• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kode Etik Jurnalistik nada[1] (AutoRecovered)

N/A
N/A
21-205 Mikola May Berry Tarigan

Academic year: 2024

Membagikan "Kode Etik Jurnalistik nada[1] (AutoRecovered)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kode Etik Jurnalistik

Pesatnya kemajuan teknologi informasi saat ini cukup memberikan kemajuan media massa yang signifikan. Media cetak ataupun elektronik saling bersaing kecepatan sehingga pemburu berita dituntut keratifitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal penting ketika terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak sebatas penyampaian informasi yang aktual kepada masyarakat, tetapi juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta- fakta objektif untuk selalu bertindak dalam setiap pemberitaaannya. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi masa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis uraian yang tersedia.(UU No.40, 1999 : pasal 1 ayat 1)

Secara harfiah (Etimologi) jurnalistik artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya Jurnal (Journal), artinya laporan atau catatan. Tak heran, jika jurnalistik sering di identikan banyak orang dengan hal-hal yang berhubungan dengan media cetak, terutama surat kabar. Secara konseptual (Terminology) mengandung tiga pengertian pertama jurnalistik adalah proses aktivitas atau kegiatan mencari dan mengumpulkan,menyusun,mengolah berita.

kedua jurnalistik adalah keahlian atau keterampilan menulis karya jurnalistik.

ketiga jurnalistik adalah bagian dari bidang kajian komunikasi/publisistik khususnya mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi. Secara praktis jurnalistik adalah proses pembuatan informasi hingga penyebarluasan melalui melalui media masa, baik media cetak dan elektronik (Suryawati, 2011:.4-5).

Jurnalistik memiliki Kode Etik yang harus diikuti oleh wartawan dalam mencari berita, kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Wartawan selain dibatasi oleh ketentutan hukum, seperti undang-undang pers nomor 40 tahun 1999, juga harus berpegang pada Kode Etik Jurnalistik. Dengan bertujuan agar wartawan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya yaitu mencari dan menyajikan informasi. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme atas dasar itu wartawan Indonesia menetapkan dan mentaati Kode Etik Jurnalistik. Media masa

(2)

sesungguhnya adalah media informasi yang bersikap netral di tengah masyarakat.

Media masa menyampaikan informasi dengan di dukung fakta yang kuat, sehingga tidak ada kesepakatan di dalamnya. Namun demikian, media masa tidak selalu bisa objektif dalam menjalankan fungsinya. Dalam pengelolaan pers di tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu lewat Kode etik Jurnalistik.(Suryawati, 2011) Pedoman yang di buat di dalam Kode Etik Jurnalistik secara umum adalah memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai –nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawan. Dalam menulis berita misalnya, wartawan di tuntut untuk menulis berita yang jujur, objektif dan di dukung fakta yang kuat Dengan demikian, diharapkan jangan sampai wartawan menulis berita bohong atau fitnah yang bisa berakibat fatal bagi pihak yang diberikan. Dalam proses mencari sebuah berita, wartawan harus berada dibawah aturan kode etik jurnallistik.

Salah satu nya berada dalam pasal 1 dan pasal 2 kode etik jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik yang di terapkan oleh Harian Umum Haluan dalam pasal 1 diantaranya wartawan harus bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beretikat buruk.

Wartawan juga menempuh caracara yang professional dalam melaksanakan tugas jurnalistik, wartawan harus selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang. Tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menerapkan asas praduga yang tak bersalah. Bersikap independen berarti wartawan tersebut memberitakan suatu peristiwa berdasakan fakta dan sesuai dengan hari nurani narasumber,tidak adanya unsur paksaan dari pihak manapun.

Selanjutnya berita yang di dapat bersifat akurat, yang mana informasi yang diperoleh dari informan yang pasti dan berdasarkan keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

Berita yang di sajikan bersifat berimbang. Tidak mencampurkan antara fakta dan opini dan semua pihak mendapat kesempatan yang sama. Seorang wartawan tidak beritikad buruk , tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbukan kerugian pihak lain Sikap independen juga berarti sikap dimana seorang yang berprofesi sebagai wartawan harus bisa bersikap sabar dalam mencari sebuah berita. Menghasilkan sebuah berita yang factual tidak ada unsur kebhongan atau yang lain semacam nya berita yang di dapat memang hasil yang real tidak ada unsur paksaan atau kekerasan didalamnya. Wartawan bebas untuk memilih narasumber yang akan ia wawancarai, namun seoarang wartawan tetap bisa memastikan data yang di berikan oleh informan tersebut sesuai dengan fakta atau keadaan yang terjadi Lain hal demikian, penerapan kode etik

(3)

jurnalistik juga terdapat dalam pasal 2 kode etik jurnalistik.

Kode Etik Jurnalistik yang lahir pada 14 maret 2006 oleh gabungan organisasi pers dan ditetapkan sebagai Kode Etik Jurnalistik baru yang berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers nomor 03/SK-DP/III/2006 tanggal 24 maret 2006, setidaknya mengandung 4 asas yaitu asas demokratis yang berarti berita harus disiarkan secara berimbang dan independen, asas profesionalitas yaitu wartawan harus menguasai profesinya dari segi teknis maupun filosofnya. Asa moralitas yaitu sebuah lembaga atau pers dapat memberikan dampak sosial yang sangat luas terhadap tata nilai, kehidupan, dan penghidupan masyarakat luas yang mengandalkan kepercayaan. Asa supremasi hukum, dan hal ini wartawan bukanlah profesi yang kebal dari hukum yang berlaku.(Wahyudi,1999).

wartawan harus memiliki sifat jujur, adil, bijaksana, bermoral, berpendidikan dan kreatif,serta berbakat. Wartawan harus berpijak kepada kebenaran dan harus selalu di perjuangkan, disamping harus selalu tanggap atau kritis pada situasi atau kondisi. Tanggap atau kritis maksudnya adalah situasi dan kondisi seringkali sudah menunjukkan sesuatu yang lain adanya dan yang perlu dilacak atau yang dipertanyakan. (Wahyudi, 1999 : 105). tulisan atau pena seorang wartawan cukup berbicara satu kali, melekat terus dalam hati masyarakat dan menjadi tutur setiap hari. Maka dari itu, wartawan dituntut lebih teliti dan cermat dalam menjalankan tugasnya. Jika wartawan melakukan hal itu maka pelanggaran Kode Etik terhadap tidak akan terjadi. Kode Etik berkaitan dengan tingkah laku dan nilai –nilai moral, pelanggaran dari Kode Etik akan dikenakan sanksi hukum yang di terapkan. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik dan menerapkannya merupakan wujud professional seorang wartawan dan dengan menjalankan kegiatan jurnalistik sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik berarti seorang wartawan telah bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun masyarakat. pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik merupakan perintah dari undang- undang no. 40 tahun 1999 pasal 7 ayat 2 tentang pers yang berbunyi “ wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Menurut (Sukardi, 2011), ini berarti apabila melanggar Kode Etik Jurnalistik maka akan melanggar undang-undang dan di kenakan sanksi pidana. Wartawan dalam kegiatan Jurnalistiknya meliputi mencari, memperoleh,menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara (audio), gambar (visual). Kode Etik Jurnalistik memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pers dimana sebagai pedoman nilai-nilai profesi kewartawanan, sehingga Kode Eik Jurnalistik wajib dipahami dan di laksanakan oleh wartawan (Gawi,2017, vol.6.no1).

Kebebasan pers Indonesia tidak berarti bahwa wartawan dalam

(4)

menjalankan tugasnya dapat berbuat semuanya. Di dalam menjalankan tugas profesi tersebut, wartawan terikat dengan aturan perundangundangan yang menyangkut delik pres. Di dalam delik pres, diatur masalah-masalah yang menyangkut fitnah, pencemaran nama baik hingga penghinaan. Untuk mencegah masyarakat dan terutama sumber berita yang merasa dirugikan oleh pers, maka di atur ketentuanketentuan mengenai Etik Pers ( Suryawati, 2011 :.h.86)

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, d an norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

b.Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d.Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-

(5)

mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Penafsiran Cara-cara yang profesional adalah:

a.menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b.menghormati hak privasi;

c.tidak menyuap;

d.menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g.tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h.penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b.Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c.Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d.Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

(6)

Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b.Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c.Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d.Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata- mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.

b.Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.

b.Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

(7)

Pasal 7

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran

a.Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b.Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d.Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau ca cat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

b.Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a.Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b.Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

(8)

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran

a.Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.

b.Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b.Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c.Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan

oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006

(Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers)

Referensi

Dokumen terkait

Kecenderungan dari isi berita foto jurnalistik tentang peristiwa bencana erupsi Gunung Sinabung 2014 dalam penerapan Kode Etik Jurnalistik Indonesia dan teknik penulisan caption

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak foto berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, khususnya Pasal 4 dan 5, dalam koran Harian

(Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila di Harian Umum Koran Merapi.. Periode Januari -

Shinta Bela Dewanti, D1211075, KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PENERAPAN (Studi Deskriptif Kualitatif Praktek Penerapan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dalam Kegiatan

pelanggaran yang dilakukan oleh wartawan dan media massa terhadap Kode Etik Jurnalistik, seperti penggunaan sumber imajiner, memuat identitas foto pelaku dan korban

Berdasarkan kode etik jurnalistik yang digunakan oleh peneliti yaitu kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI, pelanggaran kode etik jurnalsitik yang dilakukan

Peneliti skripsi ini berjudul “Pelanggaran Kode Etik Fotografi Jurnalistik Pada Harian Pos Metro” (Studi Analisis Isi Tentang Pelanggaran Kode Etik Fotografi

60 Di dalam sebuah pemberitaan wartawan harus mentaati kode etik jurnalistik untuk tidak memberitakan sesuatu yang bersifat sadis, seperti berita yang menjelaskan dengan detail