• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kode Etik Jurnalistik Pada Rub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Kode Etik Jurnalistik Pada Rub"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK

PADA RUBRIK

BERITA “

NGANAL KODEW

DALAM SURAT KABAR RADAR MALANG

JURNAL

Oleh: Niken Larasati

(0911223100)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

2

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian etika pada mulanya hanya banyak dibicarakan dalam bidang filsafat. Seperti banyak yang dijelaskan dalam lansiran jurnal milik Kunczik (2000) berjudul “Introduction: Freedom of The Press-Where To Draw The Line”, ia menjelaskan bahwa etika (berasal dari bahasa Yunani kata etos: kebiasaan atau praktek) merupakan cabang filsafat yang tujuannya adalah untuk menggambarkan sentimen moral, serta untuk menetapkan norma-norma untuk perilaku yang baik dan adil.

Penelitian mengenai etika dalam tataran kajian filsafat banyak dilakukan. Diantaranya dalam jurnal “Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk Konstruksi Moral Kebangsaan” oleh Syamsiyatun dan Wafiroh (2013), Kirom (2012) dalam

“Etika: Suatu Kajian Filsafat Nusantara”, dan Muslih (2011) dalam “Etika Dalam Studi Filsafat”.

Kesamaan ketiga jurnal tersebut ialah membahas mengenai kajian etika dari sudut pandang filsafat yang menjelaskan bahwa etika sebagai cabang filsafat merupkan sebuah peranan seperti halnya agama, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala yang menjadi refleksi krisis terhadap tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik. Selain banyak dikaji dalam filsafat yang merupakan cabang ilmunya, etika juga banyak dikaji dalam bidang ilmu lain seperti hukum, sosial dan antropologi, serta komunikasi. Penelitian dengan tema etika dalam bidang ilmu komunikasi contohnya oleh Ward (2005) dalam Global Media Ethic menjelaskan etika secara garis besar berusaha membentuk sikap kritis dan rasional perilaku manusia apa saja yang dikejar sebagai sesuatu yang bernillai. Selain itu etika juga merupakan suatu kewajiban sikap seseorang menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan.

Dalam hal ini berkaitan dengan lembaga dan institusi tentu saja etika mengarah kepada etika profesi. Semua bidang profesi memerlukan adanya suatu etika dalam menjalankan fungsinya sebagai pengabdian kepada masyarakat tidak terkecuali dalam bidang komunikasi. Dimana komunikasi menjadi penting karena merupakan proses pertukaran informasi terjadi didalamnya baik melaului bidang-bidang komunikasi seprti jurnalistik Ward (2005).

Lebih jauh Ward (2005) mengungkapkan dalam ranah komunikasi etika menjadi nilai penting bagi pelaku profesi di bidang komunikasi. Nilai ini diperlukan dalam menjaga keberadaan profesi di tengah masyarakat. Setiap profesi bidang ilmu komunikasi dintuntut untuk bertanggungjawab terhadap pelayanan publik. Institusi pers dan kehumasan contohnya, tentu saja mempunyai suatu acuan kode etik baku dan membekali masing-masing profesi dengan etika untuk melayani dan membangun kepercayaan masyarakat dalam menjalankan fungsinya.

(3)

3

tujuan jurnalisme adalah untuk menyajikan kebenaran. Untuk itu, sejumlah prinsip etis harus dipakai seperti akurasi, objektif, netral, dan sebagainya. Menurut Siregar, etika komunikasi berbicara masalah kajian profesi komunikasi dengan berlandaskan pada nilai sosial, teori normatif, nilai filsafat etika dan standar moral profesi (2004, h.10).

Tanggung jawab etika dalam sebuah media menjadi semakin penting. Dalam Disenchantment: Meaning And Morality In The Media, John Phelan (2002) menyelidiki titik potong dan interaksi antara isu-isu yang berakar pada etika dan pada kebebasan komunikasi. Sementara ada beberapa tempat dalam kebudayaan Amerika bahwa hukum dan peraturan berfungsi untuk memperkuat standart-standar etika berkomunikasi, Phelan menguji bagaimana Federal Communications Commission (FCC) dan Federal Trade Commission (FTA) sering menjalankan fungsi tersebut. Menurut Phelan, filsafat kepentingan umum melekat dalam nilia-nilai keadilan sosial, kesetaraan dan pemerintahan demokratis dan nilia-nilai-nilia-nilai media massa tentang keanekaragaman, regionalism, akses dan mutu atau kualitas media yang tinggi.

Penelitian-penelitian mengenai etika dalam kajian ilmu komunikasi termasuk dalam konteks media massa dan jurnalistik semakin berkembang. Dalam perkembangan media massa sendiri telah banyak memunculkan fenomena-fenomena sosial yang menarik untuk diangkat dalam sebuah penelitian oleh para peneliti. Media massa bukan hanya sekedar industri atau bisnis semata yang hanya mencari keuntungan dan menjadi tempat wartawan bekerja, tetapi juga telah tumbuh menjadi institusi sosial dan politik yang mampu menyentuh alam pikiran masyarakat yang dapat mempengaruhi apa yang terjadi di tengah masyarakat, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Informasi atau berita dari media menjadi suatu kebutuhan untuk mendapat pengetahuan, mengenal dunia luar, dan memenuhi kebutuhan khalayak akan suatu informasi. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembang kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. Seperti yang disampaikan McQuail:

Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif: media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan (1987, h. 3).

