i
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN BALOK ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD KASIH IBU
DESA PANDAN INDAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Oleh
ASMA’UL HUSNA 180110035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN BALOK ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD KASIH IBU
DESA PANDAN INDAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ASMA’UL HUSNA 180110035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM
2022
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi Oleh: Asma’ul Husna, NIM: 180110035 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak Usia Dini Di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2021/2022” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Jumrah , M.Pd. Sarifudin, M.Pd.
NIP. 198505242011012008 NIP. 198814052019031014
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram, Hal: Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan di Mataram
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa Skripsi Saudari:
Nama Mahasiswa : Asma’ul Husna
NIM : 180110035
Jurusan : PIAUD
Judul :Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak Usia Dini Di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2021/2022
telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar Skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing I, Pembimbing II
Jumrah , M.Pd. Sarifudin, M.Pd.
NIP 198505242011012008 NIP 198814052019031014
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Asma’ul Husna
NIM : 180110035
Pogram Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan
Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak Usia Dini Di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2021/2022” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat/karya tulis orang lain, siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh lembaga.
Mataram,
Saya yang menyatakan,
Asma’ul Husna
vi
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Asma’ul Husna, NIM: 180110035 dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak Usia Dini Di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2021/2022” telah dipertahankan di depan dewan penguji jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) FakultasTarbiyah dan Keguruan UIN Mataram pada tanggal
Dewan Penguji
Jumrah , M.Pd (………)
(Ketua sidang/Pemb.1)
Sarifudin , M.Pd (………)
(Ketua sidang/Pemb.2) Siti Hajaroh, M.Pd
(Penguji 1) (………)
Nur Kholida Nasution, M.Pd
( Penguji 2) (………....)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Dr. Jumarim, M.H.I NIP 1976612312005011006
vii
MOTTO
ااه اع ۡس ُو هلَِإ اًس ۡفان ُ هللَّٱ ُفِّلاكُي الَ...
Artinya: “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya…,” (QS Al-Baqarah: 286“1
1QS. Al-baqarah [2]: 286. Syaamil Quran, Alquran Dan Terjemahnya, (Bandung; Penerbit Sigma Exagrafika, 2009), hlm. 49
viii
PERSEMBAHAN Bismillahirahmanirrahim.
Atas izin Allah, saya persembahkan skripsi sederhana ini untuk:
Kedua orang tuaku yang tercinta (Laham dan Rapesi) yang selalu ada dikala aku lelah mengerjakan proposal hingga skripsi ini beliau yang memberiku semangat, doa dan yang
selalu membiayai untuk pergi ke mataram meski lelah mencari uang tapi beliau tutupi kelelahan itu dengan berkerja keras untukku menjadi anak yang sukses dan membuat keluargaku bangga. Kini aku bangkit untuk mengejar sejanaku dan menepati harapan kedua
orang tuaku dan keluarga besarku. Trimakasih banyak atas doa dan dukungan yang selama ini kalian berikan dan semua guru dan dosenku yang selama ini mengajariku serta
membimbingku sampai berada dititik ini terima kasih banyak.
Untuk sahabat gangs forever together Yulianingsih S.Pd, Siti Maryam S.Pd, Walbaitil Makmur S.Pd, Nur’ayuni S.Pd Dan Nurul Aini S.E yang selalu menemaniku selama mengerjakan proposal hingga skripsi ini terima kasih untuk motivasinya dan untuk semuanya
perihal apapun itu.
Untuk teman-teman seangkatan, kakak tingkat maupun adik tingkat sesama prodi maupaun yang di luar prodi PIAUD yang ikut memberikan semangat serta motivasinya
terima kasih.
ix
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN BALOK ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD KASIH IBU
DESA PANDAN INDAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh:
ASMA’UL HUSNA 180110035
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan balok angka pada anak usia dini di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah. Permasalahan di penelitian ini lebih ke kurangnya minat anak-anak daam belajar berhitung, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman bentuk atau simbol dari angka tersebut. Sehingga peneliti menggunakan media balok angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun subyek dari penelitian ini yaitu anak-anak usia 5-6 tahun yang terdiri dari 15 siswa, 5 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan obyek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berhitung dengan permainan balok angka. Pada penelitian ini ada dua siklus yang peneliti gunakan pada setiap siklus ada 3 kali petemuan dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamata dan refleksi, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil yang diperoleh pada siklus I yakni aktivitas guru menunjukan persentase sebesar 66% artinya pada kriteria ini menunjukan baik dan aktivitas siswa menunjukan persentase sebesar 67,30% kategori baik. Kemudian siklus II pada aktivitas guru terjadi peningkatan sebesar 80,76% kategori sangat baik dan aktivitas siswa sebesar 81,69% kategori sangat baik. Peningkatan kemampuan berhitung anak pada siklus I sebesar 65,38% dan hasil ini menunjukan belum tercapainya kriteria ketuntasan maksimum. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan ke siklus II. Pada siklus ini peneliti menemukan peningkatan kemampuan berhitung anak sebesar 94,24% . Hal ini menunjukan bahwa adanya perubahan peningkatan kemampuan berhitung yang signifikan di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah yaitu sebesar 28% dari siklus 1 ke siklus II.
Kata kunci: Media balok angka, kemampuan berhitung, anak usia 5-6 tahun.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim, Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan sholawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Juga kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah yang membantu, yaitu antara lain:
1. Ibu Jumrah, M.Pd selaku pembimbing I dan bapak Sarifudin, M.Pd selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ibu Nani Husnaini M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi peneliti selaku mahasiswinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr.Jumarim, M.H.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram.
5. Semua Dosen dan Staff UIN Mataram yang telah banyak memberikan wawasan dan pendalaman keilmuan serta layanan prima selama studi dan penyelesaian skripsi.
6. Kepada orang tua dan keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik dari moral dan moril, serta kasih sayang tiada terhingga dan nasihat-nasihat yang berharga, sehingga dapat menjadikan peneliti termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada semua sahabat-sahabat peneliti baik yang di kelas, prodi, dan dimanapun itu, karena selalu memberikan dukungan, tumpangan dan motivasinya kepada peneliti sehingga peneliti semangat dan terfasilitasi untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.
