PENYELEWENGAN KODE ETIK JURNALISTIK PADA PROGRAM ACARA BERITA DI GTV
“Tulisan ini buat untuk memenuhi tugas Komunikasi Masa”
Dosen Pengampu: Dr. Retna Mahriani,M.Si.
Disusun oleh : TRI DHARMA WIJAYA
(NIM. 07031282126115) KELAS C INDRALAYA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
2 A. PENDAHULUAN
Televisi adalah suatu media komunikasi yang sifatnya audio visual yang artinya dapat didengar dan dilihat gambarnya. Tujuan utama dari media televisi adalah untuk hiburan masyarakat dan kemudian juga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
Kode etik jurnalistik seharusnya dipahami oleh pekerja media sebagai acuan dalam menjalankan tugas nya. Bukan hanya Kode Etik Jurnalistik tetapi ada peraturan yang lainya, yaitu perundangan-undangan yang ada seperti Etika dan standar penyiaran dalam Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, Peraturan KPI No. 02/P/KPI/12/2009 tentang P3, serta Peraturan KPI No.03/P/ KPI/12/2009 tentang SPS (Kurniadi, 2013).
Dalam industri televisi, P3SPS atau Pelaku Pedoman Penyiaran diadopsi dari kode etik jurnalistik supaya menciptakan tayangan yang baik dan berkualitas kepada masyarakat, selain dituntut kreatifitasnya, juga harus sesuai dengan peraturan pemerintah. Dalam halnya pemberitaan tidak boleh adanya rekayasa, harus sesuai dengan kenyataanya.
B. PEMBAHASAN
Media televise masih menjadi media utama yang diandalkan masyarakat umum untuk mengetahui sebuah informasi/berita, biasanya masyarakat mengetahui melalui media online terlebih dahulu, baru kemudian mencari kebenaran dengan nmenonton televisi tetapi, pada kenyataanya televisi pun masih banyak yang melanggar kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan sesuai dengan standar penyiaran P3 dan SPS dalam Pedoman Program Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) dan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Jika suatu media menaati aturan kode etik, maka pemberitaan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya, dan juga sebagai acuan dewan pers apakah media terlsebut masih layak tayang apakah tidak.
Penulis akan membahas bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh berita yang tayang pada tanggal 11 Januari 2020 di GTV. Pelanggaran yang terjadi merupakan adanya interpretas oleh GTV dalam menerjemahkan kode etik jurnalistik yang sesuai
3
dalam P3SPS. Dalam tayangan tersebut seorang wartawan GTV sedang mewawancarai seorang anak di bawah umur, salah satu korban banjir, anak tersebut salah satu murid dari sekolah yang hanyut karena bandir di Lebak, Banten, sesuai dengan peraturan Komisi Penyiaran Indonesia tidak boleh menjadikan anak di bawah umur sebagai narasumber.
Sumber berita memang sangatlah penting, seorang wartawan jika ingin mencari narasumber harus menimbang manakah yang layak dan tidak, dalam kasus ini wartawan bisa menjadikan guru nya sebagai narasumber, bukan muridnya. Suatu tayangan berita yang berkualitas dapat menambah kepercayaan masyarakat terhadap media terdrbut. Kode Etik Jurnalistik tidak hanya dipatuhi oleh seorang wartawan saja, akan tetapi oleh semua organisasi yang terlibat.
Untuk menerapkan kode etik jurnalistik yang baik, seharusnya GTV sebelum melakukan liputan harus ada pembekalan apa saja yang harus dilakukan di lapangan dan juga penentuan siapa yang akan dijadikan narasumbe. Pembekalan merupakan suatu pelatihan kepada wartawan. Pada proses pra produksi biasanya ada perencanaan ide, gagasan dan semua hal yang akan dilakukan dilapangan sebelum proses prosuksi.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, terdapat adanya pelanggaran dalam tayangan berita yang disiarkan oleh GTV, pelanggaran tersebut berupa menjadikan anak ibawah umur yang menajdi salah satu korban banjir di sekolahnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik.
GTV merupakan media yang besar, sebelum proses produksi pasti ada pra produksi terlebih dahulu yang melibatkan banyak orang, dan disini yang harus menaati kode etik bukan hanya wartawan saja tetapi semua yang tergabung dalam organisasi.
4 SARAN
Dalam kasus penyelewengan kode etik jurnalistik dalam slaah satu pemberitaan di atas dapat menjadikan pembelajaran bahwa ke depanya media harus lebih teliti dalam menyajikan beritanya. Sampai saat ini masih banyak dijumpai bentuk pelanggaran di media online maupun cetak,
Pihak GTV harus sering memberikan edukasi dan pembekalan di setiap wartawan yang bertugas supaya tidak terjadi lagi hal seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi, O. (2013). Budaya Jurnalistik Di Metro Tv. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(2), 133–140. https://doi.org/10.24198/jkk.vol1n2.3