• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR TEMA BINATANG

N/A
N/A
Teguh Riyanto

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR TEMA BINATANG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMALANG KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

ADE PUSPA WIARSI, 825141051, adepuspawiarsi @gmail.com

ABSTRAK

Wiarsi Puspa, Ade. 2017. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dan Kreativitas Anak melalui Kegiatan Mewarnai Gambar Tema Binatang Kelompok A TK. Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas melalui kegiatan mewarnai pada anak kelompok A TK. Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok A TK Putra VII Bojongbata. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan melalui langkah perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 15 anak. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dan dokumentasi, Hasil penelitian dapat diketahui dari pengamatan perkembangan pada tiap siklus dengan hasil kemampuan motorik halus anak yang masuk kategori sudah mampu dari 2 anak (13%) pada prasiklus naik menjadi 7 anak (46%) pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 12 anak (80%).

Kreativitas anak juga mengalami kenaikan anak yang kreatif dari 3 anak (20%) menjadi 8 anak (53%) dan meningkat lagi menjadi 13 anak (86%). Meningkatnya kemampuan motorik halus dan kreativitas anak sudah membuktikan bahwa kegiatan mewarnai dapat menarik minat anak untuk mengikuti pembelajaran.

Kata kunci : motorik halus, kreativitas, mewarnai PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan keterampilan yang merupakan pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan sepanjang hayat. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, moral, dan

1

(2)

nilai-nilai agama, serta pengembangan kemampuan dasar yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, dan fisik motorik Bredekamp & Copple, menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 4).

Pada masa kanak-kanak penyerapan informasi akan berlangsung sangat cepat, sehingga pada masa ini anak akan banyak melakukan peniruan terhadap bahasa, emosional, dan perilaku yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh anak, dan ini dikenal dengan masa the golden age (Slamet Suyanto, 2005: 6). Pendidikan Taman Kanak-kanak modern tidak memperhatikan salah satu aspek secara parsial (bagian) melainkan pendidikan secara menyeluruh terhadap komponen terkait pada diri anak.

Pertumbuhan pada masa ini perlu mendapat rangsangan untuk menerima informasi yang bermanfaat bagi anak, serta mengembangkan sikap sosial emosional. Seiring dengan pertumbuhan otak, maka pertumbuhan jasmani penting untuk diperhatikan.

Perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional dan bahasa. Pada masa ini anak sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Usia anak pada masa ini merupakan fase foundamental yang akan menentukan kehidupannya dimasa datang.

Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia dini khususnya perkembangan fisik dan motorik. Perkembangan motorik pada anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Anak yang memiliki keterampilan motorik yang baik akan mudah mempelajari hal-hal baru yang sangat bermanfaat dalam menjalani pendidikan. Penguasaan keterampilan motorik juga dapat memacu anak untuk menekuni bidang tertentu sejak dini seperti bermain musik, melukis, membuat kerajinan, membuat gambar desain, dan lain sebagainya.

Banyak sekali anak usia muda yang menonjol bakatnya karena kemampuan motorik halus yang baik.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki

(3)

kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa layanan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk anak usia 0-6 tahun yang bertujuan mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang dimiliki anak.

Berdasarkan pengamatan kegiatan pengembangan motorik halus pada TK PUTRA VII Kelompok A, keberhasilan pembelajaran kesenian dapat terwujud apabila kegiatan belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi belajar dan bermakna bagi anak. Keingintahuan dan keyakinan anak akan kemampuan diri adalah faktor pembangkit yang efektif. Anak- anak sebagian lainnya, mungkin terlihat lebih antusias pada saat bermalajin ayunan, perosotan, dan lempar tangkap bola, akan tetapi beberapa anak mungkin akan lebih memahami materi yang disampaikan secara visual, misalnya: melalui gambar- gambar yang menarik. Oleh karena itu ditemukan masalah dalam proses pembelajaran kemampuan seni anak melalui metode mewarnai gambar. Dari 15 anak hanya 2 anak atau 13% yang sudah mampu mewarnai dengan baik, 3 anak atau 20% yang cukup mampu mewarnai dengan baik dan 10 anak tau 67

% yang belum mampu mewarnai dengan baik.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan adanya suatu penelitian tindakan kelas untuk memperoleh strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan dapat diterapkan oleh guru. Guna perbaikan proses dan hasil dalam kegiatan mewarnai bebas di TK. Putra VII Bojongbata, guru perlu menerapkan pendekatan ekspresi bebas secara terarah melalui strategi pembelajaran

”pemberian motivasi” untuk merangsang dan memberikan motif berekspresi kepada anak. Dalam perbaikan pembelajaran ini akan menggunakan sistem siklus, jika dalam 1 siklus indikator kinerja belum dapat tercapai maka akan berlanjut ke siklus II. Tiap siklus akan dilaksanakan 5 rencana kegiatan harian dengan kegiatan utama mewarnai dengan berbagai media.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah kegiatan mewarnai gambar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK. Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang? 2) Apakah kegiatan mewarnai gambar dapat

(4)

meningkatkan kreativitas anak TK. Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang?

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran penelitian ini bertujuan untuk : 1) Meningkatkan kemampuan motorik halus dengan kegiatan mewarnai gambar pada anak TK. Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang 2) Meningkatkan kreatifitas anak dengan kegiatan mewarnai gambar pada anak TK.

Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

Kegiatan perbaikan pembelajaran ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait yaitu : 1) Bagi Anak Didik, meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK. Putra VII Bojongbata dan memacu kreatifitas anak untuk membuat gambar yang sesuai dengan imajinasi masing-masing anak. 2) Bagi Guru, memberi masukan kepada guru tentang salah satu alternatif pembelajaran untuk memacu motorik halus dan kreatifitas dan meningkatkan kinerja guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. 3) Bagi Sekolah, meningkatkan output siswa yang baik untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya dan memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses pembelajaran di TK. Putra VII Bojongbata.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan Motorik Halus

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil dan detail. Kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus (Suyadi, 2010: 69). Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978: 150). Pengendalian gerak ini merupakan perkembangan refleksi kegiatan anak pada waktu lahir. Apabila perkembangan tersebut belum terjadi maka anak akan tidak berdaya. Dari kondisi ketidakberdayaan tersebut perkembangan motorik anak akan berkembang cepat pada usia 4-5 tahun.

Pada usia ini pengendalian gerak yang terjadi adalah gerakan kasar yang melibatkan gerakan seluruh badan yang kemudian akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia yaitu perkembangan pengendalian koordinasi yang lebih kompleks.

(5)

Dari beberapa pengertian perkembangan motorik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak melalui otot kasar dan otot halus pada manusia/individu sejak dilahirkan sampai usia dewasa yang mana gerakan tersebut bermula dari sederhana menjadi lebih kompleks dan matang seiring bertambahnya usia. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik dalam penelitian ini peneliti mengambil keterampilan motorik halus yang merupakan kemampuan gerak menggunakan otot- otot halus pada jari tangan dan koordinasi mata untuk melakukan kegiatan seperti mewarnai dengan menggunakan media bahan alam.

Kegiatan pengembangkan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan fisik maupun psikis. Dengan demikian, ragam jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia (4-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain 15 anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat denganya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.

Aktifitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau dengan temannya. Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hak yang paling dekat dengan anak, sederhana, dan menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas

(6)

Sumantri (2005: 145) mengemukakan bahwa aktivitas keterampilan motorik halus anak Taman Kanak-kanak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan menggunting, mewarnai, menempel, memalu, merangkai benda dengan benang (meronce), menjiplak bentuk. Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis serta kemampuan daya lihat anak sehingga dapat melatih kemampuan anak melihat ke arah kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.

Yudha M. Saputra & Rudyanto (2005: 115), menjelaskan tujuan dari keterampilan motorik halus yaitu: 1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. 2) Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dan mata. 3) Mampu mengendalikan emosi. Hal yang sama dikemukakan oleh Sumantri (2005: 9) yang menyebutkan bahwa tujuan motorik halus untuk anak usia 4-5 tahun yaitu: 1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. 2) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. 3) Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan menggunting, memanipulasi benda. 4) Mampu mengkoordinasi indra mata dan aktivitas tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce). 5) Secara khusus tujuan keterampilan motorik halus anak usia (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis.

