• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGECAP DENGAN MEDIA ALAM

N/A
N/A
Teguh Riyanto

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGECAP DENGAN MEDIA ALAM"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGECAP DENGAN MEDIA ALAM PADA KELOMPOK A TK BUSTANUL

MANNAN PADURAKSA KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

ERNI KURNIAWATI, 825360314 enikurniawati210679 @gmail . co m

ABSTRAK

Erni Kurniawati. 2018. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dan Kreatifitas Anak Melalui Mengecap dengan Media Alam pada Kelompok A TK Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018. Tujuan dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mendeskripsikan proses perbaikan kemampuan motorik halus dan kreatifitas anak melalui kegiatan mengecap dengan bahan alam pada anak didik kelompok A TK.

Bustanul Mannan Paduraksa jumlah anak didik sebanyak 16 anak. Penelitian dilaksanakan dua siklus. Data yang digunakan adalah hasil observasi dan dokumentasi selama pembelajaran. Hasil penelitian yang didapatkan selama perbaikan pembelajaran menunjukkan kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan. Pada siklus I dari 16 anak didik, yang kategori sudah mampu 50%

atau 8 anak , yang kategori cukup mampu ada 25% atau 4 anak dan yang kategori kurang mampu ada 25% atau 4 anak. Pada siklus II, terjadi peningkatan motorik halus anak secara signifikan yaitu, anak yang kategori sudah mampu 81% atau 13 anak, yang kategori cukup mampu ada 13% atau 2 anak dan yang kategori kurang mampu ada 6% atau 1 anak. Kreatifitas anak mengalami peningkatan, 50% atau 8 anak yang sudah kreatif pada siklus I meningkat menjadi 88% atau 14 anak yang sudah kreatif pada siklus II Peningkatan kemampuan motorik halus dan kreatifitas anak disebabkan kegiatan mengecap menarik minat anak dalam pembelajaran Kata kunci : motorik halus, kreativitas, mengecap

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci utama pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan berjalan dengan baik di suatu bangsa, maka implementasi yang akan dirasakan oleh bangsa tersebut secara langsung yaitu meningkatnya kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan yang bermutu pada dasarnya menghasilkan sumber daya manusia yang

(2)

bermutu pula, sumber daya manusia yang bermutu itu dipupuk sesuai dengan perkembangan potensi peserta didik semenjak pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Mereka yang mendapatkan layanan pendidikan itu kemudian menjadi manusia dewasa yang memiliki indikator kualifikasi ahli, terampil, kreatif, inovatif serta memiliki sikap dan prilaku yang positif.

Pendidikan anak dimulai sejak lahir sampai akhir hayat, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal yang dimulai dengan pendidikan anak usia dini, dimasa inilah pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun syaraf berkembang pesat yang disebut dengan masa golden age. Pendidikan anak usia dini merupakan awal mula perkembangan fisik, motorik, kognitif, moral, sosial, emosi, dan kreativitas anak. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bentuk transisi perkembangan anak dari lingkungan keluarga kepada lingkungan sekolah. Masa transisi ini merupakan masa yang cukup sulit namun menyenangkan bagi anak, karena kesiapan anak dalam melaui masa transisi yang berbeda-beda, hal ini juga dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga pengasuh si anak itu sendiri, dimana dukungan orangtua dalam membimbing anak secara informal sangat dibutuhkan untuk mendukung bimbingan yang diperoleh anak dari pendidikan prasekolah sebagai sector formal. Salah satu jenis lembaga pendidikan anak prasekolah yang telah dikenal di Indonesia ialah Pendidikan Anak Usia Dini PAUD dan Taman Kanak-Kanak TK.

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini secara khusus bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan kognitif (kecerdasan intelektual) sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara adaptif (bersahabat). Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan krativitas daya cipta yang

(3)

diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan pada tahapan selanjutnya. Dan fungsi Pendidikan Anak Usia Dini mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan pendidikan pada umumnya menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Sehingga anak dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Anak yang memiliki bakat dapat menciptakan ide-ide dan hasil karya yang baru, maka selalu pendidik harus mampu membina, serta meningkatkan bakat tersebut. Tujuan pendidikan prasekolah seperti TK adalah untuk memberikan stimulasi dan bimbingan terhadap kebutuhan fisik dan pertumbuhannya, serta meningkatkan kemampuan intelektual dan hubungan sosial sebagai persiapan untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi fakta yang berkembang dikebanyakan lembaga terjadi keterlambatan pembelajarannya dan tidak sesuai dengan tahap dan usianya.

Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan. Karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang cepat. Salah satu kemampuan yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya. Pengembangan fisik/ motorik salah satunya yaitu kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan dengan otot-otot halus yang lebih banyak melibatkan otot tangan anak dalam melakukan kegiatan seperti mewarnai.

Dalam kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di TK. Bustanul Mannan Paduraksa kemampuan motorik halus dan kreativitas anak pada kondisi awal sebelum dilakukan perbaikan masih rendah. Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan terhadap 16 anak didik menunjukan bahwa 2 anak atau (13%) yang sudah mampu dalam pembelajaran, 4 anak (25%) termasuk ketegori cukup mampu, dan sisanya 10 anak (62%) termasuk kategori belum mampu. Di samping itu, kreativitas anak dalam pembelajaran masih rendah. Data pada kondisi awal hasil

(4)

pembelajaran yang diikuti 16 anak didik menunjukkan anak yang kreatif sebanyak 3 anak (19%), dan anak yang belum kreatif sebanyak 13 anak lain (81%). Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa masih rendah.

Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan di atas, diketahui beberapa kekurangan yang disebabkan oleh anak didik dalam pembelajaran, antara lain : 1) Kemampuan motorik halus siswa Kelompok A di TK. Bustanul Mannan Paduraksa masih belum berkembang dengan baik. 2) Kreativitas anak Kelompok A di TK. Bustanul Mannan Paduraksa masih sangat rendah. 3) Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum bervariasi, sehingga belum dapat menarik perhatian anak. 4) Belum menggunakan media/alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. 5) Kegiatan pembelajaran hanya berjalan searah sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas peneliti melakukan analisis permasalahan sehingga dapat ditemukan penyebab permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti, antara lain: 1) Pemilihan kegiatan pembelajaran motorik halus belum disesuaikan dengan usia perkembangan anak. 2) Pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas anak belum dilaksanakan sesuai dengan usia anak. 3) Metode pembelajaran hanya dilakukan melalui ceramah sehingga anak kurang tertarik. 4) Pemilihan media dan kegiatan pembelajaran belum tepat, sehingga anak kurang tertarik dengan pembelajaran. 5) Guru belum memperhatikan keunikan individual masing-masing anak didik dan mengajak anak untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Alternatif dan prioritas untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran di atas adalah sebagai berikut : 1) Memilih kegiatan mengembangkan kemampuan motorik halus yang sesuai dengan tahapan usia anak. 2) Memilih kegiatan pembelajaran pengembangan kreativitas yang sesuai dengan usia anak. 3) Memilih metode pembelajaran yang lebih bervariatif sehingga tidak menimbulkan kejenuhan. 4) Penggunaan media pembelajaran secara variatif dari bentuk, ukuran

(5)

dan warna untuk menarik perhatian anak. 5) Memperhatikan keunikan individual anak didik selama pembelajaran dan mengajak anak ikut aktif dalam pembelajaran

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah di atas, peneliti memprioritaskan pada kegiatan mengecap dengan menggunakan media dari alam untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus dan kreativitas anak kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Alasan pemilihan kegiatan mengecap dengan berbagai media dari alam dikarenakan media yang digunakan mudah didapatkan dan terdapat di lingkungan sekitar. Selain alasan tersebut kegiatan mengecap juga disukai anak karena bisa dilakukan dengan bermain sambil belajar sehingga akan membantu berjalannya proses pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana kegiatan mengecap dengan media alam dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang? 2) Bagaimana kegiatan mengecap dengan media alam dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang?

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak dengan kegiatan mengecap dengan media alam di kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. 2) Mendiskripsikan peningkatan kreatifitas anak dengan kegiatan mengecap dengan media alam di kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, di antaranya: 1) Bagi Anak Didik, meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok A TK. Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang melalui kegiatan mengecap dengan berbagai media dari alam serta meningkatlan semangat belajar dan menciptakan suasana belajar yang

(6)

menyenangkan. 2) Bagi Guru, menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak dengan media yang mudah didapatkan untuk menambah wawasan dan kreativitas guru dalam pengembangan keterampilan motorik halus anak. 3) Bagi Sekolah, meningkatkan output yang lebih berkualitas dan siap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya dan Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas sekolah melalui pembelajaran dengan kegiatan mengecap dengan media alam

