DAFTAR ISI
ABSTRAK ………..…….. i
KATA PENGANTAR ………..……… ii
DAFTAR ISI ……….……….... iv
DAFTAR TABEL ……….……… vi
DAFTAR GAMBAR ……….……….. vii
DAFTAR LAMPIRAN ………..……….. viii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A Latar Belakang Masalah ………. 1
B Rumusan Masalah ……….. 5
C Tujuan Penelitian ……… 6
D Manfaat Penelitian ……….. 6
E Hipotesis ………. 7
F Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……… 7
BAB II PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS ECOSCHOOL DAN DIRECT INSTRUCTION (DI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA … 9 A Problem Based Learning ……….. 9
B Direct Instruction ……….. 17
C Ecoschool ……….. 22
D Pengembangan PBL berbasis Ecoschool ……….. 22
E Hasil Belajar ………. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Metode dan Desain Penelitian ……….………… 25
B Populasi dan Sampel ……… 26
C Instrumen Penelitian ……… 27
D Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian ………. 34
E Tehnik Analisis Data ……… 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 38
A Hasil Penelitian ……… 37
B Pembahasan ………. ……… 45
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 54
B Rekomendasi………….………. 55
DAFTAR PUSTAKA ………. 57
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ………..………..25
3.2 Rekapitulasi Validitas Tes ……….…….………..….……29
3.3 Rekapitulasi Pembeda Soal ……….….……..………31
3.4 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran ………....32
4.1 Statistik Deskriptif Nilai Pretes dan Postes ……..……….38
4.2 Hasil Normalitas Distribusi …..….………..……….…39
4.3 Hasil Uji Homogenitas 2 Variansi …..………..40
4.4 Hasil Uji t ..………42
4.5 Hasil N-Gain ………..43
4.6 Hasil Belajar Afektif ……….……….44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. Silabus ……….59
2. RPP PBL Berbasis Ecoschool ……….60
3. RPP Direct Instruction (DI) ………...………...65
4. Lembar Kegiatan Siswa Bioindikator ………...69
5. Lembar Kegiatan Siswa Penjernihan Air ………....72
6. Lembar Kegiatan Siswa Gunung Berapi ……….73
7. LKS Bumi yang Terancam ………..75
LAMPIRAN B 1. Penilaian (Judgement) Instrument Penelitian ……….……….77
2. Lembar Telaah Butir-Butir Soal Kognitif ………...……….78
3. Kisi-Kisi dan Kartu Soal Pilihan Ganda ……….……....80
4. Format Telaah Instrumen Afektif ………88
5. Lembar Observasi Prilaku diri ………...……….89
6. Format Telaah Butir Soal Psikomotor ……….………...90
7. Lembar Penilaian Psikomotor ……….91
LAMPIRAN C 1. Taraf Kesukaran, Daya Pembeda, dan Validitas Soal ………94
2. Uji Reliabilitas Soal ………..………..95
LAMPIRAN D 1. Daftar Nilai Kognitif Kelompok PBL berbasis ecoschool ……..…... 97
2. Daftar Nilai Kognitif Kelompok Direct Instruction .………..……. ..98
3. Daftar Nilai Afektif Kelompok PBL Berbasis Ecoschool Awal ...99
4. Daftar Nilai Afektif Kelompok PBL Berbasis Ecoschool Akhir ...100
5. Daftar Nilai Afektif Kelompok Direct Instruction Awal …...….101
6. Daftar Nilai Afektif Kelompok Direct Instruction Akhir ...….102
LAMPIRAN E
1. Uji Statistika Nilai Kognitif Awal ………....105 2. Uji Statistika Nilai Kognitif Akhir ………..…….111 LAMPIRAN F
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia
lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini
terlihat dari pengukuran hasil belajar yang lebih diarahkan pada dimensi akademik
dan kemampuan logika saja.
Pengaruh pendekatan yang terlalu kognitif telah mengubah orientasi siswa
menjadi semata-mata untuk meraih nilai tinggi. Hal ini dapat mendorong siswa
untuk mengejar nilai dengan cara yang tidak jujur (Ratna, 1994).
