• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

1No. Daftar : 01/PGPAUD/II/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK Plus Al-Ihsan Kecamatan

Purwakarta Kabupaten Purwakarta Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh: Retna Intania

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

Oleh

RETNA INTANIA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memenuhi gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Retna Intania 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

RETNA INTANIA 1003444

(6)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

MAKE-UP OF ABILITY OF SMOOTH MOTORIK CHILD THROUGH ACTIVITY WEAVE IN NURSERY SCHOOL

RETNA INTANIA 1003444

This Research of background overshadow by problems which is showing that ability of smooth motorik of B TK Plus Al-Ihsan group child still lower specially at ability of before writing. This matter seen because of ability of under done smooth motorik. Study for the stimulation of ability of smooth motorik which passed to child not yet is optimal. Study of Development area ability of smooth motorik in TK Plus Al-Ihsan only following submitted/sent by study is teacher. visible is same Matter is strategy study of smooth motorik less is varying. Study less is giving of opportunity at child to tell its ideas. Relate to the the problems, considered necessary for the repairing of process and result study of smooth motorik. Effort able to be done one of them through activity weave as alternative to improve repair the condition of existing study. Pursuant to problems above, that research aim to to know how far efficacy of child after teacher use study of activity weave. This research use Research Of Action Class. Subjek Research is group of B amounting to 12 child. Result of research of ability of smooth motorik of child after then action show the existence of change of better up at. This matter seen in each every its cycle in study step weave that is phase applying of technique start of smooth motorik with activity weave. Result of perception of assessment of mean of tes ability of smooth motorik as a whole class child at research early that is 22,62%, at cycle one becoming 48,81% and cycle two class mean that is reaching 88,10%. Recommendation from this research is teacher expected by sapat consider applying of activity weave as strategy study of alternative specially in improving smooth motorik of child.

(7)

DAFTAR ISI

Hal. LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Masalah ... 8

E. Metode Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA KEGIATAN MENGANYAM A. Hakekat Anak Prasekolah ... ... 12

B. Konsep Perkembangan ... 15

(8)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Kegiatan Menganyam ... 24

1. Perkembangan Anyaman ... 25

2. Media Bahan dan Alat untuk Kegiatan Menganyam ... 30

3. Model-Model Anyaman ... 37

4. Pengembangan Kegiatan Menganyam untuk Anak Usia Dini ... 39

5. Manfaat Menganyam pada Aspek Perkembangan Anak . 43 6. Langkah-langkah Menganyam pada Pendidikan Anak Usia Dini ... . 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian ... 68

1. Profil TK Plus Al-Ihsan ... 68

2. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan Sebelum Tindakan ... 73

(9)

4. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Sesudah Tindakan ... 125 B. Pembahasan ... 134

1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus Anak TK Plus Al-Ihsan Sebelum Menerapkan Kegiatan Menganyam ... 134 2. Penerapan Kegiatan Menganyam untuk Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Anak di TK Plus Al-Ihsan .... 136 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK Plus

Al-Ihsan Setelah Diterapkan Kegiatan Menganyam ... 138 BAB V SIMPULAN & REKOMENDASI

A. Simpulan ... 140 B. Rekomendasi ... 142 DAFTAR PUSTAKA ... 144 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal menurut Robton

& Halverson,1984 (Dalam Desmita,2010) ... 19

Tabel 2.2 Perkembangan Motorik Masa Anak-anak Awal menurut Yusuf (2011) ... 20

Tabel 2.3 Bahan Pembantu untuk Membuat Anyaman ... 35

Tabel 2.4 Alat untuk Membuat Anyaman ... 36

Tabel 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 49

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam ... 57

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran ... 58

Tabel 3.4 Instrumen Observasi Anak Selama Pembelajaran ... 59

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus Di TK Plus Al-Ihsan Kelompok B Sebelum Tindakan ... 60

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus Di TK Plus Al-Ihsan Kelompok B Sesudah Tindakan ... 61

Tabel 3.7 Pedoman Studi Dokumentasi ... 62

Tabel 3.8 Pengolahan Data Berdasarkan Frekuensi ... 67

Tabel 4.1 Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Plus Al-Ihsan ... 69

Tabel 4.2 Profil Peserta Didik Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 70

Tabel 4.3 Tema Pembelajaran TK Plus Al-Ihsan ... 71

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ... 72

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus Anak TK Plus Al-Ihsan Sebelum Tindakan ... 75

(11)

Tabel 4.7 Perencanaan Siklus I Tindakan I Implementasi Peningkatan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menganyam di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 79 Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus

Anak TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus I Tindakan I ... 84 Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus

Pada Setiap di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus I Tindakan I ... 85 Tabel 4.10 Hasil Karya Anak Siklus I Tindakan I pada Kegiatan

Menganyam dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 86 Tabel 4.11 Perencanaan Siklus I Tindakan II Implementasi Peningkatan

Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menganyam di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 90 Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus

Anak TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus I Tindakan II ... 96 Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus

Pada Setiap di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus I Tindakan II ... 97 Tabel 4.14 Hasil Karya Anak Siklus I Tindakan II pada Kegiatan

(12)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus Pada Setiap di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus II Tindakan I ... 109 Tabel 4.18 Hasil Karya Anak Siklus II Tindakan I pada Kegiatan

Menganyam dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 110 Tabel 4.19 Perencanaan Siklus II Tindakan II Implementasi Peningkatan

Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menganyam di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 115 Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus

Anak TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus II Tindakan II ... 120 Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Observasi Perkembangan Motorik Halus

Pada Setiap di Kelompok B TK Plus Al-Ihsan Pada Siklus II Tindakan II ... 120 Tabel 4.22 Hasil Karya Anak Siklus II Tindakan II pada Kegiatan

Menganyam dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 121 Tabel 4.23 Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

Kelompok B TK Plus Al-Ihsan melalui Kegiatan Menganyam Pada Siklus I Tindakan I dan Tindakan II ... 126 Tabel 4.24 Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Motorik Halus

Seluruh Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan melalui Kegiatan Menganyam Pada Siklus I Tindakan I dan Tindakan II ... 127 Tabel 4.25 Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

(13)

Tabel 4.26 Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Seluruh Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan melalui Kegiatan Menganyam Pada Siklus II Tindakan I dan Tindakan II ... 130 Tabel 4.27 Perbandingan Hasil Kemampuan Motorik Halus Anak

(14)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Contoh Anyaman Tradisional ... 28

Gambar 2.2 Contoh Anyaman Semi Modern ... 29

Gambar 2.3 Contoh Anyaman Modern ... 30

Gambar 2.4 Iratan Bambu ... 31

Gambar 2.5 Rotan Hinis ... 32

Gambar 2.6 Rotan Pitrit ... 32

Gambar 2.7 Daun Pandan Sebagai Bahan Anyaman ... 32

Gambar 2.8 Kertas Sebagai Bahan Anyaman ... 33

Gambar 2.9 Plastik Sedotan Sebagai Bahan Anyaman ... 34

Gambar 2.10 Plastik Mika ... 34

Gambar 2.11 Plastik Bungkus Kopi ... 34

Gambar 2.12 Kain Sebagai Bahan Anyaman ... 34

Gambar 2.13 Model Anyaman Sasak/Tunggal ... 37

Gambar 2.14 Model Anyaman Kepar/Ganda ... 38

Gambar 2.15 Anyaman Kombinasi ... 39

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 48

Gambar 4.1 Suasana Kegiatan Motorik Halus Sebelum Tindakan ... 74

Gambar 4.2 Bahan Anyaman Kertas ... 82

Gambar 4.3 Bahan Anyaman Kertas yang Sudah Di Potong-potong ... 82

Gambar 4.4 Suasana Kegiatan Motorik Halus Siklus I Tindakan I ... 83

Gambar 4.5 Bahan Anyaman Planel ... 93

(15)
(16)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Hal. Grafik 4.1 Persentase Hasil Observasi Pra-Siklus Kemampuan Motorik

Halus Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 77 Grafik 4.2 Persentase Hasil Observasi Siklus I Tindakan I Kemampuan

Motorik Halus Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 89 Grafik 4.3 Persentase Hasil Observasi Siklus I Tindakan II Kemampuan

Motorik Halus Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 101 Grafik 4.4 Persentase Hasil Observasi Siklus II Tindakan I Kemampuan

Motorik Halus Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 113 Grafik 4.5 Persentase Hasil Observasi Siklus II TindakanII Kemampuan

Motorik Halus Anak Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 125 Grafik 4.6 Persentase Hasil Observasi Siklus I Tindakan I dan Tindakan

II Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 128 Grafik 4.7 Persentase Hasil Observasi Siklus II Tindakan I dan

Tindakan II Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Kelompok B TK Plus Al-Ihsan ... 131 Grafik 4.8 Persentase Hasil Observasi Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II

Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK Plus

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Surat Ijin Operasional

Surat Keterangan Penelitan

Surat Pengantar Uji Validasi Instrumen Lembar Judgment Intrumen

Kisi-kisi Penelitian

Pedoman Observasi Guru Pedoman Observasi Anak

Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan Pedoman Wawancara Sesudah Tindakan RKH (Rencana Kegiatan Harian)

Rekapitulasi Penilaian Pra-Siklus Rekapitulasi Penilaian Siklus I Rekapitulasi Penilaian Siklus II Catatan Lapangan

Foto Dokumentasi Lembar Revisi Skripsi Buku Bimbingan Skripsi Daftar Riwayat Hidup

(18)

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses yang bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai sarana yang paling ideal bagi bangsa Indonesia. Tujuan ideal yang hendak dicapai melalui proses dan sistem pendidikan nasional adalah sebagaimana yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) No. 20 RI Tahun 2003 Pasal 1ayat 14 yaitu yang berbunyi:

Pendidikan Anak usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Maka sebaiknya pendidikan anak usia dini janganlah dianggap sebagai pelengkap saja, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh di atasnya.

(19)

2

Melalui bermain, gerakan motorik anak akan senantiasa terlatih dengan baik. Peningkatan keterampilan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. “Bagi anak usia prasekolah, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi“ (Bredekamp, 1987 dalam Solehuddin 1997).

Menurut Hurlock (1994) perkembangan motorik adalah “perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat, keamatangan syaraf dan otot yang terkoordinasi”. Sedangkan menurut Zeller dan Hetser (dalam Haditono, 1991) “perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah pula kemampuan motoriknya”. Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2001) perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah “gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih”.

(20)

3

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motorik meliputi motorik kasar dang halus. Perkembangan ini akan berpengaruh pada kemampuan sosial emosi, bahasa, dan fisik anak.

Dalam perkembangan anak, biasanya kemampuan motorik kasar lebih dahulu berkembang daripada kemampuan motorik halus. Hal ini terbukti ketika anak sudah dapat berjalan dengan menggunakan otot-otot kakinya, kemudian anak baru mampu dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggambar atau menggunting. Keterampilan motorik halus pada umumnya memerlukan jangka waktu yang relatif lama penyesuaiannya. Hal ini merupakan suatu proses bagi seorang anak untuk mencapainya. Maka diperlukan intensitas kegiatan yang syarat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus yang dimiliki anak setiap anak berbeda.ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak.

Menurut Holts (2009) kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru, tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki usia sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel.

Setelah mengetahui permasalahan secara umum diatas, jika melihat pada kenyataan dilapangan, sebagian Taman Kanak-kanak dalam pembelajaran motorik halus terkadang guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional maksudnya metode pembelajaran ini berpusat pada guru kurangnya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, guru kurang professional dalam memberi pengajaran karena terbatasnya pengetahuan dan keterampilan, kondisi belajar yang kurang kondusif dan masih kurangnya sarana prasarana/kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

(21)

4

kemampuan motorik halus yang belum terlihat optimal terutama terutama pada kegiatan pramenulis seperti memegang pensil yang belum benar, menjiplak bentuk/garis yang belum rapi, kesulitan membuat bentuk-bentuk tulisan dan mewarnai yang masih terlihat curat coret serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan bimbingan terutama kemampuan motorik halus, yang mencakup penggunaan koordinasi otot-otot kecil/halus. Hal ini bisa disebabkan faktor kematangan anak dan stimulus/latihan yang belum diterapkan secara konsisten seperti pembelajaran yang ada dalam program disekolah tersebut. Menurut pengamatan TK ini belum terdapat program dalam meningkatkan kemampuan motorik halus secara khusus. Berdasarkan refleksi awal dengan guru disepakati sebagai solusi tindak lanjut untuk mengetahui permasalahan tersebut yaitu dengan kegiatan menganyam.

Menurut Hurlock (1996) “kemampuan motorik halus dimulai sejak dini melalui kegiatan memegang dan meraba, dan perkembangannya akan semakin pesat setelah anak memasuki usia tiga tahun, yaitu saat sebagian besar gerak motorik halus berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot, akan tetapi keterampilan ini harus tetap dipelajari guna optimalisasi perkembangan serta untuk mempersiapkan anak agar mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.

(22)

5

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan yang lainnya. Menurut Rachmawati (2003) bahwa “dengan potensi kreativitas, maka anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide-ide kreatif”.

Berkaitan dengan pembelajaran disekolah, sebenarnya terdapat banyak pendekatan dan kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus anak seperti pendekatan seni. Pendekatan seni ini dapat dilakukan untuk menstimulasi motorik halus pada anak. Seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepakaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan keindahan, keselarasan, bernilai seni dan lainnya. Menurut Ki Hajar Dewantara Seni adalah “perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggetarkan jiwa perasaan manusia”. Seni juga merupakan kemampuan intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.

Pengembangan seni bertujuan untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain, yang divisualisasikan dalam tata susunan yang indah dan menarik, sehingga dapat menimbulkan kesan rasa senang ataupun puas bagi yang menghayatinya (Ida Herawatie,1999). Menurut (Koster,1997) “Pengembangan seni juga bertujuan membantu anak mengembangkan koordinasi mata dan tangannya, mengembangkan keterampilan motorik halus anak didik dalam berolah tangan”. Berdasarkan medium seni yang digunakan para seniman kita mengenal berbagai cabang seni, antara lain seni musik, seni tari, seni rupa, seni sasra, dan seni drama/theater. Masing-masing cabang seni tersebut cara menikmatinya melalui indera yang berbeda. Seperti seni rupa adalah cabang seni yang diciptakan dengan menggunakan elemen atau unsur rupa dan dapat diapresiasi melalui indera mata atau penglihatan. Salah satu pembelajaran bidang seni rupa yaitu pada kegiatan menganyam.

(23)

6

corak atau motif yang dimiliki oleh masing-masing menjadikan keanekaragaman motif anyam di nusantara ini.

Perkembangan anyaman di samping beraneka ragam motif juga ditunjang oleh teknologi. Walaupun teknologi kerajinan anyam yang beraneka dan banyak macamnya tetapi prinsip kerjanya sama, yaitu adanya lungsi dan pakan. Tanpa lungsi dan pakan maka anyaman tidak akan dapat diproses dan tidak dapat menghasilkan karya anyaman. Menganyam merupakan suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda/barang pakai dan benda seni, yang dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan bagian-bagian kertas/pita anyaman secara bergantian. Adapun kerativitas menganyam di TK yang dimaksudkan adalah keterampilan dalam melakukan aktivitas pratek membuat motif anyaman dasar sederhana, anyaman kombinasi dengan menggunakan bahan kertas berwarna, pita, dan lainnya. Dalam penerapannya diperlihatkan bahan dan motif anyaman yang disesuaikan dengan kondisi setempat dan tingkat kemampuan anak TK

(24)

7

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis memilih judul

“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam”

B. Identifikasi Masalah

Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti, sehingga bisa lebih mudah dan jelas. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasi masalah tersebut yang dipengaruhi faktor-faktor :

1. Kurangnya lingkungan yang melibatkan anak dalam kegiatan motorik halus.

2. Metode atau teknik yang digunakan kurang bervariasi sehingga anak merasa jenuh dan bosan.

3. Guru kurang terampil dan kurang berkreatif dalam memberikan teknik pengajaran.

4. Proses pembelajaran masih kaku dan kurang menarik minat anak untuk kegiatan motorik halus anak.

5. Dalam suasana kelas antara guru dan anak tidak kondusif. 6. Guru kurang memperkenalkan teknik budaya tradisional.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan sebelum menerapkan kegiatan menganyam?

2. Bagaimana penerapan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan?

(25)

8

D. Tujuan Masalah

Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaiaman peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan melalui kegiatan menganyam.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan sebelum menerapkan kegiatan menganyam.

2. Mengetahui penerapan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan setelah menerapkan kegiatan menganyam.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, istilah dalam bahasa Inggris ( classrom action research ). Karena penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru dalam memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan motorik halus anak melalui menganyam di kelompok B Taman Kanak-kanak Plus Al-Ihsan.

(26)

9

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keempat tahap tersebut merupakan satu siklus, sehingga setiap tahap akan berulang kembali. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum berhasil memecahkan masalah. Setelah siklus berlangsung beberapa kali diharapkan terjadi perbaikan yang diinginkan.

