1
PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI (CYMBOPOGON NARDUS L) DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL
(PHOTOVOLTAIC)
Muhammad Jazuli1*, Teuku Rihayat1, Muhammad Rezi Syahputra1, Shafira Riskina1
1Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: [email protected]
ABSTRAK
Dalam pemanfaatan sinar surya banyak hal yang bisa diterapkan dengan energi listrik yang dihasilkan menggunakan solar cellDengan penggunaan solar cell yang digunakan sebanyak 4 Unit solar cell dengan kapasitas 1000 wp maka dalam sehari mampu menghasilkan energi listrik sebanyak 28.000 watt. Ini merupakan energi listrik yang sangat potensial karna biasa digunakan untuk menfasilitasi proses penyulingan minyak atsiri. Hasil dan kualitas minyak yang didapat pada penelitian penyulingan menggunakan energi listrik dengan memanfaatkan sinar matahari menggunakan solar cell menunjukkan waktu penyulingan 6 Jam merupakan waktu terbaik untuk proses penyulingan, adapun waktu 1 hari penjemuran lebih baik dari pada 2 dan 3 hari Hal ini sesuai dengan rendemen minyak yang didapat.Adapun hasil Uji Laboratorium Sereh Wangi yang dihasilkan sudah memenuhi standar baku mutu Indonesia, dimana nilai Uji densitas, Indeks Bias, Uv-Vis dan GC-MS berada dalam range Standar Nasional Indonesia (SNI) 2385-2006.
Kata Kunci: Photovoltaic, Penyulingan Minyak Atsiri, Solar Cell
ABSTRACT
In the use of solar light, many things can be applied with electrical energy produced using solar cells. With the use of solar cells that are used as many as 4 units of solar cells with a capacity of 1000 wp, so in a day able to produce electrical energy as much as 28,000 watts.
This is a very potential electrical energy because it is commonly used to facilitate the process of refining essential oils. The results and the quality of the oil obtained in refining research using electrical energy by utilizing sunlight using solar cells shows that the refining time of 6 hours is the best time for the refining process, while the 1 day drying time is better than 2 and 3 days. This is consistent with the oil yield obtained. As for the results of the Fragrant Lemongrass Laboratory Test produced already meet the Indonesian quality standard, where the value of the density test, Bias Index, Uv-Vis and GC-MS are in the range of the Indonesian National Standard (SNI) 2385-2006.
Keywords: Photovoltaic, Distillation of Essential Oils, Solar Cell
2 PENDAHULUAN
Di dalam dunia industri, hasil sulingan (distilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Seperti halnya industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusaha-pengusaha yang memiliki modal besar, karena proses ekstraksi dan distilasi minyak atsiri yang memerlukan peralatan dengan harga yang sangat mahal, sehingga minyak atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi kecil. Untuk itu perlu dikembangkan peralatan proses yang lebih murah yang terjangkau oleh industri rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan bagi pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat agar sumber daya alam khususnya dalam bidang perkebunan dapat dimanfaatkan secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan pekerjaan baru yang menyerap sumber daya manusia. Minyak esensial ini digunakan dalam makanan, obat-obatan dan kosmetik, dll (Gil.J.D, dkk 2017). Minyak serai wangi merupakan komoditas ekspor, khususnya Provinsi Aceh. Umumnya diproduksi dengan 3 metode, yaitu metode Distilasi (penyulingan), ekstraksi, dan pengempaan.
Disini saya ingin mencoba dengan Metode Distilasi (penyulingan) dikarenakan metode distilasi (penyulingan) merupakan teknologi yang murah dan sederhana untuk diterapkan khususnya petani dari Aceh Utara dan Lhokseumawe, adapun metode tersebut bisa menggunakan air sebagai media pelarut, uap atau campuran air-uap. Petani di Indonesia metode Distilasi (penyulingan) uap merupakan yang paling banyak digunakan oleh petani saat ini.