xi
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua orang.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
PENGESAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGATAR... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... xv
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Sasaran Tindakan ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuaan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian dan Hasil Penelitian ... 6
F. Telaah Pustaka ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISI TINDAKAN ... 10
1. Hakikat Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ... 10
a. Definisi Kognitif ... 10
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ... 13
3. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun... 14
4. Penggunaan Media Balok Angka Dalam Kegiatan Berhitung Untuk Anak Usia Dini ... 15
a. Pengertian Balok Angka ... 15
b. Manfaat permainan balok angka ... 15
c. Langkah pembelajaran menggunakan media balok angka ... 16
d. Kelebihan dan kekurangan media balok angka ... 17
e. Cara mengatasi masalah pada media balok angka ... 18
f. Pengertian berhitung ... 19
g. Pengertian Bilangan dan Operasi Bilangan ... 20
h. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan ... 21
i. Tahap-tahap Penguasaan Berhitung di PAUD... 22
5. Bermain ... 26
a. Definisi Bermain ... 26
b. Tujuan Bermain ... 28
c. Manfaat Bermain ... 29
d. Prinsip-prinsip Bermain ... 30
e. Factor-faktor yang Mempengaruhi Bermain ... 30
f. Jenis-jenis Bermain ... 31
BAB III Metode Penelitian ... 33
A. Seting penelitian ... 33
xiii
B. Sasaran penelitian ... 33
C. Rencana Tindakan ... 34
D. Jenis instrument dan cara penggunaanya ... 37
E. Pelaksanaan Tindakan... 40
F. Cara pengamatan (monitoring) ... 41
G. Analisis data dan refleksi ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Saran Deskripsi setting penelitian ... 45
1. Sejarah berdirinya PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah... 45
2. Letak giografis PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah ... 46
3. Visi misi PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah ... 47
4. Keadaan guru PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah ... 47
5. Keadaan siswa PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah ... 48
B. Hasil Penelitian ... 48
1. Hasil penelitian siklus I... 49
2. Hasil penelitian siklus II ... 61
C. Pembahasan ... 70
BAB V PENUTUP ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
Daftar Pustaka ... 76
xiv DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kategori tingkat ketuntasan siswa, 43 Tabel 3.2 Kategori observasi aktivitas guru, 44
Tabel 4.1 Data pendidik dan tenaga kependidikan PAUD kasih ibu desa pandan indah, 47 Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 1 siklus 1, 51
Tabel 4.3 Hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 1 siklus 1, 51 Tabel 4.4 Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 2 siklus 1, 52 Tabel 4.5 Hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 2 siklus 1, 53 Tabel 4.6 Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 3 siklus 1, 54 Tabel 4.7 Hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 3 siklus 1, 55
Tabel 4.8 Hasil evaluasi kemampuan aktivitas perkembangan berhitung anak siklus 1, 55 Tabel 4.9 Rekapitulasi hasi observasi aktivitas guru pada siklus 1, 56
Tabel 4.10 Rekapitulasi hasi observasi aktivitas siswa pada siklus 1, 58 Tabel 4.11 Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 1 siklus II, 63 Tabel 4.12 Hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 1 siklus II, 63 Tabel 4.13 Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 2 siklus II, 64 Tabel 4.14 Hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 2 siklus II, 65 Tabel 4.15 Hasil observasi aktivitas guru pertemuan 3 siklus II, 66 Tabel 4.16 Hasil observasi aktivitas siswa pertemuan 3 siklus II , 66
Tabel 4.17 Hasil evaluasi kemampuan aktivitas perkembangan berhitung anak siklus II, 67 Tabel 4.18 Rekapitulasi hasi observasi aktivitas guru pada siklus II, 67
Tabel 4.19 Rekapitulasi hasi observasi aktivitas siswa pada siklus II, 69
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasai PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah, 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian, 76 Lampiran 2. Indikator Pencapaian, 79
Lampiran 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru, 80 Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Anak, 82
Lampiran 5. Lembar Observasi Kemampuan Berhitung Anak, 83 Lampiran 6. Gambar, 84
Lampiran 7. Gambar, 85 Lampiran 8. Gambar, 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa usia dini adalah masa ketika anak mengalami pergantian peristiwa perkembangan yang sangat cepat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai usia cemerlang dalam kehidupan seseorang. Saat ini semua bagian wawasan anak dapat ditumbuhkan dengan tepat dan tentunya dapat mengakui apa yang dikatakan orang lain. Selama periode ini, ada pergantian peristiwa yang sangat cepat. Mengingat betapa pentingnya masa muda bagi seorang individu, perasaan yang sah diperlukan.
Kegembiraan yang sah ini akan membantu anak-anak ini mengembangkan, menciptakan, dan mencari cara untuk mencapai kapasitas maksimum mereka.
Operasionalisasi pembinaan pemuda dan pemudi PAUD akan lebih kritis dengan anggapan bahwa menyelesaikan dengan mengabaikan sekolah bisa menyenangkan, edukatif, yang ditunjukkan dengan kapasitas dan perilaku mereka.
Alasan untuk les anak-anak adalah agar anak-anak mendapatkan dorongan logis, sosial, dan energik yang ditunjukkan oleh tingkat usia mereka.
Dalam skripsi, Purwanti Masitoh mengungkap bahwa PAUD merupakan salah satu bentuk pembinaan remaja yang berperan penting dalam membina karakter anak dan menyiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan lanjutan. Pengajaran di taman kanak-kanak merupakan perpanjangan tangan antara keluarga dan daerah yang lebih luas, khususnya sekolah dasar dan kondisi yang berbeda. Sebagai jenis pelatihan pemuda, organisasi ini memberikan proyek pengajaran awal kepada tidak kurang dari
2
anak-anak berusia empat tahun sampai mereka memasuki tingkat sekolah yang lebih tinggi2.
Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak pada dasarnya adalah Pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi petumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh dan menekankan pada seluruh perkembangan aspek keperibadian anak. Pendidikan taman kanak-kanak memberi kesempatan untuk meengembangkan keperibadian anak, oleh karena itu Pendidikan anak usia dini khususnya di taman kanak-kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, mereka butuh permainan sebagai media Pendidikan dalam pembelajaran di PAUD.
Alat-alat permainan hendaknya memenuhi syarat untuk mengembangkan berbagai keterampilan anak sesuai dengan tingkat usia dan memperhatikan sifat-sifat perkembangan, secara kreatif guru dapat membuat dan menggunakan alat permainan yang berasal dari lingkungan sekitar dan memamfaatkan barang-barang bekas ataupun media-media yang sudah ada atau tersedia.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin mendorong upaya-upaya pembahasan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam poses belajar. Sehingga alat permainan edukatif (APE) yang sederhana cenderung tersingkir dan ahmpir sirnah. Untuk itu peran guru agar mampu membangkitkan lagi dan menggunakan yang dapat disediakan oleh sekolah maupun dibuat sendiri.
Bermain tidak harus mahal unsur mendidiklah yang harus diutamakan.
Dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan kognitif di Taman Kanak-Kanak disebutkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu proses berfikir
22Vitri Purwanti, “Peningkatan Kemampuan Berhitung melalui Permainan Balok Angka pada Anak Kelompok B di TK Universal Ananda Kecamatan Patebon Kendal”, (Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Semarang 2013), hlm. 1
3
berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu.
Dapat juga dimaknai dengan kemampuan memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan. Salah satu aspek dalam perkembangan kognitif adalah pengembangan pembelajaran matematika.
Di berbagai lembaga pendidikan anak usia dini proses pembelajaran matematika pada anak baik di jalur formal maupun nonformal sudah sering dilakukan.
Adapun istilah yang sering didengar diantaranya pengembangan kognitif, atau ada beberapa juga menyebutnya sebagai pengembangan kecerdasan logika-matematika.
Proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran hitung-hitungan untuk anak usia dini diajarkan supaya segala jenis pengetahuan dan keterampilan matematika lebih cepat untuk mereka kuasai sehingga pada kehidupan mendatang memungkinkan mereka untuk lebih mudah dalam melakukan pemecahan suatu masalah. Di samping itu seperti yang kita ketahui bahwasannya berhitung merupakan bagian dari matematika, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Berhitung merupakan salah satu permainan dari matematika, sedangkan matematika salah satu kegiatan belajar yang mampu mengembangkan kemampuan seorang anak pada dasar matematika anak seperti kemampuan dapat membedakan, memisahkan dan mengenal konsep angka, selain itu kegiatan pembelajaran ini juga dapat meningkatkan pengetahuan pada anak tentang berhitung dan sebaginya. Jika diberikan pada usia dini anak tidak akan merasa kesulitan jika sudah memamsuki pendidikan sekolah dasar atau pendidikan selanjtnya.3
Kurangnya media dan sumber belajar ini lebih disebabkan oleh kurangnya kreatifitas guru dalam menciptakan alat peraga sebagai penunjang pembelajaran.
Permasalahan lain yang terjadi di PAUD Kasih Ibu adalah metode yang digunakan
3Ibid, hlm. 2
4
oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek paper-pencil test. Pada pengembangan kognitif khususnya pada pembelajaran berhitung, guru memberikan perintah agar anak mengambil buku tulis dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan contoh dipapan tulis atau menunjukan angka didepan anak-anak, kemudian membaca angka-angka tersebut dan meminta anak-anak untuk mengikutinya. Setelah mereka mengerti guru meminta kepada anak-anak untuk menulis kembali dibuku tulis masing-masing. Setelah seesai guru menyuruh anak untuk mengmbil sebuah benda dan memimta mereka untuk menghitung jumlah benda yang mereka ambil. Aktivitas belajar tersebut sering kali menmbulkan kejenuhan pada anak-anak saat proses belajar mengajar. Sehingga minat belajar berhitung pada anak terlihat menurun dilihat dari kurangnya antusias saat belajar.
Di PAUD Kasih Ibu, para pengajar memberikan semangat untuk belajar bagaimana cara belajar karena terbatasnya ruang atau materi yang ditampilkan sehingga proses belajar dan mengajar yang diselesaikan kurang berhasil dan efektif.
Hal ini juga sangat persuasif terhadap semangat anak-anak dalam mengambil minat belajar di kelas maupun di luar ruang belajar. Jadi latihan berhitung yang dilaksanakan di PAUD Kasih Ibu sebenarnya menggunakan teknik adat atau latihan menulis, kemampuan berhitung yang rendah dan ketidakpedulian belajar berhitung untuk siswa PAUD Kasih Ibu tahun ajaran 2021/2022 juga ditentukan oleh kebenaran pembelajaran. Apakah ketika instruktur memberikan apresiasi dan membagikan tugas kepada anak-anak untuk melakukan latihan berhitung yang berhubungan dengan makanan yang sering dialami anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, kebetulan anak- anak belum memiliki pilihan untuk menghitung dengan hasil yang tepat.4
4Nur Qholisya,”Pengaruh Permainan Balok Angka Terhadap Kemampuan Berhitung Pada Anak TK B Bustaannur (skriipsi Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, Medan 2019), hlm. 3
5
Eksplorasi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media memperoleh yang disesuaikan dari pertemuan sehari-hari anak-anak dapat membantu bagaimana anak- anak dapat menginterpretasikan ide-ide numerik, khususnya berhitung. Melalui metodologi numerik yang praktis, berhitung untuk anak tidak hanya melalui deretan angka, namun merupakan interaksi yang lebih bermakna dan menyenangkan. di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah pembelajaran berhitung salah satu kegiatan belajar yang sangat tidak disuai oleh peserta didik, dilihat dari antusias dan ekspresi ketika diajarkan. Jadi, jangan heran ketika anak-anak ditanya penjumlahan mereka hanya bisa saling tatap muka satu sama lain karena pada dasarnya penjumlahan mungkin menjadi kata asing di telinga mereka, berhitung dari angka terkecil sampai angka terbesar saja mereka tidak terlalu bisa apalagi penjumlahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah peningkatan kemampuan berhitung melalui permainan balok angka pada anak usia dini di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah”.
C. Sasaran Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi sasaran atau objek peneitian ini adalah siswa usia 5-6 tahun di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah Untuk meningkatan kemampuan berhitung anak usia dini di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah melalui permainan balok angka.
6 E. Manfaat dan Hasil Penelitian
1. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Ujian ini memberikan sumbangan pemikiran dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan belajar bagi para pembaca, khususnya melalui peningkatan kemampuan berhitung anak-anak melalui bilangan kuadrat pada siswa. PAUD Kasih Ibu Kabupaten Lombok Tengah.
b. Manfaat Praktis
Ada beberapa manfaat praktis dari penelitian ini diantaranya adalah:
1). Bagi anak didik di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah dapat lebih mengembangkan kemampuan berhitung dan menghargai latihan berhitung.
2). Bagi guru di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah dapat meningkatkan kemampaun dalam menciptakan dan mengkreasikan serta mengembangkan permainan edukatif dalam kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-Kanak.
3). Bagi institusi PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah Kabupaten Lombok Tengah dapat lebih meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan APE sebagai pendukung dalam kegiatan pembelajaran.
F. Telaah Pustaka
Adapun hasil telaah pustaka atau penelitian terdahulu yang relevan atau hasil penelitian sebelumnya yaitu:
7
1. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Vitri Purwanti dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Balok Angka Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Universal Ananda Patebon Kendal” 5
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa perluasan kemampuan berhitung menggunakan balok cuissenaire sebagai media. Reaksi anak terhadap materi pembelajaran bilangan rasional rasional menjadi lebih bersemangat, hal ini dikarenakan dengan bermain balok anak tidak hanya sekedar melihat dan mendengarkan dalam mendapatkan ide berhitung tetapi anak juga menggunakan pengembangan otot atau tugas proaktif (sensasi) dengan menghubungi (materi).
dan melakukan apa yang dilihat dan didengar anak-anak. Dengan begitu peserta didik itu mampu dan mudah menguasai kemampuan berhitung
Penelitian Vitri Purwanti memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu pada usia anak yang diteliti yaitu anak usia 5-6 tahun, kemudian pada penggunaan media balok angka sebagai media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada ana kuia dini. Adapun perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu, perbedaan jumlah anak yang akan diteliti, dalam tindakan tersebut yaitu anak berjumlah 15 anak, 8 perempuan dan 7 laki-laki, kemudian dalam penelitian ini anak berjumlah 10 siswa, 5 laki-laki dan 5 perempuan.
2. Penelitian Yuliatiningsih, Khoirul Asfiyak Dan Yorita Febry Lismanda.
dengan judul “penerapan permainan balok angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak keompok B di TA AL-KAUTSAR kota malang”.6
5Vitri Purwanti, “Peningkatan Kemampuan Berhitung melalui Permainan Balok Angka pada Anak Kelompok B di TK Universal Ananda Kecamatan Patebon Kendal”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Semarang 2013).
8
Hasil penelitian yang dilakukan di TA AL-KAUTSAR kota malang menunjukkan bahwa dengan menggunakan media manipulatif kemampuan mengenal bilangan anak dapat meningkat. Hal ini karena media manipulatif dapat menghilangkan rasa bosan dan jenuh pada anak. Selain itu media manipulatif adalah model substansial yang dapat dihubungi dan digerakkan oleh anak-anak sehingga pembelajaran yang biasanya berfokus pada instruktur berubah menjadi fokus pada anak.
Pemeriksaan Yuliatiningsih, Khorul Asfiyak dan Yorita Febry Lismanda berbagi sesuatu yang praktis dalam eksplorasi ini, khususnya dalam memanfaatkan kotak angka tengah untuk lebih mengembangkan kemampuan berhitung dan menambah pengetahuan anak-anak tentang angka. Sedangkan perbedaan antara pemeriksaan masa lalu dan perbedaan ini adalah instrumen yang digunakan dalam penyelidikan masa lalu menggunakan strategi persepsi dan wawancara, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik persepsi, pertemuan dan dokumentasi.
3. Penelitian Nur Wahida Ghani, Surni Kadir Dan Rahmawati dengan judul
“Penerapan Permainan Balok Angka Dalam Mengenalkan Angka Pada Anak
Kelompok B2 Di Raodhatul Atfhal (RA) Al-Muhajirin, palu city.7
Hasil penelitian yang dilakukan di RA A-l Muhajirin, palu city menunjukan bahwa dengan pendekatan multisensori dapat mempengaruhi kecerdasan logika matematika anak.
Persamaan penelitian Nur Wahida Ghani, Surni Kadir Dan Rahmawati dengan penelitian ini adalah dapat memperkenalkan bermacam bentuk balok pada
6Yuliatiningsih, Khoirul Asfiyak dan Yorita Febry Lismanda, “Penerapan Permainan Balok Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok B Di TA Al-Kautsar Kota Malang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini,Vol. 1 Nomor 2, 2019
7Yuliatiningsih, Khoirul Asfiyak dan Yorita Febry Lismanda, “Penerapan Permainan Balok Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok B Di TA Al-Kautsar Kota Malang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini,Vol. 1 Nomor 2, 2019
9
anak,memotivasi anak untuk membuat sesuatu dari balok angka, mengembangkan kreativitas anak sesuai daya imajinasinya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, penelitian terdahulu menggunakan media balok terpisah dengan angka namun, penlitian ini menggunakan media balok angka yang angkanya sudah tertera di balok tersebut.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat perkembangan kognitif Anak Usia Dini a. Definisi kognitif
Menurut Gagne kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia berfikir. 8 Kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf- syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.
Menurut piaget, kognitif yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterprestasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.
Menurut williams dan Susanto, kognitif yaitu cara individu bertingkah laku, bertindak dan cepat lambatnya individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.
Berdasarkan Dari sebagian hipotesis di atas, cenderung diasumsikan bahwa mental adalah interaksi mental yang tampaknya siap untuk mendapatkan, menggabungkan, dan memanfaatkan informasi mental secara
8Nur Wahida Ghani, Surni Kadir Dan Rahmawati,”Penerapan Permainan Media Balok Angka Pada Anak Kelompok B2 Di Raodhatul Atfhal (RA) Al-Muhajirin Kota Palu City”, Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Keislaman, Vol 15, Nomor 1, 2020.
11
simultan seperti menalar, mengukur, memperhatikan, mengingat, berbicara, mengambil, menangani masalah, dll. Perkembangan kognitif Anak Usia Dini
Menurut Piaget dalam buku Yuliana Nurani S. dan Bambang S. anak pada rentang usia 3-5 tahun dalam 12 berfikir pra-operasional konkrit. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi obyek symbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakteristik penting dalam tahapan ini. Oleh John W. Santrock pemikiran pra- operasional Konkret adalah awal dari kemampuan untuk mereproduksi pada tingkat penalaran apa yang telah dilakukan dalam perilaku. John W. Santock dalam fase semen pra-fungsional penalaran dipisahkan menjadi dua fase, yaitu sub-tahap kapasitas simbolis dan sub-tahap ide alami. Masing-masing dari dua fase ini memahami bagaimana anak-anak di pra-fungsional substansial ini memiliki pertimbangan. Dalam subtahap kapasitas simbolis, anak-anak mengembangkan kapasitas mereka untuk secara intelektual membayangkan suatu barang yang tidak ada. Saat ini anak tidak fokus pada kebenaran yang sedang terjadi, penuh dengan pikiran kreatif dan kaya akan pikiran kreatif dan sarat dengan imajinasi. Contoh latihan menggambar dan shading oleh anak-anak pada tahap ini misalnya matahari berwarna biru, langit berwarna kuning dan kendaraan melaju di awan juara.9
Yang kedua adalah subtahap penalaran alami. Subtahapan ide alamiah adalah subtahapan kedua dari penalaran prafungsional yang terjadi antara usia 4-6 tahun. Dalam subtahap ini anak-anak mulai menggunakan pemikiran kasar dan perlu mengetahui tanggapan terhadap berbagai pertanyaan. Pada tahap ini, menyiratkan bahwa anak pada umumnya akan memiliki minat yang tinggi.
9Ekawati,Muhammad ali,halida, “Peningkatan Kekuatan Kognitif Dalam Mengklasifikasi Alat Permainan Berwarna Primer Melalui Media Flip Chart”, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 2014, hlm.3
12
Dengan mengetahui solusi untuk pertanyaan, anak-anak dapat memperoleh informasi. Seperti yang ditunjukkan oleh Piaget, mereka tampak begitu yakin tentang informasi dan pemahaman yang dia dapatkan namun belum begitu memperhatikan bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui.
Dari pertanyataan John W. Santrock dan Piaget tentang kaum muda memaknai dan menggambarkan bagaimana kaum muda dapat menumbuhkan daya nalar mereka dengan memanfaatkan pikiran kreatif mereka dan penuh dengan pikiran kreatif. Dari pikiran kreatif dan pikiran kreatif, anak muda dapat memaknai wawasannya.10 Dengan memanfaatkan pergantian peristiwa ini, anak muda harus dijiwai untuk memiliki pilihan untuk meneruskan konsekuensi dari pikiran kreatif dan pikiran kreatifnya ke yang terbaik sehingga hasil dapat ditemukan serupa dengan pikiran kreatif inventif.
Menurut Yuliana N. S. juga, Bambang S. pada peristiwa perubahan mental, anak-anak mulai mengambil cara "Eksperimen" untuk menangani pengaturan atau masalah baru. Itu juga belajar melalui penyelidikan untuk mengatasi masalah langsung. Sedangkan dalam KTSP 2010, pemahaman peningkatan mental anak muda harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah sederhana dan memiliki pilihan untuk menentukan data yang diperoleh.
Di sini tampaknya anak-anak di usia PAUD mulai memiliki pilihan untuk menemukan rencana keluar saat menghadapi atau melacak masalah. Pada saat itu anak dapat menyampaikan informasi yang didapat berdasarkan pengalamannya, karena dengan memberikan banyak keterlibatan kepada anak, anak akan benar- benar ingin memperoleh banyak informasi dan dapat mempersiapkannya dalam
10Yuliatiningsih, Khoirul Asfiyak dan Yorita Febry Lismanda, “Penerapan Permainan Balok Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok B Di TA Al-Kautsar Kota Malang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini,Vol. 1 Nomor 2, 2019, hlm . 128
13
sistem penalaran. Pada dasarnya sistem penalaran dalam menangani masalah akan mencakup kemampuan anak untuk berpikir secara bersamaan dan berbeda. Dalam siklus yang bersamaan, anak-anak akan mencari jawaban yang paling tepat dan dengan cara yang berbeda, anak-anak akan mencari lebih dari satu jawaban.
Dalam kehidupan bermain anak muda, jelas, dua siklus ini akan terjadi. Misalnya, anak-anak dalam bermain benda-benda bergerombol mengingat bentuknya, anak itu menghadapi siklus penalaran gabungan.11
Meskipun anak-anak PAUD sangat mempertimbangkan citra, kemampuan mereka untuk percaya masih terbatas. Batasan yang mencantumkan atau menggambarkan kerangka waktu prasekolah adalah sebagai berikut:
a. Egosentris
Di sini tampaknya anak-anak di usia PAUD mulai memiliki pilihan untuk menemukan rencana keluar saat menghadapi atau melacak masalah.
Pada saat itu anak dapat menyampaikan informasi yang didapat berdasarkan pengalamannya, karena dengan memberikan banyak keterlibatan kepada anak, anak akan benar-benar ingin memperoleh banyak informasi dan dapat mempersiapkannya dalam sistem penalaran. Pada dasarnya sistem penalaran dalam menangani masalah akan mencakup kemampuan anak untuk berpikir secara bersamaan dan berbeda. Dalam siklus yang bersamaan, anak-anak akan mencari jawaban yang paling tepat dan dengan cara yang berbeda, anak-anak akan mencari lebih dari satu jawaban. Dalam kehidupan bermain anak muda, jelas, dua siklus ini akan terjadi. Misalnya, anak-anak dalam bermain benda- benda bergerombol mengingat bentuknya, anak itu menghadapi siklus penalaran gabungan.
11Ibid.
14
Meskipun anak-anak PAUD sangat mempertimbangkan citra, kemampuan mereka untuk percaya masih terbatas. Pembatasan yang membekas atau menggambarkan kerangka waktu prasekolah adalah sebagai berikut. Proses berfikir anak selalu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh pancaindra seperti yang dilihat, diraba, didengar, dikecap, dicium dan selalu diikuti oleh pertanyaan “mengapa”?. Secara natural belajar terbaik anak adalah secara nyata dengan melihat, merasakan, dan melakukan denagn tangan.
Sehingga konsep sedapat mungkin diajarkan denag dilihat, dipegang atau dimainkan, digambar,diucapkan lalu ditulis. Pengalaman melakukan secara nyata inilah yang akan sangat membantu anak dalam memahami matematika.
1. Perkembangan Kognitif anak usia 5-6 Tahun
Setiap periode perkembangan menunjukan ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Menurut Sifia Hartati, “karakteristik perkembangan merupakan tugas perkembangan pada suatu periodeyang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak”. Tugas perkembangan meliputi berbagai karakteristik perilaku pada setiap aspek perkembangan. Anak usia 5-6 tahun pada umumnya secara kognitif khususnya matematika sudah dapat melakukn banyak hal, dalam standar perkembangan anak diantaranya:
a. Menyebut dan membilang 1 s/d 10.
b. Mengenal lambing bilangan
c. Menghubungakan konsep bilangan dengan lambang bilangan d. Membuat urutan bilangan dengan benda-benda
e. Membedakan dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih sedikit dan lebih banyak.
f. Menyebut hasil penambahan dan pengurangan dengan benda.
15
g. Mengenal waktu dengan mengggunakan jam h. Mengenal alat-alat untuk mengukur.
2. Penggunaan Media Balok Angka Dalam Kegiatan Berhitung Untuk Anak Usia Dini.
a. Pengertian balok angka
Balok angka merupakan salah satu media visual yang terbuat dari kayu mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini.12
Balok-balok angka merupakan media yang diciptakan Mentassori yang pada waktu itu untuk pembelajaran sensoris anak. Menurut Mentassori latihan sensoris sangat penting dalam mempelajari dasar-dasar aritmatika. Pada tahun- tahun awal seorang anak mempunyai masa sensitive periode sehingga dibutuhkan stimulus-syimulus untuk mengembangkannya. 13
b. Manfaat Media Balok Angka Untuk Anak Usia Dini
Adapun manfaat yang diperoleh anak melalui bermain balok angka menurut jalal, adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan fisik, yaang mencangkup koordinasi, persepsi visual, pengembangan motorik, orientasi spasial/ruang, dan koordinasi morotik halus.
2) Sosial emosi; pengembangan kompetensi/wewenang, kesusksesan, harga diri, otonom/kemandirian, inisiatif, persamaan, kerjasama,
12123 dok, “Hakekat Permainan Balok Angka”, [email protected], diakses 30 januari 2021, pukul 17:02.
13 Kartika Maya Sari, “Pengaruh Penggunaan Balok Angka Terhadap Kemampuan Mengenal Lambing Bilangan Pada Anak Kelompok A Di TK Aisyiyah Bustanul At-Fhal 7 Padang Bandung Dukun Geresik”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya), Hlm. 2
16
negosiasi, kompromi, responsibitlitas/tanggung jawab, kepemimpinan, konsep ilmu sosial dan emosi yang wajar/pelepasan emosi.
3) Kreativitas; asosiasi hubungan, pemecah masalah, mencari solusi baru, dan eksplorasi sensori.
4) Pengembangan kognitif; sombolisasi dan penyajian, penggolongan, konsep, directionalist, urutan, pemikiran yang berbeda dan logika berfikir.
5) Matematika; area, ukuran, order, ruang, bentuk, angka-angka, pemetaan pola, mengukur, pengoprasian bilangan, perkiraan, negative space, penjumlahan/pengurangan, koreponddensi/hubungan antar satuan.
6) Science matematikaa; berat/beban, gravitasi, tinggi, timbangan, simetri, tekstur, action-reaction, penyebab dan efek, gambaran ruang, dan mesin sederhana.
c. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media balok angka 1) Guru memperkenalkan balok angka kepada anak
2) Guru mengajak anak menghitung bersama-sama jumlah balok angka pada masing-masing ruas tersebut dengan cara meletakkan satu persatu didepan anak sambil berkata satu, dua, tiga dan seterusnya hingga sepuluh.
3) Anak diminta untuk menunjukan dan menghitung jumlah balok angka sesuai dengan angka yang disebutkan oleh guru.
4) Setelah anak mampu menghitung banyak balok angka, guru memperkenalkan lambang bilangan pada anak,
17
5) Anak diminta untuk mengurutkan balok-balok angka dari ruas balok satu hingga sepuluh.
6) Anak diminta mencari dan menghubungkan banyaknya balok dengan lambang bilangannya.
d. Kelebihan dan kekurangan media balok angka Adapun kelebihan dari media balok angka:
1) Dengan mainan balok angka maka anak akan belajar menghitung jumlah.
2) Mainan balok akan mengajarkan kepada anak tentang besar kecil, lebih kurang, tinggi dan pendek.
3) Permainan balok angka akan membantu anak mengenal bentuk- bentuk geometri, seperti kubus, persegi panjang, kerucut dan silinder.
4) Dengn mainan balok angka maka anak akan belajar mengenai pengklasifikasikasian bentuk sesuai dengan tempatnya. Anak tentunya akan belajar menyusun sesuai dengan pasangannya dan anak juga akan belajar menyusun rapi ketika anak sudah selesai bermain balok.
5) Anak akan belajar menyatukan balok-balok tersebut dalam ukuranyang berbeda-beda sehingga menjadi sebuah bentuk sesuai dengan daya imajinasinya dan daya kreasinya.
6) Anak akan belajar mengenai pola akan mengasah daya kreatifitasnya dalam membuat sebuah kreasi bentuk sesuai dengan ukuran bak yang tersedia.
18
Adapun kekurangan dari media balok angka yaitu keselamtan dan keamanan bagi anak-anak, yang dalam memainkan balok dari kayu atau plastik bisa melempar temennya dikarenakan berebut atau hal lainnya. Maka meski anak terlihat senang daam memainkan balok-baloknya tapi guru atau orangtua juga tidak boleh lengah dalam memperhatikan anak dan tetap mendampinginya.
e. Cara mengatasi masalah
Adapun cara mengatasi masalah yang terdapat dalam penggunaan media baok angka di PAUD Kasih Ibu adalah:
1) Cara mengatasi masalah tersebut yaitu guru harus menyiapkan media balok angka yang akan digunakan anak-anak sebagai mdia pembelajaran untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar di dalam kelas.
2) Cara mengatasi karakteristik setiap anak yaitu guru harus mengenal serta memahami masing-masing karakteristik anak supaya lebih memudahkan dalam proses belajar mengajar serta guru mencari tahu sesuatu yang membuat anak-anak bahagia karena membuat anak-anak bahagia adalah prioritas utama guru.
3) Cara mengatasi masalah anak yang kurang aktif atau pendiam di kelas yaitu guru harus lebih fokus terhadap anak tersebut serta sering-sering bertanya pada anak serta guru harus aktif supaya anak-anak juga ikut bersemangat dalam belajar.
Kesimpulannya adalah guru harus memiliki bayak cara untuk membuat suasana selalu ramai sumpaya kelas kelihatan lebih hidup, sehinngga anak- anak akan merasa lebih bahagia dam senang serta guru harus banyak berlatih
19
dan mengasah kemampuan sebelum melakukan proses pembelajaran di kelas tujuannya supaya apa yang disampaikan lebih matang dan tersampaikan ke anak-anak.
f. Pengertian Berhitung
Hasan Alwi, berpendapat bahwa berhitung berasal dari kata count yang memiliki arti suatu keadaan, setelah mendapat awalan udara maka akan berubah menjadi suatu pengertian yang menunjukkan suatu tindakan termasuk (menambah, menghilangkan, membagi, menggandakan, dsb).14
Nyimas Aisyah, mengungkapkan bahwa kemampuan mengikutsertakan dalam perspektif yang luas merupakan salah satu kemampuan yang akan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dikatakan bahwa dalam pergerakan setiap jenis keberadaan manusia membutuhkan kapasitas ini.15
Sementara itu, seperti yang ditunjukkan oleh Ahmad Susanto, mengusulkan bahwa, untuk menekankan pentingnya dan pemahaman dan untuk mendorong kemampuan penalaran pada tingkat yang lebih tinggi, berpikir kritis dalam aritmatika bukan hanya bagian pembelajaran yang terkoordinasi, namun harus menjadi premis atau pusat aksi.
Mengingat sebagian dari penilaian di atas, cenderung disimpulkan bahwa berhitung adalah tindakan atau metode yang bagus untuk mencari tahu bagaimana mendapatkan ide angka.
14Ibid, hlm.129
15Ariyanti, Zidni Immawan Muslimin, “Efektivitas Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Media Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Anak”, Jurnal Psikologi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2015), t,d., 61.
20
g. Pengertian Bilangan dan Operasi Bilangan
Bilangan adalah ide numerik penting untuk didominasi oleh anak-anak, karena mereka akan menjadi alasan untuk mendominasi ide numerik lebih lanjut pada tingkat pelatihan formal yang lebih tinggi. Angka adalah item numerik yang konseptual dan menggabungkan komponen yang tidak dicirikan. Untuk mengkomunikasikan suatu bilangan ditunjukkan dengan gambar bilangan yang disebut bilangan. Angka dengan angka mengungkapkan berbagai ide, angka terhubung dengan nilai sedangkan angka bukan nilai tetapi dokumentasi yang tersusun dari suatu angka. Sementara apa yang disiratkan oleh tugas angka adalah mengurangi kualitas angka. Nomor menunjukkan jumlah artikel.16
Kemampuan utama pengenalan sains adalah dengan menumbuhkan bagian-bagian wawasan anak-anak dalam menggerakkan otak untuk berpikir secara logis dalam aritmatika. Tugas nomor diingat untuk koneksi numerik, setelah anak dapat menghitung, anak akan menyampaikannya secara efisien.
Tugas bilangan atau disebut juga number-crunching, kata pertama berasal dari bahasa Yunani arithnos yang berarti bilangan yang merupakan bagian dari ilmu yang berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan penting bilangan.
Kegiatan penting matematika atau tugas dasar angka adalah ekspansi, pengurangan, duplikasi dan pembagian.17 Sudaryani juga mengamati hal yang sama bahwa opsi, pengurangan, penambahan dan pembagian adalah tugas
16Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana,2011), 98.
17Niaci Sartika, “Metode Bermain Dengan Menggunakan Balok Angka Uuntuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Matematika Anak Kemompok A TK Sriwidari Desa Kepongpongankecamatan Talun Kabupaten Cirebon”, (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Institute Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, Cirebon 2020), Hlm. 21
21
bilangan yang sangat mendasar. Bagaimanapun, untuk kaum muda, memiliki opsi untuk menambah dan mengambil itu luar biasa.
Kegiatan berhitung dikenalkan dengan anak-anak setelah anak melihat angka tanpa henti dengan tepat. Pemuda bisa mendapatkan aktivitas angka dengan cara yang sangat mudah. Seperti yang dikemukakan oleh Slamey Suyanto, aritmatika bukanlah contoh memori tetapi menciptakan kemampuan berpikir. Jika anak itu benar-benar tahu angka dan memahami tugas-tugas angka, anak itu akan berpikir lebih bijaksana dan numerik, meskipun dengan cara yang sangat sederhana.
Di masa muda kapasitas yang diciptakan meliputi:
1) Mengenal dan menghitung angka 2) Menyebutkan barisan bilangan 3) Menghitung benda
4) Menghitung himpunan dengan nilai nomor artikel 5) Berilah nilai pada suatu bilangan dalam susunan artikel.
6) Melakukan atau menyelesaikan tugas perluasan dengan memanfaatkan ide dari semen untuk diekstraksi.
h. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan
1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar.
2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, minsalnya dari konkrit ke abstrak, mudah kesukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.
22
3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
4) Permainan berhitung membutuhkan Suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga atau media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan, berfungsi sesuai dengan kebutuhan anak dan tidak membahayakan bagi anak-anak
5) Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seharusnya menggunakan Bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat dilingkungan sekitar anak.
6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokan sesuai tahap penguasaanya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambing.
7) Dalam mengevakuasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampe akhir kegiatan.
i. Tahap-tahap Penguasaan Berhitung di PAUD 1) Penguasaan konsep
Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti oengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2). Masa Transisi
Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambing yang abstrak, di mana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan gurusecara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan
23
kemampuan yang secara individu berbeda. Misalnya, Ketika guru mrnjelaskan konsep satudengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambing dari angka satu itu.
2) Lambang
Lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misalnya lambing 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
j. . Konsep Berhitung Pada Anak PAUD 1). Korespondensi satu-satu
Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana. Contoh satu buku, satu pensil, satu batu, dan seterusnya.
2). Pola
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berirutan. Lalu, meinta kepada anak untuk mengurutkan dengan urutan yang benar sesuai dengan yang telah di contohkan. Contohnya jika berurutan mulai dari yang terkecil ke yang terbesar atau bisa juga menggunakan warna sebagai bentuk untuk mengurutkannya.
3). Memilih/menyortir/klasifikasi
Anak belajar klasifikasi materi, pengelompokkan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis, warna dan lain-lain. Anak juga harus bisa
24
membedakan matau mengklasifikasikan atribut atau alat permainan yang digunakan untuk keperluannya sendiri karena beda alat permainan maka beda juga fungsinya. Disini guru harus cermat untuk membimbing peserta didiknya untuk memilih atribut sesuai dengan karakteristik mereka.
4). Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka- angka yang akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka.
Contoh : 1,2,3,4,5,6,7,8…dst. Namun, seperti yang diketahui bahwa anak- anak tidak dituntut untuk menghafal selain jangka ingatannya yang pendek juga membuat anak cepat merasa bosan dengan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan mengingat. Anak lebih suka bermain sambal belajar bukan belajar sambal bermain.
5). Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dari benda-benda atau simbol- simbolnya. Misalnya, angka satu seperti lidi, angka dua kepala bebek dan seterusnya. Karena pada dasarnya segala bentuk kegiatan yang dilakukan anak memang harus ada simbolnya supaya anak melihat secara langsung dan lebih mudah mengerti apa yang diajarkannya.
6). Bentuk
Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama/ tidak sama, besar-kecil, Panjang-pendek. Tujuannya disisni supaya anak dapat membedakan bentuk dan ukuran bukan hanya dalam hal alat permainan tetapi untuk segala kehidupan sehari-hari.
25 7). Ukuran
Anak perlu pengalaman akan mengukur berat, isi Panjang dengan cara mengukur langsung sehingga proses menemukan angka dari sebuah obyek.
8). Ruang dan waktu
Dua hal ini merupakan bagian dari proses kehidupan sehari-hari seperti waktu, 1 hari,2 hari. Ruang, sempit, dan luas.
9). Penambahan dan pengurangan
Dua hal ini dapat di kenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda. anak sebelum masuk pra sekolah sudah harus mampu mengenal angka apalagi sudah bisa menambah dan mengurangi itu sudah cukup baik untuk permulaan anak pra sekolah.18
k. Alat Permainan Edukatif
Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan hal yang menarik dan menyenangkan dan menyenangkan bagi anak. Hal ini karena dunia anak dengan permainan adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Secara umum, Alat Permainan Edukatif merupakan alat-alat permainan yang dirancang dan dibuat untuk menjadi sumber belajar anak- anak udia dini agar mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman ini akan berguna untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak yang meliputi aspek kognitif, sosial emosional dan fisik/motorik.19
1). APE untuk meningkatkan perkembangan aspek kognitif.
18123 dok, “Hakekat Permainan Balok Angka”, [email protected], diakses 30 januari 2021, pukul 17:02.
19Dzikrikhasnudin, “Alat Permainan Edukatif (APE)” dalam https:// www.dzikrikhasnudin.com, diakses tgl 31 januari 2021 pukul 16:15.
26
Kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. 20Perkembangan kognif anak mengacu apad tahapan kemampuan dalam memperoleh makna dan pengetahuan, dari pengalaman dan informasi yang ia peroleh. Perkembangan motorik ini berkaitan dengan proses mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
2). APE untuk meningkatkan perkembangan matematika.
Saat mengenalkan angka, gunakanlah alat permainan edukatif yang dapat mendukung kemampuan tersebut. Misalnya menggunakan balok angka yang ada tulisan angkanya ataupun alat permainan yang lainnya.21
3. Bermain
a. Definisi Bermain
Bermain adalah hak asasi bagi ank usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa anak-anak. Kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan keperibadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak usia dini merupakan nilai positif terhadap perkembangan seluruh aspek yang ada dalam diri anak. Dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekskpresikan sesuatu yang anak rasakan dan fikirkan.22
20Sigit Purnama, Yuli Salis Hijriyani, dan Heldanita, Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini, (Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2019), hlm. 115
21Anggun Paud, “Kenalkan Angka Pada Anak, Dasar Kemampuan Matematika” Dalam Https://Anggunpaud.Kemdikbud.Go.Id, Diakses Tgl 18 Februari 2022, Pukul 22:44.
22Pupung Puspa Ardini Dan Anik Lestariningrum, Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini (Sebuah Kajian Teori Dan Praktik), (Nganjuk: Adjie Media Nusantara 2018), Cet. 1, Hlm 3
27
Bermain adalah salah satu kata yang cukup akrab ditelinga, terutama bila menjadi seorang pendidik. Bagi guru PAUD dan SD, bermain sering di integrasikan dalam kegiatan belajar-mengajar karena dunia anak adalah dunia bermain. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa guru SMP dan SMA juga mengintegrasikan kegitan bermain dalam proses pembelajran.
Hal ini diyakini bisa mengakibatkan minat dan kreativitas belajar siswa dalam mengikuti rangkaian kegiatan belajar-mengajar. Bermain merupakan salah satu kebutuhan, terutama bagi anak. Kurang tepat anggapan sebagaian orang yang mengatakan bahwa bermain itu hanya buang-buang waktu. Sebenernya banyak keuntungan didapat seorang anak dengan bermain.
Secara Bahasa bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung atau spontan saat ia berintraksi dengan orang lain atau bertemu dengan berbagai benda disekitarnya secara senang hati (gembira) atas inisiatif sendiri dengan menggunakan daya khayal (imajinasi), menggunakan pancaindra, sert eluruh anggota tubuhnya. Bermain juga dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbul kan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa bermain adalah keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh seorang individu yang sifatnya menyenangkan, menggembirakan, dan menimbulkan kenikmatan yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, social, moral, dan emosional. Bermain merupakan kegiatan santai, menyenangkan tanpa tuntunan (beban) bagi anak. Bermain juga merupakan kebutuhan yang esensial bagi anak. Melalui bermain, anak dapat
28
memuaskan tuntunan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, emosi, social, niali, Bahasa, dan sikap hidup.
b. Tujuan Bermain
Tujuan bermain anak usia dini tidak lepas dari psikologi atau keperibadian anak karena bermain merupakan cerminan dari kebutuhan dasar anak yang harus dikembangkan. Tujuan bermain dimaksudkan untuk mengetahui peranan bermain dalam perkembangan anak usia dini.
Secara umum tujuan bermain dapat di klasifikasikan menjadi beberapa bentuk sebagai berikut:
1) Untuk eksplorasi anak
Eksplorasi secara Bahasa berarti “mengeluarkan”. Maksudnya adalah mengeluarkan atau mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki. Jiwa anak adalah suka bertualang. Anak suka melakukan hal-hal baru yang diinginkan dan dianggap menarik baginya. Karakteristik anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi membuat kecendrungan anak untuk bereksplorasi dalam mencurahkan segala aktivitasnya.23
2) Untuk eksperimen anak
Secara etomologi, eksperimen berarti “uji coba”. Secara teremonologi, eksperimen adalah melakukan serangkaian percobaan- percobaan demi menghasilkan sesuatu yang diharapkan.bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui bermain anak dapat melakukan uji coba untuk mendapatkan informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru. Karena rasa ingin tahu anak sangat tinggi, anak
23Sigit Purnama, Yuli Salis Hijriyani, dan Heldanita, Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini, (Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2019), hlm. 132
29
sering kali melampiaskan ke dalam bentuk-bentuk permainan yang dimiliki.
3) Untuk imitasi anak
Imitasi yang dimaksud sebagai bentuk tiruan anak-anak. Dengan kalimat lain,bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-anak terhadap permainan yang dimainkan. Biasanya anak-anak cendrung meniru took-tokohh kartun atau superhero yang menjadi kesayangannya.
Selain itu anak dapat pula meniru suatu aktivitas pekerjaan orang dewasa, seperti dokter, insinyur, montir dan pedagang.
4) Untuk adaptasi anak
Tujuan lain dari kegiatan bermain anak ialah untuk melatih adaptasi anak-anak dengan lingkungan sekitar. Adaptasi semdiri bermakna mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Maksudnya, manakala anak bermain Bersama teman-teman sebayanya, secara otomatis hal itu akan melatih anak untuk bersosialisasi dan berintraksi dengan lingkungannya. Kegiatan bermain yang dapat melatih adaptasi anak ini biasanya berupa permainan sosial yang membutuhkan banyak orang seperti bermain petak umpat, dakon, dan pasa-pasaran.
c. Manfaat Bermain
Adapun manfaaft bermain bagi anak adalah sebagai berikut:
1). Bermain yang melibatkan fisik seperti berlari, meloncat dan menendang bermanfaat untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan anak.
2). Bermain yang melibatkan indera atau fikiran seperti menggunakan perasaan seperti menggambar dan bermain musik atau mendengarkan aba-aba
30
memberikan peluang pada anak untuk belajar tentang pengertian baru, sifat- sifat dan barang-barang tertentu.
3). Bermain balok-balokan angka membentuk lilin atau tanah liat, menggambar dan sebagainya dapat mendorong kreativitas anak.
4). Bermain dapat membantu mengembangkan keperibadian seperti bertanggung jawab, berkerjasama, mematuhi peraturan dan sebagainya. 24 d. Prinsip-prinsip bermain
Untuk menggapai tujuan bermain dan nilai manfaat bermain bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, bermain harus memperhatikan prinsip- prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut dimaksudkan supaya memberikan Batasan dalam bermain sehingga pelaksanaannya benar-benar berguna bagi anak.
Berkaitan dengan hal itu, Elkonin, salah seorang murid Vygotsky, menggambarkan empat prinsip bermain. Pertama, dalam bermain anak mengembangkan system untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam rangka mencapai tujuan yang lebih kompleks. Kedua, kemampuan untuk menempatkan perspektif orang lain melalui aturan-aturan dan menegosiasikan aturan bermain. Ketiga, anak menggunakan raplika untuk menggantikan objek nyata, lalu lalu mereka menggunakan objek nyata, kemudian mereka menggunakan objek baru yang berbeda. Keempat, dalam bermain terjadi kehati-hatian saat anak mengikuti permainan yang telah ditentukan Bersama teman sepermainannya.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
24 Pupung Puspa Ardini Dan Anik Lestariningrum, Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini (Sebuah Kajian Teori Dan Praktik), (Nganjuk: Adjie Media Nusantara 2018), Cet. 1, hlm. 11
31
Berdasarkan teori bermain dapat dirumuskan faktor yang mempengaruhi bermain sebagai berikut:
1). Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energi untuk bermain aktif, seperti permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
2). Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik pada anak usia dini melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangn motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
3). Lingkungan
Anak yang dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya. Karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang anak yang berasal dari kota. Hal ini disebabkan oleh kurangnya peralatan bermain dan waktu yang bebas.25
f. Jenis-Jenis Bermain
Kegiatan bermain terdiri dari bermain aktif dan pasif. Bermain aktif adalah suatu kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada diri anak melalui aktivitas yang melibatkan banyak aktivitas tubuh. Beberapa contoh kegiatan bermain aktif diantaranya:
25Ibid., hlm. 18
32 1). Bermain Bebas atau Spontan
Bermain bebas atau spontan adalah permainan yang tanpa memiiki aturan. Kegiatannya bebas sesuai dengan spotalitas anak.
2). Bermain konstruktif
Bermain konnstruktif adalah permainan membangun, membentuk dan menyusun. Kegiatan bermain ini biasanya menggunakan alat permainan edukatif atau manipulative.
3). Bermain Khayal/Peran
Bermain peran adalah bermain imajinatif berperan sebagai atau menjadi. Kegiatan bermain khayalan anak akan menggunakan benda-benda disekitar sebagai simbol dari permainan yang diperankan sebagai contoh.
Anak pura-pura mengendarai kuda menggunakan ganggang sapu.
Sedangkan bermain pasif adaah suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh kesenanngan dan tidak terlalu banyak melibatkan aktifitas fisik.
Beberapa contoh kegiatan bermain pasif diantaranya:
1). Membaca
Membaca adalah kegiatan menyenangkan namun tidak semua anggota tubuh ikut bergerak aktiif. Dengan demikian membaca termasuk daam kegiatan bermain pasif.
2). Menonton film
Menonton film adalah kegiatan melihat gambar bergerak dan bersuara di televisi atau layar dengan proyektor. Kegiatan ini tidak banyak mengaktifkan gerak anggota tubuh selain mata.
33 3). Mendengarkan musik
Mendengarkan musik sama dengan mendengarkan radio. Anak hanya diam sambil menikmati musik. Tidak melibatkan anggota tubuh lain untuk beraktivitas. 26
26Ibid., hlm. 23-25
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting penelitian
Penelitian ini dilakukan di PAUD Kasih Ibu Desa Pandan Indah pada anak karena memang target dari penelitian ini adalah siswa, peneliti harus mampu memahami serta berintraksi baik dengan siswa supaya siswa juga lebih serius dalam belajar karena salah satu sifat anak-anak adalah cepat bosan dan disini peran peneliti harus cerdas dalam mengambil serta selalu membuat keadaan kelas tetap baik dan tetap