• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGETAHUAN KADER DALAM PENGUKURAN TINGGI SERTA BERAT BADAN BAYI DAN BALITA DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN PENGETAHUAN KADER DALAM PENGUKURAN TINGGI SERTA BERAT BADAN BAYI DAN BALITA DI "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PENGETAHUAN KADER DALAM PENGUKURAN TINGGI SERTA BERAT BADAN BAYI DAN BALITA DI

KELURAHAN CISARANTEN BINA HARAPAN KECAMATAN ARCAMANIK KOTA BANDUNG TAHUN 2023

Rismawati1, Tuti Surtimanah2, Metha Dwi Tamara3, Gugum Pamungkas, 4Nina Rosliana5

1Mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung

2Dosen Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung

3Dosen Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung

4Dosen Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung

5Dosen Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung [email protected]

Abstract

Stunting is a condition of failure to thrive in children, characterized by a height that does not match their age, especially occurring during the First 1000 Days of Life (HPK) period which can cause a child's brain to be less intelligent and prone to illness. Posyandu cadres have a very important role in efforts to prevent stunting, especially in terms of weighing, data collection, counseling and outreach to the community. The aim of the study was to find out the difference in knowledge and understanding of the skills of cadres after taking height and weight training measurements in an effort to prevent stunting in infants and toddlers. The research method uses quantitative research with the type of pre-experimental research with a one group pretest-posttest design.

Univariate and bivariate data analysis, using the Wilcoxon test. The results of the research analysis showed that the average value of cadres' knowledge at the beginning of the training was 51.43 with a good category of 17.9, rising to 86.79 with a good category of 100%. The average value of cadre skills at the beginning of the training was 60.71 with a good category of 25%, rising to 92.86 with a good category of 100%. The conclusion of the study is that there are differences in the knowledge of cadres before and after cadre training, to maintain the knowledge and skills possessed by current cadres, continuous cadre training is needed.

Keywords: Cadres, Training, Knowledge, ,

Abstrak

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak, yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya, terutama terjadi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dapat menyebabkan otak anak kurang cerdas dan mudah sakit. Kader posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting, terutama dalam hal penimbangan, pendataan, edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat.

Tujuan penelitian, Mengetahui perbedaan pengetahuan (mengingat) dan pengetahuan (mengaplikasi) setelah mengikuti pelatihan pengukuran tinggi badan dan berat badan dalam upaya pencegahan stunting pada bayi dan balita. Metode penelitian, menggunakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimen dengan design one group pretest-posttest. Analisis data secara univariat dan bivariat, menggunakan uji Wilcoxon. Hasil analisis penelitian dengan nilai rata-rata pengetahuan (mengingat) kader di awal pelatihan sebesar 51,43 dengan kategori baik 17,9, naik menjadi 86,79 dengan kategori baik 100%. Nilai rata-rata pengetahuan (mengaplikasi) di awal pelatihan sebesar 60,71 dengan kategori baik 25%, naik menjadi 92,86 dengan kategori baik 100%.

Kesimpulan penelitian yaitu terdapat perbedaan pengetahuan kader sebelum dan sesudah pelatihan kader, untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kader saat ini diperlukan pembinaan kader secara berkesinambungan.

Kata Kunci : Kader, Pelatihan, Pengetahuan

I. PENDAHULUAN

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan

tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya, terutama terjadi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

(2)

yang dapat menyebabkan otak anak

kurang cerdas dan mudah sakit.

Banyak faktor yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting yaitu memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan, memantau pertumbuhan anak dengan membawa ke posyandu secara berkala, mengkonsumsi secara rutin tablet tambah darah, dan memberikan MPASI yang bergizi kaya protein hewani dan nabati untuk usia diatas 6 bulan.

Fokus peneliti kali ini yaitu di bagian pemantauan ke posyandu dimana kader beperan penting dalam memantau tinggi badan dan berat badan bayi dan balita setiap bulannya dengan melakukan pelatihan cara pengukuran tinggi badan dan berat badan secara baik dan benar.

