• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Pelajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh

Hafizhotunnisa Ishmatullah 1005895

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP

HASIL BELAJAR

Oleh

Hafizhotunnisa Ishmatullah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Hafizhotunnisa Ishmatullah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

TeknikMesin 4 TahunPelajaran 2014/2015)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Drs. H. EdedTarmedi, MA NIP. 19580105 198002 1 002

Mengetahui,

DekanFakultas

PendidikanEkonomidanBisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Edi Suryadi, M.S. NIP. 19600412 198603 1 002

Ketua ProgramStudi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. Lili Adi Wibowo,S.Sos.,S.Pd.,M.M. NIP. 196904041999031001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis

(4)

Hafizhotunnisa Ishmatullah (1005895), “Efektivitas Model Pembelajaran

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar” (Penelitian Tindakan Kelas

pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Siswa Kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015).” Pembimbing Drs. H. Eded Tarmedi, MA Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini penilaian dilakukan secara otentik atau mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Hasil belajar merupakan alat ukur keberhasilan yang telah dicapai siswa. Salah satu model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 ialah Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa yang tergambar dalam hasil belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung pada bulan September 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus pembelajaran. Analisis data hasil penelitian menggunakan catatan anekdot dari pengamatan secara langsung terhadap kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses yang digunakan pada tiap siklus dan kemudian dibandingkan antara siklus satu, siklus dua dengan siklus tiga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ini terlihat dari ketiga aspek penilaian hasil belajar proses siswa dari tiap siklus. Pada siklus I hasil yang diperoleh 6 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran atau hanya 1 kelompok yang mampu memecahkan masalah. Pada siklus II hasil yang diperoleh 31 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran atau seluruh kelompok mampu memecahkan masalah. Pada siklus III hasil yang diperoleh 34 siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran atau seluruh kelompok mampu memecahkan masalah lebih terampil dari siklus sebelumnya.

(5)

Hafizhotunnisa Ishmatullah, 2014

Entrepreneurship Students of Grade X Engineering Mechanical 4 Department

SMK Negeri 2 Bandung in the 2014/2015’s year).” Under Guidance Drs. H. Eded Tarmedi, MA.

The latest curriculum issued by the government and used by schools is ‘2013

curriculum’. In this 2013 curriculum authentic assessment done or measure all

competency attitudes, skills and knowledge based on the process and results. Learning outcomes is a measure of success that has been achieved by students. One model of learning that is used in ‘2013 curriculum’ is problem based learning. Learning model will affect the learning achievement of students is reflected in the learning outcomes.

This research aims to determine the effectiveness of problem based learning instructional model to increase student learning outcomes. Object of this research is students of grade X engineering mechanical 4 department SMK Negeri 2 Bandung in September 2014. This type of research is classroom action research with three cycles of learning. Analysis of research data using anecdotal records from direct observation of competence attitudes, skills and knowledge based processes used in each cycle and then compared between cycle one, cycle two to three cycles.

The result of this research indicate that problem based learning can improve student learning outcomes. This increase can be seen from the three aspects of the assessment process of students learning outcomes of each cycle. In cycle I the results obtained 6 students actively participating in learning activities or only one group that is able to solve the problem. In cycle II results 31 students actively participating in learning activities or the whole group was able to solve the problem. In cycle III the results obtained 34 students actively participating in learning activities or the whole group was able to solve the problem is more skilled than the previous cycyle.

(6)

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran ... Error! Bookmark not

defined.

2.2 Model Problem Based Learning ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Keunggulan Model Problem Based Learning ... Error!

Bookmark not defined.

2.2.2 Hambatan Model Problem Based LearningError! Bookmark

not defined.

2.2.3 Karakteristik Model Problem Based Learning ... Error!

Bookmark not defined.

2.2.4 Manfaat Model Problem Based Learning .. Error! Bookmark

not defined.

2.2.5 Tahapan Model Problem Based Learning . Error! Bookmark

not defined.

2.3 Hasil Belajar ... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... Error!

Bookmark not defined.

2.4 Keterkaitan antara Model PBL dengan Hasil BelajarError! Bookmark not defined. 2.5 Orisinalitas Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(7)

Hafizhotunnisa Ishmatullah, 2014

3.2Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3Waktu dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5Definisi Istilah ... Error! Bookmark not defined. 3.6Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1Hasil Pratindakan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1.1Hasil Refleksi Awal PratindakanError! Bookmark not defined. 4.1.1.2Hasil Penelitian PratindakanError! Bookmark not defined. 4.1.1.3Perencanaan TindakanError! Bookmark not defined. 4.1.2Hasil Tindakan ... Error! Bookmark not defined.

4.1.2.1Perencanaan Tindakan IError! Bookmark not defined. 4.1.2.2Proses Pelaksanaan Tindakan IError! Bookmark not defined. 4.1.2.3Hasil Penelitian Tindakan IError! Bookmark not defined.

4.1.2.4Identifikasi Masalah Akhir Tindakan IError! Bookmark not defined. 4.1.2.5Perencanaan Tindakan IIError! Bookmark not defined.

4.1.2.6Proses Pelaksanaan Tindakan IIError! Bookmark not defined. 4.1.2.7Hasil Penelitian Tindakan IIError! Bookmark not defined.

4.1.2.8Identifikasi Masalah Akhir Tindakan IIError! Bookmark not defined. 4.1.2.9Perencanaan Tindakan IIIError! Bookmark not defined.

4.1.2.10Proses Pelaksanaan Tindakan IIIError! Bookmark not defined. 4.1.2.11Hasil Pelaksanaan Tindakan IIIError! Bookmark not defined. 4.1.3Hasil Pascatindakan ... Error! Bookmark not defined.

(8)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan hal penting untuk mewujudkan kemajuan suatu

bangsa. Dengan adanya pendidikan yang bermutu, akan diperoleh Sumber Daya

Manusia yang berkualitas. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003:3) mengenai pengertian pendidikan ialah:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan ialah dengan terwujudnya

lembaga pendidikan yang berkualitas. Disebabkan lembaga tersebut merupakan

refleksi bagi peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki

sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum.

Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

pasal 3 menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Lembaga pendidikan dilaksanakan melalui jenjang pendidikan. Jenjang

(9)

pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan menengah ialah tingkatan lanjutan dari pendidikan dasar, pendidikan

menengah terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah

Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.

Tingkatan selanjutnya dari pendidikan menengah ialah Sekolah Menengah

Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan

pendidikan tinggi merupakan tingkatan pendidikan paling akhir setelah pendidikan

menengah. Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister dan doktoral yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat

(19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum terbaru yang

dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum

2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang dicetuskan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggantikan kurikulum

sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 seluruh sekolah di Indonesia akan

serempak melaksanakan kurikulum 2013, setelah sebelumnya pada tahun pelajaran

2013/2014 dilaksanakan secara terbatas di beberapa sekolah pelaksana kurikulum

(10)

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP

2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013)

TABEL 1.1

PERBEDAAN ESENSIAL KURIKULUM 2013

KTSP 2006 Kurikulum 2013

Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carried of knowledge

Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan,

antar minat, dan pendalaman minat

SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mapel wajib yang sama terkait dasar pengetahuan,

keterampilan, dan sikap

Mapel tertentu mendukung kompetensi tertentu

Tiap mapel mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan)

Mapel dirancang berdiri sendiri dan memiliki

Mapel dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar

kompetensi dasar sendiri yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas

Tiap mata pelajaran diajarkan dengan

Semua mapel diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui

pendekatan berbeda mengamati, menanya, mencoba, menalar

Sumber: Sony Sugema 2013

Tabel di atas menggambarkan perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan

KTSP 2006. Pada KTSP 2006. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi namun

pada kurikulum 2013 SMA dan SMK memiliki mata pelajaran (mapel) wajib yang

sama terkait dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu, pada kurikulum

2013 tiap mapel mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan)

sedangkan pada KTSP 2006 mapel tertentu hanya mendukung kompetensi tertentu.

Dalam kurikulum 2013 ini ada beberapa perubahan yang menjadi dasar

pelaksanaan kurikulum 2013 dan menjadi pembeda dengan kurikulum sebelumnya,

(11)

1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Standar Proses

3. Standar Isi 4. Standar Penilaian

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013)

Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang

meliputi aspek kompetensi:

a. Afektif (sikap)

b. Kognitif (pengetahuan), dan c. Psikomotor (keterampilan)

Sehingga setiap lulusan akan mempunyai kemampuan di tiga ranah pendidikan

yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan, jadi tidak hanya kemampuan kognitif

(pengetahuan) saja yang dikejar.

Proses pembelajaran di kelas dikemas ke dalam pembelajaran scientific

dengan proses 6M: Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan,

dan Mencipta dalam kegiatan belajar mengajar. Di kelas guru bukan satu-satunya

sumber belajar, sehingga proses pembelajaran di kelas lebih mengedepankan

keaktifan siswa dan cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah dan

memanfaatkan berbagai sumber. Sedangkan pembelajaran mengenai sikap tidak

diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan semua stake holder atau

dari semua guru dan semua pihak di sekolah.

Dalam kurikulum 2013 ini adanya pergeseran dari penilaian melalui tes

(mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian

otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil), sehingga semua ranah kemampuan siswa bisa

(12)

Salah satu jalur pendidikan pendidikan menengah pada Undang-Undang

Sisdiknas Tahun 2003 dalam Pasal 18 Ayat 3 adalah SMK (Sekolah Menengah

Kejuruan). SMK merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan yang

diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang berkualitas dan dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki para peserta didiknya agar mampu bekerja

pada bidang tertentu.

Disebabkan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara khusus

dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ialah sebagai berikut: (a) menyiapkan

peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi

lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan

kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan peserta didik

agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di

lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian

yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri

maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta

didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang

dipilih.

Untuk SMK/MAK muatan kurikulum pada tingkat nasional adalah

sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, mengacu pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan

(13)

Berdasarkan hal tersebut maka siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

lebih dipersiapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karir

menjadi tenaga kerja maupun secara mandiri. Salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Negeri di kota Bandung adalah SMK Negeri 2 Bandung. SMK

Negeri 2 Bandung merupakan salah satu SMK yang diharapkan mampu

menyiapkan peserta didiknya untuk dapat langsung bekerja.

SMK Negeri 2 Bandung merupakan lembaga pendidikan formal yang

berkonsentrasi pada keahlian teknik mesin dan teknik komputer dan informatika.

SMK ini merupakan salah satu sekolah kejuruan yang diminati oleh masyarakat.

Seperti sekolah-sekolah negeri lainnya SMKN 2 juga sudah menerapkan kurikulum

2013, terutama pada tingkat X.

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran wajib

dipelajari di semua SMK karena merupakan dasar kompetensi keahlian peserta

didik, sehingga predikat kompeten dengan rentang 2,50-4,00 pada kurikulum 2013

ini merupakan nilai yang harus ditempuh oleh peserta didik. Sementara itu nilai

KKM yang harus ditempuh oleh peserta didik pada mata pelajaran kewirausahaan

adalah 2,66.

Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh

perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat.

Banyak pendidik yang kurang memperhatikan pertumbuhan sikap dan perilaku

kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di

pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan

(14)

Kewirausahaan di SMK sebaiknya dilihat sebagai konsep yang lebih luas

bukan hanya sesuatu yang berkaitan dengan bisnis atau hanya ditanamkan melalui 1

(satu) mata pelajaran dan kelas wirausaha, tetapi juga sebuah konsep yang dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui semua mata pelajaran. (Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013)

Sementara itu Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) tahun 2010-2014

bercirikan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas,

keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta

individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat

Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengembangan pendidikan

kewirausahaan. (Renstra Ditjen Dikmen 2010-2014)