Padahal seorang pembelajar sejati yang jujur biasanya mempunyai
motivasi diri yang kuat, dimana motivasi adalah aspek paling penting dalam
memberi dorongan kepada siswa dalam proses belajar. Siswa yang motivasi
belajarnya ada, akan senang menghadapi tantangan, berpikir kreatif, dan
senantiasa bekerja keras untuk mencari solusinya. Kehausan terhadap ilmu tidak
pernah terpuaskan, sehingga ia akan terus menerus mencari tahu tentang ilmu
yang dipelajarinya. Ia akan menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah ketika
menghadapi kesulitan.
Situasi pembelajaran biologi juga dapat semakin merumitkan
permasalahan bila dalam kegiatannya para siswa tidak melihat keterkaitan dengan
kehidupan nyata. Padahal, abad ke 21 ini ditandai oleh perubahan yang begitu
lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan abad sebelumnya. Agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah, pendidik harus mampu
menciptakan model pembelajaran yang efektif dan kreatif dalam mencari solusi
masalah, sementara siswa selalu mempunyai motivasi kuat untuk terus belajar.
Direct Instruction (DI) dan Problem Based Learning (PBL) merupakan
model pembelajaran yang mendekati karakteristik di atas. Terdapat dua kegiatan
penting dalam melaksanakan Direct Instruction (DI) yaitu tugas perencanaan dan
tugas-tugas interaktif. Pada tugas perencanaan ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru yaitu memilih isi, melakukan analisis tugas, merumuskan
tujuan dan merencanakan waktu dan ruang, sedangkan tugas–tugas interaktif
berkaitan dengan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas, yaitu
menginformasikan tujuan dan menyiapkan siswa presentasi dan demontrasi, serta
menyediakan latihan terbimbing.
Evaluasi merupakan tujuan yang berkaitan dengan Direct Instruction (DI),
berpusat pada tes kertas dan pena untuk mengukur pengetahuan deklaratif dan
berbagai macam tes kinerja untuk mengukur perkembangan keterampilan.
Bentuk-bentuk tes yang dapat diberikan biasanya berupa tes kertas dan pena, tes
kinerja, menulis portofolio dan jurnal, serta pemberian tugas rumah atau proyek.
Untuk menilai kinerja siswa, guru dapat meminta tiap siswa untuk menilai
kinerja mereka masing-masing dengan menunjukkan kriteria atau rambu-rambu
bagi kegiatan tertentu. Belajar bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri
dan memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri merupakan hal penting yang
untuk menilai kinerja teman sebayanya dan membandingkannya dengan hasil
kinerjanya sendiri. Guru dapat menekankan pentingnya pemonitoran diri dan
penetapan tujuan dan tidak menjadi puas hanya dengan umpan balik positif dari
guru. Model ini dapat meningkatkan ranah kognitif siswa dengan baik, tapi untuk
peningkatan psikomotor dan afektif dinilai masih kurang berhasil oleh guru-guru
di salah satu SMPN Kabupaten Bandung.
Dengan keterbatasan Direct Instruction (DI) yang telah dikemukakan di
atas, maka guru-guru di salah satu SMPN Kabupaten Bandung tersebut mencoba
untuk melaksanakan model pembelajaran yang melibatkan siswa lebih aktif
(student centered).
Salah satu model pembelajaran yang berciri konstruktivis, student centered
dan menekankan pada learning adalah model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Model pembelajaran ini menerapkan prinsip bahwa
pembelajaran biologi merupakan proses aktif. Dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dapat dikatakan proses aktif,
karena guru dan siswa tertantang untuk memecahkan suatu permasalahan aktual
dan nyata.
Secara garis besar Problem Based Learning (PBL) terdiri dari menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan. Peranan guru dalam
Problem Based Learning (PBL) adalah mengajukan masalah, memfasilitasi
penyelidikan dan dialog siswa, serta mendukung belajar siswa. Problem Based
menghindari jawaban sederhana dan mengundang berbagai pemecahan yang
bersaing. Adapun ciri-ciri utama Problem Based Learning (PBL) meliputi
pengajuan pertanyaan atau masalah, pemusatan antar disiplin, penyelidikan
autentik, kerja sama serta menghasilkan karya atau peragaan.
