

Dari hasil analisis data hasil belajar IPA siswa pada siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 82,66.

Tabel 4.3: Distribusi skor ketuntasan hasil belajar IPA murid pada siklus I.
Tabel 4.3: Distribusi skor ketuntasan hasil belajar IPA murid pada siklus I.

Statistik skor hasil belajar murid

33 Jika kita mengelompokkan hasil belajar siswa ke dalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi dan persentasenya sebagai berikut. Grafik yang berkaitan dengan distribusi frekuensi kategori data dan persentase hasil belajar IPA siswa kelas II. Anda dapat melihat siklusnya pada grafik berikut. Berdasarkan grafik 4.7 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas II. siklus mencapai skor rata-rata 80,83 dengan sebaran sebagai berikut: kategori sangat rendah tidak ada (0%), kategori rendah tidak ada (0%), kategori sedang 6.

Hasil Belajar Siklus II

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II, pembahasan ini akan dikaitkan dengan model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Manggala Kota Makassar yaitu dengan menerapkan model piktorial dan piktorial sebagai upaya peningkatan hasil belajar IPA. Karena mempunyai motivasi belajar yang tinggi, karena dalam model pembelajaran ini guru berperan penting dalam memberikan materi, menyajikan media gambar yang sesuai materi serta latihan terstruktur dan mandiri kepada siswa agar hasil belajar IPA siswa meningkat.

Penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yaitu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV sekolah dasar. Berdasarkan perbandingan observasi mengenai aktivitas belajar siswa, pada Siklus I ditemukan siswa bersikap pasif selama proses pembelajaran. Namun pada Siklus II siswa sudah mahir dalam menempatkan atau mengurutkan gambar dengan benar.

36 Peningkatan hasil belajar ini disebabkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mulai termotivasi, walaupun pada siklus I pada pertemuan ke 3 siswa mulai termotivasi namun hasil belajarnya masih rendah. Motivasi ini memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena tanpa siswa yang termotivasi dalam belajar berarti siswa tidak antusias mengikuti pelajaran dan akhirnya menjadi pasif dan tidak memperhatikan pelajaran atau berbagai tidak melakukan hal-hal lain. kegiatan selama proses pembelajaran. untuk menghilangkan kebosanan selama proses pembelajaran. Artinya hasil belajar sains siswa pada mata pelajaran perubahan lingkungan mengalami peningkatan yang sangat baik dan sesuai dengan harapan peneliti.

37 Dari data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa pada topik sistem pernapasan manusia melalui model gambar dan gambar di kelas IV SD Inpres Kassi kec.

Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi perubahan lingkungan siswa sekolah dasar kelas IV. Hal ini terlihat dengan diperolehnya skor rata-rata hasil belajar IPA pada siklus I yaitu 62 dan pada siklus II meningkat menjadi 81,2. Begitu pula dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa dimana pada siklus I terdapat 15 siswa (50%) yang tidak tuntas dan 15 siswa (50%) yang tuntas.

Sedangkan pada siklus II mengalami penurunan menjadi tidak ada (0%) siswa yang berada pada kategori tuntas dan 30 siswa (100%) yang berada pada kategori tuntas.

Saran

Gambar

Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Murid Pada Siklus I Statistik Nilai statistic
Tabel  4.2 :  Distribusi  frekuensi    dan  persentase  skor  hasil  belajar murid pada siklus I
Tabel 4.3: Distribusi skor ketuntasan hasil belajar IPA murid pada siklus I.
Grafik ketuntasan belajar murid  pada siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan permasalahan diatas, perbaikan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan media pembelajaran Video pada pelajaran IPA