SMKN 2 ini memiliki masalah dalam hasil belajar peserta didiknya. Salah

satunya terjadi pada mata pelajaran kewirausahaan. Berdasarkan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) penulis di SMKN 2 Bandung, dalam kegiatan belajar

mengajar keaktifan siswa dinilai kurang. Model pembelajaran yang digunakan

hanya sebatas ceramah dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa kurang

bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seharusnya kegiatan

belajar mengajar bisa dilakukan secara menyenangkan agar dapat meningkatkan

minat siswa. Sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun dapat optimal. Berikut

ini merupakan hasil belajar kelas X Teknik Mesin 4 pada mata pelajaran

(15)

GAMBAR 1.1

REKAPITULASI HASIL BELAJAR

KELAS X TEKNIK MESIN 4 PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN SMKN 2 BANDUNG

TAHUN AJARAN 2012/2013 – 2013/2014

Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan

Tabel di atas menggambarkan, hasil belajar siswa kelas X Teknik Mesin 4,

(16)

2012/2013 dan tahun ajaran 2013/2014. Tabel KTSP memperlihatkan bahwa

rata-rata nilai mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2

Bandung dari nilai Kognitif mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu 2.22, pada nilai Psikomotor mendapat nilai di atas KKM yaitu 3.22

dan nilai Afektif mendapatkan nilai 2.66.

Sedangkan pada Tabel 2013 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai mata

pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung dari

nilai Pengetahuan mendapat nilai di atas KKM yaitu 2.86 dan pada nilai

Keterampilan dan Sikap mendapat nilai di bawah KKM yaitu 2.58 dan 2.46. Karena

rata-rata siswa pada Kurikulum 2013 mendapatkan nilai di bawah ketuntasan

terutama pada nilai Keterampilan dan Sikap ini menandakan bahwa hasil belajar

siswa belum sesuai dengan harapan terlebih lagi jika dibandingkan dengan rata-rata

siswa pada KTSP.

Dalam setiap proses belajar mengajar, hasil belajar akan menjadi alat ukur

keberhasilan yang dicapai siswa. Menurut Darman Syah dalam Miftakhul Janah

(2010:4) hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang

ditentukan dalam bentuk angka.

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang

tergambarkan oleh hasil belajar. Hasil belajar bergantung kepada cara guru

mengajar dan aktivitas siswa sebagai pelajar. Guru sebagai pengajar sekaligus

pendidik harus bisa menerapkan metode serta model pembelajaran yang tepat

sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hasil belajar yang

(17)

tuntas belajar apabila hasil belajar siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. (Depdiknas, 2006)

Pada kurikulum 2013 ini metode pembelajaran yang digunakan yaitu

melalui konsep pendekatan Scientific, sementara model pembelajaran yang

digunakan ialah model Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem

Based Learning. (Sumber: http://bdksemarang.kemenag.go.id/[Diakses pada 30

April 2014 pukul 4.35 WIB])

Dilihat dari permasalahan di atas, model pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan

pada mata pelajaran kewirausahaan. Problem Based Learning (PBL) adalah

kurikulum dan proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan

sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga

merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan

suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar

bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari

permasalahan dunia nyata. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013)

Selain itu kegiatan belajar mengajar pun dikatakan efektif apabila proses

belajar mengajarnya dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Kompetensi dasar ini dapat tercapai apabila hasil belajar sebagai instrumen

pembelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Roulette (1999:1) Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada

(18)

pelanggan. (Sumber: http://www.academia.edu/[Diakses pada 5 Juni 2014 pukul

14.35 WIB])

Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan

terdapat empat indikator untuk mendeskripsikannya, yaitu kecermatan penguasaan

perilaku yang dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat

retensi (Wena, 2008:6 dalam Miya Nirwanti, 2013)

Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model pembelajaran pada

kurikulum 2013 maka diadakanlah penelitian yang mengambil salah satu model

pembelajaran, yaitu Problem Based Learning.

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti perlu melakukan penelitian

dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Mata

Pelajaran Kewirausahaan Siswa Kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015).”

