Institut Agama Islam Ngawi
11 Institut Agama Islam Ngawi
P-ISSN
2548-6063
KURIKULA: JURNAL PENDIDIKAN VOLUME: 7 NO. 1 TAHUN 2022
https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/kurikula/
index
E-ISSN
2746-4903
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KEAKSARAAN DENGAN METODE TEKA-
TEKI BERGAMBAR DI RA AR-ROMALI- YAH DUSUN SLUMBUNG DESA PADAS
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Ucik Hidayah Binsa, Uswatun Khasanah, Institut Agama Islam Ngawi
Institut Agama Islam Ngawi [email protected]
Article history
Submitted 29/08/2022
Accepted 18/09/2022
Published 30/09/2022
ABSTRACT : The picture puzzle method is guessing, guessing and guessing about ques- tions in the form of sentences, stories or pictures that are presented vaguely, usually to sharp- en the mind. Literacy is the ability to name known symbols, recognize sounds, the initial let- ters of the names of objects around, mention groups of pictures that have the same sound or initial letters, write their own names and read their own names. The objectives of this study are: (1) To describe the process of literacy skills in the pictorial puzzle method at RA Ar-Ro- maliyah, Slumbung hamlet, Padas village.(2) To improve children’s writing and reading skills through the picture puzzle method at RA Ar-Romaliyah Dusun Slumbung Padas Village.This type of research uses a qualitative approach with a descriptive method, where data is collected by means of observation, interviews and documentation. The sources of this re- search are the Principal, Class B homeroom teacher and students. The results of this study will be presented in the form of sentences, not in the form of numbers. The analy- sis technique that the writer uses is data reduction, data presentation and conclusion drawing.
Based on the research that has been done, it shows that: (1) To describe the process of apply- ing literacy skills in the pictorial puzzle method at RA Ar-Romaliyah, Slumbung hamlet, Padas village. (2) To determine the impact of improving children’s writing and reading skills through the use of the picture puzzle m ethod at RA Ar-Romaliyah Dusun Slumbung Padas Village.
Key Words: Literacy, Picture Puzzle Method
1-10
ABSTRAK : Pemanfaatan dan pengelolaan barang bekas adalah pola pikir masyara- kat maju dan modern, karena sebuah peradaban yang maju adalah peradaban yang memi- liki kesadaran akan kesederhanaan, penghematan, keefektifan, kemudahan demi kelang- sungan hidup yang berkelanjutan. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah Prosedur Penelitian yang menghasilkan data deskrip- tif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat diamati.
Upaya pengembangan motorik kasar anak usia dini dengan menggunakan media barang bekas dalam suatu pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak. Perkem- bangan yang dialami oleh anak diindikasikan oleh beberapa hal yang dapat dilihat, antara lain gerakan yang semakin luwes, mampu membuat karya dari barang bekas yang akan digunakan untuk bermain dan bergerak dengan cepat saat mengumpulkan barang bekas yang akan diguna- kan dalam permainan. Kegiatan proses belajar mengajar anak di PAUD Ar-Rohim Sumberbe- ning, Bringin Ngawi yang dilakukan dengan sebuah permainan tradisional engkleng dan lompat tali serta bermain dengan menghindari botol bekas secara zig-zag dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kemapuan motorik kasar anak berhasil. Indikasi ter- sebut terlihat jelas dari gerakan anak yang semakin luwes dan antusias mereka dalam melaku- kanya serta gerakan mereka yang telah tepat dan benar sesuai dengan intruksi yang diberikan.
Kata Kunci: Permainan Edukatif, Barang Bekas, Motorik Kasar.