Peneliti melakukan pelatihan untuk peningkatan pengetahuan (mengingat) pengetahuan (mengaplikasi) kader dalam melakukan pengukuran tinggi serta berat badan bayi dan balita sebagai upaya pencegahan stunting.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Stunting adalah keadaan balita yang menunjukkan tinggi atau panjang badan berdasarkan umur lebih rendah dari yang tandar yang seharusnya (13) . Kader Posyandu adalah kader yang berperan dan dan bertugas di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan giatan rutin setiap bulannya melakukan 4 (epat) langkah pelayanan dari 5 (lima) pelayanan di Posyandu.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu an ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (22). Tingkat pengetahuan ada 6 yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, mengcipta(23). Pelatihan (training) adalah prosedur

pembelajaran yang lebih menekankan Dari segi system dapat dipahami bahwa umumnya system pelatihan memiliki masukan (input), proses (processes) dan keluaran (output) (26) . Kader Kader Posyandu adalah kader yang an dan bertugas di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan kegiatan rutin setiap bulannya melakukan 4 (empat) langkah pelayanan dari 5 (lima) pelayanan di Posyandu.

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah prs- eksperimen dengan menggunakan desain one group pretest-posttest.

Populasi dalam penelitian ini yang berjumlah 129 kader di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan dimana terdapat 14 posyandu. Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel setiap variabel diuji normalitas datanya.

Analisi Bivariat uji Wilcoxon dikarenkan data berdistribusi tidak normal.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Univariat

Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2023 bertempat di gedung pertemuan Kelurahan Cisaranten Bina Harapan, diikuti oleh 28 peserta yang berasal dari 14 posyandu dan 12 RW di Kelurahan Cisaranten Bina Harapan daftar hadir terlampir acara ini dimulai pada pukul 08.00-12.00 WIB jadwal terlampir. Sekretaris PKK Kelurahan Cisaranten Bina Harapan Awiet Sartiati membuka acara pelatihan kader posyandu. Pemateri terbagi menjadi 2 yaitu peneliti sendiri dan ahli gizi perwakilan dari PKM Arcamanik yaitu Anissa shafiyah Aqilah, S.Tr.Gz. Acara langsung dengan lancar semua peserta mengikuti acara sampai selesai dan kondusif peserta dapat mengikuti pelatihan dengan baik acara pelatihan ini. Bagian ini menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan. Bagian pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara logis, mengaitkan dengan sumber rujukan yang relevan.

Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, yang sesuai dengan isi tabel dan gambar, dan sumber kutipan jika ada. Sumber kutipan ditulis di bawah gambar atau tabel, jenis huruf Times New Roman ukuran 10. Judul tabel

(3)

ditulis di atas tabel dan judul gambar

ditulis di bawah gambar. Tabel atau gambar harus diletakkan di dalam body text dan memenuhi standar untuk dicetak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat untuk mengukur sejauh mana daya serap dari sebuah pembelajaran. Diukur dengan cara test pengetahuan mengingat dan mengaplikasi secara simulasi dengan alat ukur lembar kuesioner dan daftar tilik. Adapun hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata pengetahuan (mengingat) kader di awal pelatihan sebesar 51,43 dengan kategori baik 17,9, setelah pelatihan naik menjadi 86,79 dengan kategori baik 100%.

2. Nilai rata-rata pengetahuan (mengaplikasi) kader di awal pelatihan sebesar 60,71 dengan kategori baik 25%, setelah pelatihan naik menjadi 92,86 dengan kategori baik 100%

3. Efektivitas pelatihan terhadap pengetahuan (mengingat) kader sebesar 82,14 % dan indeks efektivitas 0,998.

4. Efektivitas pelatihan terhadap pengetahuan (mengaplikasi) kader sebesar 0,107% dan indeks efektivitas 0,99.

SARAN

1. Bagi UPTD Puskesmas Arcamanik

Puskesmas Arcamanik sebagai Lembaga Kesehatan yang membina kader posyandu di wilayahnya disarankan dapat melanjutkan pembinaan kader secara berkesinambungan.

Kurikulum, buku panduan pelatihan dan modul pelatihan yang telah peneliti susun dapat dimanfaatkan oleh puskesmas.

Selain itu, metode ceramah, tanya jawab dan praktek Teknik Off the

job training dan dilakukan pengukuran hasil pelatihan pada tahap pembelajaran dengan metode test dapat dikembangkan oleh puskesmas.

2. Bagi kader posyandu

Setelah dilakukan pelatihan diharapkan kader dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan di posyandu masing-masing untuk mendorong terwujudnya posyandu bebas stunting.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian berharap penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengevaluasi hasil pelatihan yang telah dilakukan pada tingkat dampak berupa pelaksanaan posyandu dan kasus stunting baru.

Bagi UPTD Puskesmas Arcamanik Puskesmas Arcamanik sebagai Lembaga Kesehatan yang membina kader posyandu di wilayahnya disarankan dapat melanjutkan pembinaan kader secara berkesinambungan. Kurikulum, buku panduan pelatihan dan modul pelatihan yang telah peneliti susun dapat dimanfaatkan oleh puskesmas.

Selain itu, metode ceramah, tanya jawab dan praktek Teknik Off the job training dan dilakukan pengukuran hasil pelatihan pada tahap pembelajaran dengan metode test dapat dikembangkan oleh puskesmas.

a) Pengetahuan (mengingat)

Setelah dilakukan pelatihan, pengetahuan kader mengalami peningkatan, rata-rata 86,79% dengan nilai median dan nilai minimum

No Hasil Pengetahuan Pretest Posttest

1 Mean 51,43 86,79

2 Median 45,00 90

3 Minimum 40 80

4 Maximum 90 100

5 Kategori Baik 17,9 100 6 Kategori Buruk 82,1 0 7 Nilai Sig. Shapiro-Wilk

(uji normalitas)

.000 .000

(4)

peserta dari 45 menjadi 90. Kategori

nilai setelah pelatihan pengetahuan kader mengalami peningkatan sebanyak 28 orang (100%), hal ini karena sebelum pelatihan kader cukup baik. Berdasarkan uji normalitas dengan Shapiro-wilk test diperoleh nilai 0,00 untuk pretest lebih kecil dari 0,05 dan 0,00 untuk posttest lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest berdistribusi tidak normal.

b) Pengetahuan (mengaplikasi)

Pada awal pelatihan kader ditanyakan tentang langkah-langkah pengukuran tinggi badan dan berat badan dimana pretes yang dilakukan yaitu kader menyebutkan langkah- langkah bukan dengan mempraktekan dikarenakan waktu dan kondisi yang tidak memungkinkan. Peserta diberikan materi tentang langkah- langkah pengukuran tinggi badan dan berat badan secara tepat dalam pelatihan selanjutnya dilakukan posttes dengan menyebutkan Langkah-langkah mengukur tinggi badan dan berat badan. Berikut hasil nilai pretes dan posttes .

B. Analisis Bivariat

a) Perbedaan pengetahuan (mengingat) kader sebelum dan setelah pelatihan

Dapat disimpulkan bahwa kader/peserta yang mengalami penurunan nilai antara hasil pretest dan posttest pengetahuan tidak ada sedangkan yang mengalami peningkatan nilai sebanyak 27 orang yang

diartikan berarti ada 27 orang yang mengalami peningkatan pengetahuan dengan tingkat peningkatan rata-rata 14,00. Untuk nilai tetap atau peserta yang mengalami nilai sama antara pretetst dan posttest sebanyak 1 orang artinya peserta tidak mengalami peningkatan dan tidak mengalami penurunan nilai. Pada tabel diatas tersebut bahwa nilai pretest dan posttest pengetahaun nilai Asmp.Sig.(2- tailed) atau p value sebesar 0,00 < 0,05 artinya terdapat perbedaan pengetahuan kader secara signifikan setelah diberikan pelatihan terhadap kader.