1.2 Identifikasi Masalah

Perkembangan dunia pendidikan yang terus berubah-ubah disebabkan oleh

tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu cara memperbaiki

kualitas pendidikan ialah dengan menggunakan kurikulum yang tepat. Kurikulum

terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah

ialah kurikulum 2013. Salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk

menciptakan sumber daya manusia yang siap untuk bekerja adalah Sekolah

(19)

terjun ke dunia kerja. Salah satu SMKN di kota Bandung adalah SMKN 2, yang

diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Hasil belajar

siswa secara tidak langsung dapat menunjukan kualitas dari siswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi masalah

penelitian ini diidentifikasi ke dalam tema sentral sebagai berikut:

Hasil belajar siswa teknik mesin 4 sangat bervariasi, pada rata-rata keseluruhan siswa sebagian besar berada di bawah KKM ini dapat dilihat berdasarkan nilai sikap, keterampilan dan rata-rata keseluruhan. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Hasil belajar yang belum optimal tentu berdampak pada siswa SMKN 2 Bandung keseluruhan. Dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya seperti model pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Tema sentral penelitian ini berkenaan dengan model pembelajaran pada

SMK Negeri 2 Bandung dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas X

jurusan Teknik Mesin 4, implementasi pada kurikulum 2013.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang

akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran

Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X

Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X

(20)

3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning pada

mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

1.4 Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan yang tergambar dalam identifikasi masalah, maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa sebelum penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan

siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

2. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa setelah menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan

siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

3. Untuk mengetahui gambaran efektivitas model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4

SMKN 2 Bandung

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi bantuan baik secara teoritis maupun

praktis sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam aspek teoritis

(keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen Bisnis, khususnya

pada bidang Pendidikan Kewirausahaan, yang menyangkut efektivitas

(21)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam aspek praktis

(guna laksana) yaitu memberikan masukan positif bagi tenaga pendidik

untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam mengajar.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan

dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian

selanjutnya mengenai efektivitas model pembelajaran Problem Based

Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan

(22)

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar

kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin SMKN 2 Bandung, dengan

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai pemberian

tindakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan atau metode deskriptif kualitatif

yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya dari suatu situasi.

Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas dan

nyata tentang proses pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan dalam kelas dan

hasil belajar siswa sebagai hasil dari penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan.

Riduwan (2012:24) mengemukakan bahwa metode penelitian merupakan:

“Teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data.”

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau CAR

(Classroom Action Research) Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988).

Menurut Mulyasa (2012: 34) Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai

upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. Selain itu penelitian tindakan

merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem organisasi atau masyarakat

agar lebih efektif dan efisien, termasuk untuk meningkatkan kinerja sistem

(23)

profesionalisme guru. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk

merencanakan pembelajaran lalu kemudian mengujicobakan secara sistematis

sebagai tindakan alternatif dalam memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Jadi, PTK umumnya dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan

pendekatan baru pembelajaran dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan

langsung di ruang kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif

oleh peneliti dan guru sebagai praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

3.2Model Penelitian

Model penelitian adalah sebuah perencanaan yang akan dilakukan dalam

melakukan sebuah penelitian, sehingga dengan menggunakan suatu model

penelitian akan memudahkan peneliti melaksanakan penelitian. Hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011: 48) model pada dasarnya

rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas

yang sifatnya lebih praktis.

Banyak model yang diterapkan dalam melakukan penelitian tindakan

kelas, diantaranya model Kurt Lewin, Model Ebbut, Model Elliot, Model

Hopkins, Model Kemmis dan Taggart, model tindakan kelas berbentuk siklus.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti memakai siklus kegiatan mengacu

pada model Hopkins yang diadopsi dari Kemmis dan Taggart (1988), di mana

setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu tahap: perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan ini berlangsung secara simultan yang

urutannya dapat mengalami modifikasi. Adapun langkah-langkah yang akan

(24)

1. Refleksi Awal

2. Perencanaan Tindakan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil observasi refleksi awal. Secara

rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku atau sikap yang

diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan ini

bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai kondisi nyata yang ada.

3. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya

perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada

rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu

didasarkan pada pertimbangan teoritik atau empirik agar hasil yang diperoleh

berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.

4. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan pengumpulan data

pada penilitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau

dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Pada

dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi

terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam

kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil

atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari

kaitan yang satu dengan kaitan yang lainnya dan kaitannya dengan teori atau

(25)

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 2

Bandung, yang bertempat di Jalan Ciliwung No. 4 Kota Bandung. Adapun

penyelenggaraan penelitian dilaksanakan pada minggu pertama bulan September

hingga minggu keempat bulan September 2014. Penelitian tindakan kelas

mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

3.4 Subjek Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X Teknik Mesin 4

SMK Negeri 2 Bandung dengan jumlah siswa atau subjek yang diteliti sebanyak

34 orang yang terdiri dari 32 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa perempuan.

3.5Definisi Istilah

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah sebuah model

pembelajaran didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik

awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Problem Based Learning

meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan

antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta

peragaan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode

(26)

3.6Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2013:62) menyebutkan

bahwa ‘Langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data.’ Data penelitian dikumpulkan dan disusun

melalui teknik pengumpulan data meliputi: sumber data, jenis data, teknik

pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Dalam kaitannya dengan

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi

sistematis. Sehubungan dengan ini Muslich (2009:59) menyatakan bahwa

observasi sistematis adalah bentuk observasi yang diarahkan pada pengkategorian

bentuk dan jenis data amatan yang disusun secara rinci.

Dalam penelitian ini siswa sebagai subjek yang diobservasi dan data yang

dikumpulkan berupa catatan anekdot dan catatan harian. Herdiansyah (2010:133)

menyatakan bahwa Anecdotal Record (Catatan Anekdot) merupakan salah satu

metode yang digunakan peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa

kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas, unik, dan penting yang

dilakukan subjek penelitian.

Selain itu, teknik pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara

insidental. Wawancara insidental adalah jenis wawancara yang dilaksanakan

sewaktu-waktu bila dianggap perlu. (Sanjaya, 2011:97) Wawancara insidental

digunakan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa ataupun tim

observer dengan model yang digunakan pada proses pembelajaran. Wawancara

insidental digunakan juga untuk melengkapi pertanyaan yang belum terjawab

(27)

Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam

bentuk siklus kegiatan mengacu pada model Hopkins yang diadopsi dari Kemmis

dan Taggart (1988), di mana setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu tahap:

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Empat tahapan ini berlangsung

secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi.

Desain Penelitian Tindakan Kelas mengikuti desain Model Spiral dari

Kemmis dan Taggart (1988) (Rochiati Wiraatmadja):

GAMBAR 3.1 DIADOPSI DARI

MODEL SPIRAL DARI KEMMIS DAN TAGGART (1988)

Refleksi Awal

Plan I

Action I

Plan II

Action II ObservationII

Refleksi II ObservationI

Refleksi I

(28)

Berdasarkan desain di atas, tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Refleksi Awal

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam mata pelajaran

kewirausahaan.

2. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti dan tim observer secara kolaboratif mengadakan

kegiatan sebagai berikut: 1) mengamati teknik pembelajaran yang digunakan

guru dalam pembelajaran kewirausahaan sebelumnya; 2) mengidentifikasi

faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam pembelajaran

kewirausahaan sebelumnya; 3) merumuskan alternatif tindakan yang akan

dilaksanakan dalam pembelajaran kewirausahaan sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam proses pembelajaran; 4)

menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Rancangan pelaksanaan pembelajaran ini meliputi: 1) Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disesuaikan dengan

pengimplementasian kurikulum 2013; 2) materi pembelajaran yang bersumber

dari buku Prakarya dan Kewirausahaan Kelas X Semester 1 terbitan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; 3)

media/kajian literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah

sebagai berikut.

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu

(29)

mengajar di kelas ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.

Catatan anekdot ini digunakan untuk mencatat perilaku yang khas, unik,

dan penting yang dilakukan siswa.

c. Mempersiapkan materi berupa permasalahan terkait pokok bahasan yang

sedang dipelajari.

3. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah: 1) merancang

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL); 2) bekerja dengan guru ppl dalam

melaksanakan tindakan yang direncanakan; 3) peneliti berperan sebagai

pendamping guru ppl untuk memberi pengarahan, motivasi, dan stimulus agar

praktisi dapat melaksanakan perannya berdasarkan rencana.