PENDAHULUAN
Bahasa adalah sebuah simbol penyampaian dari pemikiran pengirim pesan kepada pe- nerima pesan menggunakan metode verbal maupun non verval. Verbal menggunakan kata atau kalimat untuk berkomunikasi, sedangkan non verbal menggunakan kode tertentu. Dengan demi- kian, bahasa pada manusia merupakan upaya kreatif yang tidak pernah berhenti. Bahasa meru- pakan salah satu ciri untuk membedakan manusia dengan makhluk lainnya yang paling khas dan manusiawi. Bahasa adalah suatu sistem, bahasa adalah vokal (bunyi ujaran), bahasa tersususun dari berbagai lambang-lambang (arbitary symbols), setiap bahasa punya sifat unik dan juga khas, bahasa dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan, bahasa merupakan alat berkomunikasi, bahasa itu ber- ubah-ubah sesuai dengan budaya yang ada dan sangat berhubungan erat. Dapat dilihat bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi.(Dhieni & Fridani, 2017)
Mengenal keaksaraan awal adalah pengenalan dengan huruf vokal dan konsonan yang merupakan kemampuan bahasa dasar anak untuk pembelajaran dalam tahap awal membaca awal dan menulis.(Maysaroh, 2018)
technical success, adverse events (AEs
Anak-anak dike- nalkan dengan huruf sejak usia dini. Mampu mengenal keaksaraan awal merupakan kemampuan mengenal yang tergolong pada kemampuan sistem bunyi bahasa yaitu mengenal huruf vocal dan huruf konsonan.Berdasarkan Depdiknas tahun 2007 keaksaraan yaitu: “Kemampuan menyebutkan sim- bol-simbol yang dikenal, mengenal suara, huruf awal nama-nama benda disekitar, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, menulis nama sendiri dan membaca nama diri sendiri”.
Perkembangan kemampuan keaksaraan pada anak usia dini yaitu memiliki masa yang paling peka atau periode sensitif dalam setiap pembelajarannya, anak secara kecenderungan me- miliki daya peka setelah dirangsang dengan stimulus perkembangan.(Fitria, 2021)
Institut Agama Islam Ngawi 3
Pada penelitian ini peneliti memilih RA Ar-Romaliyah sebagai tempat penelitian. RA Ar- Romaliyah berdiri dibawah yayasan Ar- Romaliyah Slumbung Kec.Padas. RA Ar-Romaliyah Dsn.
Slumbung Ds. Padas, Kec. Padas, Kab. Ngawi. Dimana RA Ar-Romaliyah adalah suatu lembaga yang mempunyai jumlah 30 peserta didik terdiri dari Kelompok A berjumlah 18 dan Kelompok B dengan jumlah 12. Melalui pembiasaan yang kurang menarik dan terlalu monoton dalam kegi- atan pembelajaran yang seharusnya bisa dikembangkan dengan luas secara kreatif, inovatif dan imajinatif. Kemampuan anak yang masih dimasa keemasan atau Golden Age dengan pemberian stimulus yang baik dan tepat akan mengembangkan wawasan dengan arahan dan bantuan dari pendidik agar mudah dalam belajar menulis dan membaca.
Peneliti bertujuan memilih lembaga RA Ar-Romaliyah Kelompok A karena berdasarkan observasi penelitian di sekolah, bahwa Kelompok A yang terdiri dari 18 anak, dimana 8 anak yang mampu dan 10 anak yang mengalami kurangnya pengembangan dalam hal menulis dan membaca. Rendahnya kemampuan menulis dan membaca hendaknya menjadi perhatian khusus.
Dalam observasi penelitian yang dilakukan peneliti bahwa anak mengalami kesusahan menu- lis, belum menghafal keseluruhan huruf abjad, membaca masih menggunakan metode pengejaan sehingga mengalami kesusahan dalam belajar membaca setiap kata yang ada dibuku membaca.