Prinsip pemisahan dengan distilasi yaitu dengan cara penguapan berdasarkan perbedaan titik didih, terhadap zat-zat yang volatil (cepat menguap). Adapun distilasi pada umumnya menggunakan kayu bakar, gas, listrik konvensional dimana fungsinya sebagai pemanas yang semakin lama semakin berkurang kapasitasnya, oleh karena
itu peneliti ingin memanfaatkan sinar matahari yang takkan pernah habis dengan sebab pemakaiannya sebagai sumber panas dalam proses distilasi dengan memanfaatkan radiasi sinar matahari dengan menggunakan panel surya yang biasa disebut dengan sistem photovoltaic karena salah satu jenis energi alternatif yang berkembang pesat dan banyak digunakan saat ini adalah sinar matahari yang digunakan sebagai pembangkit listrik (Gil.J.D, dkk 2017). Besarnya potensi sinar matahari yang dapat diserap tergantung luas sel dan daya serap solar cell terhadap cahaya matahari. Dalam mengoptimalkan penggunaan panel surya tersebut, diperlukan sebuah sistem pengendali yang dapat mengontrol posisi panel surya agar selalu mengikuti arah dan posisi dari matahari secara otomatis. Sistem ini disebut dengan tracking solar cell, sehingga efesiensi radiasi sinar matahari dapat ditingkatkan.
Solar cell dengan kemajuan teknologi menjadi sangat umum sekarang ini.
Penggunaan solar cell sangatlah luas di dunia, sebagai contoh: penggunaan yang paling umum di kalkulator dan menggantikan fungsi baterai. Selama tersedianya sinar, kalkulator dapat berfungsi selamanya (Gupta.V.S, dkk 2018). Solar panel yang lebih besar juga digunakan untuk menyediakan tenaga untuk lampu lalu lintas, telephone, lampu jalan, rumah, kapal, mobil elektrik tenaga surya yang dapat beroperasi tanpa minyak, dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti ingin memanfaatkan tenaga surya untuk proses distilasi (penyulingan) minyak atsiri serai wangi (Cymbopogon Nardus L).
2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat
Penyulingan minyak sereh wangi (Cymbopogon Nardus L) dengan memanfaatkan sinar matahari menggunkan Solar Cell (Photovoltaic). Panel Surya 1000Wp, Baterai 12V 200Ah, Solar Charge Control, Inverter DC-AC, Elemen Heater, Seperangkat alat penyulingan Sereh wangi
3 (ketel suling), Erlenmayer 100 ml, Gelas ukur 100 ml, Timbangan, Corong pisah, Pisau dan kertas saring.
2.2 Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah serai wangi (Cymbopogon Nardus L) yang dibeli dari hasil panen petani yang berada di daerah Dusun Sp. 2 Desa Pase Sentosa Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. Petani tersebut langsung memproduksi tanaman serai wanginya sendiri. Sebelum melalui proses penyulingan maka bahan baku harus di cacah terlebih dahulu ± 5 cm, kemudian bahan baku serai wangi yang akan disuling ditimbang sebanyak 5 Kg, dan kemudian dimasukkan kedalam ketel suling dan Air sebagai pelarut.
2.1 Analisa densitas
Timbang Piknometer Kosong, Isi piknometer kosong dengan distilat minyak serai wangi sebanyak 10 gram. Selanjutnya nilai dari hasil penimbangan piknometer isi sereh wangi dikurang dengan piknometer kosong. Hasil kedua nilai tersebut merupakan nilai densitas dari sereh wangi tersebut. Perlakuan ini dilakukan dengan memvariasikan waktu penjemuran (0, 1, 2 dan 3 hari) dan waktu penyulingan (4, 5 dan 6 jam).