Adapun pelaksanaan tindakan ini adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil

belajar siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMK Negeri 2 Bandung. Dalam setiap

tahap pembelajaran yang diterapkan, masing-masing berisi langkah

pembelajaran yang terdiri atas mengamati, menanya, menalar, mencoba dan

membuat jejaring.

Mengamati adalah tahap mencari informasi, melihat, mendengar,

membaca dan menyimak. Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan dengan

cara membaca dan menyimak dari kajian literatur/media agar terbangun rasa

ingin tahu dan menunjukkan motivasi internal. Tahap selanjutnya adalah

(30)

bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori. Setelah siswa

terbangun pengetahuannya, maka tahap selanjutnya adalah menalar yaitu

proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat

diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pada tahap ini

siswa melakukan kegiatan observasi.

Tahap selanjutnya adalah mencoba, yaitu mengembangkan berbagai ranah

tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Setelah siswa

mengembangkan ranah tujuan belajarnya, maka tahap selanjutnya adalah

membuat jejaring merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik

pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Pada tahap ini siswa melakukan

konsultasi dalam berkarya dengan guru dan sumber belajar lainnya serta

mengevaluasi/menguji hasil.

4. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi

Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan observasi dan evaluasi

secara komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan

instrumen pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empiris

pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan

peluang yang berkaitan dengan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL). Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

Alat yang digunakan untuk menjaring data tentang peningkatan hasil

belajar siswa adalah observasi sistematis. Observasi sistematis ini berupa

catatan anekdot. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengetahui kesulitan

yang dialami oleh siswa ataupun tim observer dengan model yang digunakan

(31)

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah untuk memahami materi

pelajaran yang disampaikan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian peneliti bersama tim

observer melakukan kegiatan refleksi pada akhir tiap tindakan. Pada kegiatan

refleksi peneliti dan tim observer mendiskusikan hasil pengamatan tindakan

yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah 1) analisis tentang

tindakan yang dilakukan, dan 2) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data

yang telah diperoleh, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang

(32)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa di SMK Negeri 2 Kota Bandung dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini telah mampu meningkatkan

hasil belajar proses siswa.

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang

digunakan sebagai model dalam pembelajaran ini ternyata mampu: 1)

meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) meningkatkan

keterampilan siswa dalam memecahkan masalah berupa tugas yang diberikan oleh

guru; 3) meningkatkan kreatifitas siswa dalam menyelesaikan tugasnya; 4)

meningkatkan minat dan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran; 5)

mengurangi kebosanan dan kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar proses siswa, dari kegiatan

pratindakan ternyata tidak memenuhi standar prosentase minimal pencapaian

indikator penilaian hasil belajar proses. Hasil penelitian tahap pratindakan terlihat

bahwa tidak ada satu pun siswa yang mencapai KKM terutama dalam sikap dan

keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pratindakan di atas maka

dapat diketahui bahwa hasil belajar proses siswa pada kegiatan pratindakan

tersebut rendah.

Pada tahap siklus I, minat siswa lebih meningkat daripada pratindakan,

(33)

peningkatan dari tahap pratindakan, sebesar 17%. Sehingga dapat disimpulkan

kegiatan pada siklus I ini, walaupun belum dapat dikatakan berhasil, tetapi dapat

meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kekurangan pada siklus

I adalah observasi yang dilaksanakan sebagai kegiatan pembelajaran kurang

menarik menurut siswa, sehingga siswa kurang fokus dalam kegiatan

pembelajaran.