Melihat berbagai acuan para ahli tentang manfaat motorik halus, penulis menyimpulkan bahwa tujuan keterampilan motorik halus pada penelitian ini di antaranya adalah: a) Dengan anak mampu mengembangkan keterampilan motorik halus jari tanganya ke arah yang lebih baik, diharapkan anak akan lebih siap dalam hal menulis. b. Anak diharapkan mampu mengembangkan keterampilan motorik halus khususnya jari tangan dengan optimal kearah yang lebih baik. c. Diharapkan anak akan lebih mandiri dalam aktivitas kehidupannya dan dapat menyesuaikan lingkungan dengan baik

(7)

Kreativitas Anak

Menurut Munandar (1999: 33), kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian kreativitas merupakan kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan- hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Misalkan anak dapat membuat berbagai bentuk dari bahan plastisin. Pendapat Musbikin (2007:6) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan memulai ide dengan melihat hubungan yang baru atau tak diduga sebelumnya dan kemampuan memahami konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang ada, dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab

Menurut Muhammad (2010: 77), kreativitas itu ibarat sebuah intan. Semakin diasah, semakin berkilau. Seseorang mampu menciptakan sesuatu yang baru dapat diasah dengan stimulasi, dan modal kreatif seseorang adalah pada berfikir. Misalkan memberikan kebebasan bermain pada anak, atau memberikan berbagai pertanyaan.

Dengan demikian kreativitas anak bisa berkembang secara optimal.

Kreativitas merupakan proses yang dinamis dalam diri seseorang yang dapat menghasilkan beberapa pilihan atau alternatif suatu masalah, dan pertanyaan yang dihadapi seseorang. Kreativitas akan terlahir apabila kaya kreatif dan inovatif berguna dalam kehidupan manusia. Kreativitas sesungguhnya merupakan fenomena yang interen dalam kehidupan manusia yang sudah ada sepanjang sejarah manusia (Suyono, 2001:21). Dalam kehidupan sehari-hari pengembangan kreativitas sangatlah penting karena kreativitas merupakan kemampuan yang sangat berarti dalam kehidupan manusia. Kreativitas bukan sekedar keberuntungan melainkan sebuah kerja keras yang disadari. Kegagalan bagi orang yang kreatif merupakan sebuah variabel pengganggu untuk keberhasilan.

Orang yang kreatif biasanya selalu mencoba sesuatu hal untuk mencapai suatu keberhasilan. Meningkatkan kreativitas termasuk bagian integral dari kebanyakan

(8)

program untuk anak berbakat. Jika ditinjau dari program atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan- penemuan baru dalam bidang tertentu. Salah satu kendala konseptual utama terhadap pembelajaran kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diturunkan oleh orang berbakat atau genius. Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.

Munandar (2010: 15) menyatakan bahwa kreativitas sebaiknya dimunculkan dan dipupuk pada saat anak usia dini, ini karena : (1) dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sendiri. Perwujudan diri adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, (2) dengan kemampuan kreatitivitas dimungkinkan dapat melihat berbagai macam peyelesaian suatu masalah. Mengekspresikan pikiran-pikiran yang berbeda dari orang lain tanpa dibatasi pada hakikatnya akan mampu melahirkan berbagai macam gagasan. (3) bersibuk diri secara kreatif akan memeberikan kepuasan kepada seorang anak sehingga akan mempernagruhi perkembangan social emosinya. (4) dengan kreativitas, anak akan meningkatkan kualitas hidupnya. Gagasan-gasan baru sebagai buah pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan yang lebih penuh tantangan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikemukakan bahwa pengembangan kreativitas pada anak, khususnya usia dini sangat penting. Namun usaha kearah itu haruslah lewat jalan yang dapat menarik minat anak tersebut secara sukarela berangkat dari hatinya yang paling tulus dan dalam. Dengan demikian, jalan yang sangat mudah yaitu melalui kegiatan yang digemari dan menjadi kehidupan anak- anak pada saat itu yaitu bermain. Pengembangan kreativitas lewat kegiatan bermain haruslah diarahkan untuk merangsang kemampuan anak, negara dapat membuat kombinasi baru, sebagai kemampuan untuk memproduksi respon yang tidak biasa, serta merangsang agar anak berfikir. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu melalui mewarnai dengan bahan alam.

(9)

Kegiatan Mewarnai

Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media baik saat menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang-bidang gambar yang harus diberi pewarna (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011: 7.4). Berdasarkan pernyataan tersebut maka kegiatan mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak. Menyenangkan yang dimaksud di sini terletak pada proses memilih warna yang digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar kosong. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005: 65) bahwa kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan mewarnai bagi anak TK adalah adanya kebebasan untuk memilih dan mengkombinasikan unsur warna pada obyek yang diwarnainya sesuai keinginan anak. Tujuan dari kegiatan mewarnai adalah melatih menggerakkan pergelangan tangan (Sujiono, 2008: 2.12).

Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih keterampilan, kerapian serta kesabaran (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, 2011: 728). Keterampilan diperoleh dari kemampuan anak untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak memberi warna pada tempat-tempat yang telah ditentukan semakin lama anak akan semakin terampil untuk menggoreskan media pewarnanya karena sudah terbiasa. Kesabaran diperoleh melalui kegiatan memilih dan menentukan komposisi yang tepat sesuai pendapatnya seberapa banyak warna yang digunakan untuk menentukan komposisi warnanya.

Usaha yang dilakukan secara terus-menerus akan melatih kesabaran anak.

Mewarnai adalah kegiatan menyenangkan sekaligus bermanfaat untuk melatih saraf motorik, kreativitas, dan daya imajinasi .Mewarnai tidak sekadar kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak. Namun, melalui mewarnai berbagai kemampuan dasar anak dilatih. Selain itu, orangtua atau Pendidik bisa segera mengenali perubahan emosi, perasaan, dan keinginan anak. Dengan obyek yang diwarnai, koordinasi motorik halus anak dilatih. Semakin sering mewarnai, kemampuan koordinasi visual motoriknya pun semakin baik. Sebab, anak belajar menangkap coretan pada bidang tersedia dan mengisinya dengan berbagai warna secara

(10)

tepat.Setelah memahami beragam warna, anak bisa menuangkan imajinasinya secara bebas. Misalnya, anak boleh saja memilih warna selain hijau untuk pohon. Bisa juga anak mencampur warna coklat dan biru. Kebebasan ini memberi pengalaman dan mengembangkan kreativitas anak.

Kegiatan mewarnai yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak kelompok A usia 4-5 tahun pasti terdapat kelebihan serta kekurangan dalam pelaksanaannya, oleh kerena itu akan dipaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan kegiatan mewarnai. Adapun beberapa kelebihan dari kegiatan mewarnai adalah: 1) Mengembangkan keterampilan motorik anak khususnya motorik halus dan beberapa aspek perkembangan lain seperti kognitif dan sosial emosional. 2) Mengekspresikan perasaan anak dan melatih anak untuk belajar berkonsentrasi. 3) Melatih anak untuk persipan menulis di jenjang pendidikan selanjutnya.

Sedangkan kekurangan dalam kegiatan mewarnai adalah sebagai berikut : 1) Menjadikan anak kurang aktif karena mewarnai merupakan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi. 2) Interaksi yang terjadi antara guru dan anak ataupun satu anak ke anak yang lain kurang karena terlalu fokus pada gambar yang diwarnai.

3) Apabila terlalu sering dilakukan dapat menjadikan anak bosan Kerangka Berpikir

Anak prasekolah juga senang berpartisipasi dalam aktivitas gerak ringan seperti menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan menempel (Morrison, 2012: 221).

Anak pra sekolah disini termasuk anak kelompok A yaitu usia 4-5 tahun yang seharusnya menyukai kegiatan mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam.

Kegiatan mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang dilakukan menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol, pensil warna dan pewarna makanan.

Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola

(11)

serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Wardani dan Asmawulan,2011:36) agar anak dapat melakukan gerakan menggunakan otot-otot halus, maka anak sesering mungkin diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Sebaliknya bila tidak diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih, maka anak bisa berkembang secara optimal.

Setiap anak dapat mencapai tahapan perkembangan motorik halus yang optimal, asalkan mendapat stimulasi tepat dari guru serta lingkungan sekolahnya.Selain itu anak didik banyak yang terlihat bosan, mengantuk,kurang tertarik,bahkan ada yang main sendiri saat mengerjakan keterampilan seperti menggambar, mewarnai, menjiplak, menggunting atau keterampilan yang lain. Dengan keterampilan tangan anak dapat memanipulasi bahan, kreativitas dan imajinasi anakpun terlatih karenanya.

Selain itu kerajinan tangan dapat membangun kepercayaan diri anak (menurut Yuliani Nurani Sujiono, dkk :6.20)

Berdasarkan uraian diatas maka kegiatan mewarnai dengan berbagai media merupakan suatu upaya yang tepat dalam melatih secara dini motorik halus anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak guna mempersiapkan anak melangkah ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: ”Melalui kegiatan mewarnai dengan berbagai media kemampuan motorik hasil dan kreativitas anak kelompok A di TK.

Putra VII Bojongbata dapat meningkat”..

RENCANA PERBAIKAN

Subjek, Waktu, Tempat Penelitian dan Pihak yang Membantu

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah anak kelompok B di TK Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah peserta didik 15 anak didik, yang terdiri dari 8 anak laki- laki dan 7 anak perempuan. Peneliti adalah guru di TK Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

(12)

TK. Putra VII Bojongbata adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan dari usia 4-6 tahun. Sekolah ini beralamat di jalan Gatot Subroto No. 106 Kelurahan Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Sejak berdirinya sekolah ini sampai sekarang kepercayaan masyarakat terhadap sekolah ini sangat tinggi, hal ini terlihat dari stabilnya jumlah murid di TK ini. Pendidikan di TK.

Putra VII dilaksanakan setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai 10.00 WIB dengan mengembangkan aspek pendidikan anak usia dini seperti aspek pengembangan motorik, bahasa, seni, kognitif dan NAM. Sekolah ini sudah mendapatkan ijin pendirian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang, sehingga semua pelaksanaan kegiatan pembelajaran sudah mengikuti aturan yang sudah ditentukan.

Fasilitas gedung yang permanen dan beberapa Alat Permainan Edukatif (APE) baik di dalam maupun di luas kelas sangat membantu kenyamanan anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehari-hari. Dengan didukung oleh dewan guru yang sebagian besar sudah berpendidikan S1 dan sebagian lainnya dalam proses menempuh pendidikan S1 semakin menambah mutu pendidikan di TK Putra VII semakin meningkat

Pelaksanaan penelitian adalah semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 yaitu pada bulan September - Oktober 2017. Untuk lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Prasiklus, dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28 September 2017, berupa kegiatan pembelajaran dengan 1 Rencana Kegiatan Harian yang dilaksanakan untuk mencari permasalahan yang ada di kelompok B TK. Putra VII Bojongbata. 2) Siklus I, dilaksanakan pada hari Senin – Sabtu, tanggal 2 – 7 Oktober 2017 dengan melaksanakan 5 Rencana Kegiatan Harian (RKH) tema binatang yang sudah di tanda tangani oleh kepala sekolah atas persetujuan dari supervisor 2 untuk kemudian merefleksi dan membuat skenario perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada Siklus II jika pelaksanaannya belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan sebelumnya. 3) Siklus II, dilaksanakan mulai hari Senin, 17 Oktober 2017 sampai dengan hari Sabtu, 2 Oktober 2017 peneliti melaksanakan 5

(13)

Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah didiskusikan dengan supervisor 2 dan di tanda tangani oleh kepala sekolah untuk kemudian merefleksi dan membuat skenario perbaikan pembelajaran.

Pembuatan RKH untuk kegiatan pengembangan pembelajaran pada siklus I dan II menggunakan tema binatang, hal ini disesuaikan dengan kegiatan utama dalam perbaikan pembelajaran yaitu mewarnai gambar dengan berbagai media. Tema binatang adalah salah satu tema yang ada dalam program semester 1 yang dilaksanakan selama 2 minggu pembelajaran. Fokus perbaikan yang akan diambil yaitu meningkatkan motorik halus dan kreatifitas anak melalui kegiatan mewarnai gambar dengan berbagai media pada kelompok A TK. Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dapat berjalan dengan baik karena banyak pihak-pihak yang sudah membantu dalam semua rangkaian kegiatan penelitian, pihak-pihak tersebut antara lain : 1) Ibu Sri Dewi Agusrina, SH. M.Si, sebagai supervisor 1 dan juga tutor mata kuliah PKP yang berperan dalam menilai kemampuan mahasiswa dalam merancang, melaksanakan kegiatan pengembangan dan pembuatan laporan perbaikan laporan pengembangan. 2) Ibu Meirina, S.Pd, sebagai supervisor 2 yang berperan menilai kemampuan guru dalam merencanakan perbaikan kegiatan pengembangan dengan menggunakan lembar penilaian Kemampuan Guru – PKP 1 ( APKG-PKP 1) dan mengamati/mengadakan observasi dan menilai kemampuan melaksanakan perbaikan kegiatan pengembangan dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG PKP 2). 3) Ibu Suci Fatimah, S.Pd AUD, sebagai kepala TK. Putra VII Bojongbata yang telah memberikan ijin peneliti untuk melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian di TK Putra VII Bojongbata Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Kemampuan motorik halus dan kreatifitas anak kelompok A TK Putra VII Bojongbata masih sangat rendah, pada pembelajaran pra siklus didapatkan hasil dari

(14)

jumlah siswa 15 anak hanya 2 anak atau 13 % sudah mampu mewarnai gambar, 3 anak atau 20% cukup mampu mewarnai gambar 10 anak atau 67% belum mampu mewarnai gambar. Kreativitas anak juga dirasa masih kurang, dari jumlah 15 anak hanya 3 anak atau 20% yang kreatif, 3 anak atau 20% yang cukup kreatif sedangkan sisanya 9 anak atau 60% belum kreatif. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Kegiatan perencanaan. 2) Kegiatan pelaksanaan. 3) Kegiatan pengamatan/observasi. 4) Kegiatan observasi.

