KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK
TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh :
DWITHYA SEPTIANI NIM. 1001901
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SLB
Sukapura Bandung
Oleh
Dwithya Septiani
Sebuah skripsi diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Khusus
© Dwithya Septiani
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
DWITHYA SEPTIANI
KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI
SLB SUKAPURA BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Disetujui dan disahkan oleh :
Penguji 1
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722198503 1 001
Pembimbing II
Dr. Budi Susetyo, M.Pd, NIP. 19580907 198703 01 001
Pembimbing I
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SLB Sukapura Bandung
Dwithya Septiani 2014
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai efektifitas keterampilan menganyam spon eva dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa tunagrahita sedang yang bernama BW dan MR kelas III SDLB bersekolah di SLB C Sukapura diamana siswa jelas memiliki kemampuan kognitif yang rendah sehingga mengalami hambatan dalam motorik halus. Diperlukan latihan dan media yang menarik untuk menarik minat siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa. Latihan menganyam dengan bahan spon eva yang padat dan berwarna warni dapat membantu menarik perhatian siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen, dengan pendekatan Single Subject
Research dan desain A-B-A. Berdasarkan temuan hasil peneletian, keterampilan
menganyam spon eva memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa tunagrahita sedang (BW dan MR). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan mean level pada setiap fase dari fase pertama baseline-1 kemudian intervensi dan baseline-2 pada siswa BW dan MR.
Kata kunci: Anak tunagrahita sedang, kemampuan motorik halus, keterampilan
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi... 6
BAB II KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA ... 8
A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 8
1. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 9
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang ... 10
B. Konsep Dasar Motorik Halus ... 11
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tahap Perkembangan Motorik Halus ... 12
3. Aspek-aspek Kemampuan Motorik Halus... 15
C. Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang ... 16
D. Konsep Dasar Keterampilan Menganyam ... 18
1. Pengertian Keterampilan Menganyam ... 18
2. Sejarah Anyaman... 19
3. Media Bahan dan Alat ... 21
4. Jenis Kerajinan Anyaman ... 23
E. Hubungan Keterampilan Menganyam Spon Eva dengan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang ... 25
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26
G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29
1. Lokasi Penelitian ... 29
2. Subjek Penelitian ... 29
B. Desain Penelitian ... 30
C. Metode Penelitian ... 32
D. Variabel Penelitian ... 33
1. Variabel Bebas... 33
2. Variabel Terikat ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Uji Normalitas ... 48
2. Pengujian Koefisien Korelasi ... 48
3. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi... 50
B. Pembahasan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengukuran ... 29
4.1. Penilaian Reaksi ... 43
4.2. Norma Penilaian Reaksi ... 44
4.3. Penilaian Koordinasi ... 44
4.4. Norma Penilaian Koordinasi ... 45
4.5. Penilaian Drive Forehand ... 45
4.6. Norma Penilaian Drive Forehand ... 46
4.7. Penilaian Drive Backhand ... 46
4.8. Norma Penilaian Drive Backhand ... 47
4.9. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku... 47
4.10. Hasil Pengujian Normalitas ... 48
4.11. Interprestasi Koefisien Korelasi ... 49
4.12. Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi ... 49
4.13. Hasil Signifikansi Koefisien Korelasi ... 50
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Bola Squash ... ... 13
2.2. Raket Squash ... ... 13
2.3. Lapangan Squash ... ... 14
2.4. Pukulan Basic Drive Forehand Lurus (Kiri) dan Silang (Kanan) ... 19
2.5. Pukulan Basic Drive Backhand Lurus (Kiri) dan Silang (Kanan) ... 19
3.1. Desain Penelitian ... ... 31
3.2. Langkah-langkah Penelitian ... ... 32
3.3. Tes Lempar Tangkap Bola ... ... 37
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Tes Reaksi ... ... 59
2. Hasil Tes Koordinasi ... ... 60
3. Hasil Tes Keterampilan Pukulan Drive Forehand ... ... 61
4. Hasil Tes Keterampilan Pukulan Drive Backhand ... ... 62
5. Deskriptif Data ... 63
6. Uji Normalitas Data ... 64
7. Uji Korelasion Pearson ... 65
8. Uji Regresi ... 66
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK
TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG Dwithya Septiani, Hidayat “Penulis Penanggung Jawab”, Budi Susetyo
“Penulis Penanggung Jawab”.
Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia weave sponge of eva have crowded material and corolfull, its can help attract the attention of students. This study uses experimental research, and Single Subject Research approach, design of the A-B-A. Based on these findings the results at this research , weaving sponge of eva can improve fine motor skills to mentally retarded students (BW and MR). This is proved by the increase in the mean levels at each phase of the first phase is baseline-1 then the intervention and baseline-2 at BW and MR students.
Keyword : Child is mentally retarded, fine motor skills, weaving skills eva
sponge
Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi dan gambaran yang
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa tunagrahita (BW dan MR). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan mean level pada setiap fase dari fase pertama baseline-1 kemudian intervensi dan baseline-2 pada siswa BW dan MR
Kata kunci: Anak tunagrahita sedang, kemampuan motorik halus, keterampilan
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kegiatan dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kemampuan motorik
seseorang. Berjalan, berlari, melompat, menulis, menggambar, menggunting
merupakan kegiatan yang erat hubungannya dengan kemampuan motorik.