Sesuai dengan Standart Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yaitu :
. Bahasa: Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya), Memahami cerita yang dibacakan orang lain, Mendengarkan dan membedakan bentuk bunyi dalam bahasa Indonesia, Mengulang kembali kalimat sederhana oleh anak, Menyebut kata- kata yang diingat oleh anak, Mengatakan pendapat pada orang lain, Bercerita tentang suatu dongeng atau cerita yang didengar langsung oleh anak, Memperbanyak kata . Keaksaraan: Mengenal bentuk simbol-simbol, Mengenal suara atau benda yang
ada disekitar, Membuat coretan tulisan yang mempunyai suatu makna, Meniru- kan (menulis dan mengucapkan) huruf A-Z.(Tentang Sarana dan Prasarana, 2014)
Disebutkan dalam radar berita bahwa tuntutan anak usia dini dituntut untuk bisa belajar tentang keaksaraan yaitu membaca dan menulis. Menurut Ratih Zulhaki di berita Kompas.com bahwa anak belum mempunyai dalam segi mental meskipun secara daya pikir anak usia 3 tahun sudah dikatakan bisa untuk diajari membaca dengan penuh semangat. Idealnya, seharusnya hak anak sesuai dengan kondisi psikis anak, jika memang seharusnya membaca diajarkan pada jenjang SD.Menurut Rizki Nur Nabilla dalam artikel KeluhKesah.com bahwa sekolah yang menga- jarkan calistung lebih banyak dicari oleh masyarakat dibanding sekolah yang tidak mengajarkan belajar calistung. Dengan adanya tuntutan orang tua tersebut, banyak lembaga tingkat pendidikan anak usia dini yang menerapkan calistung dalam aspek pembelajarannya. Dengan adanya hal tersebut pendidik harus menyikapi pandangan tersebut dengan memberikan kefahaman kepada orang tua atau wali murid bahwasanya calistung boleh diajarkan pada Pendidikan Anak Usia Dini akan tetapi, diajarkan tidak secara langsung melalui belajar sambil bermain.
Menurut Bachtiar Febrianto dalam artikel Radar Bojonegoro bahwa pendidikan TK kerap kali menghadapi dilema. Salah satunya membaca, menulis dan menghitung (Calistung) bagi anak didik. Ada yang mewajibkannya, tapi ada juga yang tak mengajarkannya. Salah seorang wali masyarakat mengemukakan keresahannya karena anaknya belum bisa calistung, ditakutkan ke- terlambatan IQ sehingga distreotipekan sebagai anak yang kurang cerdas. Dan masih banyak lagi keresahan yang dialami masyarakat, padahal dimana Calistung seharusnya memang diajarkan di jenjang SD.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Upaya Peningkatan Kemampuan Keaksaraan Dengan Metode Teka-Teki Bergambar Di RA Ar- Romaliyah Dusun Slumbung Desa Padas“
METODE PENELITIAN
Data deskriptif, yang biasanya berupa kata-kata, gambar, atau rekaman, digunakan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan data yang pasti sebagai kriteria datanya.
Data yang bersifat definitif adalah data yang benar-benar terjadi, bukan sekedar data yang dilihat atau didengar, tetapi juga data yang membawa makna dibalik apa yang dilihat atau didengar. Ke- pala Sekolah, Guru, dan Siswa di RA Ar-Romaliyah Dusun Desa Slumbung Padas menjadi fokus penelitian ini. Peneliti berperan sebagai pengamat sekaligus mengumpulkan data melalui wawan- cara dan observasi. Akibatnya, ketika mengumpulkan data di lapangan, peneliti harus bertindak secara etis dan secermat mungkin.
Adapun objek penelitian adalah masalah pokok yang dijadikan sebagai acuan yang seca- ra fokus dalam penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian tersebut.(Mahmud, 2011) Pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang akan digunakan. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan objektif maka penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan(Riduan, 2009)
Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Penyusunan seluruh data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahapan berikutnya Mengumpulkan, me- milah, melakukan klasifikasi, mensintesiskan, dan memberi indeks. menganalisis, mendeskripsi- kan dan terakhir menyimpulkan. Tahap terakhir penulisan hasil laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahasa dalam artian Functional Systemic Linguistics (LSF), merupakan bentuk simiotika sosial yang dilakukan untuk bekerja dalam konteks situasi dan konteks budaya yang digunakan baik secara lisan maupun tulisan. Dua hal penting yang perlu digarisbawahi. Pertama, secara sistematis, bahasa adalah wacana atau teks yang terdiri dari sejumlah sistem satuan kebahasaan yang bekerja sama dari sistem yang lebih rendah, fonologi/grafologi, ke sistem yang lebih tinggi, leksikogramatika (lexicogrammar), struktur teks, dan semantik. Ceramah
Dari beberapa konteks tersebut tidak dapat dipisahkan karena disetiap levelnya merupakan organisme yang mempunyai peran yang berkaitan dalam mewujudkan makna suatu wacana seca- ra keseluruhan. Kedua, secara fungsional, bahasa digunakan untuk mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial di dalam konteks situasi dan konteks kultural. Dalam konsep ini, bahasa merupakan ranah suatu ekspresi dan potensi makna. Sementara itu, konteks situasi dan konteks kultural merupakan sumber makna.(Wiratno & Santosa, 2014)
Dalam Bromley (1992), Holzman mendaftar tiga karakteristik yang membedakan bahasa manusia dan sistem tanda hewan. Pertama-tama, bahasa manusia berguna karena memungkin- kan orang untuk mengekspresikan ide-ide baru dan memberi mereka makna. Bahasa manusia juga tidak tergantung pada konteks dan keadaan. Pemahaman tentang makna yang tidak terkait dengan keadaan atau setting di mana peristiwa itu terjadi dapat diperoleh dari komunikasi tatap muka, percakapan telepon, dan komunikasi tertulis. Ketiga, orang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, sedangkan hewan menggunakan tanda untuk menyampaikan informasi..(Dhieni
Institut Agama Islam Ngawi 5
Membaca adalah mencoba untuk menguraikan apa yang sedang ditulis dalam teks. Ke- biasaan berpikir teratur dan etis merupakan aspek penting dari instruksi membaca. Hal ini di- sebabkan oleh fakta bahwa membaca adalah proses yang sangat dominan yang membutuhkan semua fungsi kognitif tingkat tinggi seperti memori, pemikiran, imajinasi, regulasi, aplikasi, dan pemecahan masalah..(Iskandar Wassid, 2011)
Tujuan umum membaca diantaranya adalah untuk memperoleh suatu kesenangan, me- nyempurnakan dalam hal membaca dengan nyaring, menggunakan strategi tertentu, mempenga- ruhi pengetahuan tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya dan memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.(Fitria Akhyar, 2017)
Menulis artinya penyampaian isi dari fikiran, perasaan atau pertimbangan melalui tulis- an. Alat yang digunakan adalah bahasa, yaitu kata, frase, klausa, kalimat, paragrap, dan wacana.
(Anom et al., 2013)
Menulis pada dasarnya merupakan suatu bentuk alat berkomunikasi dalam bahasa (ver- bal), menggunakan simbol- simbol tulis sebagai perantaranya. Sebagai sebuah ragam dalam berkomunikasi, dalam menulis setidaknya terdapat beberapa unsur yang terlibat. Diantaranya adalah: penulis sebagai penyampai pesan, Pesan atau sesuatu yang disampaikan oleh penulis, Sa- luran atau perantara berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti huruf dan tanda baca, Penerima pesan yaitu pembaca sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.(Yunus, 2014)
Jadi dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa menulis merupakan bentuk kegiat- an menggunakan coretan tangan atau sebuah keterampilan dimana penulis melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang dilihat secara langsung, didengarnya ataupun dirasakannya tergantung seseorang dalam mewujudkan.
Dalam lingkungan yang baik yang mendorong pertumbuhan, pendidikan keaksaraan di- mulai pada anak usia dini dan diintegrasikan ke dalam waktu bermain anak sehari-hari. Melalui interaksi terus-menerus dengan buku, bahasa, dan kegiatan yang melibatkan keterampilan mo- torik kasar dan halus, anak usia dini akan membangun pengetahuan literasi. Perolehan litera- si terjadi melalui pengalaman menyenangkan yang ditawarkan kepada anak-anak saat mereka bermain. Keterlibatan orang tua dan pendidik profesional bekerja sama untuk mempromosikan pengembangan literasi. Perkembangan kemampuan individu akan dipengaruhi secara positif oleh tumbuhnya literasi nalar. Pembelajaran literasi dini melibatkan tiga tahap, termasuk membina komunikasi yang lebih baik antara pendidik, orang tua, dan siswa (pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran). Karena itu, ada persyaratan unik untuk anak-anak yang belajar literasi dasar, terutama.(Olim Ayi, 2010)
Pengembangan dalam upaya peningkatan kemampuan keaksaraan melalui belajar memba- ca dan menulis diantaranya.
. Mendeteksi kemampuan awal membaca dan menulis pada anak.