2.3 Analisa indek bias
Teteskan sampel yang akan diperiksa indeks biasnya pada tempat sampel refraktometer. Tutup dengan rapat dan biarkan caahaya melewati larutan dan melalui prisma agar cahaya pada layar dalam alat tersebut terbagi menjadi dua. Geser tanda batas tersebut dengan memutar knop pengatur, sehingga memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang saling berpotongan terlihat pada layar. Amati dan baca skala indeks bias yang ditunjukkan oleh jarum layar skala melalui mikroskop. Layar hasil dua warna yang telah diatur sedemikian sehingga memberikan dua warna yang mempunyai warna yang jelas dan tegas.
Perlakuan ini dilakukan dengan memvariasikan waktu penjemuran (0, 1, 2 dan 3 hari) dan waktu distilasi (4, 5 dan 6 jam).
2.4 Analisa Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)
GC-MS dihubungkan dengan spektrometer massa (agilent 5975C) menggunakan kolom kapiler DB-1MS (30 x 0,25 mm D 0,25 µm tebal lapisan). Suhu injektor dan detektor ditetapkan pada 250 °C Suhu Oven diprogram pada 60 °C selama 3 menit, dinaikkan pada 3 °C / menit hingga 240 °C dan kemudian ditahan selama 10 menit. Helium sebagai pembawa gas diatur pada laju alir 1,2 mL /menit. Volume sampel yang disuntikkan adalah 1,0 µL. Perlakuan ini dilakukan dengan memvariasikan waktu penejmuran (0, 1, 2 dan 3 hari) dan waktu distilasi (2, 4 dan 6 jam).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, difokuskan untuk menghasilkan minyak serai wangi (Cymbopogon Nardus L) dengan memanfaatkan sinar matahari menggunkan solar cell (photovoltaic) keluaran (output) energi terdiri dari alat element listrik (heater) yang memiliki daya serap energi sebanyak 2.000 watt/jam dan pompa yang memiliki daya serap energi listrik sebanyak 125 watt/jam dengan pemakaian waktu yang bervariasai yaitu pada 4, 5 dan 6 jam. Maka energi yang diperlukan untuk sistem ini diambil pada energi maksimum yaitu pada waktu 6 jam, dengan demikian jumlah kebutuhan energi untuk alat element listrik (Heater) 2000 watt x 6 jam = 12.000 Watt dan untuk pompa 125 watt x 6 jam = 750 watt. Dengan demikian total kebutuhan energi listrik untuk proses penyulingan minyak serai wangi yaitu sebesar 12.000 watt + 750 watt = 12.750 watt. Dalam hal sesuai dengan perhitugan yang dikemukakan oleh Sebastijan S, dkk dalam jurnalnya yang berjudul analisa peforma sistem photovoltaic tentang perhitungan daya sebelum
4 pengaplikasian dengan demikian akan memudahkan dalam proses persiapan solar cell untuk pengaplikasiannya dimana untuk menghitung total daya yang digunakan x waku pemakaian.
Waktu penyinaran matahari dalam sehari berlangsung mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 dengan waktu penyerapan energi selama 7 jam. Untuk pemakaian Solar Cell disini kita mengunakan solar cell dengan kapasitas 1.000 Wp. Dengan pertimbangan energi yang dibutuhkan sebanyak 12.750 watt. Dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk menetapkan pada pemakaian maksimum yaitu 12.750 watt.