Suatu pembelajaran yang berorientasi kepada Problem Based Learning
(PBL) dikatakan berhasil apabila timbul perubahan hasil belajar siswa ke arah
positif yang didalamnya terkandung ranah kognitif, afektif dan psikomotor sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Konteks ini pada dasarnya
bergantung pada guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran,
memang saat ini sudah menjadi tidak lazim apabila seorang guru menjadi
dominator kegiatan pembelajaran di kelas, namun hal ini bukan berarti guru lepas
tanggung jawab terhadap keberhasilan siswanya dalam belajar, untuk
mewujudkan tanggungjawab tersebut guru harus selalu proaktif dan responsif
terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai di kelas. Oleh karena itu guru
tidak hanya sebagai penerima pembaharuan pendidikan, namun ikut bertanggung
jawab dan berperan aktif dalam melakukan pembaharuan pendidikan serta
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran di kelasnya.
Guru-guru biologi di salah satu SMPN Kabupaten Bandung telah
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) saat
menyampaikan materi Pencemaran Lingkungan pada tahun ajaran 2005/2006
sampai dengan sekarang, meskipun tidak melakukan penelitian, namun menurut
berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa (kognitif) dan psikomotor,
namun sisi peningkatan afektif masih kurang berhasil, hal ini dapat terlihat dari
kurangnya sikap kepedulian siswa terhadap penataan lingkungan sekolah meski
sering diingatkan saat materi pencemaran lingkungan disampaikan. Penyebabnya
diduga siswa mendapatkan materi pencemaran lingkungan secara global bukan
bersumber dari lingkungan sekitar SMPN tersebut. Penyebab lainnya berupa
belum diterapkannya muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di
sekolah-sekolah yang berada di kawasan Kabupaten Bandung. Sehingga pada
kesempatan penyampaian materi Pencemaran Lingkungan ini peneliti
berkeinginan mengimplementasikan Problem Based Learning (PBL) dengan
menggunakan lingkungan sekitar salah satu SMPN Kabupaten Bandung tersebut
sebagai sumber pembelajaran, model pembelajaran seperti ini selanjutnya peneliti
istilahkan sebagai model Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool,
melalui model ini diteliti peningkatan hasil belajar siswa yaitu peningkatan dari
ranah kognitif, afektif dan psikomotor, diharapkan model Problem Based
Learning (PBL) berbasis ecoschool dapat membuat siswa bersikap kritis terhadap
lingkungan SMPN tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ” Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi
setelah menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool?”
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kognitif siswa dalam pembelajaran biologi setelah
menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool?
2. Bagaimana peningkatan afektif siswa dalam pembelajaran biologi setelah
menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool?
3. Bagaimana peningkatan psikomotor siswa dalam pembelajaran biologi setelah
menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi peningkatan kognitif siswa dalam pembelajaran biologi
setelah menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool.
2. Mengidentifikasi peningkatan afektif siswa dalam pembelajaran biologi
setelah menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool.
3. Mengidentifikasi peningkatan psikomotor siswa dalam pembelajaran biologi
setelah menggunakan Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran
Lingkungan melalui Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool.
2. Memberi alternatif pembelajaran biologi pada materi Pencemaran Lingkungan
E. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di
atas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah: ”Terdapat perbedaan
peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan Problem Based Learning
(PBL) berbasis ecoschool dengan siswa yang menggunakan Direct Instruction
(DI).”
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool, sedangkan variabel terikatnya
adalah peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran.
2. Definisi Operasional
Agar lebih fokus dan memperjelas ruang lingkup penelitian, berikut
dijelaskan definisi-definisi oeprasional yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
berlandaskan pada masalah autentik dimana siswa dihadapkan dengan
permasalahan yang memotivasi semangat belajarnya. Dilaksanakan pada
setiap pertemuan pada kelompok eksperimen.