Pada siklus II, yaitu membuat laporan portofolio sebagai alternatif

kegiatan dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Membuat

laporan portofolio pada tindakan II ini berbeda dengan kegiatan pada tindakan I,

perbedaannya terletak pada kesiapan siswa pada tindakan II yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu dengan menugaskan siswa mencari bahan-bahan

untuk membuat laporan portofolio pada pertemuan sebelumnya. Hasil tindakan II

adalah dari 31 jumlah keseluruhan subjek, seluruh siswa mulai terkondisikan

dengan kelompoknya masing-masing dan semua kelompok bersemangat

mengerjakan tugas. Tindakan II sebenarnya sudah dapat dikatakan berhasil. Tetapi

permasalahannya siswa masih monoton dalam pengerjaan tugas. Sehingga masih

diperlukan perbaikan dan pengayaan guna memperbaiki model pembelajaran yang

diterapkan.

Pada siklus III yang merupakan perbaikan dari siklus-siklus sebelumnya,

peneliti menggunakan kegiatan tambahan membuat karya kerajinan tekstil. Hal itu

untuk memicu siswa dalam mengembangkan kreatifitasnya. Hasil yang diperoleh

(34)

bersemangat dalam menyelesaikan tugas dan mayoritas siswa mengerjakan tugas

lebih kreatif dari sebelumnya.

Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ataupun model

pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan sebagai sarana untuk

meningkatkan hasil belajar proses siswa secara efektif. Hal ini nampak dari

adanya peningkatan dari ketiga aspek penilaian hasil belajar proses siswa dari

pratindakan ke tindakan I, sampai tindakan II dan tindakan III. Pembelajaran

pratindakan yang tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dinilai kurang efektif. Sedangkan pembelajaran pada siklus I

dengan menggunakan observasi dengan teknik wawancara dinilai efektif, dan

pembelajaran pada siklus II yang menggunakan laporan portofolio dinilai lebih

efektif, serta pada siklus III dengan membuat karya kerajinan tekstil dinilai sangat

efektif.

Berdasarkan rumusan masalah, maka hasil penelitian ini ialah sebagai

berikut:

1) Hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4

SMKN 2 Bandung belum sesuai dengan harapan terlebih lagi jika

dibandingkan dengan rata-rata siswa pada KTSP.

2) Hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4

(35)

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan siswa

kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlulah kiranya penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diterapkan di

sekolah-sekolah, selain dikarenakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang

digunakan dalam kurikulum 2013, untuk meningkatkan hasil belajar siswa

terutama hasil belajar proses dan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

siswa akan materi pada umumnya.

1. Bagi guru

a. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) sebagai variasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

siswa tidak hanya memperoleh konsep materi tetapi juga bermakna dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Agar penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini

dapat didayagunakan secara optimal.

c. Dengan adanya penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran alternatif bagi siswa

yang mendapat kesulitan.

2. Bagi siswa

Dalam proses pembelajaran siswa sebaiknya lebih aktif dan mandiri. Tidak perlu

Gambar

Tabel di atas menggambarkan, hasil belajar siswa kelas X Teknik Mesin 4,
DIADOPSI DARI GAMBAR 3.1 MODEL SPIRAL DARI KEMMIS DAN TAGGART (1988)

Referensi

Dokumen terkait

Penulis melakukan analisa produk yang lebih banyak diproduksi dalam perusahaan tersebut dengan menggunakan klasifikasi ABC, kemudian melakukan peramalan terhadap data hisotri

benda yang diduga keras telah digunakan untuk melakukan tindak pidana.. hakim untuk menjatuhkan putusan terhadap terdakwa. Penggunaan kata bukti seperti yang disebutkan dalam

PS PICE dot-model statement for the ideal bipolar transistor: β = Bf, Early voltage Vaf, and scale current Is; as shown by curly braces {}, these values are set using variables

Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat.. memilih satu strategi yang tepat

Jika sekarang massa balok diwakilkan pada 2 titik masing-masing dengan massa ‘m’ dan ‘2m’ seperti pada gambar di bawah ini, dan kemudian ditempatkan 2 mesin pada kedua

Giafik Persen Aktivitas Fraksi Etil Asetat Biji, Serabut Buah, dan Daging Buah dari Pare Putih dan Hijau dibandingkan dengan Kontrol Positif Vitamin c, BHT,

Aktiva ijarah yang disewakan kepada.. atau

Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan fisik Di Desa Sapobonto, dilakukan dengan tiga proses tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan