LAPORAN STUDI KASUS PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS 1 PADA MATERI PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING DI SDN BARANG 1
Fitri Rindi Mulia, S.Pd.
Universitas Muhammadiyah Malang
A. Deskripsi Studi Kasus
Studi kasus ini membahas mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik
menggunakan model problem based learning. Hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan sikap maupun kebiasaan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. hasil belajar biasanya digambarkan dalam bentuk skor atau nilai. Topik kasus yang dibahas dalam laporan studi kasus ini adalah mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik dalam muatan
matematika materi penjumlahan. Materi penjumlahan sendiri merupakan materi pokok dari muatan matematika. Dengan dikuasainya topik ini maka akan mempermudah peserta didik dalam mempelajari topik lain dalam muatan ini. Peserta didik kelas 1 yang masih dalam masa adaptasi dengan sekolah baru. Selain itu, pembelajaran harus disampaikan secara bermakna sehingga materi yang diajarkan dapat terserap oleh peserta didik secara maksimal dan dapat diingat sepanjang hayat. Materi penjumlahan dalam muatan matematika merupakan materi pokok yang akan sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi ini sangat penting untuk dikuasai.
B. Analisis Situasi
Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa hasil belajar peserta didik kelas 1 SDN Barang 1 dalam muatan matematika materi penjumlahan masih tergolong rendah. Selain itu, peserta didik kelas 1 masih tergolong pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan lebih senang bermain dan bercerita sendiri selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena guru hanya menyampaikan materi pembelajaran dengan mengacu pada buku teks sehingga peserta didik merasa bosan dan mencari aktivitas lain yang lebih
menyenangkan. Berdasarkan beberapa paparan tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang dapat mewadahi karakteristik peserta didik tersebut. Model problem based learnig dipilih karena dapat menjadi sarana mewadahi peserta didik yang senang berbicara sendiri dengan pemberian masalah yang harus diselesaikan peserta didik dengan cara bekerja dalam kelompok. Keaktifan peserta didik dalam berbicara dapat terwadahi dalam proses diskusi pemecahan masalah. Dalam pembuatan modul ajar dengan menggunakan model problem based learning dilakukan secara individu dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru pamong sehingga modul ajar yang dibuat lebih matang dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Peserta didik yang masuk dalam tahap perkembangan operasional konkret membutuhkan benda nyata yang dapat diamati secara langsung oleh peserta didik. Hal ini menjadi hambatan tersendiri karena perlu mengetahui minat dan ketertarikan peserta didik pada suatu topik sehingga media yang dibuat dapat menarik perhatian peserta didik selama proses pembelajaran. Gambar-gambar yang digunakan dalam media pembelajaran harus relevan dengan tahap perkembangan peserta didik dan juga materi yang disampaikan sehingga penyampaian informasi selama proses pembelajaran dapat berlangsung secara
maksimal. Beberapa peserta didik yang masih terlihat malu ketika bertanya menjadi permasalahan tersendiri.
C. Alternatif Solusi
Langkah nyata yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ditemui selama proses observasi awal diantaran adalah membuat rancangan modul pembelajaran yang dapat mewadahi karakteristik peserta didik dan membuat media pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan serta minat belajar peserta didik. Model yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran adalah model problem based learning. Model ini dipilih dengan tujuan agar karakter peserta didik yang senang berbicara selama proses pembelajaran dapat
terwadahi. Guru yang sebelumnya hanya mengajar dengan berpandukan buku teks diubah dengan penerapan pembelajaran yang terfokus pada peserta didik (student center) sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih bermakna. Selain itu, kegiatan fasilitator kepada peserta didik juga dilakukan dengan lebih maksimal sehingga penyampaian informasi materi pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih optimal. Untuk mengatasi peserta didik yang malu-malu ketika bertanya, diberikan peran tutor sebaya kepada peserta didik dengan nilai di atas rata-rata sehingga peserta didik yang malu bertanya kepada guru tetap
mendapatkan informasi yang dibutuhkan melalui teman sebayanya.
Selain itu, media konkret dalam bentuk PowerPoint juga dibuat agar dapat menarik perhatian peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Media PowerPoint dipilih karena mudah di kustomisasi baik dalam hal konten maupun isinya. Pengguna lebih fleksibel dalam menggunakan gambar dan warna dalam pembuatan media pembelajaran berbasis PowerPoint. Kesulitan yang dialami dalam membuat media dalam bentuk digital ini adalah menemukan gambar yang cocok dan sesuai dengan isi materi, namun juga sesuai dengan minat belajar peserta didik. Gambar animasi dengan bentuk-bentuk yang sudah dikenal peserta didik menjadi opsi untuk digunakan, dengan tujuan peserta didik lebih mudah
memahami informasi yang disampaikan. Materi yang dimuat dalam media pembelajaran dan modul disesuaikan dengan buku panduan guru dan buku siswa sehingga materi yang
disampaikan sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Dengan maksimalnya materi yang disampaikan kepada peserta didik maka hasil peserta didik ikut meningkat selaras dengan meningkatnya perhatian peserta didik pada materi yang diajarkan.
D. Evaluasi
Berdasarkan hasil tindakan kelas yang dilakukan pada kelas 1 SDN Barang 1 pada muatan matematika materi penjumlahan menunjukkan dampak peningkatan nilai yang signifikan. Dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran. Pengaplikasian media pembelajaran dalam bentuk PowerPoint dapat meningkatkan perhatian dan minat peserta didik selama proses
pembelajaran sehingga hasil belajar juga meningkat. Penerapan peranan tutor teman sebaya dapat membantu guru dalam menyebarkan informasi ke semua peserta didik secara merata.
Peranan fasilitator yang dilakukan secara maksimal juga memberikan dampak yang positif berupa lebih aktifnya peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan
meningkatnya keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik juga. Hal ini dibuktikan dengan persentase hasil siklus pembelajaran
54,5% peserta didik mampu mencapai kategori skor sangat tinggi, 27,3% mampu mencapai kategori skor tinggi, dan 18,2% peserta didik mencapai kategori cukup.