2. Ecoschool adalah perbuatan yang dikenakan pada lingkungan sekolah untuk
menerapkan pengetahuan tertentu. Pada pelaksanaannya dimodifikasi dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas eksperimen
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi selangkah demi
selangkah pada materi Pencemaran Lingkungan. Model pembelajaran ini
dilaksanakan pada setiap pertemuan pada kelompok kontrol.
4. Kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan
masalah yang ada di lapangan. Nilai yang diperoleh siswa dari tes kognitif
berbentuk pilihan ganda pada materi Pencemaran Lingkungan yang
mencakup tingkat kognitif C1 (mengingat), C2 (pemahaman), dan C3
(aplikasi). Soal tes kognitif hanya menyangkut tingkat kognitif C1, C2 dan C3
mengingat siswa kelas VII masih berada dalam masa peralihan tingkat
perkembangan kognitif dari tingkat operasional konkret ke operasional formal.
5. Afektif adalah watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai.
Kemampuan afektif dijaring melalui lembar observasi prilaku diri yang berisi
sejumlah kriteria yang berkaitan dengan prilaku siswa sehari-hari untuk
menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan sekolah dengan opsi ya dan
tidak.
6. Psikomotor adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang
terkoordinasi dalam susunan saraf dalam otak atau pikiran.
Kemampuan psikomotor dijaring melalui lembar penilaian kinerja yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment (Wiersma
1994:132), dengan desain static group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen,
2006). Menurut Wiersma penelitian quasi eksperimen adalah penelitian yang
menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami
sudah terbentuk dalam kelas dan tidak mengontrol semua variabel yang ada.
Penelitian dilakukan pada dua kelas yang memiliki kemampuan setara,
satu kelompok kontrol dan satu kelompok eksperimen, melibatkan dua orang
guru. Pada kelompok eksperimen menggunakan Problem Based Learning (PBL)
berbasis ecoschool sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan Direct
Instruction (DI).
2. Desain Penelitian
Bentuk desain penelitian yang digunakan mengikuti pola sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan: O1 : Pretes O2 : Postes
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di salah satu SMPN
Kabupaten Bandung, semester genap tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 5 kelas.
Penentuan sekolah sebagai tempat penelitian karena memliki guru yang
kompeten dalam melaksanakan variasi model pembelajaran. Populasi menurut
Sugiyono, (2004:55) adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara cluster (Ruseffendi,
1994:47). Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak dua kelas untuk
mengetahui kemampuan belajar siswa di kelas eksperimen dan kontrol dalam
pembelajaran biologi pada konsep pencemaran, sehingga sampel dalam
penelitian ini ada dua kelas yaitu kelas VII B (kelas eksperimen) sebanyak 30
siswa dan kelas VII C (kelas kontrol) sebanyak 30 siswa. Kelas eksperimen
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning
(PBL) berbasis ecoschool sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran
dengan Direct Instruction (DI). Penentuan kelas yang akan dijadikan sebagai
sampel penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.Menetapkan kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:
a. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen.
b.Kelompok kedua sebagai kelompok kontrol.
2.Membuat gulungan-gulungan kertas yang berisi abjad dari tiap kelas
kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang diberi lubang.
4.Hasil yang diperoleh adalah:
a. Kelas VIIB sebagai kelompok eksperimen.
b.Kelas VIIC sebagai kelompok kontrol.
Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pemutaran foto-foto
pencemaran yang terjadi di sekitar sekolah, percobaan penjernihan air
kekuningan yang berada di WC siswa dan pemberian tugas untuk mengobservasi
pencemaran yang terjadi di sekolah serta solusi yang dapat diberikan atas
masalah pencemaran tersebut yang dituangkan dalam CD dan karya tulis
(proyek). Sementara kelas kontrol diberi perlakuan berupa pemutaran foto-foto
pencemaran umum, percobaan penjernihan air kotor (yang dicampur dengan
tanah) dan pemberian tugas kliping pencemaran yang terjadi di mana saja.
