• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN 3M (MEWARNAI, MENGGUNTING, MENEMPEL)

N/A
N/A
Teguh Riyanto

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN 3M (MEWARNAI, MENGGUNTING, MENEMPEL)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN 3M (MEWARNAI,

MENGGUNTING, MENEMPEL) PADA KELOMPOK B TK PERTIWI KARYA BHAKTI KRAMAT KECAMATAN

PEMALANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KUSTIANA, 825362095 kustiana0711 @gmail . co m

ABSTRAK

Kustiana. 2018. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dan Kreativitas Anak melalui Kegiatan3M (mewarnai, menggunting, menempel) pada Kelompok B. TK. Pertiwi Karya Bhakti Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok B TK. Pertiwi Karya Bhakti Kramat melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus terdapat perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sumber data adalah siswa Kelompok B TK. Pertiwi Karya Bhakti Kramat yang berjumlah 15 anak. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan kemampuan motorik halus anak dari20% pada prasiklus naik menjadi 53% pada siklus I dan meningkat menjadi 80% pada akhir siklus II. Kreativitas anak juga mengalami kenaikan dari 20% pada prasiklus menjadi 47% pada siklus I dan meningkat menjadi 86%

pada siklus II. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil karena sudah mencapai target indicator penelitian sebesar 80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) dapat menarik minat anak dalam mengikutipembelajaran, sehingga meningkatkan kemampuan motorik halus dan Kreativitas anak kelompok B TK. Pertiwi Karya Bhakti Kramat. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan pada semua guru dapat memberikan pembelajaran bentuk geometri yang menarik dan menyenangkan anak, sehingga hasil kegiatan pembelajaran akan semakin mengalami peningkatan.

Kata kunci: motorik halus, kreativitas, kegiatan 3M

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya, meskipun setiap anak adalah unik. Hal ini karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi

(2)

oleh faktor internal dan eksternal. Namun demikian, perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal.

Keterlibatan orang tua dan orang dewasa dapat memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan (Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009).

Masa anak-anak dianggap sebagai masa gemilang untuk mengungkapkan perasaannya secara kreatif di dalam kegiatan bermain. Sebagai manusia anak membutuhkan alat untuk menyatakan perasaan dan pikiran dengan berbagai cara menurut keinginannya sendiri. Dalam menyatakan perasaan dan pikiran atau berekspresi melalui berbagai emosi. Pemenuhan kebutuhan berekspresi melalui kegiatan bermain perlu mendapat perhatian dan bimbingan secara sempurna agar kesempatan berekspresi yang diberikan kepada anak benar-benar mempunyai arti dan manfaat bagi anak (Depdikbud, 1998).

Salah satu aspek penting dalam perkembangan anak usia dini adalah aspek perkembangan motorik anak yaitu baik motorik kasar maupun motorik halus. TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat senantiasa mengembangkan potensi anak berdasarkan kurikulum pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari prinsip belajar sambil bermain atau bermain seraya belajar.

Dari hasil pengamatan sebelum dilakukan tindakan perbaikan, menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak masih rendah. Dapam pembelajaran area seni anak kurang tertarik dalam memperhatikan dan melaksanakan pembelajaran. Ketika guru menjelaskan tentang pembelajaran area seni anak lebih suka bermain dan tidak mau mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru. Ketika anak diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pada area seni, menunjukkan sebagian besar anak cenderung suka berlari-lari dan ribut dikelas tanpa memperhatikan kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut.

Terlihat bahwa pada kegiatan pembelajaran area seni, ada beberapa anak laki- laki yang lebih senang bermain balok maupun bermain lari-lari (kejar-kejaran). Selain

(3)

itu, anak perempuan atau anak yang bersedia mengikuti kegiatan area seni juga belum melaksanakan sesuai dengan harapan guru. Dan berkata meminta bantuan pada orang tua ataupun guru. Namun ada beberapa anak yang berhasil dalam kegiatan pembelajaran area seni tersebut. Meskipun demikian, suasana pembelajaran belum terkendali sehingga tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan harapan guru.

Dari data pengamatan tersebut terlihat bahwa sejumlah 3 (20%) anak dari 15 anak dalam satu kelas sudah tergolong dalam kategori sudah mampu, 3 (20%) anak termasuk kategori cukup mampu dan sisanya 9 (60%) anak termasuk dalam kategori belum mampu. Persentase tersebut diperoleh dari jumlah anak yang belum berhasil dikali 100%, kemudian dibagi jumlah anak dalam satu kelas.

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka peneliti menduga bahwa anak mengalami kesulitan tersebut disebabkan antara lain kemampuan motorik halus dan kreativitas anak belum berkembang secara optimal serta penggunaan metode yang kurang tepat. Dalam memberi kesempatan pada anak, peneliti menggunakan penerapan metode pemberian tugas, yaitu peneliti memberi contoh (mendemonstrasikan) dan setelah selesai anak diminta melaksanakan tugas sesuai dengan contoh dari peneliti. Penjelasan guru terhadap materi tersebut kurang bisa didengarkan oleh anak, sehingga sebagian besar anak cenderung ribut sendiri.

Perhatian guru terhadap anak terlihat kurang maksimal, sehingga anak terlihat acuh terhadap materi yang akan disampaikan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan kemampuan motorik halus dan kreativitas melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Adapun dalam penelitian tersebut, peneliti akan mencoba melakukan pengembangan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel). Dengan demikian, diharapkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak akan berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, dengan meningkatnya kemampuan dalam melaksanakan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) maka secara tidak langsung membantu dalam perkembangan motorik halus anak dan tingkat kreativitas anak.

(4)

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diidentifikasi adalah : a) Hasil belajar anak pada kegiatan area seni masih rendah. b) Anak cenderung suka berlari-lari dan ribut dikelas tanpa memperhatikan kegiatan yang akan dilaksanakan. c) Anak laki-laki senang bermain sendiri tanpa memperhatikan kegiatan pembelajaran area seni. d) Pada saat kegiatan, sebagian besar anak meminta bantuan orang tua ataupun guru.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka faktor penyebab anak merasa kesulitan antara lain kemampuan motorik halus dan kreativitas anak belum berkembang secara optimal serta penggunaan metode bermain yang kurang tepat.

Dalam memberi kesempatan pada anak, peneliti menggunakan penerapan metode pemberian tugas, yaitu peneliti memberi contoh (mendemonstrasikan) dan setelah selesai anak diminta melaksanakan tugas sesuai dengan contoh dari peneliti.

Penjelasan guru terhadap materi tersebut kurang bisa didengarkan oleh anak, sehingga sebagian besar anak cenderung ribut sendiri. Perhatian guru terhadap anak terlihat kurang maksimal, sehingga anak terlihat acuh terhadap materi yang akan disampaikan.

Berdasarkan analisis masalah di atas, maka langkah guru selanjutnya merencanakan alternatif pemecahan masalah. Untuk memperbaiki proses pembelajaran, maka beberapa alternatif pemecahan masalah yaitu: a) Kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak. b) Pelaksanaan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak. Dari alternatif tersebut, maka peneliti akan mengambil alternatif pemecahan masalah yaitu pelaksanaan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: 1) Apakah kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak

(5)

kelompok B TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang? 2) Apakah kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B B TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1) Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel). 2) Untuk meningkatkan kreativitas anak melalui kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel)

Manfaat Perbaikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait, di antaranya : 1) Bagi Anak Didik, dapat melaksanakan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) dengan hasil yang baik dan rapi dan perkembangan kelenturan jari-jari tangan anak sehingga anak akan lebih kreatif dalam kegiatan yang berkaitan dengan area seni 2) Bagi guru, dapat meningkatkan pengetahuan baru tentang metode ataupun strategi pembelajaran yang tepat dalam kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak.. 3) Bagi Sekolah, dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.

KAJIAN PUSTAKA

Karakteristik Anak TK Kelompok B

Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa. Anak selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didenganya, seolah-olah tidak pernah berhenti belajar. Mansur (2005:88) mengungkapkan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Sejalan dengan hal tersebut, Hartati (2005:7) mengungkapkan bahwa anak usia dini adalah seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda dengan orang dewasa.

(6)

Berdasarkan ungkapan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, anak usia dini merupakan individu berusia 0-6 tahun yang memiliki ciri khas unik dan sedang dalam tahap pertumbuhan serta perkembangan, baik fisik maupun mental. Pendidikan anak usia dini akan membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi manusia yang lebih baik menuju kematangan

Anak TK kelompok B memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, Hartati (2005:8) mengungkapkan beberapa karakteristik Anak TK kelompok B yaitu: a) Anak bersifat egosentris. b) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. c) Anak adalah mahluk sosial d) Anak bersifat unik e) Anak umumnya kaya dengan fantasi f) Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek g) Anak merupakan masa belajar yang paling potensial

Kegiatan 3M (Mewarnai, Menggunting, Menempel)

Mewarnai adalah kegiatan menyenangkan sekaligus bermanfaat untuk melatih saraf motorik, kreativitas, dan daya imajinasi .Mewarnai tidak sekadar kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak. Namun, melalui mewarnai berbagai kemampuan dasar anak dilatih. Selain itu, orangtua atau Pendidik bisa segera mengenali perubahan emosi, perasaan, dan keinginan anak. Dengan obyek yang diwarnai, koordinasi motorik halus anak dilatih. Semakin sering mewarnai, kemampuan koordinasi visual motoriknya pun semakin baik. Sebab, anak belajar menangkap coretan pada bidang tersedia dan mengisinya dengan berbagai warna secara tepat.

Mewarnai Menurut Pamadhi (2010:5.5) menyebutkan bahwa, mewarnai merupakan hasil karya anak saat membubuhkan warna melalui berbagai media baik saat si anak sedang menggambar, atau meletakkan warna pada saat mengisi bidang-bidang gambar yang harus diwarnai, kegiatan mewarnai ini akan mengajak kepada anak bagaimana mengarahkan kebiasaan-kebiasaan menuangkan warna yang mempunyai nilai-nilai pendidikan,ini dilakukan melalui memberi warna, memilih warna, dan menjajarkan warna untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan yang berguna bagi perkembangan pendidikan anak.

(7)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mewarnai merupakan satu kemampuan dalam mengkomunikasikan sesuatu dengan dunia luar melalui gambar dan warna serta menggambarkan isi hatinya melalui warna yang dituangkan.

Kegiatan mewarnai gambar adalah kegiatan yang memberikan kesempatan kepada anak didik melaksanakan tugas mewarnai gambar berdasarkan petunjuk langsung dari Pendidik. pemberian tugas mewarnai gambar sangat berguna bagi peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan mewarnai gambar, akan melatih otot-otot jemari anak dan meningkatkan konsentrasi anak terhadap suatu objek yang sedang diperhatikan oleh anak. Ada beberapa alat warna yang biasanya digunakan dalam mewarnai, seperti pensil warna, spidol warna, cat air, cat minyak, dan krayon (pastel).

Menurut Depdiknas (2010) menggunting adalah salah satu aktivitas atau kegiatan memotong yang melibatkan dan membutuhkan koordinasi antara mata, tangan dan konsentrasi. Menggunting adalah kegiatan memotong dengan menggunakan alat berupa gunting. Kegiatan menggunting sudah diperkenalkan sejak anak usia dini sekitar 4 tahun. Menggunting merupakan kegiatan untuk melatih anak agar mampu menggunakan alat, dan melatih keterampilan memotong objek gambar. Hal ini membantu perkembangan motorik, latihan keterampilan, sikap, dan apresiatif bagi anak. Keterampilan yang akan didapat oleh anak antara lain yaitu keterampilan mengoperasikan alat gunting untuk memotong kertas, keterampilan memotong di tempat yang benar, kecermatan mana yang harus dipotong dan mana yang tidak boleh dipotong, dan ketahanan mengerjakan memotong dengan waktu yang relatif lama bagi anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menggunting merupakan teknik dasar untuk membuat aneka kerajinan, bentuk hiasan dari bahan kertas dengan memakai bantuan alat pemotong, melalui menggunting dapat melatih kemampuan motorik halus anak. Jadi menggunting merupakan kegiatan mengoperasikan gunting

(8)

serta memotong objek objek yang sudah disediakan untuk melatih dan membentuk perkembangan motorik anak

Beberapa manfaat yang diperoleh bila anak diberi kesempatan belajar menggunting, antara lain : 1) Melatih motorik halus 2) Melatih koordinasi tangan- mata, dan konsentrasi 3) Meningkatkan kepercayaan diri 4) Lancar menulis 5) Ungakapan ekspresi. 6) Mengasah kognitif. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat menggunting yang utama pada anak-anak adalah dapat melatih motorik halus sehingga terjalinnya koordinasi mata dan tangan.

Alwi, dkk. (2001: 1168) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian menempel adalah melekat jika tidak dilem atau melekatkan sesuatu jika menggunakan lem. Susanto (2009:44) menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya. Unsur-unsur seni rupa pada kolase meliputi: garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, dan cahaya. Menurut Sumanto (2005:102) menempel merupakan suatu teknik penyelesaian dalam membuat aneka bentuk kerajinan tangan dari bahan kertas dengan memakai lem secara langsung dengan menggunakan jari.

Menempel untuk anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan. Ketentuan tersebut dibuat untuk dapat memaksimalkan anak mengoptimalkan segala aspek perkembangannya. Anak diberi kebebasan untuk membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya. Peran pendidik atau Pendidik dalam mengoptimalkan kemampuan anak tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak.

Bahan yang beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat kepada anak dalam mencegah rasa bosan yang dialami anak.

Manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan menempel adalah : 1) Melatih motorik halus. 2) Melatih koordinasi tangan-mata, dan konsentrasi. 3) Meningkatkan

(9)

kepercayaan diri. 4) Lancar menulis. 5) Ungkapan ekspresi. 6) Mengasah kognitif. 7) Meningkatkan kreativitas. 8) Melatih memecahkan masalah. 9) Mengasah kecerdasan spasial. Selain manfaat tersebut, kolase juga membantu meningkatkan kemampuan berbahasa anak dan melatih kepekaan estetis serta membangun rasa kepedulian terhadap lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan yang berasal dari benda- benda yang sudah tidak terpakai, seperti kertas bekas, bungkus bekas, daun kering.

Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka. Menempel merupakan proses terakhir dari kegiatan 3M. Proses dalam menempel mempunyai tujuan motorik yang sangat nyata, karena dalam menempel potongan gambar diperlukan ketelitian, kesabaran, keterampilan dalam proses penempelan gambar.

Untuk kegiatan menempelkan gambar telah disediakan tempat yang biasanya sudah ada batas-batasnya, yaitu ruangan kosong yang bentuknya sama dengan bentuk yang diwarnai.

Kreativitas Anak

Menurut Lawrence dalam Suratno (2003: 24) menyatakan kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti.

Elliot dalam Suratno (1975: 24) menyatakan kreativitas adalah proses memecahkan masalah dan membuat ide. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata. Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Sedangkan kreatif merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas.

Kreativitas terdapat pada diri manusia sejak dilahirkan. Kreativitas sangatlah penting untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas akan memberikan seseorang mempunyai kecerdasan tinggi, rasa percaya diri yang tinggi,

(10)

lebih mudah beradaptasi, dan menerima hal-hal baru. Masing-masing anak mempunyai potensi kreativitas dalam dirinya. Ketika anak mengembangan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan ide atau gagasan dan solusi yang baru dan berguna untuk memecahkan masalah dan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Kreativitas hanya dimiliki oleh orang yang kreatif. Hal ini dikarenakan hanya orang yang kreatiflah yang mempunyai ide gagasan yang kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini sehingga menjadi anak yang kreatif. Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu proses mental individu yang menghasilkan berbagai berbagai macam ide atau gagasan, cara-cara baru, produk baru, maupun karya nyata, yang berdaya guna untuk memecahkan suatu masalah.

Kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Dalam proses pengembangan kreativitas ini terdapat berbagai faktor-faktor pendorong dan penghambat. Imam Musbikin (2007: 7) menyatakan ada delapan penghambat kreativitas anak diantaranya sebagai berikut: 1) Tidak ada dorongan bereksplorasi. 2) Jadwal yang terlalu ketat. 3) Terlalu menekankan kebersamaan keluarga. 4) Tidak boleh berkhayal. 5) Orang tua konservatif. 6) Over protektif. 7) Disiplin Otoriter. 8) Penyediaan alat permainan yang terstuktur

Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa ada banyak kondisi yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak diantaranya dengan menyediakan waktu, memberi kesempatan untuk menyendiri, dorongan atau motivasi dan sarana

(11)

Kemampuan Motorik Halus

Menurut Syafaruddin (2011:53) Motorik halus yakni gerakan-gerakan yang merupakan koordinasi otot-otot yang meuntut adanya kemampuan mengontrol gerakan-gerakan halus. Kemampuan motorik halus adalah keterampilan tangan, koordinasi mata, kepekaan sentuhan, daya tahan dan daya reflek. Perkembagan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakangerakan bagian tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, merangkai. Menurut Bambang Sujiono (2005) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini tidak membutuhkan tenaga namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat karena koordinasi antara mata dan tangan sudah semakin baik maka akan mudah dapat mengurus diri sendiri dan pengawasan orang yang lebih tua. mengancing baju dan sebagainya.

Menurut Sumantri (2005) motorik halus adalah kemampuan dalam keterampilan motorik yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak, untuk keterampilan motorik halus itu sendiri pengorganisasian penggunaan kelompok otototot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan. Jadi kemampuan motorik halus harus dikembangkan agar anak mampu melatih kekuatan otot otot halus. Menurut Heri Rahyudi (2011) aktivitas motorik halus (fine motor activity) didefinisikan sebagai keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur otot-otot kecil/

halus.Misalnya, berkaitan dengan gerakan mata dan tangan yang efisien, tepat, dan adaptif.Perkembangan kontrol motorik halus atau keterampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam perkembangan motorik. Contohnya kemampuan memindahkan benda dari tangan mencoret-coret, menyusun balok, menggunting menulis, menempel dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat penulis jelaskan bahwa motorik halus Perkembangan motorik halus adalah suatu gerakan otototot halus dari koordinasi tangan dan mata yang menggerakkan jari jemari dapat mengepal, memijit,

(12)

menggosok, memukul, meremas, membelai, menusuk, mencengkeram, meraba, mengaduk, menggambar, dan melukis.

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin.Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya.perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Menurut Suyanto (2005: 51) motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan- gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu dan menggunting. Menurut Sumantri (2005: 146) juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Selain itu menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 116) fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.

(13)

Kemampuan motorik halus dapat dikembangkan dengan berbagai metode salah satunya yaitu dengan kegiatan 3M dimana dengan mengunakan metode 3M dapat melatih otot-otot halus anak seperti tangan. Kegiatan 3M menurut Pamadhi (2010:7.4) adalah kegiatan mewarnai,menggunting dan menempel yang merupakan satu kegiatan, karena dari ketiga kegiatan ini hampir tidak bisa dipisahkan. Kegiatan 3M adalah permainan yang dilakukan melalui 3 kegiatan langsung yang diberikan kepada anak dan lebih mudah dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Kegiatan 3M merupakan kegiatan dengan menggunakan alat tulis seperti pensil warna, gunting dan bahan perekat yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak dengan cara mewarnai menggunting dan menempel.

3M merupakan salah satu kegiatan yang dapat dijadikan pembelajaran inovatif untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak dalam berolah tangan dengan memadukan kegiatan mewarnai, menggunting dan menempel. Setiap aktivitas dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator yang harus mengarahkan anak dalam kegiatan bermainnya, yaitu dengan memberikan bimbingan, motivasi, serta kesempatan yang berharga untuk mengekspresikan gagasan menjadi karya nyata. Tujuan dari kegiatan 3M diantaranya adalah dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik anak-anak, memberikan tambahan referensi metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak, dan didapatkannya peningkatan hasil kualitas anak dengan adanya penyegaran yang didapatkan dari kegiatan 3M.

Kerangka Berpikir

Salah satu bidang yang dikembangkan di lembaga pendidikan Taman Kanak- kanak adalah bidang motorik halus. Anak TK menyukai kegiatan yang menarik, oleh karena itu untuk meningkatkan motorik halus anak, pendidik harus dapat memilih kegiatan yang disukai anak. Salah satu kegiatan yang menarik bagi anak untuk membantu perkembangan motorik halusnya adalah dengan kegiatan 3M yaitu mewarnai, menggunting, menempel.

Menurut Heri Rahyubi (2011) Faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak usia dini yaitu perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motivasi yang kuat ketika anak mengerjakan kegiatan 3M guru memberikan motivasi kepada anak

(14)

agar anak bisa mengerjakan lembar kerja yang diberikan sehingga bisa melatih otot- otot halus anak, lingkungan yang kondusif yaitu guru menciptakan lingkungan yang dapat mengasah kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan kegiatan 3M dengan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan 3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: ”Melalui kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) kemampuan motorik hasil dan kreativitas anak kelompok B di TK. Pertiwi Karya Bhakti Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang dapat meningkat”

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil subyek kelompok B TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak laki-laki, sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu mengajar Kelompok B di TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat Pemalang. Selama mengajar peneliti mengamati bahwa kemampuan motorik halus dan kreativitas anak masih cukup rendah sehingga dibutuhkan sebuah perbaikan pembelajaran. Untuk itu kegiatan perbaikan pembelajaran ini hanya difokuskan pada kemampuan motorik halus dan kreativitas anak melalui kegiatan 3 M (mewarnai, menggunting dan menempel) dengan tujuan tangan-tangan anak akan terbiasa dan terlatih dalam memegang pensil, menggunakan gunting dan menempelkan gambar pada kertas sehingga akan berimbas pada kenaikan motorik halus dan kreativitas anak.

Pendidikan anak usia dini di Desa Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang mulai ada sejak didirikannya Taman Kanak-kanak Pertiwi Karya Bhakti Kramat pada tahun 1982. Masyarakat mulai mempercayakan pendidikan anak usia dini mereka pada TK Pertiwi Karya Bhakti yang beralamat di jalan Cendrawasih RT.

05 RW. 01 Desa Kramat, Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang yang merupakan satu-satunya TK yang ada di Desa Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

(15)

Lokasi sekolah yang cukup strategis karena berada di permukiman penduduk dan dekat dengan jalan raya sangat membantu orang tua anak didik untuk mengantar jemput anak mereka. Mayoritas warga desa Kramat adalah petani dan pedagang, sehingga mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menemani anak mereka belajar di usia dini sehingga mempercayakan pendidikan anak-anak mereka di TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat ini. Sekolah ini sudah mempunyai fasilitas yang memadai dengan ruang belajar yang permanen dan fasilitas penunjang lainnya seperti tempat bermain dan alat permainan yang sudah cukup baik dapat membuat anak-anak mau mengikuti pembelajaran dengan baik.

Selain sarana belajar yang baik, TK Pertiwi Karya Bhakti Kramat juga ditunjang dengan pendidik yang mencukupi baik secara jumlah maupun secara kualitas. Jumlah guru yang ada di TK ini adalah 4 orang dengan di pimpin oleh 1 orang kepala sekolah. Latar belakang pendidikan para guru sudah S1 semua hanya peneliti saja yang masih menempung jenjang S1, sehingga secara kualitas mendidik mereka dapat diandalkan karena punya dasar pendidikan yang sesuai dengan anak usia dini. Dengan beberapa sarana penunjang tersebut diharapkan output dari TK Pertiwi Karya Bhakti sudah berkualitas sehingga siap dalam menempuh pendidikan selanjutnya.

Penelitian dilakukan mulai tanggal 28 Maret 2018 sampai dengan 14 April 2018 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018, dengan jadwal pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : 1) Prasiklus, dilaksanakan hari Rabu, 28 Maret 2018. 2) Siklus I, dilaksanakan hari Selasa-Sabtu tanggal 3-7 April 2018. 3) Siklus II dilaksanakan hari Selasa-Sabtu tanggal 10-14 April 2018

Pelaksanaan suatu kegiatan penelitian akan berjalan dengan baik jika adanya kerjasama antara peneliti dengan pihak-pihak terkait. Dalam kegiatan ini peneliti sudah banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak untuk membantu kegiatan perbaikan pembelajaran di TK. Pertiwi Karya Bhakti Kramat. Pihak-pihak yang sudah membantu kesuksesan pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah : 1)

(16)

Kepala Sekolah (Naning Prasetyawati, S.Pd) 2) Supervisor I (Toto Raharjo, S.Pd.

M.Pd) 3) Supervisor 2 (Sri Astuti, S.Pd) Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus pelaksanaan berbeda waktu. Untuk siklus I dilaksanakan hari Selasa – Sabtu, tanggal 3 – 9 April 2018 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa – Sabtu tanggal 10 – 13 April 2018 dari pukul 07.30-10.00. Pada setiap pelaksanaan perbaikan setiap siklus diamati oleh supervisor 2 yaitu Ibu Sri Astuti, S.Pd yang sehari-hari bertugas sebagai kepala TK Pertiwi Tunas Mulya Surajaya Adapun yang memantau dan membimbing adalah Bapak Toto Raharjo, S.Pd. M.Pd selaku pembimbing dan supervisor I.

Dari hasil observasi siklus I dapat diketahui bahwa siswa mulai lebih bisa mewarnai, menggunting dan menempelkan gambar dengan baik dan rapi. Kreativitas anak juga mulai berkembang, dengan mewarnai dalam pola gambar ada juga anak yang memberi warna pada gambar yang mereka bikin dengan warna yang mereka sukai, hal ini membuktikan bahwa kegiatan 3 M ini dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas. Namun begitu, terdapat juga kelemahan yaitu tidak semua siswa dapat melaksanakan kegiatan 3 M ini dengan baik, bahkan ada anak yang sama sekali tidak mau mengerjakan semua kegiatan 3 M ini. Hasil analisis di atas membuktikan bahwa suatu kegiatan yang dipilih dalam pembelaran dan menarik minat anak untuk mau belajar walaupun hasil yang dicapai tidak sesempurna yang diharapkan. sehingga masih dibutuhkan lagi perbaikan pada siklus II

Pada akhir RKH ke 5 siklus 2 sudah tampak hasil dari kegiatan perbaikan pengembangan ini dengan tercapainya kriteria ketuntasan yang diharapkan. Anak sudah bisa melaksanakan kegiatan 3 M (mewarnai, menggunting, dan menempel) kegiatan ini juga bisa meningkatkan kreativitas anak dalam pembelajaran, mereka sudah bisa mewarnai gambar dengan rapi, menggunting sesuai pola dan menempel dengan hasil yang rapi. Dengan tercapai persentase ketuntasan maka kegiaran penelitian ini dinyatakan berhasil.

(17)

Tekhnik Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian tindakan kelas bertujuan untuk membuktikan tentang ada tidaknya perbaikan yang dihasilkan setelah dilakukan penelitian tindakan. Dengan adanya analisis data, maka dapat diketahui seberapa besar mengenai peningkatan kualitas pembelajaran. Sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Analisis data dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang akan dianalisis berupa data lembar observasi aktivitas siswa saat kegiatan 3 M (mewarnai, menempel dan menggunting) dengan media berbagai media sesuai pola sedang berlangsung. Untuk mengetahui ketuntasan belajar data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Metode pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data yang memenuhi standar data yang ditetapakan.Metode yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan motorik halus anak. Peningkatan keterampilan motorik halus anak dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap aspek keterampilan motorik halus anak yang diamati yaitu apabila 80% memperlihatkan indikator dalam persentase baik.

Sedangkan untuk kreativitas anak-anak persentase yang diharapkan adalah 85%. Jika kedua aspek penilaian mencapai hasil tersebut maka penelitian akan dinyatakan berhasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Hasil belajar dalam kegiatan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK.

Pertiwi Karya Bhakti Kramat Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang pada prasiklus didapatkan hasil yaitu dari 15 anak hanya 3 anak atau 20% yang sudah

(18)

mampu, 3 anak atau 20% cukup mampu dan sisanya 9 anak atau 60% kurang mampu.

Kreativitas anak pada area motorik halus juga masih rendah. Rendahnya kreativitas anak disebabkan anak kurang tertarik dengan media yang digunakan pada pembelajaran area seni sehingga diperoleh data dari 15 anak hanya 3 anak atau 20%

yang kreatif, 2 anak atau 13% cukup kreatif sedangkan sisanya 9 anak atau 60% tidak kreatif.

Hasil perbaikan pembelajaran Siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 3-7 April 2018 menunjukkan bahwa kemampuan anak didik dalam kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) sudah ada peningkatan, sehingga berpengaruh kepada meningkatnya kemampuan motorik halus anak. Adapun nilai yang didapat dari 15 anak didik sebagai berikut : Anak yang mendapat nilai sudah mampu ada 8 anak (53%), yang mendapat nilai cukup mampu ada 4 (27% ) anak dan yang mendapat nilai kurang mampu ada 3 (20%) anak didik. Kreativitas anak didik sudah ada peningkatan, nilai yang diperoleh dalam pembelajaran siklus I sebagai berikut : Anak yang kreatif ada 7 anak (47%), cukup kreatif ada 3 anak (20%) dan kurang kreatif ada 5 anak (33%) dari total 15 anak didik. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak tetapi kenaikan tersebut belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang ingin dicapai.

Untuk mencapai indikator keberhasilan tersebut maka dilakukan Pprbaikan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 – 14 April 2018 adalah kemampuan motorik halus anak didik dalam kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel), nilai yang didapat dari 15 anak didik sebagai berikut : Anak yang mendapat nilai sudah mampu ada 12 anak (80%), yang mendapat nilai cukup mampu ada 2 (13% ) anak dan yang mendapat nilai kurang mampu ada 1 (7 %) anak didik.

Kreativitas anak didik sudah ada peningkatan yang sangat pesat, nilai yang diperoleh dalam pembelajaran siklus II sebagai berikut : Anak yang kreatif ada 13 anak (86%), cukup kreatif ada 1 anak (7%) dan kurang kreatif ada 1 anak (7%) dari total 15 anak didik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan sehingga perbaikan pembelajaran ini dinyatakan berhasil.

(19)

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran selama 2 siklus dapat dilihat adanya perbandingan hasil kemampuan motorik halus anak pada setiap siklusnya.

Adapun perbandingan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran disajikan melalui tabel berikut.

Tabel 1. Perbandingan Kemampuan Motorik Halus Anak Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

No Nama Kegiatan

Kemampuan Motorik Halus Sudah mampu

() Cukup mampu

(√) Kurang mampu ()

Jml % Jml % Jml %

1. Prasiklus 3 20 3 20 9 60

2. Siklus I 8 53 4 27 3 20

3. Siklus II 12 80 2 13 1 7

Perbandingan kreativitas anak antara sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran disajikan melalui tabel berikut.

Tabel 2. Perbandingan Kreativitas anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

No Aspek yang dinilai Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Kreatif 3 20 7 47 13 86

2. Cukup kreatif 2 13 3 20 1 7

3. Kurang kreatif 10 67 5 33 1 7

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran selama 2 siklus dengan melaksanakan 10 Rencana Kegiatan Harian (RKH) melalui kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak dari

(20)

prasiklus sampai berakhirnya siklus II. Anak yang kemampuan motorik halusnya masuk kategori sudah mampu pada prasiklus hanya 3 anak (20%) kemudian naik menjadi 8 anak (53%) pada siklus I dan naik kembali menjadi 12 anak (80%) pada siklus II. Anak yang kemampuan motorik halusnya masuk kategori sudah cukup pada prasiklus berjumlah 3 anak (20%) kemudian naik menjadi 4 anak (27%) pada siklus I dan turun menjadi 2 anak (13%) pada siklus II. Sedangkan anak yang kemampuan motorik halusnya termasuk kategori kurang mampu pada prasiklus berjumlah 9 anak (60%) kemudian turun manjadi 3 anak (20%) dan turun kembali menjadi 1 anak (7%) pada akhir siklus II. Peningkatan ini terjadi karena anak tertarik dengan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel).

Kegiatan perbaikan pembelajaran dengan kegiatan 3M (mewarnai, menggunting, menempel) juga dapat meningkatkan kreativitas anak dari prasiklus sampai berakhirnya siklus II. Pada prasiklus, anak yang termasuk kategori sudah kreatif sebanyak 3 anak (20%) dan naik menjadi 7 anak (47%) pada siklus I dan naik menjadi 13 anak (86%) pada siklus II, sementara untuk anak yang termasuk kategori cukup kreatif pada prasiklus berjumlah 2 anak (13%) naik menjadi 3 anak (20%) pada siklus I dan turun menjadi 1 anak (7%) pada siklus II. Untuk kategori kurang kreatif pada prasiklus berjumlah 10 anak (67%) turun menjadi 5 anak (33%) pada siklus I dan turun menjadi 1 anak (7%) pada siklus II.

Saran, Tindak Lanjut

Berdasarkan analisis masalah dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran untuk tindak lanjut sebagai berikut : 1) Guru dapat melaksanakan kegiatan 3M sebagai sumber/alat dalam pembelajaran bagi guru, sehingga anak lebih termotivasi dalam belajar. 2) Guru hendaknya lebih kreatif dalam menentukan strategi pembelajaran, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 3) Guru memiliki pemahaman terhadap kegiatan 3M dapat melatih kemampuan motorik halus, sehingga anak akan tertantang untuk belajar dan merasa nyaman dalam kegiatan disekolah. 4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya,khususnya peneliti lainnya yang berminat untuk mengatasi fenomena rendahnya kemampuan motorik halus anak Taman Kanak-kanak

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2009. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Perdana Media Group

Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas. 2010. Pedoman Penelitian Pembelajaran Di PAUD. Jakarta: Balai Pustaka.

Bambang Sujiono, dkk. 2009. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka

Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi. 2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka

Hartati Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Hasan Alwi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Heri Rahyubi. 2011. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Nusa Media: Jakarta

Imam Musbikin. 2006. Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rahmawati. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Usia Taman Kanak-

Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Slamet Suyanto. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat.

Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdiknas

Suratno. 2003. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Depdiknas: Jakarta Syafaruddin. (2011). Pendidikan Prasekolah. Medan: Perdana Publishing

Yudha M. Saputra dan Rudiyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Ketrampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus I kegiatan mewarnai menggunakan kuas lukis dan cotton bud anak -anak mencapai kriteria maksimal yaitu BSB, dalam indikator keterampilan jari- jemari anak sudah mampu

 Guru menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk meronce 5 Guru mencontohkan kepada Anak cara Meronce menggunakan media bahan bekas  Guru memberikan contoh cara meronce