• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Menghadapi Globalisasi

N/A
N/A
Malida Lida

Academic year: 2024

Membagikan "Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Menghadapi Globalisasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era globalisasi. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang mampu membawa manusia lepas dari berbagai keterbelenguan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia telah dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 11 ayat 1 dan 2 yang menekankan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara.1

Memasuki era global, dunia pendidikan di Indonesia pada saat ini dan yang akan datang masih menghadapi tantangan yang semakin berat serta kompleks. Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain, baik dalam produk, pelayanan, maupun dalam penyiapan sumber daya manusia.

Pendidikan kejuruan sebagai salah satu sub sistem dalam sistem pendidikan nasional diharapkan mampu mempersiapkan dan mengembangkan SDM yang bisa bekerja secara profesional di bidangnya, sekaligus berdaya saing dalam dunia kerja. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Pada era ini setiap negara akan mudah memasuki Indonesia dan berinvestasi di negeri ini sehingga akan membawa pengaruh pula terhadap jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.

Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan kejuruan dalam mempersiapkan lulusan yang mampu berdaya saing.

Pada hakikatnya dalam Sistem Pendidikan Nasional setiap warga masyarakat memiliki hak dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Di samping itu, secara nasional tertuang dalam Pasal 15 UU No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan keguruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Analisis Kebijakan Pendidikan ? 2. Apa Yang Dimaksud Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ?

3. Bagaimana Model Kemitraan Dan Kebijakan Pada Sistem Pendidikan Kejuruan ?

1 Undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 11

(2)

4. Bagaimana Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ? C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Analisis Kebijakan Pendidikan.

2. Mengetahui maksud dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3. Mengetahui Model Kemitraan Dan Kebijakan Pada Sistem Pendidikan Kejuruan.

4. Mengetahui Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

BAB II

PEMBAHASAN

(3)

A. Pengertian Analisis Kebijakan Pendidikan

Analisis merupakan suatu prosedur berpikir yang sudah lama dikenal dan dilakukan dalam sejarah manusia, paling tidak sejak manusia mampu melahirkan dan memelihara pengetahuan dalam kaitannya dengan tindakan. Analisis juga dikatakan sebagai sebuah proses penguraian dan dan sebuah telaah kritis terhadap suatu isu tertentu.2 Sedangkan kebijakan pendidikan merupakan terjemahan dari "Educational Policy" yang berasal dari kata education dan policy. Kebijakan adalah seperangkat aturan.

Sedangkan pendidikan menunjukkan kepada bidangnya. Jadi kebijakan pendidikan hampir sama artinya dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengatur khusus berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi, dan distrisbusi sumber serta pengaturan perilaku dalam ranah pendidikan.

Kebijakan yang dimaksud disini adalah seperangkat aturan sebagai bentuk keberpihakan dari pemerintah dalam upaya membangun satu sistem pendidikan, sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang diinginkan bersama.3

Dengan kata lain bahwasanya kebijakan pendidikan merupakan keputusan berupa pedoman bertindak, baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses kajian untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana menyelenggarakan pendidikan.

B. Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Menurut Evans (dalam Muliaty, 2007: 7) pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lain. Sebelumnya, Hamalik (2001:24) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan- kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Lebih lanjut, Djohar (2007:1285) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam sejarahnya, Belanda mendirikan sekolah kejuruan pada tahun 1853, yaitu Ambachts School van Soerabaia (Sekolah-Pertukangan Surabaya) yang diperuntukan bagi anak-anak Indo dan Belanda, disusul kemudian oleh sekolah serupa di Jakarta pada 1856. Kedua sekolah ini

2 Arwildayanto, dkk, Analisis Kebijakan Pendidikan, ( Bandung: CV CENDEKIA PRESS, 2018), hal 1.

3 Dr. Muhammad Ali, M.Si, Kebijakan Pendidikan Menengah (Malang: UB press, 2017).

(4)

diselenggarakan oleh swasta. Baru pada tahun 1860, Pemerintah Hindia Belanda mengusahakan Sekolah Pertukangan di Surabaya untuk golongan Eropa.4

Sekolah Pertukangan di Surabaya yang berdiri pada tahun 1853 itulah sebagai sekolah kejuruan pertama di Indonesia. Bila sekolah ini menjadi patokan, maka kemungkinan hingga sekarang sekolah kejuruan di Indonesia telah berusia kurang lebih satu setengah abad.