Proses pengolahan data berlangsung sejak awal pembelajaran hingga akhir pelaksanaan program tindakan. Teknik yang digunakan untuk pengolahan data digolongkan menjadi 2 yaitu teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan alan bekerja dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada oran lain (Bodgen & Biklen, dalam Hermawan, 2007:1996).

Sedangkan analisis data kuantitatif meruapakan suatu cara untuk mengatur data yang belum teratur, mengolah, menganalisis data serta memberikan makna dari data yang diperoleh dari hasil penelitian. Data kuantitatif dalam penelitian ini salah satunya dapat diperoleh dari hasil evaluasi setelah proses pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan melalui kegiatan menganyam, baik secara langsung bagi perkembangan ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan, dan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. Secara spesifik manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

(27)

10

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman peneliti dalam mengaplikasikan teori dengan pengalaman di lapangan.

b. Bagi Guru TK dan Sekolah

Meningkatkan kemampuan mengajar sebagai bahan alternatif dalam membantu guru menyediakan media yang lebih operatif

c. Bagi Anak

Memperoleh pembelajaran dibidang seni yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak sangat berguna untuk masa dewasa nanti.

d. Bagi Lembaga Penyelengaraan Program PAUD

Memberi bahan masukan kepada lembaga penyelenggaraan program PAUD pada umumnya dan untuk TK Plus Al-Ihsan untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

e. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat dijadikan kajian lebih lanjut dan dapat memberikan nilai tradisional yang lebih tinggi dalam kegiatan menganyam untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan penulisan skripsi, berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini :

(28)

11

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II Kemampuan Motorik Halus Anak pada Kegiatan Menganyam; Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori dari konsep tentang masalah yang sedang diteliti.

BAB III Metode Penelitian;

Pada bab ini mengemukakan tentang: Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelittian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan;

Pada bab ini mengemukakan tentang: Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi;

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Plus Al-Ihsan jalan Ibrahim Singadilaga No.38 Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Plus AL-Ihsan yang berjumlah 12 anak. Adapun jumlah anak perempuan sebanyak 6 anak sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 6 anak.

(30)

47

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemungkinan terdiri atas beberapa langkah atau step yang terealisasi dalam bentuk kegiatan mengajar.

Pemilihan riset aksi Model Elliot dianggap sudah lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, karena didalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi memungkinkan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada Penelitian Tindakan Kelas Model Elliot ini, agar terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf didalam pelaksanaan aksi atau proses belajar-mengajar.

Siklus dilaksanakan secara berkesinambungan hingga peneliti mendapatkan solusi untuk memecahkan permasalahan yang muncul secara optimal, sehingga proses pembelajaran dapat meningkat ke arah yang lebih baik lagi. Lebih lanjut Elliot menyatakan bahwa terincinya setiap tindakan sehingga menjadi beberapa langkah karena suatu pembelajaran terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau materi pelajaran. Namun dalam praktek dilapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa langkah.

Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus dengan tahapan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil dari refleksi ini akan digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat perencanaan bagi siklus selanjutnya jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil, maka dilakukan siklus selanjutnya sehingga mencapai hasil yang diharapkan.

(31)

48

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Siklus 1

Refleksi

Pelaksanaan

Siklus 2 Pengamatan

Perencanaan

(32)

49

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desain pelaksanaan PTK yang akan dilakukan sesuai skema diatas, dapat

2. Menentukan dan menyiapkan materi. 3. Membuat rencana pembelajaran.

4. Menyiapkan media pembelajaran seperti pensil, penggaris, gunting, lem, bahan anyaman (karton, kain planel), dll.

5. Membuat lembar pengamatan.

Tindakan

1. Tahap permulaan guru memberi penjelasan kepada anak tentang materi yang akan dipelajari

2. Guru menjelaskan bagaimana cara menggunting yang benar

3. Guru membimbing dan memperhatikan anak ketika menggunting

4. Guru menjelaskan langkah-langkah menganyam 5. Guru membimbing anak dan memperhatikan anak

ketika menganyam.

Observasi

Dilakukan dengan mengamati :

1. Aktivitas kegiatan menganyam dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus anak 2. Observasi ini untuk memperoleh data tentang

proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan kemampuan motorik halus anak

Refleksi

(33)

50

1. Apresiasi untuk perbaikan materi yang telah diajukan pada siklus I

2. Memperbaiki kesalahan/kekurangan pada siklus I 3. Dan menyiapkan kembali bahan anyaman (plastik

mika, pita jepang), gunting, penggaris, lem, dll.

Tindakan

1. Guru meminta anak untuk menganyam bentuk binatang (ikan) dari kain planel.

2. Guru meminta anak untuk menganyam bentuk binatang (ikan) dari pita jepang.

Observasi

Setelah data tentang proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan kemampuan motorik halus anak diperoleh, dianalisa untuk mengetahui kelemahan yang mungkin ada.

Refleksi

Data yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis. Hasil yang diperoleh dapat disimpulkan menjadi hasil kemampuan membaca selama 2 siklus

(34)

51

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Permohonan ijin kepada kepala sekolah dan guru kelompok B, serta guru-guru kelompok lainnya sebagai mitra peneliti.

b. Mengadakan penelitian awal untuk memperoleh data yang akan dijadikan indikator untuk mengukur pencapaian pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya tindakan.

c. Penetapan tindakan-tindakan yang diharapkan akan menghasilkan dampak kearah perbaikan program.

d. Memperkenalkan teknik pembelajaran yang dianggap lebih efektif untuk pencapaian indikator.

e. Menyusun rencana pembelajaran dengan kegiatan menganyam.

f. Menyiapkan instrument pengumpul data dan teknik pengolahan data untuk digunakan dalam pelaksanaan tindakan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Guru melakukan tindakan yang berupa interventasi terhadap kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari. Rancangan skenario yang telah dirumuskan oleh peneliti dicobakan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah melalui kegiatan menganyam. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti harus mengacu kepada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan dapat mempertajam refleksi dan evaluasi yang dilakukan terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

3. Tahap Pengamatan (Observing)

Kegiatan ini merupakan observasi terhadap kondisi obyektif. Hal ini meliputi aspek-aspek: karakteristik, masalah motorik halus anak di kelas rendah, perhatian anak ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar, kesiapan perkembangan jiwa siswa, kegiatan bimbingan dan pengelolaan KBM guru.

(35)

52

mendokumentasikan setiap hal dari proses dan hasil yang dicapai oleh tindakan yang direncanakan ataupun sampingannya.

Dalam hal ini kegiatan inti yang dilakukan peneliti bersama tim adalah menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul data yang telah dipersiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang didapat selama kegiatan belajar berlangsung dalam upaya untuk memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukan pengmatan (observasi). Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari

eksplanasinya (penjelasan). Dengan demikian data yang berhasil dikumpulkan

melalui alat pengumpul data yang berhasil tercatat maupun yang tidak, akan dikonfirmasikan dan dianalisis serta dievaluasi untuk diberikan makna supaya dapat diketahui pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan tersebut tercapai atau belum agar peneliti dapat kejelasan mengenai yang akan dilakukannnya kemudian.

Bila dalam refleksi dirasakan ada hal-hal yang perlu dilakukan perubahan atau penyemmpurnaan, maka akan dirumuskan lagi bagian-bagian mana yang akan diperbaiki sehingga aspek-aspek yang kurang baik menjadi baik. Penyempurnaan-penyempurnaan kearah perbaikan tindakan selanjutnya dirumuskan untuk dituangkan kedalam rencana tindakan baru.

(36)

53

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan alasan: (1) penelitian ini berupaya untuk melakukan inovasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, (2) pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru, (3) penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan kegiatan orientasi dan observasi terhadap latar penelitian yang meliputi latar Taman Kanak-kanak, sasaran, guru, anak dan kegiatan belajar mengajar membaca dini di sekolah tersebut. Kemudian melalui pedoman observasi dan wawancara semua informasi tentang kemampuan membaca anak usia Taman Kanak-kanak akan didapat.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini secara garis besar dilaksanakan dalam empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, 2007). Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan kelas. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas tidak terbatas dalam satu kali intervensi saja, tetapi berulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan (Arikunto, 2007).

(37)

54

Wardani (2002 : 14) menyatakan bahwa :

Karakteristik PTK anatara lain : 1) Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya, 2) Metode utama adalah refleksi, bersifat longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, 3) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan 4) tujuannya memperbaiki pembelajaran.

Sementara karakteristik PTK menurut Aqid (2008 : 16) bahwa :

Karakteristik PTK antara lain : 1) Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional, 2) Adanya kolaborasi dalam pelaksaannya, 3) Peleliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, 4) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional, dan 5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Mencermati pendapat di atas bahwa karakteristik PTK adalah berangkat dari masalah, bersifat kolaborasi, adanya tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan merupakan rangkaian siklus. Dalam melaksanakan penelitian langkah-langkah yang ditempuh tidak terlepas dari prinsip-prinsip penelitian.

Prinsip-prinsip penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasabolah (1999) adalah sebagai berikut :

1) Tugas utama guru adalah mengajar, artinya penelitian tindakan tidak boleh mengganggu tugas mengajar.

2) Dalam melakukan penelitian tindakan pengumpulan data tidak boleh terlalu banyak menyita waktu.

3) Metodelogi yang dipakai harus tepat dan terpercaya.

(38)

55

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8) Penelitian tindakan menuntut peneliti mencatat kemajuan, persoalan yang dihadapi, dan hasil refleksi tentang kinerja guru.

9) Penelitian tindakan sebaiknya dimulai dengan hal-hal sederhana terlebih dahulu namun nyata. Dengan demikian siklus dimulai denag yang kecil sehingga perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat membuat isu, ide, dan asumsi menjadi lebih jelas.

10)Dalam Penelitian tindakan peneliti melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan disekolahnya.

D. Definisi Istilah

1. Perkembangan motorik menurut Hurlock (1994) adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat, keamatangan syaraf dan otot yang terkoordinasi. perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

2. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Oleh karena itu gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian (Depdiknas, 2007).

(39)

56

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:160), instrument penelitian memiliki pengertian sebagai berikut, yakni :

“Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah.”

Untuk dapat mengetahui hambatan perkembangan motorik halus yang dialami anak, sehingga anak dapat diberikan tindakan lebih lanjut agar hambatan dapat diantisipasi dan anak mengumpulkan data mengenai kemampuan motorik halus yang dikuasai anak sebelum dan sesudah dilakukan tindakan sehingga dapat diketahui perkembangan yang dicapai anak, maka diperlukan instrumen penelitian yang tepat agar masalah yang diteliti terefleksi dengan baik.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun format observasi dengan keterampilan proses sains ini adalah sebagai berikut :

a. Penulis menyusun dan membuat kisi-kisi instrumen penelitian

b. Menyusun pedoman instrumen dengan mengacu pada kisi-kisi instrument yang telah disusun sebelumnya.

(40)

57

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menganyam

Variabel Sub Variabel Indikator

Teknik

Meniru bentuk 1. Anak dapat meniru membuat garis tegak

2. Anak dapat meniru membuat garis datar

Observasi Anak

Menggunting 1.Anak dapat menggunting mengikuti garis tegak

1.Anak dapat menyusupkan pakan diantara lungsi dengan langkah diangkat satu ditinggal satu 2.Anak dapat mengayam tunggal

secara horizontal

3.Anak dapat mengayam tunggal secara vertikal

Observasi Anak

Menganyam ganda

1.Anak dapat menyusupkan pakan diantara lungsi dengan langkah diangkat dua ditinggal dua 2.Anak dapat mengayam ganda

secara horizontal

3.Anak dapat mengayam ganda secara vertikal

Observasi Anak

Sumber:

Pemendiknas No. 58 Tahun 2009 dan Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak.

Syamsu Yusuf LN. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Cut Kamaril. (2007). Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan,

(41)

58

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengamati proses dan hasil peningkatan kemampuan motorik halus dalam penelitian ini antara lain :

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk melihat aspek motorik halus dalam proses dan hasil kegiatan menganyam kertas yang mencakup aspek kelenturan jari jemari, kecepatan otot tangan dan kekuatan pada setiap tahapan dalam 2 siklus yang terdiri dari beberapa item. Melalui pengamatan ini diharapkan dapat mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan, sebagai modifikasi rancangan dapat dilakukan secepatnya. Dengan kata lain pengamatan untuk melakukan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi. Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat melihat langsung penerapan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Plus Al-Ihsan kemudian mencatatnya sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Tabel 3.3

Pedoman Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Nama Guru :

Nama TK : Hari/Tanggal :

No Kegiatan

Hasil Observasi

Ket Ya Tidak

(42)

59

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Kegiatan Inti

a. Menjelaskan dan memperhatikan anak pada saat menggunakan gunting

b. Memberi contoh cara menggunting dengan benar c. Menelaskan langkah-langkah menganyam

d. Tidak tergesa-gesa saat memberikan arahan setiap langkah membuat anyaman

e. Motivasi anak saat melakukan kegiatan menganyam

3. Penutup

a. Melakukan tanya jawab seputar kegiatan yang telah dilakukan

b. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan kesannya selama proses pembelajaran

Tabel 3.4

Instrumen Observasi Anak Selama Kegiatan Pembelajaran Nama Observer :

Tempat :

Hari/Tanggal :

No Indikator Penilaian Anak Ket

B C K

1. Anak dapat meniru membuat garis tegak 2. Anak dapat meniru membuat garis datar 3. Anak dapat mengunting mengikuti garis tegak 4. Anak dapat menggunting mengikuti garis datar

5. Anak dapat menyusupkan pakan diantara lungsi dengan langkah diangkat satu ditinggal satu

6. Anak dapat menganyam tunggal secara horizontal 7. Anak dapat menganyam tunggal secara vertical

8. Anak dapat menyusupkan pakan diantara lungsi dengan langkah diangkat dua ditinggal dua

(43)

60

Keterangan :

Nilai K : Anak melakukan kegiatan dengan Kurang baik Nilai C : Anak melakukan kegiatan dengan Cukup baik Nilai B : Anak melakukan kegiatan dengan Baik

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan alat berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal yang dianggap dapat memberikan penjelasan mengenai mengenai kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menganyam di Taman Kanak-kanak. Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah guru kelas.

Berikut dibawah ini instrumen pedoman wawancara sebelum dilakukan tindakan :

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara

Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus Di TK Plus Al-Ihsan Kelompok B Sebelum Tindakan

Nama Guru : Jabatan : Hari/Tanggal :

No Aspek yang ditanyakan Deskripsi Jawaban

1. Bagaimana persepsi Ibu mengenai kemampuan motorik halus anak di kelompok B saat ini?

(44)

61

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Kendala apa saja yang ditemukan guru dalam melatih

kemampuan motorik halus anak kelompok B?

7. Upaya apa saja yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan

Tabel 3.6 Pedoman Wawancara

Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus Di TK Plus Al-Ihsan Kelompok B Sesudah Tindakan

Nama Guru : Jabatan:

Hari/Tanggal :

No Aspek yang ditanyakan Deskripsi Jawaban

1. Apa pendapat ibu mengenai menganyam?

2. Bagaimana perasaan ibu ketika mengajar dengan menggunakan kegiatan menganyam dikelompok B? 3. Apa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dengan

menggunakan kegiatan menganyam ketika dan setelah penelitian tindakan kelas dilakukan?

4. Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar motorik halus setelah menggunakan kegiatan menganyam?

5. Bagaimana kondisi/kemampuan motorik halus anak kelompok B ketika melaksanakan kegiatan menganyam?

7. Siapa saja yang kemampuan motorik halusnya meningkat?

(45)

62

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu instrumen pengumpulan data-data yang digunakan dalam penelitian yang berupa foto, gambar, dan sebagainya. Dalam hal ini data-data yang berkaitan dengan studi dokumentasi di TK Plus Al-Ihsan yaitu profil sekolah, profil guru, anak dan serta Rencana Kegiatan Harian (RKH).

Dokumen Hasil dari studi dokumentasi tersebut yang dijadikan bahan rujukan sebagai penunjang dalam penelitian ini.

Tabel 3.7

Pedoman Studi Dokumentasi Nama TK :

Hari/Tanggal :

No Indikator

Keterangan Ada Tidak

Ada 1. Surat izin operasional

2. Profil kelembagaan

3. Data pendidik dan tenaga kependidikan 4. Data peserta didik

5. Rencana Kegiatan Harian (RKH) 6. Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) 7. Foto-foto proses pembelajaran

(46)

63

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Validitas Data

Agar penelitian dapat dipertanggungjawabkan diperlukan adanya validitas sehingga data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan.

Validitas data adalah data yang sesuai dengan apa yang akan diukur. Tekhnik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah riview informasi kunci dan triangulasi.

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan

sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau pembandingan data itu.”

Lexy Moelong dalam Sarwiji Suwandi (2008 : 69).

Teknik triangulasi digunakan sumber data sebagai berikut: 1) Triangulasi sumber data

a. Pemberian tes, membaca huruf awal suatu tulisan b. Data dari raport semester I kelompok B

2) Triangulasi Pengumpulan data

a. Tugas membaca kata pada sebuah tulisan di kelas, anak mengalami kesulitan membaca.

b. Wawancara dengan orang tua anak tentang belajar anak di rumah.

c. Diskusi dengan teman sejawat tentang fasilitas/media pembelajaran di sekolah.

“Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interprestasi

temuan kepada informasi kunci sehingga diperoleh kesepakatan antar peneliti dan informan tentang data atau informasi temuan tersebut.” (Suwandi, 2008).

Review informasi kunci, mengadakan diskusi dengan kolaburator tentang kondisi anak, sikap anak, kebiasaan anak yang diamatinya dalam lingkungan sekolah umumnya dan saat pengamatan dalam kegiatan belajar khususnya.

Menurut Suwardi (2008) “Data dianggap valid apabila setelah melakukan

kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen diperiksa kembali oleh peneliti

(47)

64

Kesimpulan penulis data dianggap valid apabila data itu dapat mengungkap kebenaran dan dapat digunakan dengan mudah serta dapat digunakan siapa saja.

2. Reliabilitas Data

Tes adalah alat pengukur prestasi belajar anak didik, agar tes dapat digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar yang baik, maka tes tersebut harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik, yakni validitas.

Tes valid artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang dapat diukur. Tes yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan dan mempunyai taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan peserta didik.

Jenis-jenis validitas tes menurut Sutrisno Hadi (2000) antara lain: “facer

validity, logical validity, factorial validity, conten validity, externalvalidity, internal

validity dan empirical validity”.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan uji validitas conten validity, yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan suatu faktor yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru berdasarkan kurikulum.

Tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Suharsini Arikuntoro, 2005:142). Instrumen yang sudah dapat dipercaya , yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

(48)

65

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Observasi (Pengamatan), wawancara, catatan lapangan (field notes) dan dokumentasi.

Berikut dibawah ini pemaparan dari setiap teknik pengumpulan data: 1. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiono 2011) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis.

Observasi atau pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data mengunakan alat indra secara langsung atau suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. (Syaodih 2005).

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik observasi terstuktur. Sugiono (2011) mengemukakan bahwa observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Dengan format penilaian mengunakan alat obsevasi.

2.Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dalam penelitian ini nara sumbernya adalah kepala sekolah dan guru-guru Taman Kanak-kanak Pkus Al-Ihsan. Data yang didapat di Taman Kanak-kanak meliputi kondisi dan latar belakang sekolah, kemampuan motorik halus anak secara global, kegiatan pembelajaran, dan respon anak terhadap pembelajaran dengan kegiatan menganyam.

3. Catatan lapangan (fields notes)

(49)

66

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang penulis gunakan adalah raport, daftar nilai, catatan atau buku perkembangan anak, untuk mengetahui kemampuan anak pada umumnya, dan kemampuan motorik halus anak khususnya. Dalam penelitian yang dilaksanakan, selain data berupa catatan tertulis juga dilakukan pendokumentasian berupa foto. Foto ini dapat dijadikan sebagai bukti otentik bahwa pembelajaran benar-benar berlangsung.

H. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk hipotesis mengenai “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan

Menganyam” di TK Plus Al-Ihsan kelompok B penulis menggunakan teknik

deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Pada penelitian ini peneliti menggunakan penilaian B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang). Dengan keterangan sebagai berikut :

Nilai B (Baik) : jumlah poinnya 3 Nilai C (Cukup) : jumlah poinnya 2 Nilai K (Kurang): jumlah poinnya 1

Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitumembandingkan nilai awal dengan siklus I, membandingkan nilai siklus I dengan nilai siklus II.

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul digunakan perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut :

(50)

67

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah-langkah pengolahan dan analisis data berdasarkan yang diungkapkan oleh A. Supardi dan Wahyudin Syah (2005), mempunyai persamaan persepsi dan sering digunakan untuk administrasi, yaitu : (1) Pentabulasian Data, (2) Penafsiran sementara, (3) Mencari presentase, dan (4) Menafsirkan hasil pengolahan data.

Menafsirkan hasil pengolahan data berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut : Tabel 3.8

Pengolahan Data Berdasarkan Frekuensi Frekuensi ( % ) Interprestasi

100 Seluruhnya

80-99 Hampir besar

51-79 Sebagian besar

50 Setengahnya

31-49 Hampir setengahnya

1-30 Sebagian kecil

0 Tidak seorangpun

(51)

141

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pengolahan data mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam berdampak positif terhadap anak kelompok B di TK Plus Al-Ihsan Jl. Ibrahim Singadilaga No.38 Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Yaitu pada aspek kegiatan menggunkan pensil, menggunting, menggambar, dan menganyam, maka dapat disimpulkan bahwa, kegiatan menganyam berpengaruh terhadap peningkatan motorik halus anak kelompok B di TK Plus Al-Ihsan. Hal ini didasarkan pada :

1. Kondisi kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Plus AL-Ihsan sebelum diberi tindakan atau pra-siklus menunjukkan bahwa, secara umum kemampuan anak pada kategori Baik (B) sebesar 22,62%, kategori Cukup (C) sebesar 47,62% dan kategori Kurang (K) sebesar 29,76%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus masih belum terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Plus Al-Ihsan seputar memegang pensil, menggunting, menggambar dan menganyam. Penggunaan alat pembelajaran masih terbatas, sehingga kurang terstimulus kemampuan motorik halus anak.

(52)

142

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berekspresi sehingga anak dapat menuangkan ide dan gagasannya. Kegiatan menganyam ini memiliki manfaat untuk pengembangan motorik antara lain: memberikan stimulus yang berupa rangsangan kepada anak untuk mengaktifkan dalam pengungkapan perasaannya melatih koordinasi antara tangan, otak dan telinga dan kepekaaan pada sejarah.

3. Peningkatan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan setelah diterapkan kegiatan menganyam dapat dilakukan dengan baik dan mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat dari indikator-indikator yang motorik halus yang ada, antara lain : (meniru bentuk) anak dapat meniru membuat garis tegak dan anak dapat meniru membuat garis datar; (menggunting) anak dapat menggunting mengikuti garis lurus dan anak dapat menggunting mengikuti garis miring. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi, dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya. Hasil kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Plus AL-Ihsan setelah diberi tindakan atau pasca-siklus menunjukkan bahwa, secara umum kemampuan anak pada kategori anak sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri (B) sebesar 88,10%, kategori anak masih perlu bantuan dalam melakukan kegiatan (C) sebesar 9,52% dan kategori anak tidak mampu melakukan kegiatan (K) sebesar 0,00%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam sudah terstimulus.

B. Rekomendasi

(53)

143

1. Bagi Guru

Untuk mengatasi kendala yang dirasakan guru dalam mengajarkan motorik halus anak, maka guru hendaknya perlu dibekali pemahaman. Guru mampu memvariasikan metode untuk mengajarkan motorik halus, namun yang perlu diingat adalah metode apapun yang akan digunakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan krakteristik anak. Agar anak tidak cepat bosan dan ciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak.

Pada saat pembelajaran, guru hendaknya mencoba berulang kali sebelum mengajarkan pada anak, agar langkah-langkah dalam membuat anyaman sesuai, dan anak menguasai kegiata yang dilaksanakan, serta saat kegiatan menganyam pada anak tidak terlalu cepat untuk beralih pada tahap yang lebih lanjut.

2. Bagi Sekolah

Sekolah seharusnya dapat memfasilitasi pembelajaran khususnya media dan sumber belajar yang menandai untuk mendukung proses pembelajaran, agar anak dapat berkreasi dan dapat menuangkan ide/gagasannya. Pada pendidikan anak usia dini sebaiknya memerlukan banyak referensi untuk penyusunan bahan ajar, sehingga membuat anak senang belajar di sekolah dan tidak bosan. Penyediaan referensi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari internet, acara televisi, buku-buku, majalah dll.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(54)

144

Retna Intania, 2014

Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, dan Pendidikan

Luar Sekolah. Makalah Kebijakan. Jakarta: Balitang-Depdiknas.

Arisudaryatno. (2010). Pengertian Seni Anyaman. [Online]. Tersedia : http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/05/pengertian-seni-anyaman.html. [ 9 Oktober 2012].

Ariefoer. (2012). Pengertian Anyaman. [Online].Tersedia: http://arief.blogspot.com/2012/10/pengertian-anyaman-html. [11 Januari 2013]

Belajar Psikologi. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini/. [11 Januari 2013]

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Faruqngabar. (2010). Perkembangan Motorik.[Online].Tersedia:

http://faruqngabar.wordpress.com/2010/05/09/perkembangan-motorik/. [12 Oktober 2012].

Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa dan Muslichach Zarkasih). Jakarta : Erlangga.

Kamaril,C. (2007). Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan,

Jakarta:Depdiknas.

Kurikulum TK dan RA (2004). Standar Kompetensi. Jakarta: Direktorat Pendidikan TK dan SD,Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Dapertemen Pendidikan Nasional.

Leadershipfikuny. (2010). Konsep Motorik Perkembangan dan Jenis Perkembangan.[Online].Tersedia:http://leadershipfikuny.blogspot.com/20

10/11/konsep-motorik-perkembangan-dan-jenis-perkembangan.html. [9Oktober 2012].

Melyloelhabox. (2013). Karakteristik Perkembangan Motorik Anak.[Online].

(55)

145

Mujono. (2008). Makalah Pengelolaan Lingkungan Belajar. UPI Kampus Purwakarta.

Pertiwi. (2010). Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bandung: Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru. Universitas Pasundan Bandung.

Pondokibu. Tidak Diterbitkan. Tahapan Perkembangan Motorik Halus. .[Online].Tersedia: http://pondokibu.com/tahapan-perkembangan-motorik-anak.html. [25 Februari 2013]

Pradito, D. Tidak Diterbitkan. Kriya Anyaman Jawa Barat.

Psychologymania. (2012). Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4 Tahun. .[Online].Tersedia:

http://www.psychologymania.com/2012/09/perkembangan-motorik-halus-anak-usia-4tahun.html. [9 Oktober 2012].

Resjoyo. (1992). Pendidikan Seni Rupa. Jakarta:Erlangga. Seri Ayah Bunda. (2001). Balita dan Masalah Perkembangannya, Jakarta: Gaya Favorit Press.

Sanggarmodel. (2012). Cara Membuat Anyaman Kertas. .[Online].Tersedia:

http://sanggarmodel.blogspot.com/2012/08/cara-membuat-anyaman-kertas.html. .[6 Desember 2012]

Seri Ayah Bunda. (2002). Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta:Gaya Favorit Press.

Solehuddin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: IKIP Bandung.

Suwito. (1994). Keterampilan Anyaman Rotan Kalimantan Timur. Tidak Diterbitkan.

Gambar

Tabel 4.25 Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
Tabel 4.27 Perbandingan Hasil Kemampuan Motorik Halus Anak Pra-
Gambar 4.7 Suasana Kegiatan Motorik Halus Siklus I Tindakan II   ..........
Grafik 4.1 Persentase Hasil Observasi Pra-Siklus Kemampuan Motorik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam siswa kelompok B TK

untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan. menganyam di TK Pertiwi Prawatan tahun

jelas mengenai efektifitas keterampilan menganyam spon eva dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang Penelitian ini dilaksanakan pada

Media yang digunakan pada kemampuan motorik halus dalam kegiatan menganyam yaitu kertas, batang padi yg sudah kering yang telah dipotong sesuai ukuran kertas..

Meningkatkan kemampuan motorik halus dan

Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus melalui

Meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas melalui

Meningkatkan kemampuan motorik halus dan