. Pengembangan kemampuan dalam menyimak, menyimpulkan suatu hal dan me- nyebarkan ke berbagai hal melalui bentuk gambar dan permainan.
. Melatih kelenturan motorik halus pada anak melaui berbagai bentuk permainan dalam rangka mempersiapkan peningkatan keaksraan khususnya kegiatan belajar membaca dan menulis.(Olim Ayi, 2010)
Aksara dalam kamus besar Bahasa Indonesia merupakan suatu sistem tanda grafis yang digunakan oleh manusia untuk sarana berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran.
(DekDikBud, 1998) Keaksaraan merupakan kemampuan setiap anak untuk mengenal huruf dan bunyi bahasa. Kemudian menggabungkan huruf menjadi sebuah kata agar dapat dibaca, karena
itu sejak dini anak diperkenalkan huruf abjad yang terdiri dari dua puluh enam huruf dengan lima huruf vocal dan dua puluh satu huruf konsonan.
Dari perspektif ideologis, literasi adalah inti dari setiap prakarsa pendidikan atau budaya yang menawarkan seperangkat prinsip untuk membuat keputusan yang tepat. Budaya mempe- ngaruhi literasi, sedangkan literasi mempengaruhi budaya. Karena literasi membentuk kembali budaya sesuai dengan preferensi masyarakat, masyarakat yang bersangkutan akan memutuskan perubahan apa yang ingin mereka lakukan terhadap budayanya, termasuk yang terkait dengan budaya literasi dan literasi.(Kusnadi, 2005)
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). “Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian”.(Yusuf Aditya, 2016) Kemanjuran dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan pengetahuan dapat ditingkatkan dengan menggunakan teka-teki gambar sebagai mo- del pembelajaran untuk anak kecil jika dapat sesuai dengan cara kerja dan fungsi otak. Menurut Cosby dan Sawyer (1995), bermain memiliki dampak langsung pada semua aspek perkembangan anak karena memberikan anak kesempatan untuk menemukan hal-hal tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan mereka. Anak-anak memiliki kebebasan untuk menemukan, menemu- kan potensi mereka, dan terlibat dalam aktivitas berkat permainan. Dorongan anak untuk bermain berasal dari dalam; mereka bermain untuk bersenang-senang dan merasa kompeten dalam apa yang mereka pelajari, apakah itu informasi baru atau sesuatu yang sudah mereka ketahui
.
.(Suji-ono, 2009)
Teka-teki adalah soal yang berupa kalimat (cerita atau gambar) yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan untuk mengasah pikiran, tebakan dan terkaan. Gambar dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan lain sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya sedangkan bergambar berarti di- hiasi dengan gambar, ada bentuk gambarnya, berpotret atau gambarnya diambil dengan kamera.
(RI, 1988)
Kemanjuran dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan pengetahuan dapat di- tingkatkan dengan menggunakan teka-teki gambar sebagai model pembelajaran untuk anak kecil jika dapat sesuai dengan cara kerja dan fungsi otak. Menurut Cosby dan Sawyer (1995), berma- in memiliki dampak langsung pada semua aspek perkembangan anak karena memberikan anak kesempatan untuk menemukan hal-hal tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan mereka. Anak-anak memiliki kebebasan untuk menemukan, menemukan potensi mereka, dan ter- libat dalam aktivitas berkat permainan. Dorongan anak untuk bermain berasal dari dalam; mereka bermain untuk bersenang-senang dan merasa kompeten dalam apa yang mereka pelajari, apakah itu informasi baru atau sesuatu yang sudah mereka ketahui..(Sujiono, 2009)
A. Hasil Dari Penerapan Kemampuan Keaksaraan Dengan Metode Teka- Teki Bergambar Berdasarkan hasil analisis data yang telah dideskripsikan sebelumnya bahwa di lembaga tersebut sudah menerapkan metode teka-teki (visual) tetapi tidak dengan penggunaan metode teka-teki bergambar (kartu gambar) yang akan dilaksanakan oleh peneliti, dilanjutkan dengan observasi langsung dapat dilihat dari hasil penerapan kemampuan keaksaraan dengan metode teka-teki bergambar di RA Ar-Romaliyah Slumbung dapat dilihat bahwa anak mengalami pe- ningkatan dalam belajar membaca dan menulis. Hal ini terbukti bahwa pada pelaksanaan metode teka-teki bergambar yang dilakukan awal oleh peneliti yang semula memang sedikit mengalami kesulitan dalam hal belum menguasai cara membaca, mengenal huruf, menebak huruf, membaca
Institut Agama Islam Ngawi 7
peneliti saat belajar metode teka-teki bergambar untuk belajar membaca dan menulis. Walaupun hasil mereka masih terlalu belum mengenal tetapi, anak sudah mulai tertarik dengan apa itu ke- aksaraan dan apa itu teka-teki serta anak juga sudah tertarik melalui gambar yang ada di teka-teki tersebut sudah mulai bisa dalam hal bagaimana cara membaca, menebak huruf membaca cerita, menulis nama. Dengan dilakukan pembiasaan belajar dengan metode teka-teki bergambar anak sudah mampu dalam membaca dan menulis.
Dengan kegiatan mengasah setiap harinya anak bisa mengembangkan kegiatan belajar keaksaran yaitu belajar membaca dan menulis di setiap tempat saat menemui tulisan, karena anak akan merasa ingin tahu disaat usia-usia yang dialaminya, dia akan melakukan kegiatan belajar membaca dan menulis dengan menggunakan media yang ada disekitarnya. Dengan dite- rapkan kedisiplinan dan pembiasaan yang baik dalam hal belajar membaca dan menulis dengan menggunakan teknik keteladanan, kebiasaan baik, nasehat, perhatian dan pengawasan, penghar- gaan dan hukuman sederhana bagi anak.
Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan peningkatan keaksaraan de- ngan metode teka-teki bergambar untuk mengasah kemampuan belajar membaca dan menulis adalah metode yang cocok untuk anak. Karena kegiatan keaksaraan dengan metode teka-teki bergambar merupakan cara yang tepat supaya anak lebih memahami tentang sesuatu hal karena dengan membaca dan menulis anak akan mudah memahami disetiap hal yang ditemuinya.
Hasil dari penerapan peningkatan kemampuan keaksaraan dengan metode teka-teki ber- gambar untuk mengasah kemampuan belajar membaca dan menulis di RA Ar-Romaliyah dapat dinyatakan berhasil serta sangat memberikan hasil yang positif dalam proses pembelajaran pada anak.
B. Dampak Setelah Penggunaan Metode Teka-Teki Bergambar dapat Meningkatkan Keaksaraan Dalam Kemampuan Membaca Dan Menulis
Adapun kegiatan dalam penggunaan metode teka-teki bergambar yang digunakan oleh peneliti dalam hal kegiatan belajar membaca dan menulis. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Membacaa. Menebak teka-teki bergambar (kata dari gambar), memberikan metode teka teki bergam- bar dengan kata dari gambar, pendidik memberikan suatu gambar dan anak menyebut- kan awalan huruf tersebut. Seperti contoh, ini gambar apel awalan huruf apel adalah huruf A.
b. Menebak huruf dalam kata, anak bisa menunjukkan didalam sebuah kata apa yang dite- ka- tekikan dari gurunya, seperti guru menyuruh anak menebak huruf mana yang ada di sebuah kata. Contohnya tunjukkan huruf B dari kata buku.
c. Menebak huruf awal pada nama, belajar dengan menggunakan nama sendiri, bisa mengeja huruf setiap kata dari nama sendiri atau orang lain. Bisa menebak nama orang dengan melihat nama dari setiap suku kata. Contoh coba tebak nama orang yang awalan- nya huruf H yaitu siapa saja Hamdan.
d. Membaca buku cerita, pembiasaan yang dilakukan setiap sebelum istirahat dengan menggunakan media buku membaca di sekolah, bisa digunakan untuk menebak kata.
Seperti contoh saya makan nasi, anak membaca dengan cara suku kata.
2.
Menulisa. Menggambar untuk persiapan huruf vertikal, horizontal, diagonal, lengkung, searah jarum jam dan dari atas ke bawah
Pendidik menggunakan media papan tulis untuk memberikan contoh kepada anak den-
gan dasar menulis, dan anak akan menirukan sesuai yang ditulis oleh pendidik di buku tulis. Dan tak lupa pendidik selalu memberikan arahan setiap anak untuk menebak kata setiap kalimat yang akan ditulis. Contoh bu guru menulis nama ibuku nila, anak akan menirukan tulisan yang ada dipapan tulis.
b. Mencontoh huruf dalam kata
Pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik seperti yang ada di ifroh, memberikan ar- ahan untuk anak mengikuti tulisan yang ada di ifroh serta dengan penjelasan seru dari pendidik untuk menebak tulisan tersebut. Contoh ada gambar binatang dengan tulisan ayam, bebek dan anjing. Dimana anak disuruh untuk menulis kata dari setiap hewan.
c. Menulis nama berdasarkan gambar
Anak menyebutkan gambar dan anak bisa menulis nama yang disebutkannya. Contoh anak menyebut gambar dari ifroh. Gambar apa ini? Anak menjawab gambar televisi.
Setelah itu anak menebak tulisan dan menulis kembali sesuai perintah dengan arahan bu guru.
d. Menulis nama sendiri
Anak mampu mengeja setiap suku kata yang ada pada namanya sendiri, bisa mem- biasakan kegiatan menulis nama disetiap pembelajaran. Contoh sebelum mengerjakan tugas dari bu guru anak disuruh untuk menulis namanya sendiri dipojok atas buku, nama (Rizki).
Menurut pengamatan peneliti, bagaimana hasil dari penerapan kemampuan keaksaraan dan juga penggunaan metode teka-teki bergambar dalam kegiatan belajar membaca dan menulis tersebut sudah teratasi dengan baik oleh peneliti maupun guru di RA Ar-Romaliyah dengan me- nguasai pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik guna menerapkan kegiatan belajar membaca dan menulis dengan metode teka-teki bergambar. Meskipun adanya beberapa faktor-faktor dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan penerapan metode teka-teki bergambar ini, anak sudah mampu dalam menguasai pembelajaran yang disampaikan oleh pendi- dik.
Dari beberapa pemaparan tersebut dapat dilihat dari hasil awal yang semula 18 anak, 8 anak menguasai dan 10 anak belum menguasai dengan adanya penerapan peningkatan kemam- puan keaksaraan dengan metode teka-teki bergambar anak yang semula belum menguasai cara membaca, mengenal huruf, menebak huruf, membaca cerita dan cara menulis, mencontoh hu- ruf, menulis nama berdasarkan gambar serta menulis nama sendiri dengan adanya peningkatan kemampuan keaksaran dengan metode teka-teki bergambar dapat diterapkan secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.
Dari data yang diperoleh dari hasil penelitian upaya yang telah dilakukan disekolah me- lalui kegiatan belajar membaca dan menulis dengan menggunakan metode teka-teki bergambar di RA Ar-Romaliyah ini dikatakan berhasil dikarenakan peserta didik yang sudah mampu dalam penguasaan kegiatan belajar membaca dan menulis lebih dominan dibandingkan yang belum.
Sehingga penerapan kegiatan belajar membaca dan menulis menggunakan metode teka-teki ber- gambar sudah tepat dilakukan dan diterapkan dengan inovasi yang menambah semangat anak- anak lebih lagi.
Institut Agama Islam Ngawi 9
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Keaksaraan de- ngan Metode Teka-Teki Bergambar di RA Ar-Romaliyah Dusun Slumbung Desa Padas ”, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
. Peran peneliti dalam penerapan kemampuan keaksaraan dengan metode teka-teki bergambar di RA Ar-Romaliyah Slumbung Padas Ngawi yang direncanakan oleh peneliti, bahwa sebelumnya sudah pernah menerapkan metode teka-teki secara vi- sual tetapi tidak dengan penggunaan metode teka- teki bergambar (kartu gambar) yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Dimana awal proses semula belum mengu- asai cara membaca, mengenal huruf, menebak huruf, membaca cerita dan cara menulis, mencontoh huruf, menulis nama berdasarkan gambar serta menulis nama sendiri hingga akhir akhir penelitian mengalami peningkatan, peneliti menerapkan secara maksimal sehingga memperoleh hasil yang positif dan dinyatakan berhasil, karena dengan adanya pembiasaan belajar dan kegiatan mengasah setiap harinya dengan cara meningkatkan kedisiplinan dan pembiasaan yang baik dalam hal bel- ajar membaca dan menulis, menggunakan teknik keteladanan, kebiasaan baik, na- sehat, perhatian dan pengawasan, penghargaan dan hukuman sederhana bagi anak.
. Dampak setelah penggunaan metode teka-teki bergambar dapat meningkatkan keaksaraan dalam kemampuan membaca dan menulis melaui prinsip yang dije- laskan dan konsep yang akan dilaksanakan oleh peneliti yaitu memulai dengan kompetensi komunikasi, merencanakan metode kegiatan, permainan sambil bel- ajar, melibatkan lingkungan dan sarana bermain dan menggunakan gambar yang berisi tulisan. Adapun kegiatan dalam penggunaan metode teka- teki bergam- bar adalah membaca yaitu menebak teka-teki bergambar, menebak huruf dalam kata, menebak huruf awal pada nama dan membaca buku cerita. Menulis yaitu menggambar untuk persiapan huruf vertikal, horizontal, diagonal, lengkung, searah jarum jam dan dari atas ke bawah, mencontoh huruf dalam kata, menu- lis nama berdasarkan gambar dan menulis nama sendiri. Faktor pendukung da- lam meningkatkan belajar pada anak sangat beragam, diantaranya adanya faktor lingkungan yang positif, adanya msarana dan prasarana yang memadai dan du- kungan orang tua. Sedangkan yang menjadi penghambat adalah adanya teknolo- gi canggih (gadget), televisi, kesibukan orang tua dan berlebihan dalam bermain.
Saran
Karya ilmiah yang telah peneliti tulis di atas dapat dijadikan salah satu rujukan dan atau refrensi serta menambah wawasan dalam berbagai hal yang terkait dengan permainan edukatif barang bekas dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar anak usia dini. Meskipun demi- kian, karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga tidak dapat apabaila dijadukan sebagia refrensi satu-satunya dalam sebuah pembuat karya ilmiah.
Untuk peneliti pribadi menerima segalam macam kritik dan saran yang membangun dari semua kalangan guna perbaikan karya ilmiah ini dan kebaikan bagi peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, J. D. P., Sudiana, N., & Dantes, N. (2013). Kata Dalam Permainan Domino Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Ganesa Jurusan Pendidikan Dasar, 3, 1–10.
DekDikBud. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jurnal Perum Balai Pustaka.
Dhieni, N., & Fridani, L. (2017). Hakikat Perkembangan Bahasa Anak. Modul Paud, 5.
Fitria Akhyar. (2017). Keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah dasar. Textium.
Fitria, N. (2021). Kemampuan Keaksaraan melalui Media Digital “Bermain Keaksaraan” pada Anak Usia Dini. Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 5(1), 36–49. https://doi.org/10.19109/ra.v5i1.6781
Iskandar Wassid, D. S. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. PT. Remaja Rosdakarya.
Kusnadi, dkk. (2005). Pendidikan Keaksaraan. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah.
Mahmud. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Pustaka Setia.
Maysaroh. (2018). PENINGKATAN KEMAMPUAN KEAKSARAAN AWAL ANAK
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD KELOMPOK A DI TAMAN KANAK-KANAK DUNIA CERIA KRIAN. Gastrointestinal Endoscopy, 10(1).
Olim Ayi. (2010). Pendidikan Keaksaraan untuk Anak Usia Dini. I, 51–58.
RI, D. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka.
Riduan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabe- ta.
Sujiono. (2009). Konsep Dasar Anak Usia Dini. PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Tentang Sarana dan Prasarana. (2014). Permendikbud. 137.
Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial. Modul Pengan- tar Linguistik Umum.
Yunus, M. (2014). Hakikat Menulis. Modul 1, menulis.
Yusuf Aditya, D. (2016). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 1(2). https://doi.
org/10.30998/sap.v1i2.1023