PABUARAN KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
ISMAWATI, 825141391, [email protected] m
ABSTRAK
Ismawati, 2017. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus dan Keterampilan Anak melalui Kegiatan Menyusun Kepingan Geometri pad Tema Binatang Kelompok B. KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus terdapat perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sumber data adalah siswa Kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran melalui kegiatan pembelajaran menyusun kepingan geometri menjadi bentuk yang kompleks terbukti mampu meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan kemampuan motorik halus anak dari 13% pada pra siklus naik menjadi 46% pada siklus I dan meningkat menjadi 80% pada akhir siklus, dengan hasil tersebut menujukkan bahwa penelitian ini berhasil karena sudah mencapai target indikator penelitian sebesar 80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kegiatan menyusun potongan geometri dapat menarik minat anak dalam mengikuti pembelajaran area seni sehingga meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak kelompok B KB.
Mutiara Harapan Pabuaran. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan pada semua guru dapat memberikan pembelajaran bentuk geometri yang menarik dan menyenangkan anak, sehingga hasil kegiatan pembelajaran akan semakin mengalami peningkatan.
Kata kunci : motorik halus, keterampilan, kepingan geometri
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang paling utama bagi setiap praktisi keilmuan adalah pendidikan masa awal. Pendidikan Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
1
perilaku) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaan program ini sangat penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian dapat dikendalikan. Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat menentukan. Pada usia ini berbagai pertumbuhan dan perkembangan mulai dan sedang berlangsung, seperti perkembangan fisiologis, bahasa, motorik dan kognitif.
Perkembangan ini akan menjadi dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. Oleh sebab itu perkembangan pada masa awal ini akan menjadi penentu bagi perkembangan selanjutnya (Masitoh & Siti Aisyah, 2009: 6).
Dalam mengembangkan fungsi tersebut maka pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak untuk berkembang. Anak yang terstimulus dengan baik dan sempurna maka tidak hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang tapi bias bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik. Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain.
Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu factor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya. Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda. Sedangkan motorik halus memerlukan koordinasi tangan dan mata seperti menggambar, menulis,menggunting.
Perkembangan motorik halus merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam perkembangan individu yang mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Permasalahan yang mungkin terjadi apabila kemampuan motorik halus anak kurang dilatih dikhawatirkan anak akan kurang mampu mengfungsikan otot-otot kecil dalam menggerakan jari dan kedua tanganya, anak kurang mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan (Yudha dan Rudiyanto, 2005). Melihat dampak negatif dari kurangnya stimulus motorik halus, maka dari itu penting untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak sejak dini.
Berdasarkan pengamatan selama menjadi pendidik kemampuan motorik halus anak Kelompok B KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang ditunjukkan dengan data yang ada, yaitu dari 15 anak yang termasuk kategori sudah mampu hanya 2 anak atau 13% yang tergolong cukup mampu 3 anak atau 20% dan yang belum mampu 10 atau 67%. Keterampilan anak juga masih rendah, hal ini terlihat dari beberapa tugas yang diberikan hanya beberapa anak yang bias menyelesaikannya dengan baik. Hasil pengamatan keterampilan anak didapatkan bahwa dari 15 anak hanya 4 anak atau 27% yang terampil, sedangkan sisanya 11 anak atau 73% belum terampil.
Kegiatan menyusun kepingan geometri menjadi bentuk sederhana merupakan salah satu solusi yang diharapkan dapat meningkatkan rendahnya kemampuan motorik halus dan keterampilan anak, karena dengan menyusun kepingan geometri tangan anak akan bergerak mengikuti gerak pikir untuk memotong, dan menempel
potongan geometri tersebut menjadi bentuk binatang. Anak akan berusaha menyusun kepingan geometri tersebut dengan rapi, dan menarik hal ini yang dapat merangsang perkembangan motorik halus anak. Keterampilan anak juga akan semakin berkembang karena anak akan terampil untuk memadukan beberapa potongan bentuk geometri membentuk sebuah bentuk binatang.
Berdasarkan data-data yang ditemukan tersebut penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di KB. Mutiara Harapan Desa Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang melalui kegiatan menyusun kepingan geomatri. Kegiatan ini dipilih karena media yang mudah didapatkan dan anak-anak cenderung menyukai warna-warna pada kepingan geometri dan mengenalkan bentuk- bentuk geometri kepada anak. Dengan kegiatan ini diharapkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak didik kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang dapat teratasi.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah kegiatan menyusun kepingan geometri dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang? 2) Apakah kegiatan menyusun kepingan geometri dapat meningkatkan keterampilan anak KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang?