Maka dengan daya 12.750 watt dengan waktu penyinaran selama 7 jam/hari dengan kapasitas solar cell 1000 Wp maka banyaknya solar cell yang dibutuhkan yaitu 12.750 : (7 x 1000) = 1,8 (2) unit solar cell yang dibutuhkan, dengan pertimbangan saving energi 2 kali lipat dari energi listrik yang dibutuhkan. Berdasarkan jurnal Studi eksperimental konfigurasi pemasangan panel photovoltaic untuk struktur penerangan yang ditulis oleh Sredenšek K, dkk dimana kebutuhan energi untuk untuk penerangan di taman rumah berdasarkan jumlah daya yang dibutuhkan, dimana jumlah lampu yang digunakan di taman sebanyak 11 unit dengan penyerapan energi perunit sebesar 80 watt/jam dengan waktu penerangan (pemakaian) selama 10 jam, maka total energi listrik yang dibutuhkan yaitu 11 unit x 80 watt x 10 jam = 8.800 watt. Maka kebutuhan solar sell untuk menghasilkan energi listrik sebanyak 8.800 watt dengan rumus Scn(Solar cell needs) = Ten(total energy needs ) / ( It(irradiation time) x Csc(Capacity solar cell)) = 8.800 / (5 x1000) = 1,76 ( 2 unit solar cell yang dibutuhkan ).
Untuk Penyimpanan daya menggunakan batterai (Aki) dengan kapasitas 12V/200 Ah untuk menyalurkan energi yang dihasilkan sebanyak 12.750 watt, maka banyaknya baterai yang dibutuhkan untuk menyimpan arus listrik yaitu 12.750 : (12 x 200) = 5,3 (6) Unit
beterai dengan kapasitas 12V/200 Ah. Dalam hal ini sesuai dengan perhitungan yang terdapat dalam jurnal Studi eksperimental konfigurasi pemasangan panel fotovoltaik untuk struktur penerangan yang ditulis oleh Sredenšek K, dkk dimana kebutuhan batterai sebagai media penyimpan energi listrik banyaknya baterai yang digunakan tergantung dengan kapasitas batterai dan energi listrik yang akan disuplai, dimana batterai yang mereka gunakan yaitu sebesar 12v 250 ah dengan begitu total kebutuhan batterai / kapasitas batterai ( 8.800 / (12 x 250 ) = 2,93 ( 3 unit batterai yang digunakan).
Dan untuk mengontrol arus listrik berlebihan ataupun memutuskan distribusi energi listrik yang dihasilkan oleh solar cell yang disimpan kedalam beterai, maka kita menggunakan Controller sebagai pengaman terhadap kerusakan pada solar cell dan kerusakan Baterai akibat suplay energi listrik yang berlebihan. Salah satu tahapan untuk memperpanjang umur perangkat photovoltaic. Dalam hal ini sesuai dengan perhitungan yang terdapat dalam jurnal Studi eksperimental konfigurasi pemasangan panel fotovoltaik untuk struktur penerangan yang ditulis oleh Sredenšek K, dkk.
Dan untuk mendistribusikan energi digunakan inverter untuk mengkonversi Dalam menyumplai arus listrik dari baterai menuju elemen listrik (Pemanas pada alat penyulingan) dan pompa maka digunakan Inverter untuk mengkonversi daya listrik dari listrik arus searah (DC = Direct Current) ke daya listrik arus bolak balik (AC = Alternatif Current). Dalam hal ini sesuai dengan perhitungan yang terdapat dalam jurnal Studi eksperimental konfigurasi pemasangan panel fotovoltaik untuk struktur penerangan yang ditulis oleh Sredenšek K, dkk.
5 Gambar 3.1 Grafik Pengaruh Waktu Penjemuran & Distilasi Terhadap Rendemen Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah rendemen yang dihasilkan mengalami fluktuasi. Rendemen yang paling banyak didapatkan sebanyak 0,84% dengan perlakuan distilasi selama 6 jam dan waktu penjemuran selama 1 hari. Waktu penjemuran yang efisien untuk sereh wangi adalah 1 hari karena semakin lama waktu penjemuran maka kadar minyak yang terdapat didalam tumbuhan akan berkurang.
Waktu distilasi paling baik adalah 6 jam, hal ini tejadi akibat semakin lama suatu bahan menerima panas maka proses difusi semakin merata yang menyebabkan proses distilasi semakin efisien.
Pengaruh waktu penjemuran terhadap rendemen membuktikan bahwa kondisi bahan yang menghasilkan % rendemen yang besar adalah saat kondisi bahan mulai layu dibandingkan dengan kondisi bahan segar.
Jadi kondisi dan perlakuan bahan tersebut bisa meningkatkan proses % rendemen minyak atsiri sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa proses pelayuan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kelenjar bahan, sehingga proses ekstraksi lebih mudah dilakukan dan pencacahan merupakan usaha memperluas area penguapan dan kontak dengan air sehingga minyak sereh wangi lebih mudah terekstraksi.
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air suatu bahan hingga mencapai kadar air tertentu. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air bahan ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Agar suatu bahan dapat menjadi kering, maka udara harus memiliki kandungan uap air atau kelembaban yang lebih rendah dari bahan yang akan dikeringkan (Trayball E.Robert, 1981).
Pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam hal ini kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan (Adawyah, 2014).
Menurut Momo (2008), terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi pengeringan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering, di antaranya:
a. Suhu
Semakin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat b. Kecepatan aliran udara
Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat c. Kelembaban udara
Semakin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat d. Arah aliran udara
Semakin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan, diantaranya:
a. Ukuran bahan
Semakin kecil ukuran bahan, pengeringan akan makin cepat.
b. Kadar air
Semakin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat.
0.00%
0.10%
0.20%
0.30%
0.40%
0.50%
0.60%
0.70%
0.80%
0.90%
0 1 2 3
Rendemen (%)
Waktu penjemuran (Hari)
waktu distilasi 4 jam waktu distilasi 5 jam waktu distilasi 6 jam
6 3.1 Distilasi Photovoltaic
Proses distilasi minyak atsiri selama ini hanya memanfaatkan panas buatan yang dihasilkan dari proses pembakaran baik kayu bakar maupun kompor yang biasa digunakan untuk memasak. Oleh karena itu penelitian ini memanfaatkan sinar matahari sebagai pengganti sumber panas untuk melakukan distilasi atau yang biasa disebut photovoltaic.
Teknologi fotovoltaik selalu memiliki keunggulan lebih banyak dibandingkan dengan teknologi lain karena bebas polusi dan menggunakan energi matahari yang tersedia secara bebas dan sangat banyak.
Keuntungan lain dengan teknologi photovoltaic adalah bahwa ia tidak mengeluarkan gas rumah kaca selama operasi dan ramah lingkungan. Intermittency dari radiasi matahari dapat menjadi batasan untuk teknologi karena tidak dapat memasok listrik secara terus menerus selama periode sinar matahari, tetapi masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan penyimpanan baterai. Namun, ada kebutuhan untuk memahami aplikasi teknologi ini agar layak bagi penggunanya (joshi dkk,2009).
Penelitian ini dilakukan dengan menyiapkan besi untuk dudukan panel surya, selanjutnya diukur Panjang dan lebar panel surya untuk mempermudah proses pembuatan dudukan panel yang berjumlah 4 buah. Setelah itu dilakukan pemotongan besi menggunakan gerinda sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Besi yang telah dipotong disatukan untuk membentuk suatu rangkaian mengunakan baut 12 dan mengencangkan baut sampai dudukan panel kuat dan tidak goyang sesuai dengan ukuran panel surya berkapasitas 1000 WP/unit.
Dudukan panel surya yang telah selesai dibuat dihubungkan satu persatu sehingga 4 panel menjadi 1 panel yang tadinya berkapasitas 1000 WP menjadi 4000 WP, sebelum dihubungkan ke controller ditempat dudukan panel tersebut di pasang breaker atau biasa disebut dengan MCB yang berguna untuk memutuskan aliran arus
dari panel ke controller apabila sewaktu waktu terjadi gangguan setidaknya MCB tersebut langsung memutuskan aliran dengan sendirinya sehingga alat terjaga dengan baik.
Panel surya dihubungkan dengan MCB menggunakan kabel listrik dengan ukuran 2×1,5 kemudian kabel tersebut dihubungkan dengan controller, controller itu adalah alat yang mengatur arus searah yang diisi ke baterai selain itu juga berfungsi sebagai penyambung arus dari panel surya ke baterai. Kabel yang telah terhubung antara panel, controller dan batterai kemudian kabel tersebut dari batterai dihubungkan dengan alat pengubah arus DC menjadi AC yaitu Inverter, yang memiliki daya 3000 watt/jam.
Arus dari batterai yang masih dalam bentuk DC kemudian dihubungkan dengan inverter sehingga berubah menjadi arus AC yang kemudian siap didistribusikan ke Heater dan Pompa, Daya serap energi listrik Yang dibutuhkan oleh Heater sebesar 2000 watt/jam dan untuk pompa daya serap energi listrik sebesar 125 watt/jam.
Proses distilasi minyak sereh wangi dimulai setelah semua perlengkapan solar cell dirangkai. Bahan baku berupa sereh wangi dijemur sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan. Bahan baku yang telah melewati proses penjemuran kemudian ditimbng sebanyak 5 kg dan kemudian dicacah untuk mempercepat proses distilasi berlangsung, setelah pencacahan bahan baku dimasukkan kedalam ketel suling. Metode yang digunakan berupa steam distilasi dimana air sebagai pelarut dimasukkan dengan rasio 1:5. Selama proses berlangsung, pada waktu distilasi mulai memasuki jam ke-2 rendemen minyak sereh wangi mulai didapatkan. Lamanya waktu distilasi berlangsung sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. Berikut jumlah rendemen yang telah didapatkan ditabulasikan kedalam bentuk tabel.
7 3.2 Analisa Karakterisasi Sesuai SNI
Analisa karakteristik dilakukan pada 12 run percobaan, analisa yang dilakukan diantaranya yaitu analisa indeks bias, densitas, dan GC-MS, UV-Vis, warna.
3.2.1 Analisa Indeks Bias
Gambar 3.2 Grafik Analisa Indeks Bias Dapat dilihat pada grafik diamati bahwa ke 12 run percobaan hampir memiliki nilai indeks bias yang sama yaitu sekitar 1,465, indeks bias yang diperoleh sesuai dengan Standar Nasiaonal Indonesia (SNI).
Dari semua percobaan terdapat 2 percobaan yang nilai indeks biasnya lebih tinggi dari yang lainya yaitu dengan nilai indeks bias 1,474 yaitu pada run pada waktu distilasi 5 dan 6 jam pada waktu penjemuran 3 hari. Ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu penjemuran sereh wangi maka indeks bias yang dihasilkan akan semakin bagus. Pada volume sitronellal tertinggi diperoleh indeks bias 1,465 pada percobaan pada waktu satu hari penjemuran dan pada 6 jam waktu penyulingan.
3.2.2 Analisa Densitas
3.2.2 Hasil uji densitas minyak sereh wangi
Gambar 3.3 Nilai Densitas Terhadap Waktu Operasi.
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai densitas tidak melebihi nilai range SNI dan nilai densitas diatas sangat berpengaruh terhadap waktu operasi dan waktu penjemuran. Nilai densitas minyak sereh wangi tertinggi yang didapatkan pada waktu penjemuran 1 hari dengan waktu operasi 6 jam. Sedangkan nilai densitas minyak sereh wangi terendah yang didapatkan pada waktu penjemuran 3 hari pada waktu operasi 4 jam.
Densitas menyatakan kerapatan antar molekul dalam minyak sereh wangi yang didefinisikan sebagai rasio antara massa dan volume material. Pada umumnya densitas dikaitkan pada Viskositas, yaitu cairan yang lebih pada(densitas nya tinggi) memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan cairan yang densitas nya rendah. Nilai densitas minyak sereh wangi berkisar antara 0,8757. Penagaruh waktu penyulingan terhadap densitas minyak sereh menunjukkan bahwa pada ketiga waktu pemanasan bahan menunjukkan pengaruh yang nyata pada nilai densitas.
1.46 1.462 1.464 1.466 1.468 1.47 1.472 1.474
4 5 6
Nilai Indeks Bias
Waktu Penyulingan (Jam) Tanpa Penjemuran Penjemuran 1 Hari
Penjemuran 2 hari
Penjemuran 3 Hari
0.87 0.875 0.88 0.885 0.89 0.895
4 5 6
Nilai Densitas (mg/L)
Waktu Operasi (Jam)
Tanpa Penjemur an Penjemur an 1 hari
Penjemur an 2 hari
Penjemur an 3 hari
SNI minimum
8 4.3.3 Analisa Senyawa Menggunakan GC- MS
Analisa menggunakan GC-MS dilakukan untuk mengetahui kadar sitronellal dan geraniol dari hasil penyulingan dengan memanfaatkan sinar matahari dengan menggunakan solar cell (photovoltaic)
Gambar 2.4 Grafik GC-MS Minyak Sereh Wangi Hasil Penyulingan
Dari hasil analisa menggunakan GC- MS menunjukkan adanya senyawa kimia yang terindentifikasi diantaranya Sitronellal, Geraniol dan beberapa senyawa lain dalam sitronellal, berdasarkan hasil GC-MS diperoleh sitronellal 59,28% , dan Geraniol sebesar 20,32%. Menurut Standar Pasar International, kandungan sitronellal harus lebih tinggi daripada 35%, oleh karena itu bahan ini memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan selain itu sifat fisik dan kimiawi minyak sereh wangi yang dihasilkan dari proses penyulingan dengan memanfaatkan sinar matahari menggunakan sollar cell (photovoltaic). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa minyak sereh wangi yang telah dihasilkan selama penelitian ini dapat dijual dipasaran karena memenuhi Standar Nasional Indonesia.
4. KESIMPULAN
Pemanfaatan panas yang dihasilkan dari sinar matahri mampu menghasilkan listrik yang dapat digunakan sebagai bahan baku sebagai pemanas yang pada umumnya menngunakan kayu bakar, gas bahkan listrik konvensional, dengan demikian hasil penyulingan inyak atsiri menggunakan pemanas dari listrik yang dihasilkan dengan memanfaatkan sinar matahari sangat efektif karna hasil dari penyulingan sereh wangi
mampu menyamai kualitas dengan sereh wangi yang disuling dengan penggunakan pemanas dari kau bakar, gas jiga listrik konvensional pada umumnya.
Dari hasil penelitian proses penyulingan minyak atsiri dari tumbuhan sereh wangi dapat disimpulkan bahwa Waktu penjemuran optimum untuk menghasilkan % rendemen tertinggi adalah pada waktu penjemuran selama 1 hari. Waktu penyulingan optimum untuk menghasilkan
% rendemen tertinggi adalah pada waktu penyulingan 6 jam. Kapasitas solar cell yang digunakan untuk proses penyulingan sereh wangi adalah 1000 WP, sedangkan pemakaian daya yang diperlukan adalah 12.750 watt. Kualitas Minyak Sereh Wangi yang dihasilkan sudah memenuhi Spesifikasi dan karakteristik standar mutu minyak serai wangi (SNI-2385-2006).
5. DAFTAR PUSTAKA
Bisoffi, A., Forni, F., Lio, M. D., &
Zaccarian, L. (2018). Relay-based hybrid control of minimal-order mechanical systems with applications.
Automatica, 97, 104-114.
Caritte, R. M., Cheung, K., & Malik, M.
(2018). Alternative approaches and dynamic analysis considerations for detecting open phase conductors in three phase power systems. Electric Power Systems Research, 163, 59-65.
Esmaeili, H., Karami, A., & Maggi, F.
(2018). Essential oil composition, total phenolic and flavonoids contents, and antioxidant activity of oliveria decumbens vent, (apiaceae) at different phenological stages’
Cleaner Production, 198, 91-95.
Filiptsova, O. V., Gazzavi., Rogozina, L. V., Timoshyna, I. A., Naboka, O. I., Ye, V. D., Ochkur, A. V. (2017). The Essential oil of resemary and its effect
9 on the human image and numerical short-term memory. Basic and Applied Sciences, 4, 107-111.
Gill, D. J., Roca, L., Zaragoza, G., &
Berenguel, M. (2017). A feedback control system withreference governor for a solar membrane distillation pilot facility. Renewable Energy, 120, 536- 549.
Gavahian, M., Lee, Y. T., & Chu, Y. H.
(2018). Ohmic-assisted
hydrodistillation of citronella oil from Taiwanese citronella grass: Impact on the essential oil and extraction medium. Innovative Food Science and Emerging Tehnologies, 18, 466-8564.
Gupta, V. S., Singha, D. B., Mishrab, R. K., Sharmac, S. K., Guptaa, T. V. S., Singha, D. B., Mishrab, R. K., Sharmac, S. K., Tiwarid, G. N. (2018).
Development of characteristic equations for PVT-CPC active solar distillation system. Desalination, 445, 266-279.
Gurung, A., & Qiao, Q. (2018). Solar charging batteries: advance, challenges and opportunities. Joule, 2, 1217-1230.
Gao, D. Z., & Sun, K., (2016). 16:DC-AC Inverters. Electric Renewable Energy Systems, 222, 354-381.
Garoosi, R. M., Mehrzad, T. R., & Behrokh, H. H. (2018). Experimental evaluation of rigid connection with reduced section and replaceable fuse.
Structures, 16, 390-404.
Guo, H., Sun, G., & Yiyon, W. (2018).
Simulation of solar cells by delocalized recombination model and its applications. Solar Energy, 181, 83-87.
Kumar, R., Sharma, S., Sharma, S., &
Kumar, N., (2016). Drying methoda and distillation time affects essential oil content and chemical compositions of Acorus calamus l. In the western himalayas. Applied Research on Medicinal and Aromatic Plants, 3, 136-141.
Kültürela, Y., & Tarhan, S. (2016). A solar distillery of essential oils with compound parabolic collectors (CPCs).
Agricultural Sciences, 31, 72-83.
Khudhair, M. A., Ajeel, F. N., &
Mohammed, M. H. (2018).
Engginering and design of simple models from dye-sensitive of solar cells and photovoltaic cells of solar applications: theoretical study.
Chemical Physics Letters, 713, 166- 171.
Luyben, W. L. (2017). Control of heat- integrated extractive distillation processes. Computer & Chemical Engineering, 111, 267-277.
Pawel, L., Thomas, W., & Alexandros, R.
(2018). The pole connector for miniature circuit breakers used in photovoltaic applications. Applied Thermal Engineering, 99, 1057-1070.
Rahul, S. S., Tejaswi, P. N., Sandeep, Y. M.,
& Krishna, K. H. (2016). Two stage operational amplifier with a gain boosted, source follower buffer.
Engineering Trends and Technology (IJETT), 34, 256-259.
Ranjay, S., Bansal, R. C., & Arvind, R. S.
(2017). Optimization of an isolated photo-voltaic generating unit with battery energy storage system using electric system cascade analysis.
Electric Power Systems Research, 164, 188-200.
10 Shih, Y. M., Enriquez, A. C., Hsiao, T. Y., &
Trevino, L. M. T. (2017). Echanced differential evolution algorithm for coordination of directional overcurrent relays. Electric Power System Research, 143, 365-375.
Yang, Z., Li, W., Chen, X., Su, S., Lin, G., Chen, J. (2018). Maximum effeciency and parametric optimum selection of a concentrated solar spectrum splitting photovoltaic cell-thermoelectric generator system. Energy Conversion and Management, 174, 65-71.