(4)

4

profesional terutama dalam penulisan atau penerbitan berita. Misalnya menulis berita yang bersifat spekulatif dan tidak mengindahkan kode etik seperti contohnya penulisan-penulisan vulgar dalam berita (Luwarso dikutip dari Atmakusumah, 2001, h. 90). Yunus (2010, h. 108) menjelaskan bahwa seorang wartawan atau reporter harus memiliki kemampuan memilih dan menggunakan bahasa yang tepat dalam penulisan berita sehingga tidak menimbulkan kerancuan makna yang berakibat pelanggaran kode etik jurnalistik maupun fungsi pers.

Penelitian tentang kode etik jurnalistik tidak hanya berhubungan pada pelanggaran dan penerapannya saja namun banyak dikaji dari berbagai sisi seperti hubungan budaya wartawan atau budaya media dan kode etik jurnalitik, seperti yang ditulis Daniel (2013) dalam jurnalnya berjudul “Assessment of the impact of Nigerian cultural values on professional code of media ethics”. Menjelaskan kajian mengenai bagaimana kode etik diterapkan oleh media tanpa menghilangkan budaya-budaya suatu bangsa dalam menjalankan profesionalisme kerja wartawan dalam media dalam pendekatan positivistik. Perdebatan mengenai penerapan maupun pelanggaran etika media telah dikaji secara intensif dalam beberapa tahun terakhir, temuan yang didapati terutama didorong oleh standar praktik media yang kurang dilaksanakan oleh wartawan.

Dalam sebuah survei terhadap 31 kode etik jurnalistik Eropa, Tina Laitila (dalam Phelan, 2002) menunjukkan sehubungan dengan fungsi prinsip-prinsip profesional, seberapa sering hal-hal tertentu muncul: 40% dari kode etik merumuskan tanggung jawab wartawan dengan publik (misalnya kebenaran dan kejelasan informasi, pertahanan hak-hak masyarakat, tanggung jawab, sebagai tokoh dalam posisi pengaruh, opini publik), 23% memuat prinsip-prinsip mengacu pada perlindungan profesional integritas jurnalis (perlindungan dari otoritas publik, perlindungan dari pengusaha dan dari iklan klien), 22% tanggung jawab yang berkaitan dengan sumber-sumber informasi yang ditemukan (misalnya persyaratan tentang pengumpulan dan penyajian informasi dan integritas sumber), 9% dari kode etik tentang perlindungan status dan solidaritas profesional, 4% berisi persyaratan tentang tanggung jawab terhadap pengusaha dan 2% memiliki persyaratan pada tanggung jawab terhadap lembaga-lembaga negara.

Munculnya kode etik jurnalsitik sekitar tahun 1900-an ketika konsep tanggung jawab sosial hadir sebagai reaksi kebebasan pers, sedangkan kode etik jurnalistik merupakan himpunan etika profesi kewartawanan yang disepakati organisasi wartawan yang diperlukan agar membantu para jurnalis menentukan apa yang benar dan apa yang salah, baik dan buruk serta bertanggung jawab atau tidak dalam proses kerja wartawan (Fadjarini, 2004).

Pentingnya kode etik dalam profesi jurnalis dijelaskan pula dalam jurnal

(5)

5

Semua bentuk media massa membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan karena semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menembus ruang, waktu, dan budaya (Wardhani, 2008, h. 4). Kehadiran surat kabar sebagai salah satu jenis bentuk media massa masih tetap menjadi primadona di tengah masyarakat hingga saat ini dibandingkan dengan media lainnya karena menurut yang disampaikan Wardhani (2008, h. 20) menyebutkan bahwa surat kabar masih menjadi primadona karena surat kabar terbit setiap hari secara teratur dengan harga murah, informasi lengkap dan selalu baru, mudah, cepat menjangkau khalayak yang diinginkan, serta mudah dibawa dan disimpan.

Dari segi ruang lingkupnya, surat kabar, menurut Yunus (2010, h. 29) terbagi menjadi dua, yaitu surat kabar lokal dan surat kabar nasional. Surat kabar nasional antara lain Kompas, Seputar Indonesia, Media Indonesia, dan lain sebagainya, sedangkan surat kabar lokal, khususnya di Malang misalnya antara lain, Surya, Malang Post, Radar Malang, dan lain sebagainya. Dengan oplah rata-rata 44.000 eksemplar per hari atau sekitar 220.000 pembaca per hari, Radar Malang menjadi salah satu market leader atau koran terbesar di Malang, dimana Radar Malang juga merupakan salah satu kelompok Radar di Jawa Pos.