b) Perbedaan pengetahuan (mengaplikasi) setelah pelatihan

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa kader/peserta yang mengalami penurunan nilai 0 artinya tidak ada, sedangkan yang mengalami peningkatan nilai sebanyak 28 orang artinya ada 28 kader yang mengalami peningkatan keterampilan setelah dilakukan pelatihan dengan tingkat rata-rata sebesar 14,50.

Untuk nilai tetap atau peserta yang mengalami nilai yang sama antara pretest dan posttest 0 artinya tidak ada peserta yang nilainya sama antara nilai pretest dan posttest. Pada tabel diatas nilai pretest dan postetst keterampilan nilai Asmp.Sig.(2- tailed) atau p volue sebesar 0,000 < 0,05 maka ada peningkatan keterampilan kader setelah dilakukan pelatihan.

2. Bagi kader posyandu

Setelah dilakukan pelatihan diharapkan kader dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan di posyandu masing-masing untuk mendorong terwujudnya posyandu bebas stunting.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian berharap penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengevaluasi hasil pelatihan yang telah dilakukan pada tingkat dampak berupa pelaksanaan posyandu dan kasus stunting baru.

No Hasil Pengetahuan Pretest Posttest

1 Mean 60,71 92,86

2 Median 60,00 100

3 Minimum 40 80

4 Maximum 80 100

5 Kategori Baik 25,0 100

6 Kategori Buruk 65,0 0

7 Nilai Sig. Shapiro-Wilk (uji normalitas)

.000 .000

Perbedaan Pretest pengetahuan- Posttest pengetahuan

Penurunan nilai

Kenaikan nilai

Nilai tetap

Total p-value*

0 27 1 28 .000

Perbedaan Pretest keterampilan- Posttest keterampilan

Penurunan nilai

Kenaikan nilai

Nilai tetap

Total p-value*

0 28 0 28 .000

(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Megawati G, Wiramihardja S.

Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Dalam Mendeteksi Dan Mencegah Stunting. Dharmakarya. 2019;8(3):154.

2. Kementerian Kesehatan R.I. 2020.

Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2020.

3. Kementerian PPN/Bappenas 2019.

Target Penurunan Stunting. In.

4. 2020 SSGI tahun. Prevalensi stunting di Jawa Barat pada tahun 2020. In.

5. Sari DWP, Wuriningsih AY, Khasanah NN, Najihah N. Peran kader peduli stunting meningkatkan optimalisasi penurunan risiko stunting. Nurscope Jurnal Penelit dan Pemikir Ilm Keperawatan. 2021;7(1):45.

6. Kemenko Pmk 2020. Perpres 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting.

7. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Orientasi Kader Posyandu. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrerian Kesehatan RI. 2019;1–78.

8. Aldita, Muhammad Siri Dangnga em.

Peranan posyandu dalam meningkatkan status gizi balita di na mario kota parepare the role of Posyandu in Increasing Nutrition Status in the Working Areas of Health Center Madising Na Mario City of Parepare.

Mns Dan Kesehat. 2019;1(1):250–9.

9. Nugraheni N, Malik A. Peran Kader Posyandu dalam Mencegah Kasus Stunting di Kelurahan Ngijo Kota Semarang. 2023;3(1).

10. Afifa I. Kinerja Kader dalam Pencegahan Stunting: Peran Lama Kerja sebagai Kader, Pengetahuan dan Motivasi. J Kedokt Brawijaya.

2019;30(4):336–41.

Referensi

Dokumen terkait

Such sum as the Commissioner thinks just and reasonable as representing the diminution in value per centum by wear and tear during the year in which the income was derived of any