Pentingnya kemampuan motorik bagi seseorang berhubungan dengan
perkembangan motorik. Saputra, Y dan Badruzaman (2009:5) mendefinisikan bahwa “perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku gerak yang memperhatikan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya”.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar
adalah kemampuan di mana menggunakan otot-otot besar, meliputi kegiatan
merangkak, berjalan, berlari, melompat, meloncat, menendang, melempar,
memukul, menangkap, mendorong, melambungkan, mengangkat, menarik.
Menurut Saputra, Y (2009:31) mendefinisikan bahwa “gerak halus adalah
kemampuan individu beraktifitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil)”.
Kegiatan yang meliputi motorik halus yaitu, menulis, menggambar,
mengancingkan pakaian, meremas, menggenggam, menggunting, menyobek
kertas, melipat, dan menyusun balok.
Perkembangan motorik halus setiap individu mengalami perbedaan satu
sama lainnya. Perkembangan motorik dapat lebih cepat dari usianya maupun
dapat mengalami keterlambatan. Kemampuan intelektual menjadi faktor
perkembangan motorik halus anak. Anak tungrahita sedang yang secara jelas
mengalami hambatan pada kemampuan intelektual akan mempengaruhi terhadap
perkembangan motorik halus, sehingga memungkinkan mengalami hambatan
2
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kasus yang pernah ditemui sebelumnya, peneliti menemukan masalah pada
siswa tunagrahita kelas III SDLB yang mengalami permasalahan dalam motorik
halusnya yang memiliki karakteristik anak mengalami kesulitan dalam
menggenggam benda menggunakan jari, anak lebih sering menggenggam benda
menggunakan telapak tanggan sehingga anak sulit untuk memegang pensil,
gunting dan benda kecil lainnya. Jari – jemari tangan anak mengalami kekakuan.
Permasalahan ini mempengaruhi kegiatan anak dalam pembelajaran seperti
menulis, menggambar, mewarnai, melipat kertas dan menggunting. Permasalahan
motorik halus selain dikarenakan kemampuan intelektual anak tunagrahita dapat
pula dipengaruhi oleh kesiapan belajar, dan faktor dari luar yang mempengaruhi
kemampuan motorik halus,seperti tidak adanya latihan motorik halus yang khusus
yang diberikan guru dan juga situasi kelas yang ramai.
Hambatan yang terjadi pada anak tunagrahita sedang dengan karakteristik
tersebut dalam hal motorik halus membutuhkan penanganan sedini mungkin dan
berkesinambungan, agar permasalahan tidak terus berkembang. Sesuai UU Pasal
5 ayat 2 UU RI No. 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan menyebutkan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sebagai perwujutan pasal diatas dengan pemberiaan pendidikan guna mengoptimalkan kemampuan siswa.
Pendidikan anak tunagrahita dapat dioptimalkan dalam kemampuan akademik,
mengurus dirinya sendiri dan pendidikan keterampilan. Pendidikan akademik,
keterampilan dan mengurus diri tentunya membutuhkan kemampuan motorik
halus yang baik seperti menulis, menggunting, menempel, memakai baju dan
sepatu. Pembelajaran bagi anak tunagrahita sedang juga harus memberikan
kesempatan kepada anak dalam kegiatan praktik yang lebih banyak. Media yang
digunakan harus dapat menarik perhatian anak dan mempermudah pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti ingin meneliti
tentang kemampuan motorik halus dengan menggunakan kegiatan keterampilan
3
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
latihan menggunakan media keterampilan yang berhubungan dengan otot-otot
halus yaitu menganyam dengan bahan spon eva. Keterampilan menganyam
berfungsi sebagai latihan untuk menstimulasi motorik halus anak dan juga
menganyam dapat meningkatkan konsentrasi dalam proses belajar. Diharapkan
dalam keterampilan menganyam spon eva anak mampu menggunakan jari-jari
untuk meraih, memegang dan menyusupkan pita anyaman dan menarik pita
anyaman dengan benar, kegiatan tersebut merupakan bagian dari keterampilan
motorik halus.
Keterampilan menganyam dalam hal ini adalah sebagai kegiatan yang
bertujuan untuk membantu anak agar dapat menggunakan jari-jemarinya dengan
cara meraih pita anyaman, memengang pita anyaman, menyusupkan pita anyaman
dan menarik pita anyaman. Menganyam merupakan suatu kegiatan keterampilan
dengan cara menyusupkan atau menumpangtindihkan bagian-bagian lembaran
anyaman secara bergantian. Menganyam jenis sasag adalah pola yang pertama
kali diberikan saat belajar menganyam. Arifien (2011:7) menjelaskan “anyaman
sasag adalah jenis anyaman yang dalam proses pembuatannya menggunakan cara
mengangkat satu dan menumpangkan satu iratan pakan pada iratan lungsin secara
selang-seling, atau lungi pada pakan”.