Dalam perkembangan waktunya yang berdiri sejak 15 Desember 1999, awalnya Radar Malang hanya terbit dua halaman namun kini sudah memiliki 8-12 halaman yang mengusung beragam berita di wilayah Malang Raya, meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Segmentasi pembaca Radar Malang secara kriteria dapat dijelaskan dalam diagram sebagai berikut :

Diagram 1. Kriteria Pembaca

Sumber : Company Profile Radar Malang

Rubrik-rubrik yang disajikan redaksi Radar Malang meliputi Malang Raya yang berisi tentang berita pendidikan, kesehatan, kriminal, politik dan pemerintahan dari Malang kota maupun kabupaten, yang terkadang disajikan dalam bentuk laporan khusus, Radar Bisnis berisi seputar berita ekonomi bisnis dan advetorial, Radar Batu meliputi berita seputar wilayah kota Batu, The Youth, dan Sportivo tentang berita-berita olahraga khususnya klub Arema yang merupakan klub sepak bola kota Malang.

5, 5%

30, 27%

30, 27% 20, 18%

15, 14% 10, 9%

umum

pegawai negeri

pegawai swasta

pengusaha

mahasiswa

(6)

6

Salah satu rubrik yang menarik dan banyak diminati pembaca surat kabar

Radar Malang adalah rubrik “Nganal Kodew”. Menurut salah satu wartawan

penulis rubrik “Nganal Kodew”, Yoyon, dalam penulisannya selama kurun waktu kurang lebih dua bulan, tingkat peminatnya banyak diminati masyarakat karna gaya bahasa yang populer, lucu, dan menarik, Yoyon (komunikasi personal, 10 Maret 2012). Rubrik “Nganal Kodew” adalah merupakan bagian berita yang masuk dalam rubrik halaman Malang Raya dalam surat kabar Radar Malang. Namun yang berbeda dari rubrik tersebut dangan pos induknya yang masuk dalam pos kriminal, yaitu berita rubrik “Nganal Kodew” ini bergenre soft news atau berita ringan.

Pemilihan nama atau judul rubrik ini sengaja dibuat khas dengan bahasa Kota Malang sendiri yaitu menggunakan bahasa walikan atau balikan yang artinya

“Lanang Wedok” atau dalam bahasa Indonesia Pria dan Wanita, hal tersebut dimaksudkan agar nilai kedekatan (proximity) yang disajikan dalam berita lebih terasa dan agar lebih menarik masyarakat khususnya masyarakat kota Malang (Yoyon, komunikasi personal, 2012). Rubrik berita yang mulai dimuat pada bulan Februari 2012 ini, sesuai dengan keterangan penulis beritanya, Yoyon, memberitakan tentang kejadian atau masalah seputar rumah tangga dan pasangan kekasih yang terjadi ditengah-tengah masyarakat khusus untuk pemabaca yang sudah menikah yang dikemas dalam bentuk soft news atau berita ringan. Tema berita dipilih oleh redaksi untuk mengingatkan keluarga tentang bahaya seputar rumah tangga ataupun masalah dalam hubungan asmara pasangan kekasih dan memberi pengetahuan agar berhati-hati terhadap masalah keluarga yang mungkin muncul (komunikasi personal, 2012). Rubrik “Nganal Kodew” dimuat setiap hari dengan segmentasi khusus untuk masyarakat yang sudah menikah atau dewasa di sekitar Malang Raya (Yoyon, komunikasi personal, 2012).

Seiring berkembangnya jenis informasi dan berita, fungsi pers yang ada saat ini menurut Bond (dikutip dari Yunus 2010, h. 20) antara lain yakni to inform, to educate, as social control, dan to entertaint. Namun tidak jarang kita jumpai dalam praktik penerapannya masih ada yang melakukan pelanggaran. Begitu juga dalam kode etik jurnalistik. Menurut Yunus (2010, h. 73) kode etik jurnalistik patut menjadi acuan bagi setiap wartawan dan etika jurnalistik sebagai sistem norma aktivitas jurnalistik untuk memperkecil terjadinya pelanggaran dalam praktik jurnalistik di lapangan.

Pemilihan berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang sebagai

objek penelitian dikarenakan berita “Nganal Kodew” termasuk rubrik berita yang

banyak dilirik oleh pembaca surat kabar Radar Malang dan memiliki keunikan tersendiri dengan menggunakan bahasa khas Malangan serta mengemas berita dalam bentuk soft news yang didalamnya banyak menggunakan gaya bahasa populer bahkan mungkin terkesan kurang nyaman atau kurang sesuai bila dibaca oleh sebagian dari masyarakat yang membacanya misalnya oleh anak-anak, karena gaya penulisan yang mengangkat tema dewasa, meskipun segmentasi

(7)

7

Adanya kode etik jurnalistik dan fungsi pers yang dibuat organisasi profesi wartawan menjadi media pengontrol untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran etika dan pengalihan fungsi pers yang dilakukan para pekerja media (Karimah dan Wahyudin, 2010, h. 61). Etika jurnalistik menjadi penting karena berkaitan dengan tolok ukur kegiatan jurnalistik yang baik dan tidak baik, jurnalistik yang dapat diterima atau tidak dapat diterima masyarakat (Yunus, 2010, h.70). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai “penerapan kode etik jurnalistik dalam berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang”. Sehingga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai berita yang kita nikmati sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan kode etik jurnalistik yang dilakukan dalam rubrik

berita “Nganal Kodew” di dalam surat kabar Radar Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan penerapan kode etik jurnalistik dalam penulisan berita-berita yang ada dalam rubrik “Nganal Kodew” Radar Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi yang berkenaan dengan analisis kode etik jurnalistik terhadap suatu isi media dan menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu di bidang komunikasi. Serta sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian terhadap masalah yang sama di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak pengelola media khususnya Radar Malang dalam memperhatikan kode etik yang diterapkan dalam setiap penerbitan beritanya dan untuk dijadikan peninjauan serta evaluasi terhadap pelaksaan penerbitan berita.

METODE PENELITIAN 2.1 Paradigma Penelitian

Paradigma atau perspektif atau pendekatan didefinisikan sebagai seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan (Becker dikutip dari Kriyantono, 2006, h. 48). Menurut Kriyantono (2006, h. 48), perspektif atau paradigma merupakan dasar bagi persepsi karena itu sangat memengaruhi persepsi kita akan realitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma atau perspektif atau pendekatan konstruktivis. Pendekatan atau paradigma konstruktivis bersifat induktif, artinya penelitian yang dilakukan menjelaskan fenomena atau hal yang sifatnya khusus ke hal yang sifatnya atau penjelasannya lebih umum (Rusadi, 2009).

(8)

8

produksi yang akan didistribusikan kepada khalayak atau konsumennya. Penelitian ini mencoba melihat isi komunikasi produk media yaitu berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang dengan melihat pesan yang disampaikan kepada khalayaknya berhubungan dengan penerapan kode etik jurnalistik sebagai alat kontrol media dalam penulisan atau pemberitaan yang dilakukan oleh media. 2.2 Jenis, Tipe, Metode dan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Menurut Bungin (2010, h. 93) penelitian kualitatif merupakan penelitian sosial yang bertujuan untuk mencatat dan memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada merinci menjadi variabel-variabel yang saling terkait.

Sedangkan sifat deskriptif dari tipe penelitian sendiri bertujuan membuat deskripsi secara sistematis (Kriyantono 2006, h. 22). Moleong (1996, h. 11) menjelaskan laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan konten berita yang diterbitkan oleh surat kabar Radar Malang dalam rubrik berita “Nganal Kodew”. Analisis isi kualitaitif menurut Barelson (dikutip dari Bungin, 2010, h. 232) merupakan analisis isi yang menekankan pada bagaimana peneliti melihat keajegan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi yang terjadi dalam komunikasi.

2.3. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang diteliti dalam suatu proses penelitian. Menurut Umar (2005, h. 303) objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek dalam penelitian.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang edisi April 2013. Penelitian dilakukan secara dokumentasi langsung dengan cara mengumpulkan berita-berita “Nganal Kodew” dari surat kabar Radar Malang pada edisi April 2013. Surat kabar Radar Malang dipilih karena Radar Malang merupakan salah satu market leader atau koran terbesar di Malang sebagai salah satu kelompok Radar di Jawa Pos (company profile Radar Malang, 2012).

2.4. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ditujukan agar penelitian ini bisa lebih terarah dan lebih terperinci serta tidak menyimpang dari rumusan masalah yang telah ditetapkan. Perlunya fokus penelitian menurut Bungin (2010, h. 41) adalah untuk membatasi studi dalam penelitian sehingga objek yang akan diteliti tidak melebar atau meluas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif yang memfokuskan pada melihat bentuk pelanggaran kode etik yang muncul dalam

rubrik “Nganal Kodew” Radar Malang pada edisi April 2013 berdasarkan sesuai dengan kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI.

Poin pelanggaran yang akan diteliti mencakup konten yang memuat : 1. Unsur berita yang menyesatkan atau dusta

2. Unsur kekerasan

(9)

9 4. Opini Penulis

5. Penulisan identitas narasumber

6. Unsur penulisan singkatan dan akronim 7. Penulisan bahasa yang tidak baku

Alasan peneliti hanya menggunakan tujuh poin pelanggaran diatas untuk diteliti karena ketujuh poin diatas sudah merupakan ringkasan dari hasil mengamati isi atau butir-butir kode etik jurnalistik dari kedua sumber kode etik yakni kode etik jurnalistik PWI dan KEWI yang berhubungan dengan unsur penyampaian atau penulisan isi berita. Selain itu, poin-poin pelanggaran diatas merupakan unsur-unsur yang seringkali dilanggar atau sudah merupakan bagian yang paling dasar dalam penulisan suatu berita.

2.5 Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode proses dokumentasi dari surat kabar Radar Malang edisi bulan April 2013 dan dokumen lainnya untuk arsip data-data objek penelitian yang diperlukan. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik contohnya berita surat kabar, transkrip acara TV, dll (Kriyantono, 2006, h. 118). Menurut Arikunto (2000, h. 234) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, leger dan sebagainya.

Teknik kedua yaitu menggunakan codding sheet atau lembar koding untuk memasukkan data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah data terkumpul dalam bentuk koding, berikutnya dilakukan proses pengelompokan dan analisis.

Sumber data yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Teks

Data kualitatitif yang berasal dari teks-teks tertentu (Kriyantono, 2006, h. 38). Data teks dari penelitian ini yaitu berita-berita “Nganal Kodew” yang dikumpulkan dari surat kabar Radar Malang edisi April 2013 sebanyak 30 berita. Pemilihan periode edisi April 2013 dipilih karena rentang jarak antara pengambilan data dan penelitian tidak terlalu jauh sehingga diharapkan tidak mengurangi keakuratan data dan keaktualan data.

2.6 Teknik Analisis Data

(10)

10

1. Setelah peneliti merasa data yang dikumpulkan telah cukup, maka dilakukan analisis data.

2. Data hasil observasi dianalisis dengan membuat kategori-kategori tertentu, tahapan inilah yang disebut dengan teknik filling system.

3. Setelah dikategorikan, data diinterpretasikan dengan memadukan konsep atau teori tertentu yang digunakan peneliti.

Sedangkan pemilihan kategorisasi berdasarkan pada pedoman isi dari kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI dan fokus yang telah ditentukan. Pada tahap pengkategorisasian inilah yang disebut filling system dengan membuat kategori-kategori dari hasil observasi data yang akan diinterpretasikan. Dari kedua kode etik jurnalistik yaitu kode etik PWI dan kode etik KEWI, peneliti menggabungkan poin-poin kode etik yang berhubungan dengan penyampaian atau penulisan isi berita yang dijadikan kategorisasi pelanggaran untuk menganalisis isi berita

“Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang adalah sebagai berikut:

1. Konten atau isi berita menyiarkan berita yang menyesatkan atau dusta. Berita yang menyesatkan adalah berita yang belum tentu kebenarannya, dan belum tentu diikuti bukti yang relevan misalnya seperti memalsukan kejadian berita, berita yang simpang siur, berita yang pernyataan-pernyataan dan sumbernya tidak jelas (Kikih, 2010). Berita yang dimuat juga tidak berimbang, memasukkan opini terlalu banyak, mengurangi informasi dan konteks yang ada sehingga dapat mengubah isi berita yang sebenarnya.

Kategori ini bisa ditunjukkan dengan isi berita yang misalnya membenarkan suatu tindakan yang melanggar agama misalnya contoh berita kumpul kebo yang bahwa dibenarkan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat atau golongan tertentu, berita tentang penanggalan kalender datangnya kiamat di tahun 2012 oleh suku Maya. 2. Konten atau isi berita yang mengandung unsur kekerasan atau bersifat

sadis. Menurut Noel (dikutip dari Haryatmoko 2007, h. 127) kekerasan bisa didefinisikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lalin tanpa persetujuan. Menampilkan tindakan verbal atau nonverbal yang menimbulkan rasa sakit secara fisik, psikologis dan atau sosial bagi korban.

Kekerasan dapat dibagi menjadi tiga yaitu kekerasan dunia riil (kekerasan dokumen yang merupakan dari dunia riil atau faktual), kekerasan dunia fiksi ( kekerasan yang menunjukkan kepemilikan pada dunia yang mungkin tidak ada, film, iklan), dan kekerasan virtual (kekerasan simulasi yang berasal dari dunia virtual, video games). Contoh dalam penulisan berita atau jika dalam bentuk kata-kata seperti menampar, menendang dll.

Kategori ini bisa ditunjukkan dengan kata-kata penunjukan atau referensi yang mengarahkan pada tindakan kekerasan, misalnya seperti menampar, menjambak, membanting, membunuh, mencekik dsb.

(11)

11

hal yang tidak senonoh, mesum, atau cabul yang dimaksudkan untuk dikomunikasikan ke publik (gambar, tulisan, lukisan, dan foto). Contoh dalam suatu penulisan berita “menggarap pekerjaan ranjang”, “hubungan keduanya sering keluar di dalam”, dll.

Kategori ini bisa ditunjukkan dengan kata-kata penunjukan atau referensi yang mengarahkan pada kesan-kesan seksual atau padanannya seperti kata mencium, membelai, pelukan, sentuhan, kemolekan dsb.

4. Konten atau isi berita yang mengandung unsur opini penulis. Opini atau pendapat merupakan hasil pemikiran sendiri dari seseorang mengenai suatu masalah. Dalam penulisan berita terutama berita straight news, penulis tidak boleh memasukkan opini dan tidak boleh mengambil kesimpulan. Berbeda dengan feature ataupun softnews, penulis dapat memasukkan opini kedalamnya. Namun porsinya pun dibatasi hanya boleh sekitar 20-25 persen, sisanya merupakan fakta dan data (Edy, 2013). Pengukuran presentase opini dalam berita dilihat dari seberapa banyaknya kata opionative yang muncul dalam berita dan sisi subjektifitas wartawan dalam penulisan berita. Opini yang digunakan oleh penulis diperbolehkan sejauh masih dalam batas wajar dengan memasukkan kutipan atau sumber ketika itu berasal dari pemikiran atau ungkapan orang lain dan tidak diperbolehkan ketika sisi subjektif wartawan terlalu ditonjolkan, memaksakan opini (menginterpretasikan tanpa dasar fakta yang jelas) dan terlalu menjustifikasi isi berita.

Contoh penulisan didalam berita yang menggambarkan opini penulis adalah kata sepertinya, seakan-akan, sayangnya, biasanya dll.

Kategori ini bisa ditunjukkan dengan adanya kata-kata opinionative, sepertinya, tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, kesannya, sayangnya dsb.

5. Konten atau isi berita yang berhubungan dengan hak narasumber sebagai sumber berita. Dalam penulisan berita, sumber berita merupakan unsur penting yang tidak boleh ketinggalan. Identitas sumber berita harus disertakan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Etika jurnalistik menyebutkan bahwa dalam penulisan berita, wartawan atau penulis berita mempunyai kewajiban untuk melindungi identitas korban kejahatan susila atau seksual dan menghormati kesepakatan dengan si sumber berita apabila narasumber tidak ingin menyiarkan identitas (off the record). Penulisan identitas dapat digantikan dengan menggunakan nama samaran untuk melindungi narasumber. Contohnya, menggunakan inisial nama, atau dengan mengganti dengan nama Bunga, Markonah, Markucel, dll.

Kategori ini bisa ditunjukkan dengan penulisan nama samaran misalnya, Markonah (tokoh utama wanita dalam “Nganal Kodew”), Markucel (tokoh utama pria dalam “ Nganal Kodew”), Srintil, dan Srontol.

(12)

12

kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar contohnya, rudal (peluru kendali), sidak (inspeksi mendadak), dll. Dalam penulisan berita, akronim maupun singktan sah-sah saja digunakan bila memang perlu dengan memberikan arti atau penjelasan dalam tanda kurung dan jumlahnya tidak boleh terlalu sering dimasukkan dalam suatu berita. Kategori ini bisa ditunjukkan dengan munculnya kata-kata yang disingkat menurut bahasa surat kabar itu sendiri dalam satu kali pemuatan berita misalnya, SKSD (sok kenal sok dekat), BBM (bisik-bisik mesra) dsb.

7. Konten atau isi berita yang mengandung unsur penulisan bahasa atau kata yang tidak baku. Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan EYD yang telah ditentukan, baik penulisan huruf, penggunaan kata, dan penempatan kata.

Penulisan berita umumnya menggunakan bahasa baku dengan penerapan EYD, namun dalam beberapa berita seperti softnews dan feature bahasa yang digunakan bisa lebih disesuaikan tetapi tetap dalam koridor dan batasan yang tidak melenceng dari aturan bahasa dan kode etik jurnalistik serta tidak menimbulkan makna lain dari yang ditulis oleh penulis (wartawan) kepada pembacanya. Penggunaan bahasa daerah untuk berita dari media lokal juga diperbolehkan dengan catatan harus disertai arti dan dicetak miring. Kata tidak baku yang dimuat dalam berita contohnya, dibikin (seharusnya dibuat), mendingan (lebih baik, sebaiknya), lakon (judul), keblinger dll.

Kategori ini bisa ditunjukkan dengan munculnya kata-kata dalam penulisan berita seperti ginuk-ginuk, bodi, merem, melek, cemat-cemut dsb.

Dengan demikian, hasil penerapan kategorisasi ini dibagi dalam kategori:

a. Sesuai atau layak untuk muncul dalam media, apabila undang-undang atau peraturan yang dipilih dalam pengkategorisasian diterapkan dalam

penulisan berita “Nganal Kodew” Radar Malang.

b. Ttidak sesuai atau tidak layak untuk dimunculkan dalam media, apabila undang-undang atau peraturan yang dipilih dalam pengkategorisasian tidak

diterapkan dalam penulisan berita “Nganal Kodew” Radar Malang.

(13)

13 Tabel 2. Contoh Lembar Koding

Data Berita per hari selama satu bulan April

Kategori

Mengandung unsur kekerasan

Mengandung Unsur cabul / pornografi

Mengandung unsur opini

penulis

Dst.

Tanggal 1

Tanggal 2

Tanggal 3

Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.

Sumber: Data diolah penulis

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis

Secara keseluruhan dari data yang telah diolah oleh peneliti menunjukkan bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan di dalam berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang berdasarkan kode etik jurnalistik yang telah ditentukan yaitu kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI. Pada poin kode etik jurnalistik yang disusun oleh PWI yang masih ditemukan ketidak sesuaian antara kode etik yang telah dibuat dengan berita “Nganal Kodew” antara lain berbunyi “Berita harus disajikan secara berimbang dan adil” dan “Tidak menyiarkan berita atau gambar yang merugikan nama baik atau perasaan susila seseorang”.

(14)

14 Sumber: Data diolah peneliti

Gambar 2. Bagan Mind Mapping Pelanggaran Kode Etik Jurnaslitik dalam Rubrik “Nganal Kodew” Radar Malang

Dari hasil kategori yang dibuat, hasil dari tujuh kategorisasi poin pelanggaran yang dijadikan fokus dalam penelitian, hanya dua diantaranya yang dilaksanakan sesuai dengan kode etik jurnalistik, yaitu pada poin berita yang memuat unsur menyesatkan atau dusta dan berita yang memuat unsur penulisan identitas narasumber. Sesuai dengan hasil penelitian, pada kedua kategori tersebut

tidak ditemukan adanya pelanggaran dari rubrik berita “Nganal Kodew” Radar Malang. Lima dari sisa poin pelanggaran lainnya adalah tidak sesuai atau masih ditemukannya pelanggaran kode etik jurnalistik. Kategorisasi yang dilanggar adalah pada berita yang memuat unsur kekerasan, pornografi, opini penulis, penulisan singkatan dan akronim, serta penulisan bahasa yang tidak baku.

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan kode etik jurnalistik yang dilakuakan oleh rubrik berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang :

(15)

15

pornografi, ketegori berita memuat unsur opini penulis, kategori berita memuat unsur singkatan dan akronim, serta kategori berita yang memuat unsur bahasa tidak baku. Sedangkan berita dalam rubrik

“Nganal Kodew” yang tidak melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik yaitu kategori berita yang memuat unsur berita menyesatkan atau dusta dan kategori berita yang memuat unsur identitas narasumber. 5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut :

1. Memperbaiki kesalahan dan pelanggaran dalam penulisan berita sesuai dengan kode etik jurnalistik yang ditentukan dan sesuai dengan kebijakan medianya.

2. Sebisa mungkin meminimalisir adanya pelanggaran kode etik jurnalistik yang mungkin timbul dari penulis berita melalui pembekalan cara penulisan berita yang baik dan benar yang sesuai serta pembekalan etika profesi jurnalistik.

3. Bagi redaksi, editor, dan wartawan penulis maupun media lebih memperhatikan kode etik jurnalistik yang berlaku serta kode etik yang berlaku di masyarakat agar dapat meminimalisir pelanggaran dan tetap bisa menulis berita sesuai segmentasi sesuai keinginan media serta dapat meminimalisir ketidaknyamanan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL:

Anom, E. (2008). Jurnalisme bebas dan bertanggung jawab. Jurnal Ilmu Komunikasi Esa Unggul, Volume 1, Nomor 1. Diakses dari

http://library.esaunggul.ac.id/kode-etik-media-massa.htm

Daniel. (2013). Assessment of the impact of Nigerian cultural values on professional code of media ethics. IOSR Journal Of Humaniora And Social Science, Volume 13, Nomor 5. 45-54. Diakses dari

http://search.proquest.com/docview/213323551?accountid=46437

Kunczik, M. (2000). Introduction: freedom of the press-where to draw the line?. Friedrich Ebert Journal. Volume 1. 5-26. Diakses dari

http://www.fes.de/fulltext/iez/00710a.htm

Nurrochimah, T. H & Junaedi, F. (2007). Etika media massa dan kode etik jurnalistik dalam jurnalisme infotainment di media televisi. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1. Diakses dari

http://search.journal.academia.edu/etika-media /218007a.htm

(16)

16

http://search.proquest.com/docview/214399428?accountid=46437

Sulistyowati, F. (2004). Organisasi profesi jurnalis dan kode etik jurnalsitik. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1. 119-129. Diakses dari

http://digilib.uny.ac.id/jurnal-kode-etik-jurnalistik

Ward, S. J. A. (2005). Global media ethic. Center for journalism ethic University of Wisconsin, Volume 20, Nomor 1. 3-25. Diakses dari

http://ethics.journalism.wisc.edu/resources/global-media-ethics

BUKU:

Aden, R. (2010). Loe haruz gaul. Yogyakarta: Hanggar Kreator

Anwar, R. (2004). Bahasa jurnalistik dan komposisi. Yogyakarta: Media Abadi

Arikunto, S. (2000). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmakusumah, A. (2001).Menegakkan etika pers. Jakarta: Dewan Pers.

Bungin, B. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Chaer, A. (1997). Kamus ungkapan bahasa indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Cruse, D. A. (2006). A glossary of semantics and pragmatics. New York: Columbia University

Cutlip, S. M. (2006). Effective public relation. Jakarta: Kencana.

Djuraid, N. H. (2006). Panduan menulis berita. Malang: UMM Press.

Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of communication. United Kingdom: Blackwell.

Effendi, O. U. (1993). Dinamika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Guba, E. G. & Lincoln, Y. S. (1981). Effective evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass.

Haryatmoko. (2007). Etika komunikasi: manipulasi media, kekerasan dan pornografi. Yogyakarta: Kornisius.

(17)

17

Karimah, K. E. & Wahyudin, U. (2010). Filsafat dan etika komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Littlejohn, S W. & Foss, K A. (2009). Encyclopedia of communication theory. USA: Sage.

McQuail, D. (1987). Teori komunikasi massa (ed. 2). Jakarta: Erlangga.

Moleong, L J. (1996). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mondry. (2008). Pemahaman teori dan praktik jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pangkahila, Wimpie. (2009). Seks yang membahagiakan. Jakarta: Kompas

Poerwadarminta, W. J. S. (2007). Kamus umum bahasa indonesia (ed. 3). Jakarta: Balai Pustaka.

Praja, J. S. (2003). Aliran-aliran filsafat dan etika. Jakarta: Prenada Media.

Silalahi, U. (2006). Metode penelitian sosial. Bandung: Unpar Press.

Siregar, A. E. (2004). Pers mahasiswa indonesia, patah tumbuh hilang berganti. Jakarta: Karya Unipress.

Siregar, A. (2007). Bagaimana meliput dan menulis berita untuk media massa. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiono. (2009). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumadiria, A. S. H. (2005). Jurnalistik indonesia: menulis berita dan feature: panduan praktis jurnalis orofesional. Bandung: Sembiosa Rokatama Media.

Suseno, F. M. (1991). Etika sosial. Jakarta: Gramedia

Suwardi, H. (1993). Peranan pers dalam politik di indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suwarna, D. (2012). Cerdas berbahasa indonesia, berbahasa dengan pemahaman dan pendalaman. Tangerang: Jelajah Nusa.

(18)

18

Tucker, S. M. (1998). Standar perawatan pasien . Jakarta: Reflika Aditama.

Umar, H. ( 2005). Metode penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Wardhani, D. (2008). Media relation. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wimmer, R. D. & Dominick, J. R. (2000). Mass media research: an introduction. Boston: Wadsworth, Cengage Learning.

Yosep, I. (2008). Keperawatan jiwa. Jakarta: EGC

Yunus, S. (2010). Jurnalistik terapan. Bogor: Ghalia Indonesia.

ENSIKLOPEDIA DAN KAMUS

Scheufele, B. (2008). Quantitative and qualitative content analysis. Dalam W. Donsbach (Ed). The international encyclopedia of communication (h. 973). United Kingdom: Blackwell.

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. (2008). kamus besar bahasa indonesia (Ed. 4). Jakarta: Balai Pustaka

LAIN-LAIN:

Akronim. (2013). Diakses 19 September 2013, dari

http://kamusbahasaindonesia.org/akronim#ixzz2xxJq/8NE

Badan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Bantul. (2013, Maret). Diakses 4 Desember 2013, dari

http://bkk.bantulkab.go.id/2013/03/20/014433/vasektomi-metode-kb.html.

Edy. (2013, 25 Februari). Menulis berita features. Pesan ditulis di

http://www.babeanakanak.wordpress.com/2013/02/25/ayo-menulis-berita.html.

Kiki. I. (2010, April). Kebenaran dan kejujuran dalam media. Pesan ditulis di http://www.intanrizkilspr.blogspot.com/2010/04/kebenaran-dan-kejujuran-dalam-media.html.

Persatuan Wartawan Indonesia. (2008). Kode etik jurnalistik. Diakses 19 Januari 2013, dari

http://www.pwi.or.id/index.php/uu-kej. Kode-etik-jurnalistik.html.

Zahraempire. (2012, Oktober). Undang-undang kode etik jurnalistik. Pesan ditulis di

Gambar

Tabel 2. Contoh Lembar Koding
Gambar 2. Bagan Mind Mapping Pelanggaran Kode Etik Jurnaslitik dalam Rubrik “Nganal Kodew” Radar Malang

Referensi

Dokumen terkait

Ali: Menakar Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan hubungan yang erat, tetapi adalah tidak layak dalam bentuk perkara yang satu (No. 53/1972.G). dijadikan gugatan

Ide dari game ini adalah perjalanan dua binatang yaitu ular dan ulat, dimana ular dan ulat akan mengikuti sayembara untuk sebuah kerajaan, untuk membuka sebuah kerajaan,

Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Sarana dan Prasarana Sanitasi1. Pembangunan

Logistik CE atau dapat juga disebut sebagai kebutuhan CE adalah berbagai kebutuhan yang diperlukan untuk menyelenggarakan sebuah CE.. Logistik CE secara umum dapat

Kelompok kaum muda termasuk mahasiswa dengan populasi yang cukup besar dan peran yang penting di masa depan, menghadapi berbagai risiko yang berkaitan dengan kesehatan

Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Penelitian ini secara metodologis menggunakan metode pendekatan Socio Legal 16 , Metode Penelitian Sosio Legal yaitu metode penelitian yang mendekati suatu permasalahan

Probiotik yang efektif harus memenuhi kriteria yaitu memberikan efek yang menguntungkan bagi host yaitu mengandung sejumlah sel besar hidup yang mampu bertahan dan me-