C. Instrumen Penelitian
1.Tes Kognitif
Tes kognitif terdiri dari pretes dan postes, berbentuk pilihan ganda. Tes
ini digunakan untuk mengukur tingkat kognitif siswa pada materi Pencemaran
Lingkungan. Ranah kognitif yang diukur dalam soal-soal Pencemaran
Lingkungan dalam penelitian ini mulai dari C1, C2 dan C3, yakni aspek ingatan
(C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3). Soal pilihan ganda yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 20 butir soal. Sebelum digunakan dalam penelitian,
seperangkat butir soal tersebut sudah diujicobakan pada siswa kelas VIII di salah
satu SMPN Kabupaten Bandung. Dari 37 soal yang diujicobakan diperoleh 20
Langkah-langkah penyusunan tes kognitif adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam materi Pencemaran Lingkungan.
b. Menyusun soal beserta kunci jawaban.
c. Soal dan kunci jawaban yang telah disusun di judgement oleh dosen
pembimbing dan dosen ahli, hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi,
kesesuaian antara indikator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci
jawaban.
d. Melakukan uji coba soal yang telah di judgement kepada siswa yang telah
menerima materi Pencemaran Lingkungan. Sebelum digunakan dalam
penelitian, seperangkat butir soal tersebut telah diujicobakan pada siswa kelas
VIII di salah satu SMP Negeri di Bandung untuk mengetahui tingkat
kesukaran, validasi, reliabilitas, daya pembeda, juga keterbacaan soal serta
waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal secara keseluruhan.
e. Berkenaan dengan kualitas tes ini, Soewardi (1987) menjelaskan bahwa
soal-soal yang baik harus memiliki kriteria:
1) Validitas
Suatu alat ukur dinyatakan valid apabila benar-benar mengukur apa
yang seharusnya diukur.
2) Reliabilitas
Alat ukur dinyatakan reliabel bila senantiasa memberikan hasil yang sama
setiap kali diterapkan pada situasi dan obyek yang sama.
4) Memiliki tingkat kesukaran yang memadai.
Selanjutnya melakukan perhitungan analisa soal dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menguji indeks validitas
Untuk menguji validitas tiap butir soal, dipakai rumus sebagai berikut:
v.i = (RH –RL)
n (Soewardi, 1987)
Keterangan:
RH= jumlah testee pada kelompok tinggi yang dapat menjawab betul
RL= jumlah testee pada kelompok rendah yang dapat menjawab betul
v.i = validity index n = 27% X N N = jumlah testee
Kriteria penafsiran indeks validitas adalah:
0,00 – 0,20 : indeks validitas rendah 0,21 – 0,40 : indeks validitas cukup 0,41 – 0,70 : indeks validitas baik
0,71 - .... : indeks validitas baik sekali
Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh validitas tiap butir soal
seperti pada tabel 3.2 berikut (selengkapnya lihat Lampiran C)
Tabel 3.2
Rekapitulasi Validitas Tes
No Interpretasi
Validitas Nomor Soal Jumlah Persentase (%)
1 Sangat baik 4, 11, 12, 13 4 20
2 Baik 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
2) Menguji reliabilitas soal
Untuk menguji reliabilitas soal digunakan rumus Kuder Richardson 20.
k 2n ∑ (WL +WH) - ∑ (WL+ WH)2 KR20 = --- 1 - --- k – 1 0,667 (∑(WL –WH)
Keterangan:
KR20 = Koefisien Reliabilitas k = jumlah item
n = 27% x N
WL = jumlah testee kelompok rendah yang menjawab salah WH = jumlah testee kelompok tinggi yang menjawab salah
Kriteria penafsiran nilai KR20 adalah: 0,00 – 0,20 = reliabilitas rendah 0,21 – 0,40 = reliabilitas cukup 0,41 – 0,70 = reliabilitas tinggi
0,71 - .. ... = reliabilitas sangat tinggi
Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh Nilai KR20 adalah
0,79, karena 0,79 > 0,71 maka reliabilitas soal sangat tinggi.