C. Model Kemitraan dan Kebijakan Pada Sistem Pendidikan Kejuruan 1. Model Kemitraan di Bidang Pendidikan Kejuruan

Dalam era globalisasi dan informasi, kemampuan SDM dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan hanya merupakan kebutuhan, tetapi sudah menjadi keharusan apabila bangsa Indonesia ingin berperan dalam persaingan global dan selayaknya harus segera disikapi dengan program yang berorientasi pada percepatan peningkatan mutu pendidikan atau kualitas SDM Indonesia yang salah satunya melalui program kemitraan antara pemerintah daerah, dunia pendidikan (SMK) dan dunia usaha dan industri dalam rangka terlaksananya link and match (keterkaitan dan kesepadanan) antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri sebagai upaya nyata untuk mewujudkan dan membangun "suasana sinergis"

dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing dalam era globalisasi Pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan bagi suatu bangsa yang ingin maju, melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan juga harus ikut diperhatikan. Pendidikan yang dilaksanakan harus memiliki visi dan misi yang jelas sehingga langkah-langkah yang hendak dilakukan dapat diatur dengan cepat dan tepat.

Djojonegoro (1999) menyatakan bahwa kebijakan link and match membuka dan mendorong kemitraan (kerjasama) antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha/industri yang pada dasarnya mendekatkan supplay-demand atau antara pasokan alumni dan kebutuhan tenaga terampil.

2. Kebijakan Pendidikan Sistem Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

a. Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda

Pendidikan sistem ganda merupakan alternatif pola pembelajaran di SMK yang ditetapkan dalam Keputusan Mentri pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 323/U/1997. Salah satu bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah adalah

4 “sejarah berdirinya SMK,” 23 Januari 2018.

(5)

Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda (dual system). PSG merupakan suatu kombinasi antara penyelenggaraan pembelajaran di sekolah SMK dengan penyelenggaraan praktek kerja industri.

Program PSG pada dasarnya merupakan program pendidikan yang dilakukan di dua tempat, yaitu di sekolah khususnya penguasaan teori dan ditempat-tempat usaha terutaama sebagai insttusi pasangan untuk keperluan praktek kerja siswa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), baik pengetahuan, keterampilan maupun etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja, sehingga siap masuk ke pasaran kerja Melalui PSG diharapkan ada kesesuaian antara mutu dan kemampuan yang dimiliki lulusan, dengan tuntutan dunia kerja.

Pendidikan Sistem Ganda yang diselenggarakan pada sekolah menengah kejuruan merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan "link and match" antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda menekankan pada pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program keahlian yang diperoleh langsung di perusahaan.

Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK dilaksanakan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan, kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Pendidikan Sistem Ganda adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan dan pelatihan bagi siswa SMK yang melakukan praktek kerja industri, baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri (Depdikbud 3.1997:6) PSG pada dasarnya adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan

(6)

keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Depdikbud 4, 1997:1).

b. Formulasi

Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK dilaksanakan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan Kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Pendidikan Sistem Ganda adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan dan pelatihan bagi siswa SMK yang melakukan praktek kerja industri, baik yang dilaksanakan di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri (Depdikbud 3.1997:6) PSG pada dasarnya adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Depdikbud 4, 1997:1).

c. Implementasi

PSG pada dasarnya merupakan program pendidikan yang dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah khususnya untuk penguasaan teori dan di tempat-tempat usaha atau industri terutama sebagai institusi pasangan untuk keperluan praktek kerja siswa. Di dua tempat tersebut diberikan penilaian baik oleh guru maupun instruktur yang mengajar praktek di Institusi pasangannya.