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan dan manfaat. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada akhir penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak dengan kegiatan menyusun kepingan geometri di KB.
Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah : 1) Bagi Anak Didik, dapat mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran mengenal bentuk geometri dan warna serta meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung 2) Bagi Guru, Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran mengenal dan menyusun bentuk geometri serta membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan Motorik Halus
Menurut Samsudin (2005: 9) motorik merupakan istilah umum untuk berbagai perilaku gerak manusia perkembangan motorik anak usia dini merupakan perubahan kemampuan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Menurut Wahyudin dan Agustin (2012: 34-35) Motorik kasar adalah gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot besar atau sebagaian besar otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan dirisejalandengan Suyanto (2005: 51) motorik kasar merupakan gerakan yang mengunakan otot-otot besar seperti berjalan, berlari dan melompat.
Menurut Sujiono, dkk (2009:1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jeri-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat, semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti melipat menggunting kertas, mewarnai, menggambar, menyatukan dua kepingan kertas, menganyam kertas.
Daeng (1996, hlm. 121) menyebutkan bahwa yang disebut motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menungtut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian gerak baik yang memungkinkanya untuk melakukan kecermatan dalam gerakanya. Motorik halus merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot ujung jari serta koordinasi mata dan tangan. Bagian tubuh lain yang terlibat dalam kegiatan motorik halus adalah pergelangan tangan, lengan, sampai pangkal lengan atas dan bagian sendi di bahu.
Motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan stimulasi secara
rutin, seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang membutuhkan gerakan ketrampilan otot-otot kecil pada tubuh seperti ketrampilan menggunakan jari-jemari tangan, menggerakkan pergelangan tangan agar lentur serta koordinasi mata tangan yang baik.
Perkembangan motorik halus pada anak usia dini akan berkembang setelah perkembangan motorik kasar anak berkembang terlebih dahulu, ketika usia-usia awal yaitu usia satu atau dua tahun kemampuan motorik kasar berkembang sangat pesat dan mulai usia tiga tahun lah kemampuan motorik halus anak mulai berkembang dengan pesat, anak mulai tertatik untuk memegang pensil walaupun posisi jarijarinya masih dekat dengan mata pensil selain itu anak juga masih kaku dalam melakukan gerakan tangan untuk menulis.
Perkembangan motorik halus berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu obyek dengan menggunakan jarijari tangan. Stimulasi perkembangan motorik halus bertujuan melatih jari-jemari anak untuk persiapan menulis, seperti menggunting, menjiplak, memotong, menggambar, menempel, mewarnai dan meronce perlu diberikan kepada anak agar kemampuan motorik halusnya berkembang dengan baik.
Menurut pendapat Sujiono (2009: 11.4) mengemukakan bahwa secara umum ada tiga tahap perkembangan motorik anak pada usia dini yaitu : 1) Tahap Kognitif, pada tahap ini anak berusaha memahami keterampilan motorik serta apa yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. 2) Tahap Asosiatif, pada tahap ini anak banyak belajar dengan cara meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali. 3) Tahan Autonomous, pada tahap ini gerakan yang ditampilkan anak merupakan respon yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan dan anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Samsudin (2008: 15) tahap perkembangan motorik ada tiga tahap yaitu : 1) Tahap Verbal kognitif, tahap belajar motorik melalui uraian lisan atau penjelasan dengan maksud agar anak memahami gerak yang akan dilakukannya. 2) Tahap Asosiatif, pada tahap ini perkembangan anak sedang memasuki masa pemahaman dari gerak-gerak yang sedang dipelajarinya. 3) Tahap Automasi, pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau sopan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tahap-tahap dalam perkembangan motorik adalah tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap otomasi.
Dalam Pembelajaran pengembangkan motorik halus anak dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip pendapat (Sumantri, 2005: 147-148) yaitu: 1) Berorientasi pada kebutuhan anak. 2) Belajar sambil bermain. 3) Kreatif dan inovatif. 4) Lingkungan kondusif. 5) Tema, dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang dekat dengan anak dan menarik sehingga mudah dalam pengenalan berberapa konsep. 6) Mengembangkan keterampilan hidup. 7) Menggunakan kegiatan terpadu. 8) Kegiatan berorientasi pada prinsip perkembangan anak.
