• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

Ni Wayan Nariasih¹, I Nyoman Wirya², Nice Maylani Asril³

¹ ² ³Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]., [email protected]., [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah 13 orang pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2013/2013 di TK Trisula. Data penelitian tentang kemampuan motorik halus dikumpulkan dengan metode observasi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam pada siklus I sebesar 61,90% yang berada pada kriteria rendah dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,45%

tergolong pada kriteria tinggi. Peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,55%.

Kata-kata kunci: metode pemberian tugas, kemampuan motorik halus

Abstract

The present study was aimed at improving second semester B1 students’ fine motoric ability on the academic years 2013/2014 at Trisula kindergarten in Buleleng district, Buleleng regency by implementing task giving method assisted with natural substances mosaic technique visual aids. This study was a classroom action research conducted in two cycles. There were 13 second semester B1 students’ fine motoric ability on the academic year 2013/2014 at Trisula kindergarten as the subject of the research.

The data of students’ fine motoric ability was obtained by implementing an observation.

The research instruments were observation sheets. The data was analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative analysis method.The result of the data analysis showed that the implementation of task giving method assisted with natural substances mosaic technique visual aids gave significant improvement to the students’

fine motoric ability, in which the first cycle which was 61.90% and categorized as low criteria improved into 88.45 % in the second cycle which was categorized as high criteria.

Thus, the improvement from first cycle to the second cycle was 26.55%.

Key words: task giving method, fine motoric ability

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling dasar

selain pendidikan di dalam keluarga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling dasar

(2)

selain pendidikan di dalam keluarga.

Penyelenggaraan PAUD memiliki standar yang dijadikan acuan dalam kegiatan pembelajaran. Standar tersebut terdiri dari Standar tingkat pencapaian perkembangan, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar isi, proses, dan penilaian, Standar Sarana dan Prasarana, Pengelolaan (Permendiknas No. 58 Tahun 2009).

Penyelenggaraan PAUD mengacu pada Landasan Yuridis yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14. PAUD juga dilandasi UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlingdungan Anak.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Perkembangan anak usia dini sangat cepat. Perkembangan tersebut terjadi di berbagai aspek. Anak usia dini juga memiliki potensi harus dikembangkan secara optimal. Menurut Menurut Wahyudin

& Agustin (2012:6) menyatakan bahwa, pada rentang usia ini anak mengalami masa keemasan (the golden year) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing- masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosial-emosional dan spiritual.

Anak memiliki karakteristik perkembangan dan potensi yang berbeda- beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal yang saling berkaitan antara proses biologis, proses sosio-emosional dan proses kognitif. Ketiga hal tersebut akan saling berpengaruh satu sama lain dan sepanjang perjalanan hidup manusia.

Selama proses perkembangan tidak menutup kemungkinan anak menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat proses perkembangan selanjutnya.

Perkembangan tersebut mencakup perkembangan bahasa, kognitif, fisik/motorik (motorik kasar dan motorik halus), sosial-emosional, serta moral dan agama.

Mengatasi permasalahan dalam mengembangkan seluruh aspek perkembangan di PAUD sangat diperlukan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut mencakup sarana dan prasarana, ruang kelas, ruang bermain, program pembelajaran yang sesuai serta suasana pendidikan yang mendukung kegiatan pembelajaran. Fasilitas yang memadai mampu mendukung proses pembelajaran dengan baik. Maka dari itu, diharapkan para guru khususnya guru PAUD lebih kreatif dalam mengembangkan suatu kegiatan.

Hal ini bertujuan untuk membentuk perilaku anak agar sesuai dengan kemampuan anak.

Berdasarkan hasil observasi awal, pencatatan dokumen dan wawancara dengan guru kelompok B1 di TK Trisula Singaraja pada saat pelaksanaan Program Pengenalan Lapangan Real (PPL-Real) tahun 2013, ada lima bidang pengembangan yang dikembangkan di TK tersebut. Kelima bidang pengembangan itu adalah bidang pengembangan kognitif, bahasa, sosial-emosional, moral agama, dan motorik (motorik kasar dan motorik halus). Peneliti menemukan bahwa perkembangan kemampuan motorik halus masih rendah.