Program PSG ini meliputi teori kejuruan, praktek dasar dan praktek kerja industri. Untuk teori kejuruan dan praktek dasar dilakukan di Sekolah, sedangkan untuk praktek kerja industri diselenggarakan di Institusi pasangannya. Untuk pelaksanaannya ditentukan bahwa siswa selama tiga tahun pertama memperoleh pendidian di sekolah

(7)

dan baru pada tahun keempat maka siswa memperoleh pendidikan dan latihan institusi pasangannnya.

Tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi prilaku dalam bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja) demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa. Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis juga sikap dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu, itu semua mutlak diperlukan sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi warga masyarakat yang bertanggungjawab.

D. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pada Kurikulum SMK tahun 2006 kita kenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dipercayakan kepada setiap sekolah pelaksanaannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini disusun dengan mengacu pada Permendiknas No.

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permen Nomor 22 dan 23. Oleh karena itu masing- masing sekolah membuat KTSP yang biasanya berisi: (a) Tujuan pendidikan menengah kejuruan, (b) Visi dan misi SMK, (c) Tujuan SMK, (d) Tujuan program keahlian, (e) Standar Kompetensi Kelulusan, (f) Struktur Kurikulum, (g) Kalender akademik dan silabus.

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.

Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan

(8)

Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja. Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan.

2. Kurikulum 2013

Pembaruan tahun 1994 memadukan teknologi melalui pemecahan masalah, berfikir kritis, dan keterampilan bertanya dalam praktik di kelas. Koreksi, evaluasi dan kritik terhadap kurikulum 1994 terus dilakukan. Kemudian pemerintah melakukan pembaruan dengan diberlakukannya kurikulum 2004 yang diharapkan sebagai kurikulum yang menerapkan kompetensi sebagai tujuan akhir pembelajaran.

Kurikulum 2004 kemudian dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based Curriculum) atau KBK. Belum lagi KBK diterapkan secara menyeluruh, muncul kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan kurikulum KBK yang dianggap lebih mampu menjawab tantangan yang lebih jelas dan memberikan muatan lokal kepada daerah atau lembaga pendidikan. Walaupun perubahan dan pembaruan kurikulum terus dilakukan dengan melibatkan berbagai unsur yang berkompeten, kritik dan berbagai keluhan terus diarahkan terhadap pemerintah—

Kemendikbud—sebagai lembaga penanggungjawab bidang pendidikan nasional.

KTSP dinilai masih memberatkan pada peserta didik, baik dari substansi maupun metodologinya. Pelajaran yang diterapkan di satuan pendidikan terutama di jenjang pendidikan dasar, terlalu padat dan tumpang tindih. Berdasarkan hasil kajian, penelitian, dan evaluasi menyeluruh kemudian KTSP disempurnakan dalam kurikulum 2013.

Perubahan Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya kurikulum KTSP tahun 2006 yang dalam implementasinya dijumpai beberapa masalah yaitu (1) Konten kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan

(9)

banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, (2) Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, (3) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (4) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan—misalnyapendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan—belum terakomodasi di dalam kurikulum, (5) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global, (6) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. (7) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala, dan (8) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir.

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan prosespembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 diyakini sebagai langkah strategis dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.5

3. Kurikulum Merdeka Belajar

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, pengertian kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.6 Di sini, para pelajar (baik siswa maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum atau program Merdeka Belajar ini diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim sebagai bentuk dari tindak evaluasi perbaikan Kurikulum 2013. Sebelumnya, kurikulum ini juga disebut sebagai Kurikulum Prototipe yang merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah

5 Imam Machali, “Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 Dalam Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045,” Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1 (1970): 71.

6 https://pintek.id/blog/ini-beda-kurikulum-merdeka-belajar-dan-kurikulum-sebelumnya/

(10)

untuk mencetak generasi penerus yang lebih kompeten dalam berbagai bidang.

