• Tidak ada hasil yang ditemukan

penolakan pemberian persetuju - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "penolakan pemberian persetuju - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana ulasan hukum Islam tentang penolakan izin orang tua terhadap anak yang hendak menikah di kabupaten Lubuklinggau Selatan II.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Dan dalam penelitiannya, ia membahas tentang bagaimana orang tua memahami kewenangannya dalam menjodohkan anak, serta implikasi perjodohan terhadap terbentuknya keluarga yang harmonis. Ketiga, disertasi Herpa Efrido, “Izin Orang Tua dalam Pernikahan (Studi Banding Imam Asy-Syafi’i dan Ibnu Qayyim Al-Jawziyah)”, 2019.9. Sementara itu, penulis membahas apa jadinya jika orang tua menolak menikahkan anaknya karena faktor ekonomi.

9 Herpa Efrido, “Izin Orang Tua dalam Menikah (Studi Banding Imam Asy-Syafi’i dan Ibnu Qayyim Al-Jawziyah)”, (Disertasi, Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Jambi, 2019), hal.

Metode Penelitian

Dalam penelitian di Kabupaten Lubuklinggau II Selatan, peneliti menemukan terdapat 28 orang tua yang menolak menyetujui perkawinan anaknya, dan ke-28 orang tersebut bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara yang dilakukan kepada orang tua dan anak di wilayah Kabupaten Lubuklinggau Selatan II. BAB III Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran wilayah Kabupaten Lubuklinggau II Bagian Selatan yang terdiri dari letak geografis, pemerintahan, jumlah penduduk dan agama.

BAB IV Bab ini akan membahas tentang inti pembahasan, hasil penelitian penulis akan menjelaskan mengenai penolakan izin menikah oleh orang tua di Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, serta gambaran hukum Islam mengenai penolakan tersebut. persetujuan orang tua bagi anak yang hendak menikah di Kabupaten Lubuklinggau Selatan II.

Tabel 1.1  Informan Penelitian
Tabel 1.1 Informan Penelitian

LANDASAN TEORI

Hukum Perkawinan

Dalam keadaan ini, Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Jika seseorang ingin menikah dan takut terjerumus ke dalam zina jika tidak menikah, maka ia harus mendahulukannya dari haji wajib23. Sementara itu, ulama yang lain mengatakan: “Pernikahan itu lebih afdhal.” baginya selain haji, shalat dan puasa yang sunah.” Mereka pun berkata: “Dalam keadaan ini hukumnya sama, apakah dia mampu menghidupi dirinya atau tidak.” Syekh Taqiyyudin Ibnu Taymiyyah berkata: “Yang jelas dari perkataan Imam Ahmad dan banyak ulama lainnya adalah bahwa kemampuan finansial bukanlah tolak ukur. Dan dalam kondisi seperti ini, jika hendak menikah maka harus memenuhi rukun nikah agar sah nikahnya menurut syariat Islam.

Namun bisa saja dalam keadaan ini dianggap makruh, karena istri tidak mencapai tujuan utama perkawinan, yaitu tidak lain untuk menjaga kehormatannya, padahal itu akan merugikan dirinya4.

Rukun dan Syarat Perkawinan

Ijab ialah perkataan yang diucapkan oleh wali perempuan, manakala qabul ialah perkataan yang diucapkan oleh pengantin lelaki atau wakilnya, dengan dihadiri dua orang saksi perkahwinan. Ijab dan qabul hendaklah menggunakan perkataan yang jelas supaya dapat difahami atau difahami oleh kedua-dua pihak. Beliau juga menjelaskan bahawa wanita hamil boleh berkahwin dengan lelaki yang berzina dengannya atau yang tidak berzina dengannya.

Jadi rukun nikah merupakan suatu hal yang penting, jika seluruh rukun nikah tidak terpenuhi maka perkawinan tersebut dianggap batal demi hukum.

Hikmah Perkawinan

Oleh karena itu, pasangan yang ingin menikah harus mengetahui seluruh rukun pernikahan agar pernikahan dapat berjalan lancar (sah). Oleh karena itu, Islam mengatur pernikahan dengan tujuan untuk memenuhi fitrah manusia yang cenderung tertarik pada lawan jenis. Dalam surat Ar-Rum ayat 21 dijelaskan bahwa banyak sekali hikmah yang terkandung dalam pernikahan.

Dengan berkahwin dengan seseorang, orang itu akan memperoleh kedamaian, ketenangan, kebahagiaan hidup, serta kepuasan jasmani dan rohani. Sesuai dengan fitrahnya, mempunyai isteri dapat memberikan zuriat, menghilangkan kesedihan dan ketakutan, serta menjadi teman dalam suka dan duka dan juga sebagai pembantu dalam mengatur kehidupan lelaki. Maka dengan mengahwini seseorang, ia dapat memperbanyakkan ibadah, mengamalkan Sunnah Nabi, dan juga dapat membuka pintu rezeki.

Menikah tidak membuat seseorang menjadi miskin; Menikah ternyata bisa membuat seseorang menjadi kaya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 32 yang menjelaskan bahwa jika seseorang berada dalam keadaan fakir (terbatas penghidupannya), maka dia pun demikian. 36 Abu Fida' Abdur Rafi', “Menjadi Kaya dengan Menikah Berdasarkan Al-Quran dan Sunnah,” (Jakarta: Penerbit Republika, 2005), hal.

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih bujang di antara kamu dan orang-orang yang layak (dikawinkan) dari kalangan lelaki dan hamba sahaya kamu yang perempuan. Tetapi jika dengan mengadakan perkahwinan yang sah, maka dia akan dapat memenuhi keperluan biologinya, dan juga dapat menahan diri daripada perbuatan maksiat.39 Oleh itu, jika seseorang itu boleh berkahwin dan sudah mempunyai pasangan, bersegeralah untuk berkahwin, lakukan tidak berlengah demi mencegah berlakunya zina, dan menjauhi maksiat.

Larangan Perkawinan

Diharamkan bagimu (menikahi) ibumu; putri-putrimu; saudara perempuanmu, saudara perempuan ayahmu; saudara perempuan ibumu; anak-anak perempuan dari saudara laki-lakimu yang laki-laki; anak perempuan dari saudara perempuanmu; Yang dimaksud dengan menyusui di sini adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan tidak mempunyai hubungan darah, melainkan telah mengasuh perempuan (ibu) yang sama sehingga dianggap mempunyai hubungan darah. Dan janganlah kamu menikah dengan wanita yang dinikahi ayahmu, kecuali pada masa lampau.

Menurut Imam Syafi’i berpendapat bahwa haramnya nikah maharah hanya karena adanya akad (nikah), sedangkan zina tidak tercakup dalam larangan nikah maharah, dengan alasan tidak pantas, yang zinanya disamakan dengan larangan nikah maharah.44. Sementara itu, Imam Abu Hanifah mengatakan, larangan menikah karena maharah bisa karena adanya akad (nikah) yang sah dan juga karena akibat zina. Apabila seorang laki-laki telah mengawini seorang perempuan pada waktu yang sama, maka ia tidak boleh mengawini saudara kandung perempuan itu.

Dalam perkahwinan poligami, seorang lelaki boleh berkahwin dengan maksimum empat orang isteri dan tidak lebih daripada itu. Jika seseorang lelaki menceraikan isterinya dengan talak tiga, sama ada sekali gus atau beransur-ansur, maka bekas suaminya itu dilarang berkahwin sehingga bekas isteri itu berkahwin dengan lelaki lain, dan telah tamat tempoh iddahnya. Bagi wanita yang berihram, sama ada ihram haji atau umrah, dia tidak boleh dinikahkan oleh lelaki, tidak kira lelaki itu berihram atau tidak.

Semua mazhab bersetuju bahawa jika seorang wanita yang masih dalam tempoh 'iddah tidak boleh dikahwini, sebagaimana wanita yang masih berkahwin sama ada melakukan 'iddah kerana suaminya membiarkan dia mati, atau wanita itu diceraikan. suaminya47. Para ulama bersepakat bahawa tidak halal bagi seorang muslim mengahwini wanita yang menyembah berhala, wanita yang keluar dari agama Islam, wanita yang menyembah lembu, bahkan wanita yang zindiq.

Hak Orang Tua dalam Menikahkan Anak

Menikahkan anak merupakan puncak dari kewajiban orang tua terhadap anaknya.49 Orang tua hendaknya tidak mempersulit dirinya untuk menikah. Ketika seorang anak sudah siap dan matang untuk menikah, hendaknya orang tua mempermudah niat anaknya. 49 Tatta Herawati Daulae, “Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak: Kajian Sesuai Hadits,” Jurnal Kajian Gender dan Anak, Vol.

50 Redaksi, “Kewajiban Setiap Orang Tua Memenuhi Tiga Hak Anaknya”, https://harakah.id/ (20 Februari 2022). Perkawinan tanpa persetujuan orang tua dalam yurisprudensi (hukum) resmi, dimana pilihan anak berbeda dengan pilihan orang tuanya atau orang tua tidak setuju untuk menyetujui pilihan anak, tidak akan mempengaruhi keabsahan perkawinan, karena persetujuan orang tua. orang tua bukanlah bagian dari keharmonisan dan syarat perkawinan. Orang tua tidak berhak memaksa putrinya menikah dengan pria yang tidak disukainya.

Orang tua juga hendaknya tidak berusaha dan memaksakan kehendak pada anaknya untuk menikah dengan wanita yang tidak disukainya. Orang tua tidak boleh memaksa anaknya untuk menikah dengan wanita pilihannya. Orang tua mempunyai hak untuk menolak dan mempunyai kewenangan untuk mencegah terjadinya perkawinan usia dini pada masa kanak-kanak, hal ini dikarenakan anak di bawah umur tidak dianjurkan untuk menikah, karena dianggap belum mempunyai kemampuan dalam mengelola kekayaan dan pada usia muda tersebut tidak perlu dilakukan perkawinan. .

Oleh karena itu setiap orang tua mempunyai hak untuk menolak atau tidak mengawinkan anaknya. Orang tua mempunyai hak untuk mengawinkan anaknya yang telah baligh. Dan orang tua tidak boleh menolak anaknya semata-mata karena alasan ekonomi dan memaksa mereka untuk menikahkan anaknya dengan pasangan yang tidak mereka sukai. Pernikahan diakhiri atas dasar cinta. Jika orang tua terus memaksa, mereka takut akan timbul masalah dalam hidupnya. rumah tangga anak, seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan sebagainya.

Geografis

Pemerintahan

Kependudukan

Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, Sebaran Persentase Penduduk, Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kecamatan Lubuklinggau II Bagian Selatan No. Jumlah Penduduk.

Keagamaan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penolakan Izin Orang Tua

PENUTUP

Saran

Sebagai orang tua sebaiknya jangan mempersulit anak ketika ingin menikah, jika keinginan orang tua menolak dan kemudian anak melakukan zina maka orang tua pun ikut berbuat dosa. Jika seorang anak sudah berani mengutarakan keinginannya untuk menikah, berarti anak tersebut sudah yakin dan sudah memikirkannya matang-matang. Kalaupun orang tuanya tidak setuju dengan calonnya, sebaiknya orang tua mencarikan calon yang baik untuk anaknya dan Diskusikan baik-baik dengan anak, jangan biarkan orang tua mengabaikan begitu saja keinginannya dan hanya diam saja tanpa mengambil tindakan. Jika orang tua ingin tetap mencarikan calon anaknya sesuai harapan dan keinginan orang tua, jangan biarkan keinginan orang tua sedemikian rupa sehingga anak tersebut melakukan perzinahan.

Ardianto, “Kewenangan orang tua dalam menjodohkan anak ditinjau dari hukum Islam dilihat dari Pasal 26 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”, Fak. Bastomi, Hasan, “Perkawinan Dini dan Dampaknya (Tinjauan Batas Usia Pernikahan Menurut Hukum Islam dan Hukum Perkawinan Indonesia)”, Jurnal Judisia, Volume 7, Desember 2016. Daulae, tatta Herawati, “Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak : Kajian Menurut Hadits”, Jurnal Kajian Gender dan Anak, Vol.

Efrido, Herpa, “Izin Orang Tua dalam Pernikahan (Studi Banding Imam Asy-Syafi’I dan Ibnu Qayyim Al-Jawziyah)”, (Disertasi, Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ambi, 2019). Hasibuan, Zulfan Efendi, “Prinsip Nikah Menurut Hukum Islam: Mengkaji Penyebab Kawin Paksa, Jurnal El-Qanuny, Volume 5, 2019. Hermanto, Agus, “Larangan Nikah Dalam Perspektif Fiqih dan Relevansinya Hukum Perkawinan di Indonesia", Jurnal Muslim Warisan, Volume 2, 2017.

Shamad, Muhammad Yunus, “Hukum Pernikahan dalam Islam,” Jurnal Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Parepare, Volume 5, 2017. Editorial, “Kewajiban Setiap Orang Tua Memenuhi Tiga Hak Anaknya,” https://harakah.id / (20 Februari 2022).

Gambar

Tabel 1.1  Informan Penelitian

Referensi