3) Menguji daya pembeda soal
Untuk menguji daya pembeda soal digunakan rumus :
i. Menghitung PH
PH = RH x 100%
NH (Soewardi, 1987)
Keterangan:
PH = Persentase jumlah kelompok tinggi yang betul RH = Jumlah testee pada kelompok tinggi yang dapat
menjawab betul
NH = 27% dari jumlah testee yang diambil dari urutan nilai yang tertinggi
ii. Menghitung PL
Keterangan:
PL = Persentase jumlah kelompok rendah yang Betul
RL = Jumlah testee pada kelompok rendah yang dapat menjawab betul
NL = 27% dari jumlah testee yang diambil dari urutan nilai yang terendah
iii. Menentukan rbis untuk mengetahui pembeda soal.
Penentuan rbis ini menggunakan total normalized biserial coefficient. Kriteria penafsiran nilai rbis adalah jika rbis > 0,2 termasuk ke dalam soal yang daya pembedanya baik. Jika nilai rbis negatif termasuk ke dalam soal yang daya pembedanya jelek (Soewardi, 1987).
Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh daya pembeda tiap
butir soal seperti pada tabel 3.3 berikut (selengkapnya lihat Lampiran C)
Tabel 3.3
Rekapitulasi Pembeda Soal
No Interpretasi rbis Nomor Soal Jumlah Persentase (%) 1 Baik 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
20 100
4) Menguji tingkat kesukaran
Digunakan rumus sebagai berikut:
P = RH + RL x 100%
(NH + NL) (Soewardi, 1987)
Keterangan:
P = Tingkat kesukaran yang diukur
RH = Jumlah testee pada kelompok tinggi yang dapat menjawab betul
RL = Jumlah testee pada kelompok rendah yang dapat menjawab betul
NH = 27% dari jumlah testee yang diambil dari
urutan nilai yang tertinggi NL = 27% dari jumlah testee yang diambil dari
Kriteria soal dinyatakan mempunyai tingkat kesukaran yang memadai jika P = 10% < P < 90%.
Setelah dilakukan penghitungan maka diperoleh tingkat kesukaran
tiap butir soal seperti pada tabel 3.4 (selengkapnya lihat Lampiran C)
Tabel 3.4
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran
No Interpretasi P Nomor Soal Jumlah Persentase (%) 1 Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
20 100
2. Afektif (Lembar Observasi)
Menurut Depdiknas (2004:24) lembar observasi biasanya hanya memiliki
dua pilihan, yaitu: “ya” atau “tidak”. Lembar observasi yang digunakan dalam
penelitian ini disusun berdasarkan prilaku diri siswa, untuk mengetahui aktivitas,
sikap atau keyakinan siswa. Checklist atau daftar cek merupakan daftar yang
berisi prilaku yang diterapkan siswa. Checklist atau daftar cek merupakan daftar
yang berisi aspek-aspek yang diamati, checklist dapat menjamin bahwa peneliti
dapat mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting
(Depdiknas, 2004:26). Teknik pengolahan data afektif dilakukan dengan
menggunakan persentase jumlah tanggapan siswa.
Langkah penyusunan lembar observasi prilaku diri siswa adalah menyusun
kisi-kisi angket dan konsultasi dengan pembimbing. Konsultasi dengan
yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan (komunikatif), pertanyaan/
pernyataan jelas, tidak samar-samar dan tidak bias, format instrumen mudah untuk
dibaca, dan ada kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.
3. Psikomotor (Lembar Penilaian)
Menurut Depdiknas (2004:14) cara menyusun lembar penilaian kinerja
adalah sebagai berikut:
a. Mencermati indikator.
b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan.
c. Menuliskan aspek keterampilan dalam bentuk pernyataan ke dalam tabel.
d. Membaca berulang-ulang lembar unjuk kerja untuk meyakinkan bahwa
instrumen yang ditulis sudah tepat.
e. Meminta teman sejawat/ pakar dalam bidang yang diukur untuk membaca atau
menelaah instrumen yang telah ditulis itu untuk meyakinkan bahwa instrumen
itu mudah difahami oleh orang lain.
Langkah d adalah upaya penulis agar instrumen itu memiliki validitas isi
tinggi, sedangkan langkah e adalah upaya penulis agar instrumen memiliki
reliabilitas tinggi (Depdiknas, 2004:15).