Kegiatan menganyam bisa menjadi solusi dalam pengembangan
kemampuan motorik halus anak tungrahita sedang karena didalam kegiatan
menganyam, otot-otot halus anak pada jari-jemari tangan anak dirangsang, anak
diminta terlebih dahulu meraih pita anyaman, memegang pita anyaman serta
menyusupkan pita anyaman dan manarik pita sesuai pola. Menganyam
menggunakan bahan spon eva yang berwarna-warni dapat menarik minat anak
dalam pembelajarannya, tekstur bahan spon eva yang padat dan lentur tidak
membuat pita anyaman cepat patah dan rusak. Menganyam menggunakan bahan
spon eva merupakan sebuah kerajinan yang memiliki nilai jual yaitu sebagai alas
wadah makanan panas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk
4
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak tunagrahita sedang dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan
jari dan kekakuan pada jari-jari tangan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus di SLB C Sukapura.
B. Identifikasi Masalah
Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu
anak tunagrahita sedang mengalami hambatan dalam kemampuan intelektual
sehingga mempengaruhi keterampilan motorik halusnya. Motorik halus
merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena keterampilan
motorik halus dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan pembelajaran
seperti menulis dan bina diri.
Faktor kurangnya latihan khusus motorik halus sebagai bekal pembelajaran
menulis dan pembelajaran mengurus diri yang dilakukan oleh sekolah secara
langsung. Anak tunagrahita tidak mendapatkan praktik langsung dan penanganan
secara khusus. Pembelajaran lebih pada menulis dengan menyambungkan
titik-titik dimana kegiatan ini dapat membuat anak bosan dan frustasi karena ketidak
mampuan anak. Situasi kelas yang ramai dapat menjadikan konsentrasi anak
menjadi kurang, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari 5 anak. Anak
tunagrahita sedang mengalami hambatan dalam konsentrasi tentunya akan
semakin sulit dalam menerima pembelajaran dalam suasana kelas yang ramai.
Pemberian kegiatan yang diharapkan dapat menarik minat anak dan juga
mampu mengasah kemampuan anak, dan dapat dijadikan bekal bagi anak
tunagrahita sedang dikemudian hari. Kegiatan pembelajaran dikemas dalam
bentuk keterampilan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak dan dapat menarik antusias anak dalam belajar. Dengan
demikian dalam penelitian ini menggunakan kegiatan pembelajaran menganyam
5
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
motorik halus anak tunagrahita dengan karakteristik belum dapat menggenggam
dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan sehingga dapat membantu anak
dalam pembelajaran dan kegiatan sehari-hari.
C. Batasan Masalah
Batasan penelitian ini adalah efektivitas kegiatan menganyam spon eva
dalam meraih pita anyaman, memegang pita anyaman, menyusupkan pita
anyaman dan manarik pita anyaman membentuk anyaman lingkaran jenis sasag
agar dapat membantu siswa tunagrahita dengan karakteristik belum dapat
menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan
masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah kegiatan menganyam spon eva efektif bagi anak tunagrahita
sedang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus di SLB Sukapura ?”
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan
gambaran yang jelas mengenai efektifitas keterampilan menganyam spon dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang dengan
karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari
tangan.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
6
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Memperoleh data kemampuan motorik halus anak tunagrahita setelah
diberikan kegiatan menganyam spon untuk peningkatan kemampuan motorik
halus anak tunagrahita.
3) Mengetahui efektifitas keterampilan menganyam spon dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
1) Menjadi bahan pertimbangan program latihan keterampilan menganyam bagi
guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus untuk anak tunagrahita
sedang.
2) Sebagai masukan perencanaan pembelajaran anak tunagrahita sedang sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.
3) Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mampu menjadi masukan ilmu yaitu
keterampilan menganyam mampu meningkatkan kemampuan motorik halus
bagi anak tunagrahita sedang.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi siswa dapat membantu untuk melatih motorik halusnya sehingga
kemampuan motorik halusnya dapat meningkat.
2) Bagi guru dapat memberikan latihan menganyam spon eva sebagai latihan
7
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Bagi orangtua yang memiliki anak tunagrahita sedang dapat menjadikan
latihan di rumah sebagi upaya meningkatkan kemampuan motorik halus
siswa.
F. Stuktur Organisasi Skripsi
Penulis dalam penelitian ini memaparkan urutan dalam penyusunannya.
Adapun urutan dari masing-masing BAB akan dijelaskan sebagai berikut:
1. BAB I yaitu pendahuluan akan memaparkan latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah serta tujuan dan
kegunaan penelitian.
2. Pada BAB II kajian pustaka akan memaparkan mengenai pengaertian anak
tunagrahita sedang, kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang,
keterampilan menganyam spon eva, hubungan antara menganyam spon eva
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus, penelitian terdahulu yang
relevan sebagai salah satu masukan peneliti, kerangka pemikiran serta
hipotesis penelitian.
3. BAB III yaitu metode penelitian akan memaparkan lokasi dan subjek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian,
instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan
data, teknik pengolahan data.