Hambatan yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar yang dimaksud adalah menggambar dengan berbagai teknik seperti menggambar dengan teknik mozaik atau dengan teknik kolase. Kesulitan yang dialami guru dalam hal menggambar yaitu disebabkan oleh karakteristik anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Media yang kurang menarik juga mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Meskipun guru telah menjelaskan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, tetapi

(3)

masih banyak anak-anak yang kurang mampu mengikuti dengan baik sehingga standar pencapaian perkembangan anak masih kurang memuaskan. Kurangnya standar pencapaian motorik halus anak dilihat dari 13 orang anak, 8 orang anak yang masih belum berkembang () dimana masih kurang dari standar pencapaian, 3 orang anak mulai berkembang (), dan 2 orang anak berkembang sesuai harapan (). Hal tersebut menggambarkan hasil perkembangan kemampuan motorik halus anak masih kurang memuaskan.

Kurangnya standar pencapaian yang dicapai oleh anak juga di pengaruhi oleh faktor psikologis dari anak. Faktor psikologis tersebut yaitu, anak-anak masih gelisah dalam mengerjakan tugas, anak merasa cepat bosan dan anak-anak masih merasa takut sehingga tangannya masih perlu dipegang. Faktor psikologis tersebut menyebabkan tugas yang diberikan kepada anak tidak dapat terselesaikan.

Berdasarkan data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, kemampuan motorik halus anak pada TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng masih kurang dari standar pencapaian yang diharapkan.

Santrock (2012), menyatakan bahwa keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan motorik halus pada anak usia dini misalnya kegiatan menggambar, melipat, meronce, membentuk, menggunting yang memerlukan keterampilan jari-jari dan pergelangan tangan. Motorik halus juga memerlukan kecermatan dan koordinasi dalam bergerak.

Susanto dalam Indraswari (2012), menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian- bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Gerakan motorik halus memerlukan koordinasi cermat yaitu antara mata dan tangan. Semakin baik gerakan motorik halus, maka dapat membuat anak lebih berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit,

menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Anak-anak memiliki kematangan motorik halus yang berbeda-beda sehingga perkembangan motorik halusnya juga berbeda. Sedangkan Suyanto dalam Indraswari (2012), mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat.

Gerakan-gerakan tersebut berkembang melalui latihan-latihan yang tepat, sehingga anak-anak menjadi terampil dalam melakukan gerakan-gerakan yang diperlukan untuk penyesuaian dirinya.

Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa, kemampuan motorik halus anak masih rendah disebabkan karena metode dan media yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran belum maksimal.

Berdasarkan hal tersebut maka, akan dilakukan penelitian dengan judul:

“Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Gambar dengan Teknik Mozaik dari Bahan Alam untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus pada Anak Kelompok B1 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng”.

Proses pembelajaran pada anak TK menggunakan bermacam-macam metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode pemberian tugas. Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Tugas dapat diberikan dalam bentuk kelompok atau individu.

Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar anak memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena anak melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi (Roestiyah, 2001:133).

Menurut Djamarah & Zein (2002:96) menyatakan, metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar anak melakukan kegiatan pembelajaran.

Sedangkan menurut Parmiti & Sulastri (2010:10) menyatakan, metode pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk

(4)

melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga anak dapat memahami secara nyata dan melaksanakan secara tuntas.

Pelaksanaan tugas oleh anak masih memerlukan bimbingan serta arahan untuk memperoleh tujuan yang diinginkan, serta memperbaiki kesalahan cara belajar anak.

Menurut Roestiyah (1996), ciri-ciri metode pemberian tugas yaitu: tugas dilakukan harus jelas, terdapat hasil yang diharapkan, memiliki ketentuan mengenai cara mengerjakan tugas, dalam mengerjakan tugas tersebut ditentukan bahan dan alat yang diperlukan.

Metode pemberian tugas ini, memiliki keunggulan dan kelemahan.

Menurut Djamarah & Zein ( 2002:98), keunggulan metode pemberian tugas yaitu:

lebih merangsang anak dalam melakukan aktivitas belajar individu atau kelompok, dapat mengembangkan sikap kemandirian anak di luar pengawasan guru, dapat membina tanggung jawab dan disiplin anak, serta dapat mengembangkan kreatifitas anak. Selain keunggulan, metode pemberian tugas juga memiliki kelemahan.

Menurut Djamarah & Zein (2002:98), kelemahan metode pemberian tugas yaitu:

anak sulit dikontrol, apakah benar anak tersebut yang mengerjakan tugas ataukah orang lain, khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja sedangkan anggota yang lainnya tidak berpartisipasi dengan baik, tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu anak, sering memberikan tugas yang monoton ( tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan anak.

Metode pemberian tugas juga memiliki langkah-langkah pelaksanaan.

Menurut Djamarah & Zein (2002:135), langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode pemberian tugas yaitu: diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru, diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja, diusahakan atau dikerjakan oleh anak sendiri dengan tidak menyuruh orang lain, dianjurkan agar anak mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.

Metode pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar anak memiliki hasil belajar yang lebih mantap.

Pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu lebih terintegrasi karena latihan- latihan selama melaksanakan tugas.

Pengetahuan yang diperoleh pada saat melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan anak. Kegiatan pembelajaran dengan melaksanakan tugas anak akan aktif belajar, merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik.

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak serta memfasilitasi media dan penggunaan metode pembelajaran dengan tepat.

Diharapkan dengan metode pemberian tugas mampu menarik minat anak dalam melaksanakan pembelajaran serta memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi dan berkreasi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus memerlukan media sebagai sarana pendukung kemampuan motorik halus dalam proses pembelajaran. Media merupakan sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Menurut Pamadhi & Sukardi (2009:2.22), menyatakan bahwa media adalah bahan yang dapat digunakan untuk menuangkan gagasan seseorang, seperti: kertas, kanvas, kain, atau papan tripleks, hardboard, keramik, kaleng plastik bekas cat atau kertas dan kardus bekas pengepakan bahan makanan, serta bahan- bahan lain.

Kehidupan kita tidak bisa terlepas dari gambar. Banyak jenis gambar yang bisa kita temukan di sekeliling kita sehingga mungkin banyak diantara kita yang tidak mengetahui pengertian dari gambar itu sendiri. Gambar pada dasarnya membantu mendorong anak didik untuk membangkitkan minatnya dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Pamadhi & Sukardi (2009:2.9), gambar merupakan media yang berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Rohani (1997:21), menyatakan media gambar adalah media yang merupakan

(5)

reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi, yang berupa foto atau lukisan. Media gambar dapat dilihat secara konkret, sehingga anak-anak lebih mudah untuk memahami suatu permasalahan. Kegiatan menggambar dapat menumbuhkan kreativitas serta mengembangkan kreasi anak itu sendiri.

Menurut Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4), menyatakan mozaik adalah elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang. Elemen-elemen mozaik berupa benda padat dalam bentuk lempengan- lempengan, kubus-kubus kecil, petongan- potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama namun bentuk potongannya dapat saja bervariasi. Mozaik dibuat dari bahan-bahan yang sifatnya leparan atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga menjadi sebuah gambar. Mozaik memerlukan kecermatan, koordinasi tangan dan mata untuk memadukan bahan- bahan yang bermacam- macam menjadi karya.

Berkarya seni secara tidak langsung sangat membantu pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran. Upaya untuk membantu pengembangan berbaagai fungsi perkembangan dalam diri anak, yang meliputi kemampuan fisik, daya pikir, daya serap, emosi, cita rasa keindahan kreativitas dapat dilakukan pada pendidikan seni. Anak akan lebih mudah belajar tentang sesuatu bila melalui seni karena kegiatan seni pada anak seperti halnya sedang bermain, sehingga dalam proses pembelajaran pun akan berlangsung dengan menyenangkan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menawarkan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam yang dikolaborasikan dengan metode pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat membantu perkembangan kemampuan motorik halus anak.

Usia 5-6 tahun koordinasi motorik halus anak semakin meningkat untuk memfungsikan gerakan otot-otot kecil seperti jari tangan dan mata dalam melakukan suatu aktivitas dengan penuh ketelitian dan kecermatan. Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus

berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan.

Menurut Dewi (2005:2), menyatakan keterampilam motorik halus adalah gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot- otot halus seperti: menggambar, menggunting, dan melipat kertas.

Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang menggunakan jari- jemari, tangan dan gerakan pergelangan tangan dengan tepat. Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak TK ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus. Hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Menurut Wahyudin & Agustin (2012:34), menyatakan bahwa perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan- gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari-jemari.

Motorik halus merupakan keterampilan yang menyatu antara otot halus dan panca indra (Suarni, 2009:69).

Kesiapan antara mengkoordinasikan keseluruhan diperlukan untuk menunjang persiapan menulis dan membaca. Secara khusus perlu memahami perkembangan anak usia dini yaitu memahami karakteristik masing-masing aspek perkembangan.

