• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM BERBANTUAN MEDIA DAUN PISANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM BERBANTUAN MEDIA DAUN PISANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM BERBANTUAN MEDIA DAUN PISANG UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

Made Samiati1, I Nyoman Wirya2, Putu Rahayu Ujianti3

1,3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: amik.id48@gmail.com1, wiryanyoman@gmail,com2, rahayuujianti@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Budhi Luhur sudaji. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 13 orang Anak TK pada Kelompok B2 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Data penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik halus dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan melalui penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang dengan penerapan pada siklus I sebesar 67,81% yang berada pada kategori sedang dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,56% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak sebesar 17,75%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Menganyam Berbantuan Media Daun Pisang Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B2 TK Budhi Luhur Sudaji berlangsung secara efektif.

Kata-kata kunci: Metode Pemberian Tugas, Kegiatan Menganyam, Media Daun Pisang, Kemampuan Motorik Halus

Abstract

This study aimed to improve the students fine motor skill by using weaving leaf of the students group B2 in second semester in the academic year 2014/2015 at TK Budhi Luhur Sudaji. This research was a classroom action research. This study was conducted in two cycles. Subject of this study were the students of B2 group in the second semester in the academic year 2014/2015 which consists of 13 students.

Method used was observation method with instrument such as observation sheet. Data were analyzed using descriptive statistical analysis of quantitative methods. The result showed that there was an improvement to the childs fine motor skill toward application of task method by weaving leaf activity. The result was 67,81% on the average level and 85,56% was increasing on the second cyle and was the hight level. There was an improvement level of the students fine motor skill about 17,75%. The result showed that the students fine motor skill toward application of task method by weaving leaf activity for improving the students fine motor skill on the B2 group at TK Budhi Luhur Sudaji completed effectively.

Keyword : giving a taks method, weaving leaf activity, fine motor skill

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun,yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani. Dalam hal ini pemerintah Indonesia telah merealisasikan akan pentingnya masa usia dini dengan lahirnya kebijakan pemerintah tentang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan pasal 28 Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta terbentuknya Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Dunia anak-anak merupakan dunia yang penuh dengan permainan, dimana masa-masa penting bagi anak untuk dapat mengungkapkan semua rasa ingin tahu dan menemukan sesuatu yang baru. Utamanya anak dalam usia pra sekolah akan menggunakan segala kemampuannya untuk menerima dan melakukan hal-hal yang baru. Dalam kegiatan aktifitasnya anak-anak tentunya tidak akan terlepas dari penggunaan anggota tubuhnya. Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memfungsikan anggota tubuh mereka.

Usia TK yaitu usia 4-6 tahun merupakan masa usia keemasan atau golden agebagi perkembangan fisik dan mental anak tersebut. Pada masa ini anak sangat sensitif menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya. Oleh sebab itu masa kanak-kanak adalah masa yang berpengaruh bagi perkembangan anak dimasa depan. Kesuksesan anak dalam melampui masa ini menjadi pondasi bagi kesuksesan anak tersebut dimasa depan, untuk itu dalam pembentukan kemampuan anak perlu mendapat stimulasi yang sesuai dengan taraf perkembangannya. Pendidikan anak usia dini dilakukan dengan cara bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, tentunya memerlukan upaya yang dapat memberikan hasil yang optimal dengan penggunaan media pembelajaran disesuaikan pada kondisi daerah TK berada (Permendiknas 58 tahun 2009).

Anak mengalami kesulitan menggunakan motorik halusnya dalam kegiatan yang memerlukan gerakan kasar maupun gerakan halus, karena saraf-saraf otot anak belum matang misalnya dalam memegang benda-benda kecil maupun membuat anyaman. Kegiatan motorik halus yang dilakukan ketika belajar menganyam dapat membuat kemampuan motorik halus anak menjadi matang. Hal ini merupakan dasar dari kemampuan anak dalam kegiatan belajar menulis. Anak mempunyai kekuatan dalam memegang pensil dengan benar serta menggerakkan jari jemarinya dengan lentur. Kegiatan menganyam juga merupakan sarana untuk mengungkapkan kreasi dan kemampuan anak. Koordinasi mata dengan tangan serta daya ingat tentang pola yang harus dilakukan akan merangsang otak anak serta melatih kesabaran anak. Apabila tidak ada kesempatan untuk kegiatan bermain, dan tidak ada bimbingan dalam cara demonstrasi, anak akan bosan dan mencari perhatian.

Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah di TK Budhi Luhur Sudaji.

TK Budi Luhur Sudaji berdiri sejak tahun 1986. TK ini dari sejak bediri sampai sekarang tetap menggunakan nama TK Budhi Luhur Sudaji, karena TK ini merupakan TK swasta. TK Budhi Luhur Sudaji memiliki tenaga pengajar berjumlah 4 orang yaitu Ibu Luh Anggreni sebagai Kepala Sekolah TK Budhi Luhur Sudaji, Ibu Ketut Karyatini sebagai guru di kelompok B1, Ibu Artasih sebagai guru di kelompok B2, dan Ibu Kadek Rien Listyawati sebagai guru di kelompok B3.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di TK Budhi Luhur Sudaji tanggal 7 Januari 2015 pada kelas B2,dari 13 orang anak terdapat 3 orang anak yang mendapat bintang satu («), 7 orang anak mendapat bintang dua (««) dan 3 orang anak mendapat bintang tiga («««).

Padahal harapan ketuntasannya memperoleh bintang empat (««««).

Perkembangan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang. Melalui kegiatan menganyam anak secara tidak sadar mendapat pesan

(3)

pembelajaran dari guru. Menganyam dalam masa kanak-kanak adalah untuk kesenangan dan tidak mengharapkan hasil akhir, tetapi kegiatan menganyam merupakan sumbangan yang penting untuk perkembangan anak. Menganyam memberikan kesempatan bagi anak untuk banyak belajar, diantaranya yang sangat penting adalah meningkatkan kemampuan motorik halus. Beberapa ciri perkembangan motorik pada masa usia Taman Kanak- kanak, yaitu adanya perubahan gerakan dari motorik kasar ke motorik halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot- otot yang lebih halus serta adanya koordinasi. Memperoleh keterampilan dan koordinasi gerak yang sempurna diperlukan latihan dan belajar dalam hal kecepatan, ketepatan dan keluwesan gerakan.

Gerak motorik halus adalah gerak yang melibatkan bagian tubuh tertentu, gerak ini biasanya dilakukan di dalam ruangan, misalnya gerakan jari dan pergelangan tangan. Adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak sangat diperlukan untuk dapat mengembangkan semua keterampilan motorik halus yang ada pada anak, untuk gerak motorik halus dapat diberikan kegiatan seperti menggambar, melipat, menganyam dan sebagainya.

Kemampuan motorik halus tersebut diharapakan dimiliki anak dalam melakukan dan mengendalkan gerakan tubuh dan anggotanya secara efektif.

Mengingat dunia anak adalah dunia bermain, maka sebaiknya kegiatan pembelajaran dilakukan dengan permainan yang membuat anak merasa senang, aman dan tidak terpaksa sehingga standar pencapaian kemampuan motorik halus anak terpenuhi dengan baik. Anak dilatih untuk menggerakkan jari-jari tangan dan memfokuskan pandangan mata saat menganyam, dimana guru merencanakan bentuk evaluasi untuk pengembangan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan kemampuan motorik halus anak setelah diterapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang pada anak

kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Budhi Luhur Sudaji.

METODE

Metode pemeberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Guru memberikan arahan dan petunjuk serta motivasi agar anak dapat menyelesaikan dengan baik.

Metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan pembelajaran” (Djamarah, 2002:96). Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Pemberian tugas dapat merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. tujuan metode pemberian tugas adalah agar anak dapat bertanggung jawab baik bagi diri sendiri maupun kelompok, dengan adanya tugas yang diberikan guru maka anak dapat menjalin kerjasama yang erat dan kompak, menumbuhkan motivasi anak untuk menjadi yang terbaik.

Hajar dan Evan (2010:6.24) menyatakan bahwa, kerajinan anyaman merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh pengrajin dengan teknik tradisional sebagai nilai artistik yang cukup memenuhi keinginan penikmatnya dengan metode kerjasama yaitu lungsi bahan anyaman yang menjulur ke atas dan pakan sebagai bahan anyaman yang menjulur ke samping yang menyusup pada lungsi. Kerajinan anyaman merupakan kegiatan yang menyusun lungsi dan pakan. Lungsi adalah tangkai yang disusun membujur, sedangkan pakan adalah bagian yang disusun melintang. Kegiatan menganyam bertujuan untuk melatih keterampilan motorik yang tidak kalah penting bagi perkembangan anak usia dini. Menganyam itu mempunyai teknik sendiri-sendiri dan memiliki kesulitan masing-masing, karena itu menganyam sangat baik untuk melatih kesabaran anak.

Media adalah suatu alat yang berbentuk fisik sebagai penengah, perantara, penyampaian sebuah pengetahuan dan informasi baik maupun

(4)

buruk, positif maupun negatif kepada masyarakat, dalam pembelajaran media merupakan segala alat pengajaran yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar serta dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat anak didik sehingga memudahkan pencapaian tujuan pendidikan atau pengajaran tersebut.

Media daun pisang yang dijadikan media dalam penelitian ini akan sangat membantu siswa sebagai salah satu media yang konkret dan familier serta mudah didapat siswa, sehingga siswa yang masih dibangku TK dengan taraf pemikirannya operasional konkret akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan guru yang berimplikasi pada pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna dan mampu meningkatkan kemampuan menganyam siswa itu sendiri.

Kegiatan menganyam dilembaga pendidikan anak usia dini anda tidak harus mencari bahan yang sulit. Apalagi di daerah yang agak sulit menemukan bahan-bahan yang dikeluarkan dari pabrik, maka dapat menggunakan lembaran daun pisang.

Bahan ini disamping mudah dicari, harganya juga sangat murah dan aman digunakan bagi anak usia dini. “Lembaran daun pisang agar dapat dipakai sebagai bahan anyaman maka harus menyobeknya terlebih dahulu cukup dengan kuku jari yaitu dengan cara dibelah-belah dengan ukuran sesuai yang dihendaki baik lungsi maupun pakannya” (Hajar dan Evan, 2010:6.26).

Fisik motorik halus adalah gerakan- gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil, misalnya otot-otot jari tangan, otot muka dan lain-lain” (Bambang, 2007:12.5).

Gerakan motorik halus, terutama yang melibatkan otot tangan dan jari biasanya membutuhkan kecermatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otot kecil. Gerakan motorik halus akan berkembang sesuai usia anak dan tahap perkembangan anak. Menurut Yudha &

Rudyanto (2005:115) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan dari pengembangan motorik anak yaitu pengembangan dari fisik motorik kasar dan halus yaitu meliputi: Tujuan pengembangan fisik motorik kasar yaitu: Mampu

meningkatkan keterampilan gerak, Mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, Mampu menanamkan rasa percaya diri, Mampu bekerjasama, Mampu berperilaku disiplin dan jujur dan sportif.

Dan tujuan pengembangan fisik motorik halus yaitu: Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, Mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata, Mampu mengendalikan emosi.

Perkembangan motorik adalah perubahan secara progresif pada kontrol dan kemampuan untuk melakukan kemampuan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan dan latihan/pengalaman selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan dan pengerakan yang dilakukan” (Rini dkk, 2006:8.9).

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak baik kasar maupun halus.

Perkembangan motorik juga merupakan suatu proses keterampilan anak dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak.

Pengembangan motorik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik anak melatih gerakan fisik motorik kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol, gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh.

Sumantri (2005:143) menyatakan bahwa, motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. motorik halus merupakan gerakan yang melatih otot-otot kecil yang memerlukan koordinasi tangan dan mata untuk merangsang kelenturan gerakan motorik halus anak untuk menyiapkan anak pada pendidikan selanjutnya. Menurut Wahyudin dan Agustin (2002:34) menyatakan “Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari- jemari”. ciri-ciri kemampuan motorik halus

(5)

adalah gerakan yang menggunakan koordinasi antara mata dan jari-jemari anak dengan menggunakan otot-otot kecil dalam bergerak. Koordinasi tersebut akan merangsang anak untuk menjadi terampil.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Igak dan Kuswaya (2008:1.3) mengemukakkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara lebih profesional.

Penelitian ini dilaksanakan di TK Budhi Luhur Sudaji pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Kelompok yang menjadi sasaran penelitian adalah kelompok B2 yang berjumlah 13 anak, yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Budhi Luhur Sudaji pada semester II dalam kegiatan menganyam dengan media daun pisang. Pada penelitian ini, digunakan dua variabel sebagai berikut: (a). Variabel Bebas : Metode Pemberian Tugas melalui kegiatan Menganyam berbantuan Media Daun Pisang (b). Variabel Terikat:

Kemampuan Motorik Halus.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Dalam penelitian ini, jenis metode observasi tak terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan anak dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menyiapkan sebuah kriteria penilaian Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi,untuk menganalisis data kedua metode diatas menggunakan metodestatistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti disribusi frekuensi,

grafik, modus (Mo), Median (Me), angka rata-rata (Mean), dan standar deviasi, untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67).

Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus- rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan peneliti, dan kesimpulan ditarik berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis” (Agung, 2012:68).

Setelah data penelitian terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data yang menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Tingkat kemampuan motorik halus yang diperoleh anak, hasilnya akan dikonversikan dengan cara, membandingkan nilai M (%) atau rata-rata persen kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Siklus I dilaksanakan dari tanggal 7 April 2015 sampai dengan tanggal 29 April 2015, yaitu dilakukandua belas kali pertemuan dan satu kali untuk evaluasi untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan tema kekayaan alam dan planet. Pada empat indikator tersebut diterapkan selama tiga harikarena ada indikator yang digabungkan yaitu: indikator menganyam sederhana dengan daun pisang dan indikator menganyam dengan daun pisang yang berwarna, sehingga ada dua indikator yang diterapkan dalam satu hari. Jadi dalam dua belas kali pertemuan tersebut setiap indikator dapat diterapkan sebanyak empat kali.

Penelitian ini pelaksanaannya menyesuaikan dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya seperti tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dengan melaksanakan tahapan- tahapan tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas yaitu data mengenai kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam dengan metode pemberian tugas.

(6)

Tabel 1. Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Motorik Halus Anak pada Siklus I

Skor

(X) F fk fX

11 2 13 22

10 1 11 10

9 1 10 9

8 1 9 8

7 2 8 14

6 4 6 24

5 2 2 10

Total : N= 13 ∑fX= 97 Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan motorik halus anak pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

Grafik 1. Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak pada Siklus I

Berdasarkan grafik polygon di atas, Mo < Me < M (6,00 < 7,00 < 7,46), menunjukkan kurve juling positif, yang artinya kemampuan motorik halus anak pada siklus I cenderung sedang. Nilai M %

= 67,81 yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.5 Pedoman Skala Lima tentang kemampuan motorik halus anak. M % berada pada tingkat penguasaan 65 – 79 % yang berarti bahwa kemampuan motorik halus anak pada siklus I berada pada kriteria sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kemampuan motorik halus anak masih berada pada kriteria sedang,

yaitu: Pada pertemuan pertama anak masih belum terbiasa dengan media daun pisang yang digunakan untuk menganyam, karena sebelumnya media daun pisang tidak pernah diberikan di TK tersebut. Pada saat kegiatan menganyam berlangsung suasana kelas menjadi ribut, karena anak-anak masih bingung dengan media yang digunakan untuk menganyam. Setelah kegiatan pembelajaran selesai peneliti melakukan diskusi dengan guru pengajar dan adapun hasil diskusi peneliti dengan guru yaitu sebelum kegiatan menganyam dimulai guru akan memperkenalkan dan mensosialisasikan media daun pisang yang akan digunakan untuk menganyam pada pertemuan selanjutnya. Adapun respon anak-anak pada pertemuan kedua setelah guru memperkenalkan dan mensosialisasikan media daun pisang adalah anak-anak mulai terbiasa dengan media daun pisang yang digunakan untuk menganyam. Pada pertemuan ketiga guru memperkenalkan dan mensosialisasikan kembali media daun pisang, adapun respon anak yaitu anak-anak menjaditerbiasa dengan media daun pisang yang dipakai untuk menganyam. Pertemuan akhir pada siklus I dilakukan evluasi penlaian dan menunjukkan bahwa hasil pada siklus I ini berada pada kategori sedang. Untuk mencapai kategori tinggi maka pelaksanaan peneliti ini perlu dilanjutkan ke siklus II.

Pada pertemuan pertama guru kurang memperhatikan atau mengawasi anak pada saat kegiatan menggunting daun pisang dan pada saat kegiatan menganyam berlangsung,karena indikator yang pertama diterapkan yaitu menggunting daun pisang berdasarakan bentuk/pola. Saat kegiatan berlangsung guru kurang memperhatikan anak, sehingga anak kebanyakan bercanda bersama temanya. Setelah kegiatan pembelajaran selesai peneliti melakukan diskusi dengan guru, dan adapun hasil diskusi yaitu guru dan peneliti merencanakan akan melakukan kegiatan berkeliling dan mengawasi anak-anak pada saat kegiatan menggunting dan menganyam berlangsung yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

Adapun respon anak-anak pada pertemuan selanjutnyaa setelah guru melakukan kegiatan berkeliling dan mengawasi anak-

(7)

anak pada saat kegiatan berlangsung yaitu anak-anak mulai fokus menggunting daun pisang dan menganyam daun pisang, dan anak-anak menjadi lebih aman dalam menggunakan gunting karena guru sudah mengawasi secara berkeliling. Pada akhir siklus I diadakan evaluasi dan menunjukkan bahwa hasil pada siklus I ini berada pada kategori sedang. Untuk mencapai kategori tinggi maka pelaksanaan peneliti ini perlu dilanjutkan ke siklus II.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut. Pertama, Strategi yang diberikan guru untuk mengatasi anak- anak yang masih belum terbiasa dengan media daun pisang yaitu guru memperkenalkan dan mensosialisasikan serta memberi penguatan dan motivasi kepada anak agar anak mau mencoba menggunakan media yang digunakan supayaanak terbiasa menggunakan media daun pisang. Kedua, Strategi yang diberikan guru yaitu dengan cara terus melakukan kegiatan berkeliling dan mengawasi anak saat kegiatan menggunting berlangsung dan kegiatan menganyam berlangsung.

Hasil

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukan penyempurnaan pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015 sampai dengan 13 Mei 2015 dengan tema tata surya. Pada siklus II peneliti menerapkan sebanyak enam kali pertemuan dan satu kali evaluasi di akhir siklus. Pada siklus II setiap indikator diterapkan sebanyak dua kali, karena pada siklus II ini peneliti tinggal menyempurnakan dari hasil siklus I.

Penelitian ini pelaksanaannya menyesuaikan dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya seperti tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dengan melaksanakan tahapan- tahapan tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas yaitu data mengenai kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam dengan metode pemberian tugas.

Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Motorik Halus Anak pada Siklus II

Skor (X) f Fk fX

16 4 13 64

15 1 9 15

14 2 8 28

13 2 6 26

12 2 4 24

11 1 2 11

10 1 1 10

Total : N= 13 ∑fX= 178 Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan motorik halus anak pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut

Grafik 2. Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak pada Siklus II

 

Berdasarkan grafik polygon di atas, Mo > Me < M (16,00 < 14,00 < 13,69), menunjukkan kurve juling negatif, yang artiya kemampuan motorik halus anak pada siklus II tinggi. Nilai M % = 85,56 yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.5 Pedoman Skala Lima tentang kemampuan motorik halus anak. M % berada pada tingkat penguasaan 80 – 89 % yang berarti bahwa kemampuan motorik halus anak pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut, Pertama, Anak yang awalnya belum terbiasa menggunakan media daun pisang, tetapi setelah guru mensosialisasikan dan memperkenalkan kembali media daun pisang serta diberikan bimbingan, motivasi,

(8)

penguatan dan diberikankesempatan untuk memakai media secara langsung anak menjadi terbiasa menggunakan media daun pisang. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan peneliti yaitu anak mulai fokus dan tidak bingung lagi dengan kegiatan yang diberikan guru.Hal tersebut disebabkan dengan pengawasan guru secara berkeliling ,sehingga anak bisa fokus melakukan kegiatan menggunting dan menganyam daun pisang. Kemampuan motorik halus anak meningkat sesuai dengan harapan. Kemampuan motorik halus anak meningkat, yang awalnya sedang menjadi tinggi pada saat proses kegiatan menganyam. Hal tersebut dikarenakan anak-anak fokus dan tidak bingung saat melakukan kegiatan menganyam yang diberikan oleh guru.

Anak-anak juga sudah terbiasa dan telah mengenal serta mengetahui bahan yang digunakan dalam kegiatan menganyam.

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak sudah berjalan dengan baik dan sesuai harapan hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan

Penyajian hasil penelitian di atas, memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus, dalam pelaksanaannya peneliti lakukan dengan bekerjasama dengan guru. Siklus I terdiri dari dua belas kali pertemuan dan setiap indikatornya diterapkan sebanyak empat kali, karenaada indikator yang digabungkan yaitu: indikator menganyam sederhana dengan daun pisang dan indikator menganyam dengan daun pisang yang berwarna. Sehingga 4 indikator tersebut

diteraokan selama 3 hari dalam satu minggu.

Siklus II terdiri dari enam kali pertemuan dan setiap indikatornya diterapkan sebanyak dua kali, dan akhirnya menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar anak dari pelaksanaan tindakan siklus I dan berlanjut ke siklus II. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 7 Januari 2015 pada kelompok B2 di TK Budhi Luhur Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng menunjukkan kurangnya perkembangan kemampuan motorik halus anak khususnya dalam kegiatan menganyam, dapat dilihat dari 13 orang anak terdapat 3 orang anak yang mendapat bintang satu, 7 orang anak yang mendapat bintang dua, dan 3 orang anak mendapat bintang tiga. Padahal harapan ketuntasannya memperoleh bintang empat. Dan setelah menerapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang hasil yang diperoleh adalah dari 13 orang anak 7 orang anak mendapat bintang tiga dan 6 orang anak mendapat bintang empat. Peningkatan tersebut terjadi karena penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data tentang kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang.

Berdasarkan analisis data kemampuan motorik halus anak diperoleh rata-rata persentase kemampuan motorik halus anak pada siklus I sebesar 67,81 % dan rata-rata presentase kemampuan motorik halus anak pada siklus II sebesar 85,56 % ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase kemampuan motorik halus anak siklus I ke siklus II sebesar 17,75 %. Dengan demikian menunjukkan adanya perubahan dari sebelum dan sesudah diterapkannya metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang pada kelompok B2di TK Budhi Luhur Sudaji. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas berarti bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang dapat

(9)

meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok B2 Semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Budhi Luhur Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam bab IV, setelah diterapkannya metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B2 di TK Budhi Luhur Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B2 TK Budhi Luhur Sudaji setelah diterapkan metode pemberian tugas melalui kegiatan menganyam berbantuan media daun pisang pada siklus I sebesar 67,81%

dan rata-rata hasil belajar kemampuan motorik halus anak pada siklus II sebesar 85,56%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 17,75%.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut, guru TK diharapkan dapat mempertahankan kegiatan menganyam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan dapat menggunakan bahan alam lain yang bisa digunakan untuk menganyam, anak diharapkan agar lebih memperhatikan kegiatan menganyam yang sedang berlangsung, sehingga kemampuan motorik halus anak dapat meningkat, kepala sekolah agar dapat menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan kegiatan menganyam dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, peneliti lain di sarankan untuk menemukan alternatif yang lain dapat diaplikasikan pada kegiatan menganyam dan mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai upaya untuk menyempurnakan peningkatan kemampuan motorik halus

anak melalui metode pemberian tugas berbantuan media daun pisang.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Djamarah.S.B.Zain.A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Kedua.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Hildayani, Rini dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Anak. Cetakan ke-6.

Jakarta: Universitas Terbuka

Kuswaya, Igak. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Ke-7. Jakarta: UT Pamadhi, Hajar dan Sukardi Evan S. 2010.

Seni Keterampilan Anak. Cetakan ke- 5. Jakarta: UT.

Pertamawati, Ida. 2014. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Menganyam pada Anak Kelompok B.

Pesona PAUD. Volume III. (Halaman 1-9).

Rudyanto, Yudha. 2005. Pembelajaraan Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak. Jakarta:

Depdiknas.

Sujiono, Bambang dkk. 2007. Metode Pengembangan Fisik. Cetakan Ke-7.

Jakarta: Universitas Terbuka

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti

UU No 20 Tahun 2003 Pasal 28. Tentang Sistem Pendidikan Nasional serta terbentuknya Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Citra Umbara.

(10)

UU RI No 23 Tahun 2002 Pasal 28.

Tentang Perlindungan Anak.

Bandung: Citra Umbara.

Wahyudin, U. Agustin, M. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.

Cetakan Kedua. Bandung: PT Refika Aditama

(11)

Gambar

Tabel  1.  Menyusun  Tabel  Distribusi  Frekuensi  Skor  Kemampuan  Motorik  Halus  Anak pada Siklus I
Grafik 2.  Frekuensi Kemampuan Motorik  Halus Anak pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Pencapaian tujuan tersebut salah satunya dilakukan dengan cara menempatkan narapidana pada sel-sel di dalam penjara yang membuat narapidana terbatas untuk dapat

Kajian i ni dilakukan secara sosiologikal. Ini dilakul: an bagi memudahl:. unt;uk monjimatk an ma sa dan perbe l anjaan.. menjadi responden pengk aji.. selalunya dihadapi

Pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda beralasan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis, tes keterampilan berpikir kritis ini diberikan sebanyak dua kali

Novel Luka Perempuan Asap menunjukan bahwa alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit di daerah transmigrasi Provinsi Riau menimbulkan kerusakan lingkungan,

Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah membimbing dan memberi contoh kepada anak agar dapat mengerjakan tugasnya secara mandiri

meningkatkan kemampuan motorik halus. 3) Pengamatan (observasi): Peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya kegiatan. Pengamatan dilakukan secara terus-menerus

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan

Tujuan survei ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perilaku terkait dengan penggunaan napza dan perilaku seks penasun yang telah dijangkau atau memanfaatkan layanan