Contoh penskoran menurut Depdiknas (2004:26) apabila instrumen
penelitian mempunyai 9 butir soal untuk mengukur kemampuan psikomotor
ada 3 butir yang mencapai skala 4, 5 butir mencapai skala 3 dan 1 butir
memperoleh skala 1 karena tidak dikerjakan, maka skor yang diperoleh siswa
tersebut = (3 x 4) + (5 x 3) + (1 x 1) = 28. Seorang siswa yang gagal akan
memperoleh skor 9, dan yang berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh
skor 36. Maka median skornya adalah (9 + 36) / 2 = 22,5.
Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka yang memperoleh skor:
9 – 15 : gagal
16 – 22 : kurang berhasil 23 – 29 : berhasil
30 – 36 : sangat berhasil
Dengan demikian siswa dengan skor 28 dapat dinyatakan berhasil.
D. Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian
1. Persiapan
a. Melakukan observasi di salah satu SMPN Bandung untuk mengetahui keadaan
siswa kelas VII.
b. Membuat proposal penelitian dengan bantuan dari dosen pembimbing.
c. Membuat RPP yang akan digunakan saat pelaksanaan penelitian.
d. Melakukan uji coba soal yang akan dijadikan sebagai instrumen penelitian.
e. Perbaikan dan perbanyakan soal
2. Pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pretes) terhadap subjek penelitian untuk mengetahui
tingkat kognitif dan afektif siswa sebelum melakukan pembelajaran.
b. Melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
pembanding menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI).
c. Memberikan tes akhir (postes) kepada subjek penelitian.
3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan
Mengolah data hasil penelitian, kemudian melakukan analisis dan membahas hasil
penelitian, menarik kesimpulan dan menyusun laporan penelitian.
Tahapan penelitian dapat digambarkan dengan bagan di bawah ini.
Gambar 3.1 Alur Penelitian Kajian Teoritis
Studi tentang pencemaran secara umum dan yang terjadi di sekolah serta pengembangannya
Penyusunan instrumen : tes kognitif, lembar observasi prilaku dan lembar penilaian kinerja
Uji coba dan Validasi
Revisi
Pretes
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Perlakuan test Perlakuan test + Pengembangan
Postes
Membandingkan hasil perolehan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
Kesimpulan
E. Tehnik Analisis Data
1. Analisis Data Secara Statistik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dari data yang diolah dilakukan dengan uji chi kuadrat. Bila
kedua kelompok sampel ternyata χ2 hit < χ2 daf, maka kedua kelompok data
berdistribusi normal.
b. Tes Homogenitas
Untuk mengetahui homogenitas kedua kelompok data dilakukan tes
homogenitas 2 variansi. Jika diketahui F hitung < F daftar, maka kedua
kelompok data homogen.
c. Pengujian Hipotesis dengan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan dan peningkatan
hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan
uji perbedaan dua rata-rata.
Hipotesis yang diuji
Ho :
H1 :
Dalam penelitian ini sebaran data normal dan homogen, jumlah sampel ≤ 30,
maka uji statistik yang digunakan adalah uji t.
d. Gain Ternormalisasi
Untuk melihat perbedaan penguasaan konsep siswa antara sebelum dan
sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain skor
ternormalisasi:
(Meltzer, 2002:1260)
Keterangan:
Kategori:
Tinggi : g > 0,7
Sedang :
Rendah : g < 0,3
2. Pengolahan Data Kualitatif
Analisis data secara kualitatif dilakukan terhadap lembar observasi prilaku
diri siswa, dan lembar penilaian kinerja siswa. Data observasi prilaku diri siswa
disajikan dalam bentuk persentase untuk mengetahui kecenderungan jawaban
siswa secara keseluruhan. Data hasil lembar penilaian siswa dinilai secara
kualitatif, selanjutnya dikonversikan dalam bentuk data kuantitatif untuk menarik
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang diperoleh dalam
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, kemampuan kognitif siswa lebih meningkat setelah
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
ecoschool. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata nilai postes kelas
eksperimen lebih tinggi bila dibandingkan dengan perolehan rata-rata nilai
postes kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan akhir kognitif,
diketahui bahwa pada taraf signifikan 1% hasil yang didapat adalah t hitung >
t daftar, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya penggunaan
Problem Based Learning (PBL) Berbasis Ecoschool dan Direct Instruction
(DI) mempunyai perbedaan signifikan.
Kedua, kemampuan afektif siswa kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
ecoschool mempunyai selisih rata-rata presentase lebih besar daripada selisih
rata-rata persentase kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction
(DI).
Ketiga, kemampuan psikomotor siswa kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
rata-rata jumlah skor kelompok kontrol yang menggunakan Direct Instruction
(DI).
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, beberapa hal direkomendasikan
kepada beberapa pihak terkait.
Kepada guru biologi, model pembelajaran yang dinilai lebih sesuai
untuk digunakan saat materi Pencemaran Lingkungan disampaikan adalah
Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool. Tetapi pada materi lain,
terutama materi yang memerlukan banyak informasi dari guru, penerapan
Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool ini jangan dilakukan
terus-menerus. Penulis menilai penggunaan Direct Instruction (DI) pada
pembelajaran biologi perlu dilaksanakan sewaktu-waktu, apalagi terhadap
materi pembelajaran yang sifatnya memerlukan penyampaian informasi lebih
dari seorang guru kepada siswanya. Oleh karena itu, agar kedua model
pembelajaran ini dapat digunakan secara efektif maka sebaiknya faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kedua model pembelajaran tersebut perlu
diperhatikan dengan baik. Penggabungan kedua model pembelajaran tersebut
dapat dilakukan untuk mendapatkan inovasi pembelajaran.
Kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut tentang skala sikap ilmiah siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.
Sebelum kegiatan pembelajaran sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan informasi dari lingkungan seputar sekolah untuk
terbatasnya waktu dalam pelaksanaan Problem Based Learning (PBL)
berbasis ecoschool hendaknya diperhatikan oleh guru, bahwa penerapan
Problem Based Learning (PBL) berbasis ecoschool ini memerlukan waktu
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. (1998). Mengajar IPA dengan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud P2LPTK.
Arends. (1997). Classroom Instruction and Management. USA: Mc.Graw-Hill.
Joyce, Bruce; Weil, Marsha, and Showers, Bweverly. (1992). Models of Teaching. Fourth Edition. Boston. Allyn and Bacon.
Centre for Teaching, Learning and Scholarship (CTLS), (2001). Background of Problem-Based Learning. Tersedia pada http://www.samford.edu./ctls/pbl
process. Diakses tanggal 12 Maret 2008.
Dahar, R.W. (1994). Berbagai Permasalahan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di LPTK. Ujung Pandang: Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan MIPA III.
Dasna dan Sutrisno. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah. Tersedia pada http://www.lubisgrafura.wordpress.com.2007/09/19/pembelajaran-berbasis- masalah. Diakses tanggal 26 Maret 2008.
Dayakisni, T & Hudaniyah. (2006). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Penilaian Kognitif. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Penilaian Psikomotor. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Fraenkel, R.J, & Wallen, N.C,.(2006). How to Design and Evaluate Research in Education. London: Mc. Graw Hill, Inc.
Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies, Lesson from Research and Practice, 2ndEdition, Australia: Social Science Press.
Komalaningsih S. (2007). Problem-Based Learning. Makalah pada mata kuliah Pengajaran Biologi Sekolah Lanjut (tidak dipublikasikan).
Meltzer, D.E (2002). The Relationship Between Mathemathics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. Journal of am J Phys. 70 (12) 1260.
Nur, M. (2000). PBL dan Pembelajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Nurhasnah. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Russefendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Slavin, Robert E. (2003). Educational Psychology: Theory and Practice, 7thEdition, Boston: John Hopkins University.
Soewardi. (1987). Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru.
Suparno. (1997). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Problem-Based Learning, Especially in the Context of Large Classes. Tersedia pada http://www.udel.edu./pbl/cte/spr96-nutr.html. Diakses tanggal 12 Maret 2008.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).