Kegiatan perencanaan dilaksanakan dengan menyiapkan data hasil perbaikan, mengadakan refleksi terhadap pembelajaran motorik halus dan kreativitas anak melalui kegiatan mewarnai gambar dengan berbagai media, membuat skenario pembelajaran, membuat rencana kegiatan Harian (RKH), mengadakan diskusi dengan teman sejawat/guru pendamping tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak dan kreativitas melalui kegiatan mewarnai gambar dengan berbagai media, membuat lembar observasi penilaian, menyusun strategi pembelajaran dan mempersiapkan media dan alat yang akan dipakai untuk meningkatkan hasil belajar.

Kegiatan pelaksanaan perbaikan setiap siklus diamati oleh supervisor 2 yaitu Ibu Meirina, S.Pd yang sehari-hari bertugas sebagai Guru di TK Pertiwi Kabupaten Pemalang. Adapun yang memantau dan membimbing adalah ibu Sri Dewi Agusrina, SH. M.Si selaku pembimbing dan supervisor I. Tugas supervisor 2 adalah mengamati proses kegiatan perbaikan pembelajaran dan tugas utama supervisor I adalah memberikan bimbingan kepada peneliti. Perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus masing-masing siklus pelaksanaan berbeda waktu. Untuk siklus I dilaksanakan hari Senin – Sabtu, tanggal 2 – 7 Oktober 2017 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Senin – Sabtu tanggal 17 – 21 Oktober 2017 dari pukul 07.30-10.00 WIB. Adapun fokus penelitian dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran motorik halus khususnya dalam hal meningkatkan kreativitas anak melalui kegiatan mewarnai gambar dengan berbagai media sebagai berikut : 1) Penggunaan metode demonstrasi. 2) Pemilihan kegiatan pembelajaran mewarnai gambar dengan berbagai media. 3) Membimbing anak dalam melaksanakan tugas kegiatan.4) Dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan

(15)

pembelajaran yang sudah dituangkan dalam rencana perbaikan Rencana Kegiatan Harian.

Kegiatan pengamatan/observasi dilakukan oleh peneliti dibantu supervisor 2 selama kegiatan pelaksanaan perbaikan dengan menggunakan lembar observasi pengamatan anak didik, lembar penilaian hasil karya anak dan lembar observasi guru.

Selama kegiatan peneliti mengamati kegiatan mewarnai gambar anak dan membantu anak yang mengalami kesulitan dalam mewarnai gambar dengan berbagai media pada kelompok A TK. Putra VII Bojongbata, serta memberikan penilaian hasil karya anak untuk mengetahui kemampuan masing-masing anak.

Kegiatan refleksi dilakukan setiap akhir siklus I dan siklus II dengan mengolah data yang diperoleh selama kegiatan pengamatan/observasi. Dari hasil refleksi diperoleh data bahwa sudah tampak hasil dari kegiatan perbaikan pengembangan ini dengan tercapainya kriteria ketuntasan yang diharapkan. Anak sudah bisa mewarnai gambar dengan berbagai media dengan hasil yang baik, kegiatan ini juga bisa meningkatkan kreatifitas anak dalam pembelajaran, mereka sudah bisa memadukan beberapa warna dan bentuk dengan berbagai variasi. Dengan tercapai persentase ketuntasan maka kegiaran penelitian ini dinyatakan berhasil

Tekhnik Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian tindakan kelas untuk membuktikan tentang meningkat atau tidaknya perbaikan setelah dilakukan penelitian tindakan.

Sesuai dengan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar anak. Analisis data dilakukan untuk mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan memperoleh informasi yang sesuai untuk tujuan penelitian (Wina Sanjaya, 2011: 106). Teknik analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu data yang diperoleh diubah ke dalam bentuk persentase.

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode deskripsi kualitatif adalah sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan dan ukuran kualitas, sedangkan

(16)

metode deskriptif kuantitatif adalah metode yang menggunakan pengukuran dengan presentase angka (Suharsimi, 2005: 269).

Sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu: 1) Data Primer, data yang didapatkan dari informan, baik melalui observasi, pemberian tugas maupun data lainnya. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah anak didik kelompok A TK. Putra VII Bojongbata dan guru/peneliti. 2) Data Sekunder, data yang mendukung terhadap data primer. Data sekunder ini akan diperoleh dari kepala sekolah, guru, siswa, sarana dan prasarana, kurikulum dan sistem pendidikan, penngembangan program dalam upaya peningkatan perkembangan kreatifitas anak.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1) Lembar Observasi Anak, digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan pembelajaran dengan kegiatan mewarnai gambar dengan berbagai media. Lembar pengamatan ini menjelaskan tentang aspek motorik halus anak: (a) kerapian, (b) kemauan, dan (c) ketelitian dengan simbol lingkaran penuh yang menyatakan mampu, cheklis yang berarti mampu tetapi dengan bantuan guru dan lingkaran kosong yang berarti anak belum mampu. 2) Lembar Observasi Aktivitas Guru, digunakan untuk mengamati kegiatan guru saat pembelajaran berlangsung.

Indikator Kinerja

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila hasil penelitian dalam observasi dan evaluasi dalam Penerapan tehknik mewarnai gambar dengan berbagai media untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dan kreatifitas anak mencapai nilai 80%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan pembelajaran pada prasiklus diketahui kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran mewarnai gambar dengan berbagai media masih rendah.

Rendahnya kemampuan motorik halus disebabkan anak kurang tertarik dengan pembelajaran sehingga diperoleh data sebagai berikut : 1) Kemampuan motorik halus anak pada pembelajaran prasiklus masih rendah, anak yang sudah mampu yaitu 2

(17)

anak (13%), anak yang cukup mampu yaitu 3 anak (20%), anak yang kurang mampu yaitu 10 anak (67%). 2) Kreatifitas anak pada pembelajaran prasiklus masih rendah, anak yang sudah kreatif yaitu 3 anak (20%), anak yang cukup kreatif yaitu 3 anak (20%), dan anak yang kurang kreatif yaitu 9 anak (60%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus dan kreativitas anak dalam kegiatan mewarnai gambar di TK. Putra VII Bojongbata masih kurang optimal, sehingga perlu adanya perbaikan siklus I.

Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak kelompok A TK Putra VII Bojongbata. Hasil penilaian kemampuan motorik halus menunjukkan bahwa anak yang sudah mampu dalam pembelajaran () sebanyak 7 anak (46%), anak yang cukup mampu () sebanyak 4 anak (27%), dan anak yang kurang mampu () sebanyak 4 anak (27%). Kreativitas anak juga sudah mengalami kenaikan,h al ini terlihat dari 15 anak yang mengikuti pembelajaran, ada 8 anak (53%) yang sudah kreatif, anak yang tergolong cukup kreatif sebanyak 4 anak (27%), dan anak yang belum kreatif ada 3 anak (20%). Dari data tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa kemampuan motorik halus dan kreativitas anak dalam mewarnai gambar pada anak kelompok A TK. Putra VII Bojongbata masih kurang optimal, sehingga perlu adanya perbaikan siklus II.

Perbaikan pembelajaran siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus dan kreativitas anak yang signifikan. Kemampuan motorik halus anak menunjukkan bahwa anak yang sudah mampu dalam pembelajaran () sebanyak 12 anak (80%), anak yang cukup mampu () sebanyak 2 anak (13%), dan anak yang kurang mampu () sebanyak 1 anak (7%). Hasil penilaian kreativitas anak menunjukkan anak yang sudah kreatif () sebanyak 13 anak (86%), anak yang cukup kreatif () sebanyak 1 anak (7%), dan anak yang kurang kreatif () 1 anak (7%) dari jumlah siswa 15 anak.

(18)

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pada pembelajaran akhir pembelajaran siklus II terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan prasiklus dan siklus I, yaitu anak yang mampu dalam mewarnai pada prasiklus hanya 2 anak sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 7 anak dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 12 anak. Anak yang cukup mampu pada prasiklus sebanyak 3 anak sedangkan pada siklus I naik 4 anak, pada siklus II menurun menjadi 2 anak. Anak yang kurang mampu pada prasiklus sebanyak 10 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 4 anak, pada siklus II menurun lagi menjadi 1 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 1. Kemampuan Motorik Halus Anak pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II

Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Anak % Jumlah

Anak % Jumlah

Anak %

Sudah

Mampu () 2 13% 7 46% 12 80%

Cukup

Mampu () 3 20% 4 27% 2 13%

Kurang

Mampu () 10 67% 4 27% 1 7%

Jml 15 100% 15 100% 15 100%

Pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan kreatifitas anak secara signifikan, yaitu anak yang kreatif pada prasiklus hanya 3 anak sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 8 anak dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 13 anak. Anak yang cukup kreatif, pada prasiklus sebanyak 3 anak sedangkan pada siklus I tetap 4 anak dan pada siklus II turun menjadi 1 anak. Anak yang kurang kreatif belajar, pada prasiklus sebanyak 9 anak sedangkan pada siklus I menurun menjadi 3 anak sedangkan pada siklus II turun menjadi 1 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.

(19)

Tabel 2. Kreativitas Anak pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II

Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jumlah

Anak % Jumlah

Anak % Jumlah

Anak %

Sudah

Kreatif () 3 20% 8 53% 13 86%

Cukup

Kreatif () 3 20% 4 27% 1 7%

Kurang

Kreatif () 9 60% 3 20% 1 7%

Jml 15 100% 15 100% 15 100%

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yaitu anak yang masuk kategori sudah mampu dari 2 anak (13%) pada prasiklus naik menjadi 7 anak (46%) pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 12 anak (80%). Anak yang cukup mampu mengalami kenaikan dari 3 anak (20%) pada prasiklus menjadi 4 anak (27%) pada siklus I dan pada siklus II menurun menjadi 2 anak (13%) sedangkan anak yang kurang mampu juga mengalami penurunan dari 10 anak (67%) pada prasiklus menjadi 4 anak (27%) pada siklus I dan pada siklus II menurun lagi menjadi 1 anak (7%). Secara keseluruhan hasil pembelajaran siklus II sudah optimal, karena sudah melampaui indikator kinerja sebesar 80% sehingga tidak perlu adanya perbaikan siklus III.

Peningkatan kreatifitas anak yaitu anak yang kreatif dari 3 anak (20%) menjadi 8 anak (53%) dan meningkat lagi menjadi 13 anak (86%). Anak yang cukup kreatif mengalami kenaikan dari 3 anak (20%) menjadi 4 anak (27%) dan menurun menjadi 1 anak (7%) sedangkan anak yangkurang kreatif mengalami penurunan dari 9 anak (60%) menjadi 3 anak (20%) dan pada siklus II manjadi 1 anak (7%).

Kegiatan mewarnai gambar dengan teknik usap abur pada pembelajaran bisa menarik perhatian anak untuk mengikuti pembelajaran secara baik, guru juga mengajak anak untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, kedua faktor inilah

(20)

yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreatifitas anak dalam kegiatan pembelajaran.

Saran dan Tindak Lanjut

Berdasarkan pembahasan pada hasil perbaikan maka peneliti memberikan saran tindak lanjut sebagai berikut 1) Pemilihan kegiatan mewarnai dalam pembelajaran motorik halus terbukti dapat meningkatkan kemampuan motorik halus dan kreativitas sehingga dapat menjadi alternatif kegiatan pembelajaran untuk menstimulasi kemampuan motorik halus anak agar dapat berkembang maksimal dan referensi serta motivasi untuk memberikan kegiatan pembelajaran yang tidak membosankan untuk anak. 2) Pembelajaran melalui kegiatan mewarnai menggunakan teknik usap abur merupakan salah satu alternatif dari kegiatan mewarnai yang meningkatkan antusiasme anak karena termasuk hal yang baru dan menyenangkan. 3) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di TK Pertiwi Putra VII Bojongbata dapat menjadi alternatif pemecahan masalah yang terjadi di lembaga sekolah dan menjadi acuan untuk lembaga sekolah agar menjadi lebih baik. 4) Sekolah dapat menyediakan media pembelajaran yang bervariasi sehingga pembelajaran kemampuan anak dapat berjalan sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi keenam (Med.

Meitasari Tjandrasa. Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Imam Musbikin. (2007). Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka Sujiono, Bambang. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas

Terbuka

Sumantri, (2005). Model Pengembangan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta

Utami Munandar. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yuliani, N. S. & Bambang S. (2005). Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta:

Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.

Soemiarti Patmonodewo. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta..

(21)

Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media.

Referensi

Dokumen terkait

Dekan Tarbiyah IAI Bunga Bangsa Cirebon Di Cirebon Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan Skripsi

Mampu menjelaskan Model praktik dalam konteks nasional dan global pengukuran kualitas dan mutu asuhan Evidence terkait asuhan kebidanan Role Model dalam asuhan kebidananC2  Ketepatan