Mulai tahun ajaran 2022/2023, penerapan Kurikulum Merdeka ini tidak hanya akan dikhususkan pada satuan pendidikan tingkat SMA/sederajat saja. Namun, kurikulum ini juga bisa mulai digunakan pada tingkat lainnya, seperti TK, SD, SMP, hingga Perguruan Tinggi (PT). Tentunya, penerapan kurikulum ini memiliki perbedaan pada masing-masing jenjang. Untuk tingkat SMA, seperti yang telah disinggung di awal, penggunaan Kurikulum Merdeka memungkinkan para siswa tidak akan lagi dibeda-bedakan dengan berbagai peminatan, seperti IPA, IPS, maupun Bahasa. Sementara itu, di tingkat SMK, model pembelajaran akan dibuat menjadi lebih sederhana, yaitu 70 persen mapel kejuruan dan 30 persen mapel umum. Selain itu, pada akhir masa pendidikannya kelak, para siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu esai ilmiah sebagaimana para mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas akhir. Hal ini demi mengasah kemampuan para siswa untuk dapat berpikir kritis, ilmiah, dan analitis.

BAB III

PENUTUP

(11)

A. Kesimpulan

Berbicara tentang analisis kebijakan merupakan suatu prosedur berpikir yang sudah lama dikenal dan dilakukan dalam sejarah manusia, paling tidak sejak manusia mampu melahirkan dan memelihara pengetahuan dalam kaitannya dengan tindakan. Kebijakan pendidikan di sini merupakan keputusan berupa pedoman bertindak, baik yang bersifat sederhana maupun kompleks yang dirumuskan melalui proses kajian untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana menyelenggarakan pendidikan.

Pendidikan Kejuruan menurut Rupert Evans (1978) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya.

Djojonegoro (1999) menyatakan bahwa kebijakan link and match membuka dan mendorong kemitraan (kerjasama) antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha/industri yang pada dasarnya mendekatkan supplay-demand atau antara pasokan alumni dan kebutuhan tenaga terampil.

Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK dilaksanakan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan, kebijakan pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

B. Saran

Mempelajari kebijakan merupakan suatu hal yang penting karena merupakan kebutuhan bagi ilmuwan pendidikan, untuk memahami studi mengenai kebijakan publik khususnya kebijakan pendidikan. Dengan demikian studi kebijakan pendidikan akan memberikan dasar yang kuat bagi seseorang yang ingin mengembangkan profesi sebagai seorang analisis kebijakan pendidikan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arwildayanto, dkk. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: CV CENDEKIA PRESS.

Machali, Imam. Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 Dalam Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045,” Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1 (1970): 71.

Yulianto, Arif Iska. 2013. Analisa Pelaksanaan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Berorientasi Ktsp Di Smk N 2 Pengasih. T.T.

Ali, M.Si, Dr. Muhammad. 2017. Kebijakan Pendidikan Menengah. Malang: UB press.

Undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 11

“sejarah berdirinya SMK,” 23 Januari 2018.

supriyadi. 2011 “Analisis Kebijakan Pendidikan Smk.

https://pintek.id/blog/ini-beda-kurikulum-merdeka-belajar-dan-kurikulum-sebelumnya/

Referensi

Dokumen terkait

Muhammad Fazil: Strategi Bank Muamalat Indonesia Di Bidang Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi..., 2001... Muhammad Fazil: Strategi Bank Muamalat Indonesia Di Bidang Sumber

Di era globalisasi pendidikan Islam harus menyiapkan strategi dalam mengahdapai tantangan globalisasi yang sangat konplek. Untuk Menghadapi problematika yang

Abstrak: Artikel ini bermaksud untuk mengkaji Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Perumusan masalah adalah: 1). Apa

dalam mengembangakan industri teknologi tinggi, sebenarnya Indonesia juga mampu

Kaitan antara globalisasi dan pendidikan terletak pada lahirnya suatu masyarakat baru yang ditandai dengan “knowledge-basedsociety” yang merupakan dasar dari globalisasi

Pertama , peran dan pengaruh pendidikan yang berbasis pesantren dalam menghadapi tantangan arus globalisasi sangatlah penting untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang

Kedua, dalam kaitannya dengan mutu dan relevansi, adalah bagaimana pendidikan luar sekolah diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sehingga mampu

Berdasarkan hal tersebut, penelitian secara utuh, komprehensif, dan holistik mengenai strategi Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam menghadapi tantangan era disrupsi 4.0