Fungsi Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menempel, dan sebagainya. Pada anak usia dini perkembangan motorik haruslah dikembangkan dengan sebaik baiknya. Terkadang perkembangan motorik halus pada anak PAUD terlihat jelas. Anak di usia ini sudah belajar dengan sendirinya tentang mengembangkan kemempuan motorik halusnya, seperti: Belajar menyisir rambut, memakai sepatu saat mau berangkat sekolah, sikat gigi, keramas
Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak ciri- cirinya (Ika Budi Maryatun, 2011: 18), meliputi (a) anak terpenuhi kebutuhan
fisiknya, merasa aman dan tentram secara psikologis, (b) pembelajaran berulang, (c) belajar melalui interaksi sosial, (d) minat belajar melalui minat dan keingintahuan, (e) memperhatikan perbedaan individu, dan (f) sederhana ke rumit dan sebagainya.
Pengembangan motorik halus anak harus disesuaikan dengan prinsip pengembangan motorik halus. Sumantri (dalam Sulastri, 2015:11) mengemukakan prinsip untuk pengembangan motorik adalah sebagai kerikut: a) Berorientasi pada kebutuhan anak, b) belajar sambil bermain, c) kreatif dan inovatif, d) lingkungan kondusif, e) tema, f) mengembangkan keterampilan hidup, g) menggunakan kegiatan terpadu, dan kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip untuk pengembangan motorik halus anak adalah berorientasi pada kebutuhan anak, belajar sambil bermain, kematangan saraf otak, motivasi yang diberikan kepada anak, dan harus berorientasi pada perkembangan anak
Metode pengembangan motorik halus adalah suatu cara yang digunakan dalam pemberian pembelajaran dan pengembangan fisik motorik halus anak usia dini.
Metode pengembangan motorik halus anak usia dini antara lain metode pemberian tugas dan praktik langsung (Arifah, 2014:19). Pemilihan metode untuk mengembangkan kemampuan motorik anak perlu disesuaikan dengan karakteristik anak yang selalu bergerak, susah untuk diam, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, senang bereksperimen, dan mempunyai imajinasi yang luas
Keterampilan Anak Usia Dini
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap, mampu, dan cekatan.
Iverson (2001) mengatakan keterampilan membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu menghasikan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat. Pengertian keterampilan oleh Muhibbin Syah (2003: 121) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmani seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Siswa dalam pergerakan motorik harus ada kesadaran dan koordinasi, sehingga akan mewujudkan keterampilan. Keterampilan siswa sangat
dibutuhkan untuk mendukung tujuan dari belajar itu sendiri. Siswa akan melakukan tindakan baru dalam keadaan sadar. Tindakan tersebut akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, seperti siswa menyampaikan informasi positif kepada teman-teman yang lainnya.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hari Arimulya (2003:17) yang menyatakan bahwa Istilah terampil juga diartikan sebagai suatu perbuatan atau tugas. Robbin (2000:494) mengemukakan bahwa Keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability). Pada hakikatnya keterampilan adalah suatu ilmu yang diberikan kepada manusia, kemampuan manusia dalam mengembangkan keterampilan yang dipunyai memang tidak mudah, perlu mempelajari, perlu menggali agar lebih terampil. Keterampilan merupakan ilmu yangsecara lahiriah ada didalam diri manusia dan perlunya dipelajari secara mendalam dengan mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki manusia untuk dikembangkan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih baik.
Notoadmodjo (2007) mengatakan keterampilan merupakan aplikasi dari pengetahuan sehingga tingkat keterampilan seseorang berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh : 1)Tingkat Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pengetahuan yang dimiliki. 2) Umur, ketika umur seseorang bertambah maka akan terjadi perubahan pada fisik dan psikologi seseorang. 3) Pengalaman, karena pengalaman dapat dijadikan sebagai dasar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan sebagai sumber pengetahuan untuk memperoleh suatu kebenaran.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan secara langsung menurut Widyatun (2005), yaitu: 1) Motivasi, merupakan sesuatu yang membangkitkan keinginan dalam diri seseorang untuk melakukan berbagai tindakan.
2) Pengalaman, merupakan suatu hal yang akan memperkuat kemampuan seseorang dalam melakukan sebuah tindakan (keterampilan). 3) Keahlian, karena keahlian yang dimiliki seseorang akan membuat terampil dalam melakukan keterampilan tertentu.
Menyusun Kepingan Geometri
Geometri merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang sangat terkait dengan bentuk, ukuran, dan pemposisian.Menurut Juwita, dkk (2000: 266) Geometri adalah studi hubungan ruang. Pembelajaran anak usia dini termasuk pendalaman benda-benda serta hubungan-hubungannya, sekaligus pengakuan bentuk dan pola.
Anak mampu mengenali, mengelompokkan, dan menyebutkan nama-nama bentuk bangun, baik bangun datar ataupun bangun ruang yang bermacam-macam ukuran dan bentuknya.Geometri adalah membangun konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segi empat, lingkaran, segitiga
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik,bidang dan ruang. Sudut merupakan besarnya rotasi antara dua buah garis lurus; ruang yaitu himpunan titik-titik yang dapat membentuk bangun- bangun geometri; garis adalah himpunan bagian dari ruang yang merupakan himpunan titik- titik yang terletak pada permukaan meja. Kegiatan pengenalan geometri menjadi hal yang menyenangkan ketika anak melakunnya dengan menggunakan panca inderanya. Mereka melihat, menyentuh dan dapat membuat sesuatu dari apa yang mereka pelajari.
Ismayani (2010:27) menyatakan bahwa geometri adalah pemahaman konsep berbagai bentuk geometri bangun datar dan bangun ruang. Mengenal nama dan ciri-ciri berbagai bentuk geometri itu serta mencari bentuk-bentuk yang sama dengan masing- masing bentuk tersebut dalam dunia nyata. Pembelajaran secara kongkrit benda-benda yang dikenalkannya memudahkan untuk anak lebih cepat memahami dari perbedaan bentuk, ciri-ciri dan sifat dari suatu benda. Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat di simpulkan bahwa, geometri adalah mengenali bentuk benda-benda, membandingkan, membedakan, dan juga membedakan kesamaan dan perbedaan bentuk suatu benda yang ada disekitar.
Pengetahuan tentang geometri sangat berguna dalam kehidupan anak. Anak-anak biasanya senang belajar geometri. Anak mengembangkan konsep-konsep geometri dengan mengamati bantuk- bentuk geometri yang terdapat di sekitar mereka. Sebelum masuk sekolah anak-anak telah mempunyai banyak pengalaman geometri.
Anak bermain dengan bangunbangun geometri datar dan ruang dari pengalamannya melalui observasi. Pembelajaran geometri sudah mulai diterapkan pada anak usia dini. Hal ini dikarenakan geometri sangat membantu anak untuk memahami, menggambarkan, atau mendeskripsikan benda-benda di sekitar anak. Dalam kegiatan tersebut menggunakan benda-benda konkret disekitar anak untuk memahami konsep geometri yang sedang dipelajarinya (Sudaryanti, 2006: 51).
Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa geometri merupakan studi mengenai bangun ruang dan bangun datar yang digunakan anak untuk mendiskripsikan segala sesuatu yang ada di sekitar anak.
Pengenalan macam-macam bentuk geometri pada anak usia dini hanya pada tahap pengenalan bentuk goemetri dasar di antaranya adalah lingkaran, segitiga, persegi, persegi panjang, balok, kubus, tabung, dan kerucut. Pengenalan bentuk geometri bisa diajarkan melalui kegiatan yang bervariasi, dengan berbagai mediadan berbagai cara yang menarik, melalui kegiatan mengelompokkan, membuat gambar, dan mencipta bentuk dari bentuk dasar geometri.
Mengenalkan bentuk geometri kepada anak dilakukan melalui kegiatan bermain agar anak merasa senang dan mampu bereksplorasi dengan benda-benda tersebut baik dengan cara mengelompokkan, mencipta, dan sebagainya sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Aspek-aspek kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dimulai dari anak mengetahui bentuk-bentuk geometri dan namanya yang meliputi kemampuan mengucapkan bentuk geometri dan
memberi nama bentuk geometri, memahami bentuk-bentuk geometri yang meliputi kemampuan memberikan contoh bentuk suatu benda yang sama dengan bentuk geometri dan kemampuan mendeskripsikan masing-masing bentuk geometri, dan menerapkan bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi kemampuan menggambar bentuk geometri, menyusun beberapa bentuk geometri menjadi suatu benda, dan bercerita mengenai benda yang dibuatnya dari beberapa susunan bentuk geometri
Tujuan pengenalan geometri secara umum menurut Depdiknas (2010: 312) yaitu anak diharapkan mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-benda yang ada disekitar anak misalkan lingkaran, segitiga, belah ketupat, trapesium, segi empat, segi lima, segi enam, setengah lingkaran, oval. Strategi pembelajaran mengenalkan bentuk geometri pada anak usia dini kegiatannya dikemas dalam bermain. Melalui kegiatan bermain anak akan mengetahui, memahami dan mengenal konsep bentuk geometri. Kemampuan dasar dalam mengenal bentuk geometri ini dapat dikembangkan melalui pengenalan anak pada kemampuan spasialnya, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan bentuk benda aslinya (bentuk buku itu seperti segi empat).
Bermain menyusun/mencipta dari kepingan geometri merupakan kegiatan yangmenyenangkan bagi anak. Anak mampu mengeksplorasi seluruh kemampuan dan kreativitasnya dengan baik, karena anak bebas mencipta suatu karya sesuai dengan ide anak. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyusun, memadukan bentuk-bentuk, menggunting, menempel, menggulung, dan sebagainya sehingga menjadi suatu hasil ciptaan yang baru bagi anak. Misalnya anak dapat menciptabentuk bunga, memadukan bentuk geometri menjadi bentuk ikan, bentuk mobil, menggulung menjadi bentuk menara, atau mencipta bentuk bangunan sepertirumah, masjid dan sebagainya.
Manfaat bermain menyusun kepingan geometri antara lain : anak mampu memecahkan masalah menurut caranya sendiri (manfaat baik
terhadap perkembangan kognitif); dapat menjadi alat untuk menyeimbangkan emosi anak sehingga perkembangan kepribadian anak menjadi harmonis (manfaat baik terhadap kesehatan jiwa); dan anak akan memperoleh kecakapan untuk merasakan, membedakan, menghargai keindahan yang akan mengantar dan mempengaruhi kehalusan budi pekertinya (manfaat baik terhadap perkembangan estetika).
Bermain menyusun kepingan geometri juga dapat mengoptimalkan perkembangan keterampilan anak. Misalnya saja anak mampu mengemukakan ide dalam kegiatan bermain mencipta bentuk sehingga menghasilkan hasil karya yang bervariasi (kelancaran), anak mampu menghasilkan ide dalam memecahkan masalah geometri melalui kegiatan mengelompokkan, menyusun atau memadukan dan mencipta bentuk-bentuk geometri (keluwesan), anak mampu menciptakan produk-produk hasil karya yang baru dan unik sesuai dengan ide asli anak (keaslian), serta anak mampu mewujudkan ide menjadi karya nyata (elaborasi)
Bermain menyusun kepingan geometri dengan menempelkannya pada kertas adalah salah satu contoh untuk mengembangkan motorik halus dan keterampilan anak. dengan menyusun kepingan geometri, akan membuat anak mengekspresikan gagasan dan persaan serta membuat anak lebih terampil. Dengan permainan yang menantang anak memiliki kesempatan dalam memecahkan masalah, tetapi bukan masalah yang sebenarnya melainkan permianan yang harus dikerjakan anak. Bentuk- bentuk kepingan geometri dibuat dari kertas manila beraneka warna, seperti bentuk persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga dan lain-lain, bentuk geometri ini dibuat mulai dari ukuran yang besar sampai ukuran kecil.
Kerangka Berpikir
Semakin baiknya gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun,
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti temui dilapangan, tepatnya dalam proses pembelajaran di kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran. Dalam pelaksanaan kegiatan belum berkembangnya motorik halus anak seperti memegang pensil, menggunting dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat/media dalam pengembangan motorik halus anak. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum maksimal. Hal ini mengakibatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang belum optimal. Dalam pembelajaran motorik halus untuk anak diperlukan kegiatan yang menarik agar anak tertarik untuk belajar dan mengikuti pembelajaran.
Kegiatan menyusun kepingan geometri bisa dijadikan salah satu opsi kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : “Melalui kegiatan menyusun kepingan geometri, kemampuan motorik halus dan keterampilan anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran dapat meningkat.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu
Subyek penelitian dalam kegiatan pengembangan ini adalah kelompok B KB.
Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang yang berjumlah 15 anak. Pemilihan kelompok B sebagai subyek penelitian disesuaikan dengan tugas peneliti sebagai pendidik di kelompok ini sehingga sudah mengenal watak, sifat dan karakter anak-anaknya, hal ini memudahkan peneliti dalam mencari permasalahan, mencari solusi dan memberikan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan minat anak didik di kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran.
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang. Lembaga ini sudah mendapatkan ijin operasional dengan Nomer 437/1029/DINDIKPORA yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga pada tanggal 22 Mei 2014. Lokasi KB yang berada jauh dari keramaian kota menjadi salah satu keuntungan dengan belum berisiknya suasana jalanan di dekat sekolah sehingga anak-anak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tenang dan nyaman. Masyarakat warga desa Pabuaran dan sekitarnya yang mayoritas bekerja sebagai petani, pedagang, wiraswasta dan ada yang bekerja di instansi pemerintah tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengasuh anaknya dirumah, sehingga mempercayakan pendidikan anak mereka pada KB. Mutiara Harapan Pabuaran ini.
Lembaga ini mempunyai 3 orang pendidik dan 1 orang kepala KB yang melaksanakan kegiatan pembelajaran secara bersama-sama sehingga kerja sama antara kepala dan pendidik terjalin dengan sangat erat. Kerjasama ini dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dari KB. Mutiara Harapan untuk menciptakan anak didik yag berkualitas dalam memberikan bekal untuk melanjutkan bekal pendidikan pada jenjang selanjutnya. Kepercayaan masyarakat terhadap KB. Mutiara Harapan juga semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari jumlah murid yang semakin bertambah tiap tahunnya.
Fasilitas penunjang berupa ruang kelas yang berdiri diatas lahan seluas 80m²guru dan satu ruang guru dan 1 ruang kamar mandi menjadikan KB. Mutiara Harapan tempat belajar yang nyaman bagi anak didik usia dini. Untuk APE juga terdapat beberapa APE dalam dan APE luar yang dapat digunakan anak sebelum belajar dan ketika waktu istirahat, sehingga mereka dapat menikmati pembelajaran sambil bermain.
Penelitian berlangsung dari tanggal 26 September 2017 berupa kegiatan pra siklus yang bertujuan mencari permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. Setelah kegiatan pra siklus maka akan dilanjutkan kegiatan Siklus I yang dilaksanakan
selama 5 hari dari tanggal 2 Oktober 2017 sampai dengan 6 Oktober 2017. Jika dalam kegiatan siklus I belum didapatkan hasil yang diharapkan maka penelitian akan berlanjut pada siklus II yang dilaksanakan mulai tanggal 16 Oktober 2017 sampai tanggal 20 Oktober 2017.
Kegiatan pengembangan ini dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan berkat adanya beberapa bantuan banyak pihak. Adapun pihak-pihak yang terkait dan sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan pengembangan di KB. Mutiara Harapan Pabuaran ini antara lain :1) Kepala Sekolah, peran Ibu Munasifah sebagai kepala KB. Mutiara Harapan Pabuaran sangat membantu kegiatan perbaikan pengembangan ini. 2) Supervisor 1, peran ibu Sri Dewi Agusrina, SH. M.Si sebagai supervisor 1 dan tutor mata kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKP) sangat membantu peneliti dalam pelaksanan kegiatan pengembangan perbaikan ini. 3) Supervisor 2, peran ibu Naning Prasetyawati, S.Pd untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan perbaikan kegiatan pengembangan dengan menggunakan lembar penilaian Kemampuan Guru – PKP 1 ( APKG-PKP 1) dan mengamati/mengadakan observasi dan menilai kemampuan melaksanakan perbaikan kegiatan pengembangan dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG PKP 2).
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Kemampuan motorik halus dan keterampilan anak dalam menciptakan bentuk dari geometri pada Kelompok B di KB. Mutiara Harapan Pabuaran masih rendah, yaitu dari 15 anak yang termasuk kategori sudah mampu hanya 2 anak atau 13% yang tergolong cukup mampu 3 anak atau 20% dan yang belum mampu 10 atau 67%.
Keterampilan anak juga masih rendah, hal ini terlihat dari beberapa tugas yang diberikan hanya beberapa anak yang bias menyelesaikannya dengan baik. Hasil pengamatan keterampilan anak didapatkan bahwa dari 15 anak hanya 4 anak atau 27% yang terampil, sedangkan sisanya 11 anak atau 73% belum terampil.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran belum berhasil karena belum melampaui batas ketuntasan minimal yaitu 80%. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perbaikan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Perencanaan. 2) Pelaksanaan. 3) Pengamatan. 4) Refleksi
Perencanaan dimulai dengan menyiapkan data hasil perbaikan pada upaya meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak melalui kegiatan menciptakan bentuk dari kepingan geometri. Setelah semua data hasil perbaikan didapatkan langkah selajutnya adalah mempersiapkan media dan alat yang akan dipakai untuk meningkatkan hasil belajar
Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus masing- masing siklus pelaksanaan berbeda waktu. Untuk siklus I dilaksanakan hari Senin- Jum’at, tanggal 2–6 Oktober 2017 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Senin-Jum’at tanggal 16–20 Oktober 2017 dari pukul 07.30- 10.00. Pada setiap pelaksanaan perbaikan setiap siklus diamati oleh supervisor 2.
Adapun yang memantau dan membimbing adalah supervisor I. Tugas supervisor 2 adalah mengamati proses kegiatan perbaikan pembelajaran dan tugas utama supervisor I adalah memberikan bimbingan kepada peneliti.
Kegiatan Pengamatan dilakukan Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan selama pembelajaran siklus II, peneliti minta bantuan supervisor 2 untuk mengamati kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi kemampuan motorik halus dan keterampilan anak. Hasil kegiatan pengamatan selama 2 siklus adalah melalui kegiatan menciptakan bentuk dari potongan geometri dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga kemampuan motorik halus dan keterampilan anak mengalami peningkatan cukup tinggi sehingga dapat melampaui persentase ketuntasan yang di tentukan pada awal kegiatan perbaikan pengembangan.
Pada tahap refleksi peneliti mengadaan analisis, pemaknaan dan menyimpulkan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Peneliti dan teman sejawat berdiskusi untuk memaknai data yang diperoleh dalam observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa tindakan siklus II mempunyai kekuatan yaitu meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan keterampilan anak dalam menyusun bentuk yang lebih kompleks dari potongan bentuk geometri, anak
juga mulai terampil dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat
Tekhnik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan kegiatan menciptakan bentuk dari potongan geometri pada pembelajaran di Kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran perlu dilakukan analisis data. Pada kegiatan penelitian ini digunakan analisis deskripsi kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak dan juga untuk mengetahui peningkatan kreativitas guru dalam mengelola kelas dalam pembelajaran.
Analisis tersebut dihitung dengan menggunakan statistik sederhana , yaitu sebagai berikut : 1) Penilaian Rata – rata, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh anak didik kemudian dibagi dengan jumlah anak didik satu kelas sehingga diperoleh nilai rata-rata. 2) Penilaian untuk mencapai Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP), penerapan kegiatan bermain dengan bentuk geometri dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan mengelompokkan bentuk geometri anak didik Kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran, jika anak didik memenuhi tingkat pencapai perkembangan masuk dalam kategori baik .
Analisa ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan tindakan selanjutnya dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan tindakan pembelajaran, bahkan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat
Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan yang digunakan peneliti pada kegiatan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan keterampilan anak melalui kegiatan menyusun potongan geometri menjadi bentuk yang lebih kompleks adalah : 1) Kemampuan motorik halus anak indikator keberhasilannya adalah 80%, penelitian dinyatakan berhasil jika persentase penilaian kemampuan motorik halus
yang didapat anak dalam satu kelas ≥ 80%. 2) Keterampilan anak indikator keberhasilannya adalah 80%, penelitian dinyatakan berhasil jika persentase penilaian keterampilan yang didapat anak dalam satu kelas ≥ 80%
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Kemampuan motorik halus dan keterampilan anak sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I pada pembelajaran area seni masih rendah karena anak belum bisa menyusun kepingan geometri. Berdasarkan hasil pengamatan, guru berusaha mencari media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran, maka diambillah media potongan geometri. Kegiatan pra siklus dilaksanakan tanggal 26 September 2017 dengan membuat satu Rencana Kegiatan Harian yang mengambil tema kebutuhanku. Adapun hasil yang didapatkan bahwa didapatkan hasil yaitu dari 15 anak hanya 2 anak atau 13% yang sudah mampu, 3 anak atau 20% cukup mampu dan sisanya 10 anak atau 67% kurang mampu. Untuk keterampilan anak hasil yang didapatkan pada pra siklus adalah dari 15 anak hanya 3 anak atau 20% yang terampil, 3 anak atau 20% cukup terampil sedangkan sisanya 9 anak atau 60% tidak terampil
Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan waktu pelaksanaan tanggal 2–6 Oktober 2017 didapatkan hasil penilaian pada kemampuan motorik halus di Area Seni nilai yang didapat dari 15 anak didik sebagai berikut : Anak yang mendapat nilai sudah mampu ada 7 anak (46%), yang mendapat nilai cukup mampu ada 4 (27% ) anak dan yang mendapat nilai kurang mampu ada 4 (27%) anak didik. Sedangkan untuk penilaian keterampilan anak didapatkan hasil anak yang terampil ada 6 anak (40%), cukup terampil ada 4 anak (27%) dan kurang terampil ada 5 anak (33%) dari total 15 anak didik. Berdasarkan hasil pada siklus I di mana kemampuan motorik halus dan keterampilan anak didik belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan maka memutuskan melanjutkan kembali perbaikan kegiatan pegembangan pada siklus II.
Perbaikan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 16–20 Oktober 2017 dengan mendapatkan hasil untuk kemampuan motorik halus menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan, anak yang mendapat nilai sudah mampu ada 12 anak (80%), yang mendapat nilai cukup mampu ada 1 (7% ) anak dan yang mendapat nilai kurang mampu ada 2 (13 %) anak didik. Kenaikan juga terjadi pada keterampilan anak dengan hasil anak yang terampil ada 13 anak (86%), cukup terampil ada 1 anak (7%) dan kurang terampil ada 1 anak (7%) dari total 15 anak didik. Berdasarkan hasil tersebut maka indikator kinerja yang sudah ditentukan dapat tercapai dengan baik sehingga kegiatan perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus II ini.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penerapan kegiatan menyusun potongan geometri pada pembelajaran area seni di kelompok B KB. Mutiara Harapan Pabuaran Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang menunjukkan terjadinya peningkatan pada kemampuan motorik halus anak jika dibandingkan pada kegiatan pra siklus, siklus I dan siklus II. Peningkatan kemampuan motorik halus pada area seni dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kemampuan Motorik Halus Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Nama Kegiatan
Kemampuan motorik halus
√
Jml % Jml % Jml %
1. Prasiklus 2 13 3 20 10 67
2. Siklus I 7 46 4 27 4 27
3. Siklus II 12 80 1 7 2 13
Keterangan Simbol :
● =
Anak sudah mampu√ =
Anak cukup mampu○ =
Anak belum mampuSelain peningkatan motorik halus juga terjadi peningkatan signifikan pada aspek keterampilan anak. Anak terlihat lebih terampil dalam menyusun potongan geometri
menjadi bentuk binatang. Data peningkatan keterampilan anak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Keterampilan Anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Aspek yang dinilai Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Terampil 3 20 6 40 13 86
2. Cukup terampil 3 20 4 27 1 7
3. Kurang terampil 9 60 5 33 1 7
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Hasil yang didapatkan setelah penelitian perbaikan pembelajaran selama 2 siklus dengan melaksanakan 10 Rencana Kegiatan Harian (RKH) melalui kegiatan menempel potongan geometri terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak dari prasiklus sampai berakhirnya siklus II. Anak yang kemampuan motorik halusnya masuk kategori sudah mampu pada prasiklus hanya 2 anak (13%) kemudian naik menjadi 7 anak (46%) pada siklus I dan naik kembali menjadi 12 anak (80%) pada siklus II. Anak yang kemampuan bahasanya masuk kategori sudah cukup pada prasiklus berjumlah 3 anak (20%) kemudian naik menjadi 4 anak (27%) pada siklus I dan turun menjadi 1 anak (7%) pada siklus II. Sedangkan anak yang kemampuan bahasanya termasuk kategori kurang mampu pada prasiklus berjumlah 10 anak (67%) kemudian turun manjadi 4 anak (27%) dan turun kembali menjadi 2 anak (13%) pada akhir siklus II. Peningkatan ini terjadi karena anak tertarik dengan kegiatan menempel potongan geometri menjadi bentuk binatang, anak menjadi antusias dalam menyusun potongan geometri menjadi bentuk yang lebih kompleks
Kegiatan menempel potongan geometri juga dapat meningkatkan keterampilan anak dari prasiklus sampai berakhirnya siklus II. Pada prasiklus, anak yang termasuk kategori sudah terampil sebanyak 3 anak (20%) dan naik menjadi 6 anak (40%) pada siklus I dan naik menjadi 13 anak (86%) pada siklus II, sementara untuk anak yang
termasuk kategori cukup terampil pada prasiklus berjumlah 3 anak (20%) naik menjadi 4 anak (27%) pada siklus I dan turun menjadi 1 anak (7%) pada siklus II.
Saran, Tindak Lanjut
Berdasarkan analisis masalah dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran untuk tindak lanjut sebagai berikut : 1) Guru dapat menciptakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran pengembangan motorik halus anak. 2) Guru dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa melalui permainan yang menarik yaitu menggunakan kepingan geometri yang dikemas dalam bentuk pembelajaran sesuai dengan usia anak 3.
Melalui media kepingan geometri ini dapat menimbulkan keberanian, rasa percaya diri sehingga anak bisa meningkatkan keterampilan anak dengan baik. 4. Sekolah meningkatkan peranannya dalam menyediakan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak agar kemampuan motorik halus dan keterampilan anak dapat berkembang optimal sesuai tahapan perkembangan anak
DAFTAR PUSTAKA
Ismayani, Ani. (2010). Fun Math with Children. Jakarta: Elex Media Komputindo Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo
Juwita, Kenny Dewi, dkk. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat Pada Anak: 3-5 Tahun. Jakarta: CRI Indonesia
Muhibbin, Syah (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Hikayat.
Sudaryanti. (2006). Modul Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta:
UNY
Sujiono, Bambang dkk. (2009). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan anak usia dini. Jakarta : Kencana Prenada Media
Saputra, Yudha M dan Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tim PKP PG-PAUD, (2015), Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional.
Jakarta : Universitas Terbuka