4. Pada BAB IV membahas pengenai hasil dan analisis penelitian.
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu sekolah
luar biasa yang berada di kota Bandung yang memiliki siswa tunagrahita dengan
hambatan motorik halus. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini yaitu SLB C
Sukapura Bandung beralamat di Jl. PSM No. 3 Komp. Bumi Asri
Sukapura-Kiaracondong. Sekolah berada di kawasan perumahan yang asri, nyaman dan tidak
bising dengan kendaraan umum yang berlalu lalang. Pada penelitian ini peneliti
mengambil subjek kelas tiga SDLB. Kelas berada di ruangan yang sukup luas. Dalam
ruangan ini dibagi menjadi tiga kelas SDLB, setiap kelas dibatasi dengan dinding
kayu.
2. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah dua orang siswa dan
siswi kelas III SDLB C Sukapura Bandung yang berinisisal BW dan MR.
Kemampuan kedua subjek dalam motorik halus kurang begitu baik dibandingkan
dengan teman sebayanya. Hal ini yang menjadi alasan untuk menjadikan kedua siswa
dan siswi tersebut sebagai subjek penelitian.
Karakteristik kemampuan kedua subjek dalam motorik halus yaitu: sulit untuk
menggengam benda dengan jari lebih banyak menggunakan kepalan tangan. Hal ini
membuat anak sulit untuk memegang pensil dan gunting, tali, sebagai contoh BW dan
30
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan MR cenderung berukuran besar dan keluar garis. Jari-jari MR lebih kaku di
bandingkan jari-jari BW, Kemampuan BW dan MR dalam memasukan benda juga
masih kurang baik, ketepatan anak dalam memasukan benda masih sering salah dan
terburu-buru. Subjek juga mengalami kesulitan untuk memasukan benda berukuran
sedang dan kecil secara satu persatu kedalam suatu wadah
Kurangnya kemampuan untuk menggengam, mengambil, memasukan benda
terjadi berulang kali saat terjadi pembelajaran. Permasalahan yang dialami kedua
subjek tersebut dapat dilihat bahwa subjek mengalami permasalahan dalam motorik
halus.
B. Desain Penelitian
Pola desain ekperimen subjek tunggal yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain A-B-A. Sunanto, J. et all (2006, hlm. 44) “Desain A-B-A merupakan
salah satu pengembangan dari desain dasar A-B. Disain A-B-A ini menunjukan
adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih
kuat dibandingkan disain A-B”. Desain A-B-A pada penelitian ini dapat dijelaskan
dimana:
1. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline adalah suatu
kondisi kemampuan awal subjek dalam motorik halus sebelum diberikan
perlakuan atau intervensi. Pelaksanaan pengukuran baseline-1 ini dilakukan
secara kontinu dengan sebanyak empat sesi sampai level data cenderung stabil.
Setiap harinya dilakukan satu kali sesi pengukuran baseline-1 dengan periode
waktu 30 menit setiap sesinya.
2. B (intervensi) adalah data penanganan atau perlakuan yang diberikan kepada
anak. Kondisi kemampauan subjek dalam kegiatan menganyam dengan
31
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perlakuan dengan kegiatan menganyam secara berturut-turut. Pelaksanaan
intervensi sebanyak delapan sesi dengan periode waktu selama 45 menit
Setelah data terhimpun maka dilakukan pengamantan kembali pada kondisi
baseline-2.
3. A-2 (baseline-2) merupakan pengamatan kembali pada kondisi baseline sebagai
evaluasi bagaimana hasil intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek.
Pelaksanaan baseline-2 sebanyak empat sesi dengan periode waktu selama 30
menit.
Grafik 3.1
Desain A-B-A
Seiring dengan pendapat dan penjelasan di atas maka peneliti menggunakan
desain penelitian A-B-A yang diharapkan dapat menggambarkan adanya hubungan se
antara variabel bebas (keterampilan menganyam spon eva) dan variabel terikat
32
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(kemampuan motorik halus anak tunagrahita). Desain ini terdiri dari tiga tahapan
pengukuran yaitu sebelum diberikan intervensi (baseline-1/ A-1), pada saat diberikan
intervensi (B), dan setelah diberikan intervensi (baseline-2/ A-2). Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap peningkatan
kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang dengan menggunakan kegiatan
keterampilan menganyam spon eva.
C. Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode
penelitian merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan atau pemecahan penelitian
yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis. Menurut Narbuko dan Achmadi
(2004:1) menyatakan bahwa :
Metodologi penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Pemecahan masalah dalam penelitian ini melalui pendekatan kuantitatif,
menggunakan metode eksperimen dengan rancangan subjek tunggal atau Single
Subject Research (SSR). “Metode penelitian eksperimen yaitu dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali” (Sugiyono, 2009:107). Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekperimen denan menggunakan
rancangan Single Subject Research (SSR). Sunanto, J. et.all.(2006: hlm 41)
mengemukakan bahwa :
33
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu meupun kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Menurut definisi di atas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR)
merupakan strategi penelitian yang di lakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh suatu perlakuan yang diberikan terhadap subjek secara perseorangan atau
secara individu. Penelitian ini memperlihatkan apakah terjadinya hubungan antara
perlakuan yang diberikan dengan adanya perubahan perilaku. Metode eksperiment
dengan racangan Single Subject Research pada penelitian ini, dipilih dikarenakan
metode dirasa cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu kegiatan
menganyam terhadap permasalahan anak tunagrahita dengan karakteristik anak
belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan yang
memiliki masalah motorik halus
D. Variable Penelitian
Penelitian yang berjudul “Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk Meningkatkan kemampuan motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SLB C
Sukapura Bandng” mempunyai dua variabel yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab. Sugiyono (2009:61) mendefinisikan variabel bebas adalah “ variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)”. Variabel yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
keterampilan menganyam spon eva. Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan
yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda atau barang pakai dan benda seni
yang dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan
34
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada penelitian ini adalah spon eva, spon eva merupakan bahan dasar yang biasa
digunakan untuk membuat sendal jepit.
Lamgkah-langkah oprasional penggunaan kegiatan keterampilan menganyam
dengan bahan spon eva pada saat intervensi sebagai beriku:
a. Menyiapkan alat dan bahan menganyam
b. Siswa mengabgkat lembar anyaman dengan tangan kanan
c. Siswa mengambil pita anyaman dengan tangan kiri.
d. Kemudian, siswa memasukan pita anyaman pada lembar anyaman yang
diangkat.
Kegiatan keterampilan menganyam spon eva ini dapat menjadi salah satu intervensi
sarta media yang menarik dan efektif untuk melakukan latihan motorik halus.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai
target behavior. Target behavior dalam penelitian ini adalah meningkatkan
kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus anak mempengaruhi kegiatan
pembelajaran dan kegiatan sehari-hari anak.
Motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik
halus yang meliputi mengambil benda dengan menggunakan 5 sampai 2 jari dengan
tangan kanan dan tangan kiri, kemudian memasukan benda yaitu mengancingkan
baju, memasukan tali sepatu, memasukan ikat pinggang dan memasukan
manik-manik pada tali. Kriteria penilaian motorik halus dalam penelitian ini dapat diukur
35
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang berisi butir soal
mengenail aspek ketepatan yaitu mengambil benda dan memasukan benda.
E. Instrumen Penelitian
Meneliti dengan menggunakan metode eksperimen pada prinsipnya adalah
dengan melakukan suatu pengukuran oleh karena itu dibuthkan sebuah alat ukur yang
baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Untuk
mengukur nilai variabel yang akan diteliti maka dibutuhkan suatu instrumen
penelitian. Instrument penelitian ini beracuan pada perkembangan kemampuan
motorik halus pada anak menurut pendapat Crowe W.Cet.all (1981: 28) yang
diadaptasi ke pada kemampuan motorik halus untuk anak tunagrahita sedang yang
disesuaikan sesuai mental age anak. Instrumen penelitian berfungsi sebagai suatu alan
dalam pengumpulan data untuk menentukan keberhasilan dalam suatu penelitian.
Penyusunan instrumen penelitian berpedoman pada pendekatan yang digunakan agar
data yang terkumpul dapat dijadikan sebagai dasar untuk menguji hipotesis.
Instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memngukur kemampuan motorik
halus anak tunagrahita sedang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen berupa
tabel yang berisi aspek-aspek kemampuan motorik halus. Dalam penelitian ini tes
yang digunakan berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian serta
kemampuan atau persepsi subjek dalam kemampuan motorik halus. Adapun
langkah-langkah yang dirancang sebelum pembuatan tes peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Membuat kisi-kisi instrument
Kisi-kisi merupakan sebuah rancangan awal yang dibuat sebelum lebih lanjut
36
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memasukan
Instrumen dalam penelitian ini merupakan sarana untuk mengumpulkan data.
Penyusunan instrumen ini tentunya mengacu pada kisi-kisi instrumen yang telah
dibuat sebelumnya. Instrumen tersebut berupa butiran soal yang disesuaikan dengan
indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal.
Tabel 3.2
dengan 5 jari tangan kanan
0-3
2. . Mengambil pita
anyaman (spon eva)
dengan 4 jari tangan kanan
3. . Mengambil pita
38
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan 3 jari tangan kanan
4. Mengambil .
Mengambil pita anyaman
(spon eva) dengan 2 jari
tangan kanan
5. Mengambil .
Mengambil pita anyaman
(spon eva) dengan 5 jari
tangan kiri
6. Mengambil .
Mengambil pita anyaman
(spon eva) dengan 4 jari
tangan kiri
7. Mengambil .
Mengambil pita anyaman
(spon eva) dengan 3 jari
tangan kiri
8. Mengambil .
Mengambil pita dengan 2
jari tangan kiri
Tabel 3.3
Instrumen Penelitian
39
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dinilai Pencapaian
anyaman diantara lungsi
dengan langkah diangakat
ditinggal satu secara
horizontal
0-3
10.Menyusupkan pita
anyaman diantara lungsi
dengan langkah diangakat
satu ditinggal satu secara
vertical
Mengancingkan
baju
11.Mengancingkan baju
dengan kancing berukuran
besar
lubang sepatu secara
vertikal
14.Memasukan tali ke
lubang sepatu secara
horizontal
Memasukan ikat
pinggang
15.Memasukan ikat
40
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
celana
3. Kriterian Penilaian
Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar, sehingga
dapat diketahui seberapa besar hasil atau nilai yang dicapai oleh peserta didik
penelitian. Adapun kriteria peni;aiannya adalah sebagai berikut:
Target behavior : mengambil pita anyamana menggunakan 5 jari sampai 2 jari
Bobot skor
Nilai Keterangan
3 Jika anak dapat melakukan dengan benar sesui instruksi
2 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 75 %
1 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 35 %
0 Jika anak tidak merespon instruksi yang diberikan
Target behavior : Koordinasi mata dan tangan
Bobot skor
Nilai Keterangan
3 Jika anak dapat melakukan dengan benar sesui instruksi
2 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 75 %
41
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0 Jika anak tidak merespon instruksi yang diberikan
G. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen
Instrument yang baik adalah intrument yang valid. Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan atau ketepatan suatu instrumen. . Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah sahih. Validitas menurut Sutrisno Hadi, (1991) dalam Susetyo, (2011:88) adalah “kesahihan dibatasi sebagai
tingkat kemampuan suatu instumen uantuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran”. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dengan teknik penilitian ahli (judgement). Untuk instrumen
yang berbentuk test, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan variabel yang telah diajarkan atau
dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
Pengujian mengenai kevalitan instrumen ini dilakukan sebelum instrumen
diujikan pada siswa. Dalam penelitian ini, validitas dilakukan dengan cara menyusun
butir soal mengenai kemampuan motorik halus dalam aspek ketepatan yaitu
mengambil benda dan memasukan benda. Kemudian dilakukan penelitian
(judgement) kepada tim penilai. Hasil dari expert judgement maka validitas setiap
butir soal adalah 100%, artinya setiap butir soal cocok untuk mengukur kemampuan
motorik halus. Tim penilai pada perhitungan validitas ini adalah para ahli dibidang
pendidikan luar biasa , yaitu:
Tabel 3.4
Daftar tim expert-judgment intrumen penelitian
42
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 Dr. Maman Abdurahman, S.R, M.Pd Dosen UPI
2 Tuti Ariswati, S.Pd Guru Kelas SLB C Sukapura
3 Puri Purnamasari, S.Pd Guru Kelas SLB C Sukapura
Rumus yang diguakan adalah:
Persentase =
∑
f = frekuensi cocok menurut penilaian
∑
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya. Reliabilitas
suatu tes menunjukan atau merupakan derajat ketetapan, keterdalaman atau
kemantapan tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data atau skor yang dicapai seseorang. Menurut Susetyo (2011:105) “Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relative sama jika
dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan
dengan reliable”.
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap, jika hasilnya berubah-ubah maka perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes
digunakan indeks angka yang menunjukan sejauh mana alat ukur atau tes yang dibuat
dapat dipercaya atau diandalkan hasilnya. Suatu perangkat ukur jika digunakan dua
kali untuk mengukur gejala yang sama memberikan hasil yang relative sama, maka
43
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen yang telah dibuat oleh peneliti, maka peneliti melakukan uji reliabilitas
instrument kepada siswa yang memiliki hambatan yang sama pada kemampuan
motorik halus. Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
isnternal consistency, dengan cara mencobakan instrumen sebanyak satu kali
pengukuran. Perhitungan uji reliabilitas aspek menggunting, mengambil dan
memasukan benda dengan kriteria penilian 0 sampai 4 menggunakan rumus Alpha Cronbach. Arikunto (2010:239) menyatakan bahwa “rumus aplha digunakan untuk mecari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0”. Hasil dari perhitungan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach adalah 0,81, artinya instrumen reliabel atau
dapat dipercaya. Adapun rumus Aplha Cronbach yang digunakan adalah:
∑ ∑
Keterangan :
K = menan kuadrat subjek
∑ banyaknya soal
∑ varians total
reliabilitas instrumen
Rumus untuk varian total dan varian item
∑ (∑ )
Keterangan :
Jk = jumlah kuadrat seluruh item
Jks = jumlah kuadrat subjek
44
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber
dan berbagai cara. Data yang terkumpul akan menghitung adanya pengaruh dari
perlakuan yang diberikan peneliti sebelum dan sesudah diberikan kegiatan
keterampilan menganyam. Dalam penelitian ini menggunakan teknik penggumpulan
data berupa pemberian tes. Melalui tes yang diberikan dalam penelitian ini akan
diketahui kemampuan motorik halus pada subjek penelitian.
Tes yang akan diberikan dibagi menjadi tiga fase yaitu baseline-1, intervensi
dan baseline-3 yaitu:
1. Fase baseline-1 (A1), pada fase ini untuk mengetahui kondisi wala kemampuan
subjek sebelum diberikan intervensi yaitu mengukur kemampuan motorik halus
yang dilakukan dalam empat sesi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
memberikan tes kemampuan motorik halus langsung pada subyek.
2. Pada Fase intervensi (B), yaitu memberikan intervensi dengan menggunakan
keterampilan menganyam spon yang dilakukan beberapa sesi.
3. Fase baseline kedua A2, yaitu dilakukan kembali tes motorik halus kepada
subyek sama seperti pada fase baseline pertama (A1) yang dilakukan sebanyak
beberapa sesi yang setiap sesinya semua data dicatat.
I. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul
sebelum penarikan kesimpulan. Pada penelitian eksperimen dengan subyek tunggal
ini data dianalisis dalam statistik deskriptif. Menurut Sunanto et al. (2006 : 65) dalam
45
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generaliasasi”.
Penelitian Subject Single Research, grafik memegang peranan yang utama
dalam proses analisis (Sunanto et al, 2006 : 65). Pembuatan grafik memilki dua
tujuan utama yaitu, 1) untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses
pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan 2)
untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior
yang akan membantu dalam proes menganalisis hubungan antara variabel bebas dan
terikat. Pada penelitian ini, proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat
lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan motorik halus anak tunagrahita
sedang melalui keterampilan menganyam.
Menurut Sunanto et al. (2006:30) terdapat beberapa komponen penting dalam
grafik antara lain sebagai berikut:
1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukan
satuan untuk waktu (misalnya, sesi,hari dan tanggal)
2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan satuan
untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen,frekuensi dan
durasi)
3. Tititk Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai
titik awal skala
4. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dengan sumbu Y yang
menunjukan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50% dan 75%)
5. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen,
46
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu gari vertikal yanng menunjukan adanya
perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya adalam bentuk garis
putus-putus.
7. Judul grafik adalah judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar egera
diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat
J. Analisis data
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan.
Penelitian dengan kasus tungal biasanya menggunakan statistik deskriptif yang
sederhana hal ini bertujuan agar memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil
intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan. Setelah data terkumpul selanjutnya
Data dianalisis dengan perhitungan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi.
1. Analisis dalam Kondisi
Analisi perubahan dalam kondisi adalah analisi perubahan data dalam suatu
kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Adapun
komponen-komponen yang harus dianalisis diantaranya yaitu:
a. Panjang Kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya data
dalam suatu kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada
kondisi tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data
menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.
b. Kecenderungan Arah
Kecendrungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data
dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berbeda dia atas dan dibawah
47
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dua metode, yaitu metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah
(splitmiddle).
c. Kecenderungan stabilitas /Tingkat Stabilitas
Kecendrungan stabilitas dapat menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu
kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung
banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean,
maka data tersebut dapat dikatakan stabil.
d. Jejak Data
Jejak data merupakan berubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi.
Perubahan satu data ke dala berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu
menarik, menurun dan mendatar.
e. Level Stabilitas dan Rentang
Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir pada suatu
kondisi yang dapat memberikan sebuah informasi.
f. Perubahan level (level change)
Perubahan level dapat menunjukan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat
perubahan data dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antar
kondisi.
2. Analisis antar Kondisi
Analisis data antar kondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar
kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar kondisi
baseline dengan kondisi intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis, peneliti
harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan dibandingkan.
Adapun analisi dari komponen-komponen tersebut adalah:
48
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisi data antar kondisi sebaiknya variabel terikat hanya difokuskan pada satu
perilaku yang akan diubah. Artinya analisi ditekankan pada efek atau pengaruh
intervensi terhadap perilaku sasaran.
b. Perubahan kecendrungan arah dan efeknya
Analisis data antarkondisi, perubahan kecendrungan arah grafik antar kondisi
baseline dengan kondisi intervensi dapat menunjukan makna perubahan perilaku
sasaran yang disebabkan oleh intervensi.
c. Perubahan stabilitas dan efeknya
Perubahan kecendrungan stabilitas antar kondisi dapat dilihat efek atau pengaruh
intervensi yang diberikan. Hal itu terlihat dari stabil atau tidaknya data yang
terdapat pada kondisi baseline dan data pada kondisi intervensi.
d. Perubahan level data
Perubahan level data menunjukan seberapa besar data berubah. Tingkat
perubahan data antar kondisi ditunjukan dengan selisih antara data terakhir pada
data kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya. Nilai selisih
menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh
intervensi.
e. Data tumpang tindih (overlap)
Data overlap menunjukan data tumpang tindih. Artinya terjadi data yang sama
pada dua kondisi. Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan
pada kedua kondisi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data pada
penelitian ini, yaitu :
1. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-1 dari subjek pada setiap
49
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap
sesinya.
3. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap
sesinya.
4. Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek
setiap sesinya
5. Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi
dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.
6. Membandingkan hasil pada fase baseline-1 (A1), fase intervensi (B) dan pada
fase baseline-2 (A2) dari subjek
7. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat secara
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan kepada dua subjek tunagrahita sedang BW
dan MR dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan
kekakuan pada jari-jari tangan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
menghasilkan data penelitian dan telah dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dianalisis bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik halus anak
tunagrahita sedang pada aspek ketepatan dalam mengambil benda dengan jari-jari
dan koordinasi mata dan tangan siswa. Hasil tersebut diambil berdasarkan
perbandingan antara hasil data sebelum dan sesudah diberikan intervensi atau
perlakuan yaitu kegiatan keterampilan menganyam spon eva. Hal ini dapat
ditunjukan dengan meningkatnya hasil kemampuan motorik halus pada fase
intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) dari fase baseline-1 (A-1) pada kedua subjek
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan keterampilan menganyam
spon eva dengan cara mengambil pita anayaman dengan jari-jemari dan
menyusupkan lungsi diantara pakan dengan cara diangkat satu ditingga satu dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang.
B. Rekomendasi
Hasil penelitian yang telah disimpulankan dan telah dikemukakan, maka
peneliti merekomendasikan beberapa hal yaitu:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian disarankan dapat digunakan guru untuk mengoptimalkan
kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang. Guru dapat mencoba untuk
101
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sedang, dimana kegiatan ini dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan
belajar. Panjangnya fase intervensi pada penelitian ini, dikarenakan memberian
intervensi untuk mengoptimalkan motorik halus membutuhkan waktu yang lebih
banyak. Guru diharapkan dapat memberikan intervensi keterampilan menganyam
spon eva secara berkelanjutan.
2. Bagi Orang Tua
Peneliti memberikan saran dan rekomendasi pada orang tua siswa
tunagrahita sedang yang mengalami hambatan pada motorik halus agar mampu
menjadi fasilitator dalam pengadaan alat dan media menganyam dan pembimbing
saat siswa menganyam dengan spon eva di rumah dimana kegiatan keterampilan
menganyam spon eva membutuhkan arahan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya terfokus pada subjek tunagrahita sedang saja maka
peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan subyek yang
berbeda dan lebih beragam dan tidak hanya pada target behavior mengembangkan
motorik halus saja namun dapat dikembangkan kepada menulis permulaan.
Meteode penelitian ini menggunakan Single Subject Research maka diharapkan
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
AAID. (2008). Intellectual Disability and the AAIDD Definitio[Online]. Tersedia
di:(http://aaidd.org/docs/defaultsource/sisdocs/aaiddfaqonid_template.pdf?
sfvrsn=2) [diakses 14 Maret 2014]
Arifien, K. (2011). Peluang Bisnis Anyaman: Panduan Usaha Mandiri. Bandung:
Yrama Widya
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Sebagai suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rieneka Cipta
Becker, K.P. dkk. (1985). Educational Rehabilitation of the Handicapped in the
German Democratic Republic and in the United States of America.
German: VEB Verlag Volk und Gesundheit
Crowe, W.C., Auxter, D., dan Pyfer, J. (1981). Principles and Methods of
Adapted Physical Education and Recreation. Missouri: C.V. Mosby
Company
Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.
Yogyakarta: DIVA Press
Delaney, Tara. (2010). 101 Permainan & Aktivitas: untuk Anak-anak Penderita
Autisme, Asperger, dan Gangguan Pemrosesan Sensorik. Yogyakarta:
ANDI
Garlina, R. (2013). Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah. Skripsi, Univeritas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.
Hidayat., Heryana, Y., dan Setiawan, A. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung: UPI Press
Intania, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiatan Menganyam (Penelitian Tindakan Kelas Pada kelompok B di TK Plus Al – Ihsan Kecamatan Purwakarta). Skripsi, Univeritas Pendidikan
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Muharam, dan Sundaryati, W. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta:
Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru
Narbuko, Cholid., dan Achmadi, Abu. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Novita, Rifa. (2012). Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Skripsi, Univeritas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.
Rahyubi, H. (2012). Teori Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik:
Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Bandung: Nusa Media
Rebublik Indonesia. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara
Rohman, A. (2012). Pengertian Anyaman [Online]. Tersedia di:
(http://ariefoer.blogspot.com/2012/10/pengertian-anyaman.html) [14
Maret 2014]
Saputra, Y dan Badruzaman. (2010). Perkembangan Pembelajaran Motorik :
Sebuah Konsep dan Implementasi.Bandung: UPI Press
Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif
,Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sumardiyah, Siti. (2012). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
Tunagrahita Sedang Melalui Origami di SLB Negri 1 Sleman [Online].
Tersedia di: (http://eprints.uny.ac.id/9808/ ) [15 April 2014]
Sumaryasih, S. (2012). Pengajaran Remedial Dengan Kartu Angka dan Puzzle
Dwithya Septiani, 2014
Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(http://eprints.uny.ac.id/9572/2/bab%202%20-08103249073.pdf ). [9 April
2014]
Sunanto, J., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek
Tunggal. Bandung: UPI Pres
Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra
Umi, M. (2012). Upaya Mengembangkan Motorik Halus Anak Melalui Teknik
Mozaik Kelompok B1 Di TK Pertiwi 57 Bantul [Online]. Tersedia di:
(http://eprints.uny.ac.id/1777/) [15 April 2014]
Wehman, P., Mclaughlin, P.J. (1981). Program Development in Special
Education. United States of America: McGraw-Hill, Inc
Yamin, M dan Sanan, J. (2013). Panduan PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Referensi
Yusuf, S (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.