Suyanto (dalam Indraswari, 2012), mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar, menggunting dan melipat.

Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan koordinasi yang baik antara mata dengan jari-jemari anak agar anak menjadi berani dan terampil dalam melakukan suatu kegiatan terutama dalam hal pengembangan kemampuan motorik halus anak.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di TK Trisula, Kecamatan

(6)

Buleleng, Kabupaten Buleleng. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014 dalam penentuan waktu yang disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Trisula. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah subjeknya yaitu, 13 orang dengan 9 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada semester II.

Penelitian ini tergolong penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Agung (2012:24) menyatakan, penelitian tindakan kelas atau Clasroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan

hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan menurut Wardhani & Wihardit (2008:1.4), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar anak menjadi meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus.

Metode yang digunakan di penelitian ini yaitu observasi dan alat pengumpulan datanya dengan menggunakan lembar observasi. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan „pengamatan dan pencatatan‟

secara sistematis tentang suatu objek tertentu (Agung, 2012:61).

Tabel. 3.1 Instrumen Penelitian Kemampuan Motorik halus Anak No Variabel Indikator

1. Kemampuan Motorik Halus

2. Membuat gambar dengan teknik mozaik dengan memakai berbagai bentuk/bahan

3. Melaksanakan tugas sendiri sampai selesai

4. Membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, kain perca, kardus,dll

5. Bertanggung jawab akan tugasnya

6. Menggambar bebas dengan berbagai media

Tabel. 3.4 Pedoman Penskoran

No Tanda Makna Skor

1.  Berkembang dengan baik 4

2.  Berkembang sesuai harapan 3

3.  Mulai berkembang 2

4.  Belum berkembang 1 (Permendiknas No 58, 2009:10)

Keterangan dari kolom yaitu, (BSBB)erkembang Sangat Baik ( **** ), BSH (Berkembang sesuai Harapan) ( *** ),MB (Mulai Berkembang )( ** ), BB (Belum Berkembang) ( * ).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif.

Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga sehingga diperolah

kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan kemampuan motorik halus anak TK dengan kegiatan menggambar menggunakan teknik mozaik

(7)

dari bahan alam yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)

skala lima

Tabel. 3.6 Standar Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Presentase Kemampuan Motorik Halus 90-100 Sangat tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah

0-54 Sangat rendah (Agung, 2010:12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 26 Februari 2014 sampai dengan tanggal 26 April 2014 di kelompok B1. Siklus I dilaksanakan selama 12 kali pertemuan, 9 kali untuk pelaksanaan tindakan dan 3 kali untuk penilaian kegiatan. Data perkembangan kemampuan motorik halus pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk rata-rata atau mean dengan PAP skala lima. Observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam menggunakan 5 indikator. Setiap indicator yang muncul dalam kegiatan pembelajaran akan diberi bobot, yaitu 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2 (mulai berkembang), 1 (belum berkembang).

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas, terlihat bahwa Mo<Md<M

(11<12<12,38), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada siklus I merupakan kurva juling positif.

Kurva juling positif menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah.

Tingkat perkembangan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Nilai rata-rata persen (M%) = 61,90 yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima.

Rata-rata persen (M%) berada pada tingkat penguasaan 55 – 64 % yang berarti bahwa kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula pada siklus I berada pada kriteria rendah.

Siklus II juga dilaksanakan sama seperti siklus I yaitu dilaksanakan Siklus I dilaksanakan selama 12 kali pertemuan, 9 kali untuk pelaksanaan tindakan dan 3 kali untuk penilaian kegiatan. Data kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung rata-rata (M)), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan model PAP skala lima.

Observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam menggunakan lima indikator. Setiap indikator yang muncul dalam kegiatan pembelajaran akan diberi bobot yaitu 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2 (mulai berkembang), 1 (belum berkembang).

0 1 2 3 4 5 6

10 11 12 13 14 15 16

frekuensi (f)

Skor (X)

Mo = 11

Md = 12 M = 12,34

Gambar 4.1 Grafik tentang kemampuan motorik halus anak pada siklus I

(8)

Gambar 4.2 Grafik tentang kemampuan motorik halus pada siklus II

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas, terlihat bahwa Mo>Md>M (19>18>17,69), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Kurva juling positif menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Tingkat perkembangan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai rata-rata persen (M%) = 88,45 yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima. Rata-rata persen (M%) berada pada tingkat penguasaan 80 – 89 % yang berarti bahwa kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK Trisula pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 26 Februari 2014 sampai dengan tanggal 26 April 2014 pada anak kelompok B1 semester II di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan ke dalam 2 siklus. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan menerapkan metode pemberian tugas dan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan

motorik halus pada anak kelompok B1 semester II di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada siklus I sebesar 61,90% dan rata-rata persentase kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 semester II di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada siklus II sebesar 88,45%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan motorik halus pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,55% dan berada pada kriteria tinggi.

Santrock (2012), menyatakan bahwa gerakan yang diatur secara halus disebut sebagai gerakan motorik halus. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus yaitu salah satunya kegiatan menggambar mozaik.

Soemarjadi dkk (dalam Indraswari, 2012:4) menyatakan bahwa, elemen-elemen yang disusun dan direkatkan di atas sebuah permukaan bidang disebut sebagai mozaik.

Media gambar dengan teknik mozaik memerlukan kecermatan dan koordinasi antara mata dan jari-jemari anak, karena media gambar dengan teknik mozaik menggunakan oto-otot kecil. Media gambar dengan teknik mozaik dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Hal ini terlihat pada pelaksanaan kegiatan menggambar dengan teknik mozaik dari bahan alam, anak-anak menjadi lebih terampil dan berani menggunakan jari-jemarinya. Hal ini tampak dimana anak-anak menjadi lebih terampil dalam menempelkan bahan dan lebih terampil dalam mengoleskan lem. Anak- anak juga terlihat lebih berani mengambil bahan yang disediakan secara satu-persatu dan menempelkan pada gambar dengan teliti.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Indraswari (2012), yang menjelaskan bahwa kegiatan mozaik ini merupakan salah satu dari banyak cara untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan membuat anak lebih terlatih motorik halusnya. Penelitian ini telah berhasil dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mozaik.

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam untuk meningkatkan kemampuan motorik halus 0

1 2 3 4 5 6

14 15 16 17 18 19 20

frekuensi (f)

Skor(X)

Mo = 19 Md = 18

M = 17,69

(9)

pada siklus I terlihat bahwa, anak belum mengerti dengan instuksi yang dijelaskan.

Anak-anak belum mengerti metode dan media yang diberikan oleh peneliti sehingga anak mengalami kebingungan. Anak-anak juga terlihat tidak fokus dalam melaksanakan tugas secara mandiri.

Instruksi yang diberikan kurang jelas sehingga anak tidak mau mencoba untuk mengerjakan sendiri. Anak belum mengenal alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Peningkatan kemampuan motorik halus pada siklus II terjadi karena anak telah memahami instruksi yang diberikan oleh peneliti. Tangan anak-anak menjadi lebih lentur, terstimulasi untuk memegang dan mengoleskan lem sehingga kemampuan motorik halus anak dapat berkembang sesuai dengan harapan.

Berdasarkan hal tersebut, bahwa kegiatan menggambar dengan teknik mozaik sangat erat hubungannya dengan kemampuan motorik halus karena menggunakan otot- otot kecil atau otot-otot halus.

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan menciptakan sesuatu dengan berbagai media dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, salah satunya yaitu kegiatan menggambar dengan teknik mozaik.

Kegiatan menciptakan sesuatu dengan berbagai media memerlukan keterampilan tangan serta cara berpikir yang kreatif sehingga anak dapat menciptakan suatu karya. Misalnya anak menciptakan berbagai bentuk menggunakan daun, kertas, batu-batu kecil, biji-bian dll. Tetapi dalam menciptakan sesuatu dengan berbagai media, tidak menutup kemungkinan adanya suatu faktor yang mempengaruhi anak kurang mampu menyelesaikan kegiatan. Faktor-faktor tersebut seperti anak kurang terampil dalam menggunakan jari-jemarinya karena koordinasi antara mata dan tangannya kurang baik. Capain perkembangan menempel gambar dengan tepat serta menggambar sesuai gagasan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan

dengan berbagai kegiatan, seperti kegiatan menggambar bebas dan kegiatan membuat gambar dengan teknik mozaik. Kegiatan- kegiatan tersebut memerlukan keterampilan dan koordinasi yang baik antara mata dan jari-jemari anak. Apabila koordinasi antara mata dengan tangan tersebut tidak baik, maka kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak dapat terselesaikan atau tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Kelenturan tangan anak dalam memegang atau menggunakan alat atau bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Hal lain yang mempengaruhi keterlambatan anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan pembelajaran mengenai motorik halus seperti kegiatan menciptakan sesuatu dengan berbagai media, menempel gambar dengan tepat, serta menggambar sesuai gagasan juga dipengaruhi oleh karakteristik anak yang berbeda. Potensi serta perkembangan anak yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya juga memepengaruhi hal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, berarti bahwa penerapan metode pemberian tugas dan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Maka dari itu, strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif dapat disimpulkan bahwa, penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik dari bahan alam dapat meningkat kemampuan motorik halus pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Trisula, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Pelaksanaan kegiatan menggambar dengan teknik mozaik dari bahan alam pada siklus I yang rata-rata persentasenya sebesar 61,90% berada pada kriteria rendah menjadi sebesar 88,45% pada siklus II yang berada pada kriteria tinggi. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 26,55%.

(10)

Saran dari penelitian ini yaitu kepada guru disarankan dalam kegiatan pembelajaran diharapkan menggunakan media gambar dengan teknik mozaik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, kepada kepala sekolah disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode dan media pembelajaran yang menarik. Metode dan media tersebut, nantinya mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK mengenai kemampuan motorik halus lainnya yang belum sepenuhnya terjangkau dalam penelitian ini, baik dari segi metode dan media yang digunakan. Media yang digunakan dalam penelitian ini masih memiliki kekurangan seperti dari segi warna masih kurang menarik karena menggunakan bahan alam, contoh atau media yang diberikan kepada anak kurang diperbanyak sehingga kurang memudahkan anak untuk melihatnya. Maka dari itu, diharapkan untuk peneliti lain dapat melanjutkan dan menyempurnakan media yang belum terjangkau sepenuhnya.

Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. G. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

FIP Undiksha.

---, 2010. Penelitian Tindakan Kelas.

Makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, pada tanggal 27 September 2010, di Kampus PGSD FIP Undiksha Singaraja.

Djamarah, S. B., Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dewi, R. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Indraswari, L. 2012. “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik di

Taman Kanak-kanak Pembina Agam”.

Pesona PAUD. Volume 1, Nomor 1(hlm.1-13).

Pamadhi, H., Sukardi, E. S. 2009. Seni Keterampilan Anak. Cetakan keempat. Jakarta: Universitas Terbuka.

Parmiti, D. P., Made Sulastri. 2010. Strategi Pembelajaran Anak TK. Singaraja:

Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Undiksha.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan keenam. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Santock, J. W. 2012. Perkembangan Anak.

Jakarta: Erlangga

Suarni, N. K. 2009. Psikologi Perkembangan I.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Wahyudin, U., Agustin, M. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.

Cetakan kedua. Bandung: PT Refika Aditama.

Wardhani, IGAK., Wihardit, K. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ketujuh.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar 4.1 Grafik tentang kemampuan  motorik halus anak pada siklus I
Gambar  4.2  Grafik  tentang  kemampuan  motorik halus pada siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan survei ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perilaku terkait dengan penggunaan napza dan perilaku seks penasun yang telah dijangkau atau memanfaatkan layanan

Kuat tekan geopolimer sebagai fungsi waktu simpan disajikan oleh Gambar 1 yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaOH 8M, kuat tekan menurun saat disimpan

Hasil wawancara sebelum melakukan uji pra-penelitian terhadap 3 penjual buah di 3 pasar yang berbeda (pasar Bintoro, pasar Gajah, dan pasar Karanganyar)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang produksi ikan patin ( Pangasius sucthii ) budidaya intensif ditinjau dari fisika,

Konstruksi mekanik pada metode Quincke (Gambar 2.4) diatas merupakan gambaran dari suatu eksperimen quincke yang menjelaskan bahwa input percobaan ini berupa sumber bunyi,

Kajian i ni dilakukan secara sosiologikal. Ini dilakul: an bagi memudahl:. unt;uk monjimatk an ma sa dan perbe l anjaan.. menjadi responden pengk aji.. selalunya dihadapi

Dalam situasi hukum perundang-undangan yang mengatur tentang Hukum Pidana, dimana bersifat elitis, maka apabila penerapan hukum perundang-undangan dilakukan dengan menggunakan

Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Damayanti dan Tridahus (2015) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari