• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 03. Nomor 02. Desember 2022

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 72

,

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA SISWA SMKN 3 MAKASSAR

Improving Social Interaction Ability through Contextual Teaching and Learning (CTL) for Students of SMKN 3 Makassar

Elvi1 Sitti Fatimah S.Sirate 2, Nurul Iman 3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1 : [email protected] Email2 : [email protected]

Email3 : [email protected]

Abstrak

This research aimed at improving social interaction ability through contextual teaching and learning (CTL) at the tenth-grade students of SMKN 3 Makassar on trigonometry subject.

The method of this research was classroom action research. The sample of the research consisted of 28 students. The data was collected through test, observation. The data was analysed using quantitative and qualitative approach. The average score gained in cycle 1 was 96.75 with deviation standard was 2.784. The average score in cycle 2 was 123.50 with deviation standard was8.412 and ideal score of 150. Based on the data analysis, it can be concluded that students? social interaction ability improved through contextual teaching and learning for the third- grade students of SMKN 3 Makassar.

Keywords: Social interaction, learning achievement, contextual teaching and learning.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah, sekolah ataupun masyarakat. Karena itu diharapkan terjadinya saling kerjasama diantaranya sehingga dapat memajukan pendidikan di Indonesia. Karena setiap manusia pada umumnya menginginkan pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal, pendidikan formal merupakan salah satu bentuk pendidikan yang terdapat didalam lembaga – lembaga seperti sekolah. Dalam pendidikan disekolah terdapat berbagai macam ilmu pelajaran, salah satunya adalah ilmu pelajaran matematika.

Pendidikan matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sulit dipahami dan dimengerti, karena memiliki kajian materi yang sangat abstrak, sehingga menyebabkan siswa kurang berminat untuk mendalami dan mempelajari, akibatnya prestasi belajar matematikanya pun, akan kurang memuaskan.

Siswa harus mengerti apa yang dipelajari dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memecahkan masalah, menarik kesimpulan dengan nalar, berkomunikasi dengan baik, dan mampu melihat kaitan antara suatu konsep dengan konsep yang lain, antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang

(Received: 03-06-2022; Reviewed: 30-07-2022; Revised: 03-08-2022; Accepted: 30-09-2022; Published: 01-12-2022)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 73 lainnya. Itulah kompetensi yang diharapkan dari siswa yang belajar matematika.

Namun demikian hingga saat ini matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Angapan tersebut memang dapat dipahami karena belajar matematika tidak seperti belajar bahasa Indonesia atau IPA, karena selain banyak hafalan rumus, belajar matematika harus dilaksanakan secara sistematis karena untuk bisa memahami konsep yang baru maka dibutuhkan prasyarat pemahaman konsep yang lama (Agustina, T dkk,2019).

Pada dasarnya setiap individu merupakan makhluk sosial yang senantiasahidup dalam lingkup masyarakat baik itu lingkungan tempat tinggal maupunlingkungan sekolah yang di dalamnya saling berhubungan timbal balik antaraindividu satu dengan individu lainnya.

Dan yang menjadi ciri sehingga kehidupan sosial itu ada adalah dengan adanya interaksi sosial menjadi faktorutama di dalam hubungan antara dua orang atau lebih yang saling berkaitan. Manusia tidak luput dengan perannya sebagai makhluk sosial yang tak pernah lepas berinteraksi, tidak hanya yang penting namun pembicaraan ringan terkadang menjadi hal yang sangat penting untuk menambah informasi. Ada aksi dan ada reaksi pelakunya lebih dari satu yaitu individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dan lain-lain.Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder.Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun pengertian interaksi sosial menurut Joesoef (Widuri, R. W: 2013) yaitu suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana kelakuan seseorang mempengaruhi kelakuan yang lain ataupun sebaliknya.

Tujuan dari inetraksi sosial ialah untuk kesenangan dan keikut sertaan anak secara aktif dengan orang lain.

Oleh karena itu didalam lingkungan sekolah perlu adanya interaksi soaial baik itu interaksi terhadap siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan staf, siswa dengan kepala sekolah, siswa dengan clining servis, guru dengan guru, guru dengan staf, guru dengan kepala sekolah, guru dengan clining servis bahkan guru dengan orang tua siswa dan disamping interaksi sosial adapun salah satu pendekatan pembelajaran matematika yaitu pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Adapun pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi (Rusman, 2014: 189) adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antaramateri yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dalam belajar matematika diperlukan upaya peningkatan kemampuan interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa SMKN 3 Makassar akan dapat meningkatkan siswa dalam pembelajaran matematika.

Metode

a. Jenis penelitian

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) b. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 dikelas X SMKN 3 Makassar

c. Populasi dan sampel

Siswa kelas X Teknik Komputer dan Jaringan 2 d. Teknik pengumpulan data

Data interaksi sosial diambil dengan memberikan angket kepada siswa setiap akhir siklus Data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat dilakukannya tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi

e. Teknik analisis data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 74 Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Statistik Skor Interaksi Sosial Siswa pada Siklus I Statistik Nilai Statistik

Subjek 28

Skor Ideal 150

Maksimum 99

Minimum 87

Rentang Skor 12

Rata-Rata 96,75

Median 97,50

Modus 99

Variansi 7,750

Standar Deviasi 2,784

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil deskriptif nilai angket inetraksi sosial melalui pendekatan CTL pada pembelajaran matematika pada tes akhir siklus I yang dapat dilihat pada tabel 1 dimana dari 28 siswa yang mengikuti tes tersebut diperoleh nilai tertinggi yaitu 99 dan nilai terendah 87 dan rentang nilai yang merupakan selisih antara skor tertinggi dan terendah adalah 12 . Selanjutnya pada tabel 4.1 menunjukkan angket interaksi social siswa dengan rata- rata 96,75 dengan standar deviasi 2,784. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi pada siklus I berpusat atau sebesar 96,75 dengan penyimpangan sejauh 2,784 dari rata-ratanya. Median 97,50 menunjukkan 100% siswa memperoleh nilai karegori sedang atau sama dengan. Modus 99 menggambarkan banyak siswa yang memperoleh nilai 99 dengan variansi 7,750 yang artinya jumlah kuadrat dari selisih nilai data subjek dari nilai rata-ratanya, kemudian dibagi dengan jumlah subjeknya.

Dimana skor angket interaksi sosial melalui pendekatan CTL dalam belajarmatematika siswa dikelompokkan ke dalam kategori penilaian,berdasarkan pengkategorian maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabeldi bawah ini :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Interaksi Sosial PadaSiklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

130 – 150 Sangat Tinggi 0 0

105 – 129 Tinggi 0 0

80 – 104 Sedang 28 100

55 – 79 Rendah 0 0

30 – 54 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 28 100

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 2 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor interaksi sosial matematika siswa kelas X SMKN 3 Makassar setelah diterapkan model pembelajaran interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada setiap pembelajaran pada siklus I berada pada kategori sedang.

Dimana deskripsi ketuntasan angket interaksi sosial matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) selama proses pembelajaran pada siklus1 dapat dilihat pada kategori sedang.

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 75 Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Pertemuan

Rata-Rata Persentase (%)

I II

1 4 5 4,5 90

2 5 5 5 100

3 4 5 4,5 90

4 3 5 4 80

5 5 5 5 100

6 5 5 5 100

7 5 3 4 80

Sumber :Olah Data

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan persentase sangat tinggi diantara indikator-indikator pada lembar observasi aktivitas siswa terdapat pada indikator kedua yaitu siswa diminta mendengarkan materi yang diberikan oleh guru, dengan rata-rata 5 dengan persentase 100%.

Sedangkan nilai rata-rata dan persentase terendah terdapat pada indikator empat dan tujuh yaitu siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal, dengan rata-rata 4 dengan persentase 80%.

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

NO

Pertemuan

Jumlah Persentase (%)

I II

1 4 4 8 100

2 4 4 8 100

3 3 3 6 75

4 3 4 7 87,5

5 4 4 8 100

6 4 4 8 100

7 3 4 7 87,5

8 4 4 8 100

9 4 4 8 100

10 4 4 8 100

11 4 4 8 100

12 3 4 7 87,5

13 3 3 6 75

14 4 4 8 100

15 4 4 8 100

16 4 3 7 87,5

17 3 4 7 87,5

18 4 4 8 100

19 4 4 8 100

20 4 4 8 100

21 4 4 8 100

22 4 3 7 87,5

23 3 4 7 87,5

24 3 4 7 87,5

Sumber : Olah Data

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa aktivitas guru sebagai pengelola pembelajaran pada siklus I berada pada kategori baik dan secara keseluruhan melakukan aktivitas sesuai langkah-langkah yang direncanakan dan perlu ditingkatkan lagi.