KAJIAN PUSTAKA

Karakteristik Anak TK Kelompok A

Pengertian anak Taman Kanak-kanak menurut M. Ramli (2005: 185) adalah masa-masa dalam kehidupan manusia yang dimulai sejak usia empat tahun sampai usia enam tahun. Masa ini berada pada bagian tengah dan akhir masa kanak-kanak awal. Masa ini berbeda dari masa bayi dan masa kanak-kanak akhir dalam kehidupan manusia karena pada masa kanak-kanak akhir aspek perkembangan anak sudah lebih matang. Menurut Musthafa (Rusdinal dan Elizar, 2005: 16) secara umum anak usia TK kelompok A ditandai dengan beberapa karakteristik, antara lain: a. Kebanyakan anak-anak usia ini masih berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi tujuan sesaat. b. Anak senang menyebut nama-nama benda, mendefinisikan kata-kata, dan mempelajari benda- benda yang berada di lingkungan dunianya sebagai anak-anak.Anak belajar melalui bahasa lisan dan pada tahap ini bahasanya tengah berkembang dengan pesat. c. Pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur kegiatan yang jelas dan instruksi spesifik.

Sedangkan menurut Kartini Kartono (Ernawulan Syaodih, 2005: 13) menjelaskan bahwa ciri khas masa kanak-kanak yaitu: a) Bersifat egosentris naif. b) Relasi sosial yang primitif. c) Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan. d) Sikap hidup yang fisiognomis.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak TK kelompok A adalah anak yang usianya berkisar antara 4 sampai 5 tahun. Anak usia ini memiliki

(7)

berbagai karakteristik salah satunya pola pembelajarannya masih bersifat konkret yang mempelajari berbagai macam benda secara nyata

Kegiatan Mengecap di Taman Kanak-kanak

Seni merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan daya kreativitas anak. Seni sangat erat hubungannya dengan kreativitas. Namun kemudian untuk mengembangkan kreativitas anak, haruslah mereka diberi kebebasan dalam menggunakan beragam media seni. Dengan kebebasan yang diberikan, mereka akan melakukan eksplorasi sendiri dalam menciptakan sebuah karya.

Menurut Sumanto (2005: 85) mencetak/mengecap adalah kegiatan seni rupa yang dilakukan dengan cara mencapkan (mencetakkan) alat atau acuan yang telah diberikan tinta (cat) pada kertas gambar. Mencetak atau seni grafis atau grafika adalah seni rupa yang cetakannya dikerjakan dengan tangan. Mencetak merupakan suatu cara memperbanyak gambar dengan alat cetak atau acuan yang disebut klise.

Sumanto (2005:86) juga menyebutkan mengecap atau seni grafis dalam pembelajaran seni adalah kegiatan berkarya senirupa dua dimensi yang dimaksudkan untuk menghasilkan atau memperbanyak karya seni dengan menggunakan bantuan alat/acuan cetak tertentu. Kegiatan mencetak ini antara lain dengan membuat cap (Slamet Suyanto, 2005: 167). Anak dapat membuat karya seni dengan menggunakan cap dari pelepah pohon pisang, daun, atau bisa juga menggunakan tangan anak yang sebelumnya sudah diberi warna kemudian ditempelkan pada kertas.

Jadi mengecap adalah kegiatan seni yang menggunakan alat acuan dengan cara mencapkan alat atau acuan yang sudah diberi tinta pada media kertas, dimana kegiatan mencetak ini bertujuan untuk menghasilkan atau memperbanyak karya seni.

Alat Dalam penelitian ini alat acuan yang digunakan adalah menggunakan bahan alam seperti pelepah pisang, wortel dibentuk bunga, kentang, dan lain-lain.

Terdapat manfaat dari kegiatan mengecap untuk anak usia dini dalam proses perkembangan anak. Sumanto (2005: 73) mengatakan bahwa kreativitas mencetak/mengecap yang dimaksudkan kegiatan berlatih berkarya seni rupa dengan menerapkan cara-cara mencetak/mencap sesuai tingkat kemampuan anak. Manfaat dari kegiatan mengecap ini adalah dapat mengembangkan kreativitas anak, dapat

(8)

meningkatkan kemampuan anak dalam mengombinasikan warna (Lerin, 2009: 90).

Manfaat lain dari kegiatan mengecap adalah dapat meningkatkan pengendalian jari tangan dan koordinasi tangan-mata (Einon, 2005: 92). Jadi, kegiatan mengecap ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan kreativitas anak serta dapat melatih motorik halus anak dalam hal koordinasi mata dan tangan. Maka kegiatan mengecap ini sangat tepat untuk diterapkan di Taman Kanak-kanak

Kreativitas Anak

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 268) kata kreativitas mempunyai arti yaitu kemampuan untuk mencipta atau mempunyai daya cipta.

Kreativitas menurut psikolog humanistik terkemuka Calrk Moustakas dalam Munandar (1999: 24) menjelaskan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, alam, dan orang lain. Istilah kreativitas mula- mula di ambil dari bahasa Inggris. Yaitu dari kata dasar to create yang berati menyebabkan (sesuatu yang baru) dan menghasilkan atau mengadakan sesuatu yang baru. Munandar (1999: 47) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.

Menurut Suratno (2005: 24) kreativitas merupakan bentuk aktivitas imajinatif yang mampu menghasilkan sesuatu yang bersifat asli / original. Menurut Nursisto (1999: 37) kreativitas adalah kemampuan untuk berhayal. Misalkan anak berhayal merayakan hari ulang tahunnya , maka dengan sendirinya pikiran yang terbayang adalah roti ulang tahun yang cantik. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau suatu kombinasi baru berdasarkan unsur-unsur yang telah ada sebelumnya menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat.

Dalam perkembangan manusia pada masa kanak-kanak, perlu ditumbuhkan rasa percaya diri agar anak dapat mencapai hasil yang maksimal, menumbuhkan self convidence dapat dilakukan dengan menghindari cemooh atau kritik yang tidak perlu

(9)

yang mungkin dapat mengurangi semangat anak untuk mencoba kreativitasnya Menurut Hurlock (Noorlaila: 2000:6) Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.

Mengembangkan kreativitas anak melalui kegiatan bermain sangat baik untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan motorik halusnya dan ia dapat bereksperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Karena tanpa disadari bermain merupakan sesuatu yang penting bagi anak.

Menurut Nursisto (1999: 6-7), kemampuan belajar siswa jadi lebih baik jika kemampuan kreativitasnya juga ikut dilibatkan. Pada dasarnya semua siswa memiliki kreatif dalam dirinya yang harus dikembangkan agar hidup jadi semangat dan produktif. Kesadaran akan kemampuan kreativitas ini harus dilatih untuk memacu keberhasilan siswa demi menyongsong masa depan. Menurut Renzulli, 1981 dalam Munandar (1999: 4) kreativitas dapat memunculkan penemuan baru dalan berbagai bidang ilmu dan bidang usaha manusia, yang dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia dimasa yang akan datang.

Menurut Munandar (1999: 31) menekankan perlunya kretivitas dipupuk sejak dini, disebabkan beberapa faktor di bawah ini : 1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya. 2) Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya. 3) Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai suatu kemampuan untuk melihat bermacam – macam kemungkinan penyelesaian suatu masalah. 4) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungannya, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. 5) Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kwalitas hidupnya secara individu serta kwalitas hidup seluruh umat manusia

Menurut Nursisto (1999: 109) berkembangnya kemampuan siswa untuk menggali kreativitas akan menjadikan anak akan percaya diri, mengurangi rasa takut

(10)

salah, serta rendah diri. Apabila sudah timbul rasa percaya diri dan hilangnya rasa rendah diri maka siswa akan jadi optimis. Dengan begitu siswa lebih semangat mengikuti semua pelajaran di sekolah. Dengan tujuan dan fungsi pengembangan kreativitas sebagaimana yang telah dipaparkan di atas maka ruang lingkup dalam pengembangan kreativitas harus ada pada pendidikan taman kanak – kanak.

Kemampuan Motorik Halus

Motorik adalah terjemahan dari kata motor yang menurut Sumantri (2005) adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak.

Dengan kata lain, gerak movement adalah refleksi dari suatu tindakan yang didasarkan oleh proses motorik. Karena motorik menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan dengan gerak.

Didalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak.

Namun yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksudkan bukan semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh (tangan,lengan,kaki, dan tungkai) melalui alat gerak tubuh (otot dan rangka), tetapi motorik merupakan alaat gerak yang didalamnya melibatkan fungsi motorik seperti otak, saraf, otot dan rangka.

Motorik Halus adalah gerakan otot-otot kecil dari anggota tubuh. Motorik Halus terutama melibatkan jari tangan dan membutuhkan koordinasi mata yang cermat.Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti: memegang, menulis, melipat kertas, menggunting kertas, mewarnai, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, melukis, bermain diatas pasir dan lain sebagainya (Desmita, 2008: 99). Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 (tiga) tahun, namun demikian kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tidak akan sama dengan anak lain, walaupun usia mereka sama (Sujiono, 2005: 11)

Sumantri (2005: 143) mengatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering

(11)

membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencangkup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek Hal yang senada dikemukakan oleh Yudha dan Rutyanto yang dikutip oleh Imam Musbikin (2012: 75) menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti: menulis, meremas, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng.

Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan seni. Keterampilan motorik halus mulai berkembang, setelah diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti memegang pensil, memegang sendok, dan mengaduk.

Ketermapilan motorik halus lebih lama pencapainya daripada keterampilan motorik kasar karena keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya: konsentrasi, kontrol, kehati-hatian, dan kordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat penulis jelaskan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, menjiplak, serta mewarnai. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan saraf yang jauh lebih kecil atau detail.

Kelompok otot dan saraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menempel, dan sebagainya (menurut Hurlock, dalam Iva Noorlaila 2000). Sedangkan menurut Mudjito (2007:12) perkembangan motorik halus adah “Kemampuan anak untuk

(12)

mengamati sesuatu dan melakukan gerak melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil , memerlukan koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga.”

Karakteristik perkembangan motorik halus menurut Mudjito (2007: 20) keterampilan motorik halus yang paling utama adalah : 1) Pada saat anak usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak belum berbeda dari kemampuan gerak halus anak bayi. 2) Pada usia 4 tahun , koordinasi motorik halus anak secara subtansi sudah mengalami kemajuan dan gerakanya sudah lebih cepat, bahkan cenderung sempurna. 3) Pada usia 5 tahun , koordinasi pada motorik anak sudah lebih sempu rna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak di bawah koordinasi mata. 4) Pada akhir masa anak-anak usia 6 tahun ia belajar bagai mana menggunakan jemari dan pergelangan tangannya untuk menggunakan ujung pensil

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya (Papierppeint dalam Sumanto, 2012:15). Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.

Faktor terpenting yang mempengaruhi perkembangan motorik halus pada tahap ini jika anak fisik, kesehatan umum, dan kapasitas mental, disamping kondisi psikologis, serta faktor-faktor lingkungan hidup dalam kemiskinan dan kekayaan, dan faktor-faktor sosialisasi. Menurut Sumantri (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi

(13)

perkembangan motorik halus anak usia dini antara lain: 1) Perkembangan sistem saraf. 2) Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak. 3)Keinginan anak yang memotifasinya untuk bergerak. 4) Lingkungan yang mendukung. 5) Aspek psikologis anak. 6) Umur. 7) Jenis kelamin. 8) Genetik. 9) Kelainan kromosom.

Kerangka Berpikir

Perkembangan motorik halus dan kreativitas yang dimiliki oleh anak kelompok B di TK Bustanul Mannan Paduraksa belum berkembang sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak. Kegiatan mengecap yang pernah dilakukan di TK ini adalah dengan menggunakan alat cap cottonbud dengan pewarna dari tinta cap.

Penggunaan alat tersebut membuat anak tidak begitu antusias dalam mengikuti kegiatan mencetak.

Bertumpu pada temuan tersebut, sehingga peneliti menggunakan media lain untuk mengembangkan kreativitas anak dalam kegiatan mengecap agar menjadi lebih meningkat, yaitu menggunakan alat pelepah pisang, batang pepaya, wortel, dan belimbing dan warna yang digunakan adalah warna primer yaitu merah, kuning, dan biru. Dalam kegiatan mengecap, peneliti melakukan demonstrasi di hadapan anak- anak bagaimana cara menggunakan masing-masing alat cetak sehingga dapat menghasilkan bentuk yang diinginkan. Dalam kegiatan mencetak ini anak diberi kebebasan dalam menggunakan alat cap dan pewarna yang diinginkan untuk mencetak, sehingga diharapkan anak akan mampu berkreasi dan menghasilkan hasil karya baru dan berbeda dengan teman-temannya

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: ”Melalui kegiatan mengecap dengan media alam kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok A di TK.

Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang dapat meningkat”

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

(14)

Penelitian dilaksanakan dengan mengambil subjek penelitian adalah kelompok A di TK Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah peserta didik 16 anak didik, yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Jumlah murid keseluruhan yang ada di TK Bustanul Mannan adalah 90 anak yang terbagi dalam 5 kelas pembelajaran yaitu kelompok A, B1, B2, B3, dan B4. Pemilihan kelompok A sebagai subyek penelitian disesuaikan dengan tempat mengajar peneliti sesuai dengan surat pembagian tugas dari kepala sekolah. Peneliti merupakan salah satu guru di TK tersebut sejak tahun 2015 dan sering ditugaskan untuk mengajar kelompok A

Taman Kanak-kanak Bustanul Mannan didirikan oleh Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Bustanul Mannan Paduraksa sejak tanggal 6 November 2001 dengan Nomer SK Pendirian 890/164/2001 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang. Selain membuka Pendidikan Taman Kanak-kanak Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Bustanul juga membuka Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ). Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Kelompok Belajar Paket C (setara SMA). Semua kegiatan ini merupakan kepedulian Yayasan terhadap pendidikan agama dan pendidikan umum bagi anak-anak dan remaja di Kelurahan Paduraksa pada khususnya dan di Kecamatan Pemalang pada umumnya.

Fasilitas yang dimiliki oleh TK Bustanul Mannan sudah sangat mencukupi dalam mendukun kegiatan pembelajaran. Bangunan ruang kelas, ruang guru ditambah WC guru, WC siswa, Kamar mandi dan dapur dapat membuat anak merasa nyaman dalam melaksanakan semua kegiatan pembelajaran. Selain gedung permanen sekolah ini juga memiliki halaman yang cukup luas sebagai area bermain bagi anak dengan di tunjang APE luar yang memadai. Halaman sekolah juga sudah diberi pagar keliling sehingga keamanan anak selama bermain dapat terjaga dengan baik.

Berbagai fasilitas bangunan yang ada di TK Bustanul juga di dukung oleh SDM guru yang mencukupi. Guru yang mengajar berjumlah 5 orang, 1 orang kepala sekolah dan 1 orang penjaga sekolah. Untuk pendidikan guru di TK Bustanul Mannan adalah 3 orang sudah lulus S1, 1 orang berasal dari D III dan sedang mengambil

(15)

pendidikan S1 sedangkan peneliti sendiri juga sedang mengambil pendidikan S1, dengan kualitas pendidik yang bagus diharapkan pendidikan anak usia dini di TK.

Bustanul Mannan dapat menghasilkan output anak yang siap untuk pendidikan selanjutnya. Dalam menunjang kegiatan pembelajaran harian, sekolah juga mengadakan kegiatan tambahan berupa ekstrakurikuler seperti Drum Band, Tari, dan Rebana. Prestasi non akademik yang didapatkan anak didik TK. Bustanul Mannan juga dapat dibanggakan, sederet piala di lemari dari berbagai lomba seperti menggambar, mewarnai, mengecap, menari, dan geometri mulai dari tingkat Gugus, Kecamatan dan Kabupaten dapat dijadikan pemacu bagi anak didik lain di TK.

Bustanul Mannan Paduraksa.

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 yang dimulai pada bulan April 2018. Adapun jadwal kegiatan lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Prasiklus, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 27 Maret 2018,berupa pembelajaran dengan 1 Rencana Kegiatan Harian yang kemudian didapatkan masalah yang berhubungan dengan pembelajaran. 2) Siklus I, dilaksanakan pada hari Senin – Jum’at, tanggal 2 – 6 April 2018 dengan melaksanakan 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk kemudian merefleksi dan membuat skenario perbaikan pembelajaran. 3) Siklus II, dilaksanakan mulai hari Senin, 9 April 2018 sampai dengan hari Jum’at, 13 April 2018 dengan melaksanakan 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk kemudian merefleksi dan membuat skenario perbaikan pembelajaran

Selama penelitian ini dilaksanakan banyak pihak-pihak yang sudah membantu dalam semua rangkaian kegiatan penelitian, yaitu 1) Bapak Toto Raharjo, S.Pd. M.Pd sebagai supervisor I dan 2) Ibu Sri Astuti, S.Pd sebagai supevisor II

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

(16)

Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus pelaksanaan berbeda waktu. Untuk siklus I dilaksanakan hari Senin – Jum’at, tanggal 2 – 6 April 2018 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Senin – Jum’at tanggal 9 – 13 April 2018 dari pukul 07.30-10.00. Dalam pelaksanaan pengamatan atau observasi perbaikan pembelajaran dilengkapi dengan beberapa instrumen sebagai berikut. 1) Rencana Kegiatan Siklus I. 2) Rencana Kegiatan Siklus II. 3) Lembar Penilaian. 4) Lembar Analisis Hasil Perbaikan.

Adapun fokus penelitian dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran motorik halus khususnya dalam hal meningkatkan kreativitas anak melalui mengecap dengan media alam sebagai berikut : 1) Penggunaan media demonstrasi. 2) Pemilihan kegiatan pembelajaran mengecap dengan bahan alam. 3) Membimbing anak dalam melaksanakan tugas kegiatan. 4) Dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang sudah dituangkan dalam rencana perbaikan Rencana Kegiatan Harian. Tahapan-tahapan tersebut disusun dalam strategi pembelajaran yang terdiri dari: kegiatan awal, inti, istirahat, dan kegiatan akhir.

Didalam prosedur pelaksanaan pembelajaran perlu adanya tindakan perbaikan.

Berikut ini prosedur-prosedur pembelajaran untuk masing-masing siklus

Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa siswa mulai lebih bisa mengecap dengan bahan alam, anak sudah bisa mencelup ke pewarna dan menempelkannya di lembar kerja. Kreativitas anak juga mulai berkembang, anak bisa memadukan beberapa warna sehingga hasil cap tampak lebih bagus. Namun begitu, terdapat juga kelemahan yaitu tidak semua siswa dapat mengecap sesuai pola yang ada, hasil cap melebihi pola dan cenderung belepotan bahkan ada anak yang sama sekali tidak mau mengecap. Hasil yang dicapai belum sesempurna yang diharapkan. sehingga masih dibutuhkan lagi perbaikan pada siklus II

Pada akhir RKH ke 5 siklus 2 sudah tampak hasil dari kegiatan perbaikan pengembangan ini dengan tercapainya kriteria ketuntasan yang diharapkan. Anak sudah bisa mengecap dengan media alam dengan hasil yang baik, kegiatan ini juga bisa meningkatkan kreativitas anak dalam pembelajaran, mereka sudah bisa

(17)

memadukan beberapa warna dan mengecap dengan berbagai variasi. Dengan tercapai persentase ketuntasan maka kegiaran penelitian ini dinyatakan berhasil

Tekhnik Analisis Data

Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Proses analisis data dimulai dengan menelaah data tentang kemampuan motorik halus dan kreativitas anak, dari kemampuan anak mengecap, kemampuan menirukan pola, dan kelenturan jari. Pengertian lain tentang data adalah catatan penilaian, baik yang berupa fakta maupun angka-angka

Proses analisis data dan interprestasi data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada saat proses dan hasil kegiatan, dalam kemampuan motorik halus dan kreativitas anak melalui kegiatan mengecap dengan media alam sehingga menggunakan lembar penilaian untuk mendapatkan data pada kemampuan motorik halus pada anak kelompok A TK Bustanul Mannan Paduraksa Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja yang digunakan peneliti pada kegiatan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus dan kreativitas anak dengan kegiatan mengecap dengan media alam adalah : “Kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kriteria keberhasilannya adalah 80% yang artinya penelitian dinyatakan berhasil jika persentase penilaian motorik halus dan kreativitas yang didapat anak dalam satu kelas

≥ 80%”

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dari hasil pembelajaran prasiklus kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan mengecap yang diikuti 16 anak didik didapat nilai sebagai berikut : anak sudah mampu 2 anak (13%), anak ukup mampu 4 anak (25%) dan anak kurang mampu 10 anak (62%). Kreativitas anak pada area seni dalam kegiatan mengecap juga masih rendah. Rendahnya kreativitas anak disebabkan anak kurang tertarik dengan kegiatan mengecap sehingga diperoleh data anak yang kreatif hanya 3 anak (19%) dan yang belum kreatif 13 anak (81%)

(18)

Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 2-6 April 2018 menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak didik sudah ada peningkatan, nilai yang didapat dari 16 anak didik sebagai berikut : Anak yang mendapat nilai sudah mampu ada 8 anak (50%), yang mendapat nilai cukup mampu ada 4 (25% ) anak dan yang mendapat nilai kurang mampu ada 4 (25 %) anak didik.

Kreativitas anak didik sudah ada peningkatan, nilai yang diperoleh dalam pembelajaran siklus I sebagai berikut : Anak yang kreatif ada 8 anak (50%), tidak kreatif ada 8 anak (50%) dari total 16 anak.

Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II kemampuan motorik halus anak didik sudah ada peningkatan, nilai yang didapat dari 16 anak didik sebagai berikut : Anak yang mendapat nilai sudah mampu ada 13 anak (81%), yang mendapat nilai cukup mampu ada 2 (13% ) anak dan yang mendapat nilai kurang mampu ada 1 (6 %) anak didik. Kreativitas anak didik sudah ada peningkatan yang sangat pesat, nilai yang diperoleh dalam pembelajaran siklus II sebagai berikut : Anak yang kreatif ada 14 anak (88%), tidak kreatif ada 2 anak (12%) dari total 16 anak didik

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dalam pembahasan ini peneliti akan menyajikan perbandingan hasil belajar prasiklus, siklus I, dan siklus II pada area seni dalam bentuk tabel. Adapun perbandingan kemampuan motorik halus anak antara sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran disajikan melalui tabel berikut.

Tabel 1 Perbandingan Motorik Halus Anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No Nama Kegiatan

Aspek yang Dinilai

Kerapian (%) Kemauan (%) Ketelitian (%)

 √   √   √ 

1. Prasiklus 13 25 62 13 25 62 13 25 62

2. Siklus I 50 25 25 50 19 31 50 32 18

3. Siklus II 81 13 6 81 6 13 81 0 19

Adapun perbandingan kreativitas anak antara sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran disajikan melalui tabel berikut.

Tabel 2 Perbandingan Kreativitas Anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

(19)

No Aspek yang dinilai Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Kreatif 3 19 8 50 14 88

2. Tidak Kreatif 13 80 8 50 2 12

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran selama 2 siklus dan analisis data yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti, dapat disimpukan bahwa kegiatan mengecap dengan media alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak di TK. Bustanul Mannan Paduraksa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik halus dan kreatifitas anak dengan hasil pembelajaran sebagai berikut : Kemampuan motorik halus anak terjadi peningkatan dari prasiklus sampai berakhirnya siklus II yaitu 1) Aspek kerapian, anak yang sangat mampu pada prasiklus 2 anak (13%), meningkat menjadi 8 anak (50%) pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 13 anak (81%). 2) Aspek kemauan, anak yang sangat mampu pada prasiklus 2 anak (13%), meningkat menjadi 8 anak (50%) pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 13 anak (81%). 3) Aspek ketelitian, anak yang sangat mampu pada prasiklus 2 anak (13%), meningkat menjadi 8 anak (50%) pada siklus I dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 13 anak (81%).

Kreativitas anak juga mengalami peningkatan dari prasiklus sampai berakhirnya siklus II, yaitu sebagai berikut : Anak yang kreatif mengalami kenaikan dari 3 anak (19%) pada prasiklus menjadi 8 anak (50%) pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 14 anak (88) pada siklus II. Peningkatan pada motorik halus dan kreativitas anak disebabkan guru dalam pembelajaran telah memilih kegiatan pembelajaran yang tepat dan menarik minat anak untuk belajar sehingga pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Guru juga selalu memberikan motivasi dan melakukan pendekatan individu kepada anak yang masih belum memahami materi kegiatan mengecap dengan berbagai media, sehingga anak menjadi lebih terpacu lagi.

Saran dan Tindak Lanjut

(20)

Sesuai kesimpulan di atas, beberapa saran tindak lanjut dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motorik halus dan kreativitas anak dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1) Peningkatan kemampuan motorik halus anak akan berkembang lebih baik apabila melalui pembiasaan dan melalui metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan semenarik mungkin, sebagai salah satu alternatif pembelajaran. 2) Melalui permainan mengecap dengan berbagai media anak tidak hanya berdiam saja, dan mendengarkan penjelasan guru, melainkan anak dapat mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan objek pembelajaran, dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan mendengarkan penjelasan saja. 3) Guru harus menghindari kecenderungan membelajarkan anak melalui metode pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dalam berbagai cara pembelajaran. 4) Untuk meningkatkan profesionalisme guru, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui upaya perbaikan pembelajaran atau penelitian tindakan kelas (PTK) secara kolaboratif.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: Rosdakarya.

Einon. 2005. Permainan Cerdas Anak Usia 2-6 Tahun. Jakarta: Erlangga.

Ernawulan Syaodih. 2005. Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.

Hasan Alwi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Iva Noorlaila. 2000. Panduan Lengkap mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus

Imam Musbikin. 2012. Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Lerin. 2009. 105 Permainan Untuk Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas Buah Hati. Jakarta: Transmedia.

(21)

M. Ramli. 2005. Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mudjito. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Motorik. Jakarta : Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Nursisto. 1999. Kiat Menggali Kreativitas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Rusdinal dan Elizar. 2005. Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Depdiknas.

Slamet Suyanto. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat.

Sujiono. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indek.

Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Anak Usia Dini. Jakarta:

Depdiknas

Utami Munandar. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Media Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator pencapaian, upaya meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase menggunakan kertas warna, adalah: 1 Menggunting gambar 2 Menempel gambar dengan tepat 3