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 76 Tabel 5. Respon Siswa Terhadap Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)Siklus I

NO

Siklus I

Ya Tidak

% %

1 27 78,57 96,43 21,43

2 27 96,43 1 3,57

3 26 92,86 2 7,14

4 26 92,86 2 7,14

5 25 89,29 3 10,71

Rata- rata 90,002 9,998

Sumber : Olah Data

Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa respon siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat dikategorikan tinggi dimana 450,01%

dengan rata-rata 90,002 dan 49,99% dengan rata-rata 9,998 dan siklus selanjutnya guru akan berusaha untuk tetap mempertahankan dikategori ini.

Tabel 6. Statistik Angket Interaksi sosial Pada Pembelajaran Matematika Siswa pada Siklus II

Statistik Nilai Statistik

Subjek 28

Skor Ideal 150

Rata-Rata 123,61

Median 123,50

Modus 119 dan 121

Standar Deviasi 8,412

Rentangan 33

Minimum 106

Maksimum 139

Variansi 70,766

Sumber : Data Diolah

Berdasakan hasil analisis dari nilai hasil belajar matematika pada tes akhir siklus II dapat dilihat pada tabel 6 dimana dari 28 siswa yang mengikuti tes tersebut diperoleh nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 139 dan nilai terendah 106 sedangkan rentang nilai yang merupakan selisih antara skor tertinggi dan terendah adalah 33. Selanjutnya pada Tabel 4.6 menggambarkan angket interaksi social nilai siswa dengan rata-rata 123,61 dengan standar deviasi 8,412. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap angket siklus II berpusat atau sebesar 123,61 dengan penyimpangan sejauh 8,412 dari rata-ratanya. Median 123,50 yang menggambarkan % siswa memperoleh nilai diatas atau sama dengan 81 dan % siswa memperoleh dibawah atau sama dengan 81. Modus 119 dan 121 yang menggambarkan banyak siswa yang memperoleh nilai 119 dan 121 dengan variansi 70,766 yang artinya jumlah kuadrat dari selisih nilai data subjek dari nilai rata-ratanya, kemudian dibagi dengan jumlah subjeknya. Dari skor tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas X SMKN 3 Makassar pada siklus II meningkat.

Apabila skor interaksi sosial belajar matematika siswa dikelompokkan ke dalam kategori penilaian,berdasarkan pengkategorian maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Angket Interaksi Sosial Melalui Pada Pembelajaran Matematika Siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

130 – 150 Sangat Tinggi 9 30

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 77

105 – 129 Tinggi 21 70

80 – 104 Sedang 0 0

55 – 79 Rendah 0 0

30 – 54 Sangat Rendah 0 0

Jumlah 28 100

Sumber : Data diolah

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Pertemuan

Rata-Rata Persentase (%)

IV V

1 5 5 5 100

2 5 5 5 100

3 5 5 5 100

4 3 5 4 80

5 4 5 4,5 90

6 5 3 4 80

7 5 5 5 100

Sumber :Olah Data

Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata dan presentase tertinggi diantara indikator-indikator pada observasi aktivitas siswa terdapat pada indikator satu, dua, tiga, dan tujuh siswa diberi motivasi dan ransangan untuk memusatkan perhatian,diminta mendengarkan materi yang diberikan oleh guru,menyimak penjelasan pengantar kegiatan oleh guru, dan menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan denagn rata-rata 5 dan persentase 100%. Sedangkan nilai rata-rata dan presentase terendah terdapat pada indikator empat dan enam dimana siswa mengumpilkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal dengan rata- rata 5 dan presentase 100%.

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II

NO Pertemuan

Jumlah Persentase (%)

IV V

1 4 4 8 100

2 4 4 8 100

3 4 3 7 87,5

4 4 4 8 100

5 4 4 8 100

6 4 3 7 87,5

7 4 4 8 100

8 4 3 7 87,5

9 3 4 7 87,5

10 4 4 8 100

11 4 3 7 87,5

12 4 4 8 100

13 3 4 7 87,5

14 3 4 7 87,5

15 4 4 8 100

16 3 4 7 87,5

17 3 4 7 87,5

18 4 4 8 100

19 4 4 8 100

20 3 4 7 87,5

21 4 4 8 100

22 4 4 8 100

23 4 4 8 100

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 78

24 4 4 8 100

Sumber : Olah Data

Berdasarkan tabel 9 diatas menunjukkan bahwa aktivitas guru sebagai pengelola pembelajaran pada siklus II berada pada kategori baik lebih meningkat dari siklus II dan secara keseluruhan melakukan aktivitas sesuai langkah-langkah yang direncanakan.

Tabel 10. Respon Siswa Terhadap pendekatan Contextual Teaching AndLearning (CTL) Pada Siklus II

NO

Siklus II

Ya Tidak

% %

1 26 92,86 2 7,14

2 27 96,43 1 3,57

3 26 92,86 2 7,14

4 26 92,86 2 7,14

5 27 96,43 1 3,57

Rata-rata 94,296% 5,271%

Sumber : Olah Data

Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa respon siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) tetap bertahan pada kategori baik dimana 471,48 atau 94,296% siswa merespon baik dan hanya 28,56 atau 5,271% siswa merespon tidak baik.

Tabel 11. Peningkatan Interaksi Sosial Pada Saat Belajar Matematika Siswa Kelas X SMKN 3 Makassar pada Siklus I dan Siklus II

NO Angket

interaksi social Subjek Skor

Ideal Max Min Mean Median

1 Siklus I 28 150 99 87 96,75 97,50

2 Siklus II 28 150 139 106 123,61 123,50

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata angket interaksisosial siswa dalam belajar matematika dilaksanakan dalam dua siklus mengalami peningkatan skor rata- rata siklus I yaitu 96,75 menjadi 123,61 pada siklus II. Dalam hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika dengan model pembelajaran kemampuan interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada kelas X SMKN 3 Makassar.

Pembahasan

Pada siklus I dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada kelas X SMKN 3 Makassar belum bisa dikatakan berhasil dan perlu dilanjutkan ke siklus II.

Menerapkan model pembelajaran interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada kelas X SMKN 3 Makassar, siswa lebih mudah mencari materi atau soal-soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan memanfaatkan teknologi yang mereka punya. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) pada kelas X SMKN 3 Makassar dalam belajar matematika siswa meningkat.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And And Learning (CTL) , dapat meningkatkan siswa dalam belajar matematika siswa kelas X SMKN 3 Makassar pada mata pelajaran matematika dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi yang mengalami peningkatan dari siklus I

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 79 kesiklus II.

Saran

1. Bagi Siswa

Bagi siswa disarankan agar lebih giat lagi dalam belajarnya dengan hasil belajar yang telah didapatkan sebaiknya dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

2. Bagi Guru

a. Bagi guru diharapkan agar selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan masalah.

b. Bagi guru diharapkan lebih selektif dalam memilih model pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran, serta memberikan pengalaman menarik agar selama mengikuti pembelajaran siswa dapat aktif.

3. Bagi Sekolah

Mengingat model pembelajaran interaksi sosial melalui pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) siswa kelas X SMKN 3 Makassar dapat mendorong siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan belajar matematika siswa, maka diharapkan sekolah dapat menerapkan model pembelajaran tersebut.

Ucapan terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.

Referensi

Rusman, (2014). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta:

Rajawali Pers.

Widuri, R. W. (2013). Penanganan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autis. Universitas Negeri Surabaya: Jurnal Pendidikan Khusus.

Info lebih lanjut

Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Muthmainnah Qonita Zahra (1102194) .Efektivitas penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui Media Video terhadap peningkatan Hasil Belajar pada

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING. AND LEARNING BERBASIS INVESTIGASI BAGI

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pembelajaran melalui teknik Inquiry dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar matematika SMP Negeri 4 Waru Tahun Ajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching

Sehingga didapat bahwa thitung lebih besar dari nilai ttabel maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Kata-kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), Hasil Belajar, IPA Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) mendeskripsikan penerapan pendekatan CTL dalam