• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran balai pemasyarakatan dalam pembimbingan klien

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peran balai pemasyarakatan dalam pembimbingan klien"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PERMASYARAKATAN YANG MENJALANI PEMBEBASAN BERSYARAT

Dwimas Gading E1, Hanafi Arief2, Salamiah3

174021Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,Universitas Islam Kalimantan MAB.NPM.16810602

274021Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,Universitas Islam Kalimantan MAB.NIDN.0025087901

374021Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,Universitas Islam Kalimantan MAB. NIDN.0606610299 Email : dimasgading06@gmail.com

ABSTRAK Penulis mengambil tujuan untuk mengetahui peran Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dalam pembimbingan

klien pemasyarakatan yang menjalani pembebasan bersyarat. Dan untuk mengetahui kendala Pembimbingan Kemasyarakatan (PK) dalam melaksanakan pembimbingan klien pemasyarakatan yang menjalani pembebasan bersyarat.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Hukum Empiris, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan, penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan memakai pendekatan yuridis sosiologis, Penelitian Yuridis Sosiologis adalah suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum dan fenomena atau kejadian di lapangan.

Kendala-kendala yang dihadapi Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Kelas I Banjarmasin dalam menjalankan bimbingan, yaitu kendala dalam hal Kuantitas BAPAS, kendala kurangnya anggaran, dan kendala dari diri klien pemasyarakatan sendiri.

Kata kunci : Balai Pemasyarakatan; Pembimbingan Kemasyarakatan; dan Pembebasan Bersyarat

ABSTRACT

The author takes the aim to know the role of the correctional center in guiding correctional clients who are undergoing parole. And to find out the constraints of social guidance in implenting correctional client guidance who are undergoing parole.

The type of research in this thesis is empirical legal research, namely research conducted on the implementation of a statutory regulation, This research is based on legal research carried out using a sociological juridical approach. Sociological juridical research is a research based on legal provisions and phenomena or events in the field.

The obstacles faced by the Class I Banjarmasin Correctional Center (BAPAS) in carrying out the guidance, namely constraints in terms of quantity of BAPAS, lack of budget constraints, and constraints from the correctional clients themselves.

Key Words : Correctional Hall; Community Guidance; And Parole PENDAHULUAN

Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat), bukan berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat). Hal ini jelas disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang rumusnya ’’Negara Indonesia adalah Negara Hukum’’. Negara hukum menghendaki agar hukum ditegakkan oleh semua anggota masyarakat.Artinya setiap perbuatan haruslah didasarkan pada aturan hukum yang berlaku.

Sebagaimana diketahui bahwa hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan menganai

1 Maidin Gultom, 2010.Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana

tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat, dan tujuan hukum itu adalah mengadakan keselamatan, kebagiaan dan tata tertib didalam masyarakat1

Jika seorang atau beberapa orang melakukan pelanggaran hukum yang telah diatur maka terjadi ketidak seimbangan, sebab di pihak lain terjadi kerugian atas pelanggaran yang dilakukan.

Sanksi administrasi dalam bidang Hukum Perdata dan sanksi Pidana dalam bidang Hukum Pidana. Bila dalam pelaksanaan sanksi administrasi dan sanksi perdata belum memenuhi untuk keseimbangan di dalam

Anak Di Indonesia. PT. Refika Aditama : Bandung Hlm. 3.

(2)

masyarakat, maka sanksi pidana merupakan sanksi terakhir atau ultimum remedium.

Para pelaku tindak pidana tersebut nantinya akan ditempatkan dilembaga pemasyarakatan (LAPAS). LAPAS adalah tempat untuk melaksakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Pemasyarakatan merupakan kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.2

Balai Pemayarakatan (BAPAS) juga mempunyai peran yang penting dalam memberikan bimbingan tehadap narapidana yang telah memperoleh pembebasan bersyarat, yaitu dengan pemberian pengawasan yang khusus.

Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana dan Anak Pidana di Luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) masa pidananya

Balai pemasyarakatan mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan sebagian dari tugas pokok Direktoral Jendral Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan pembimbingan klien pemasyarakatan di daerahnya.

Beradasarkan data dari BAPAS kelas 1 Banjarmasin, total klien pemasyarakatan yang mendapatkan pembebasan bersyarat dalam rentang waktu Januari 2019-Desember 2019 yaitu sebanyak 2528 klien pemasyarakatan.

Namun dari jumlah tersebut ternyata tidak semua klien pemasyarakatan mempunyai niatan kembali untuk berbuat baik dalam masyarakat. Pada rentang waktu Januari 2019- Desember 2019, total klien pemasyarakatan yang melanggar hukum kembali yaitu 89 klien pemasyarakatan3

Walaupun angka tersebut terlihat sedikit, tetapi kita disini masih manemui klien

2 Bambang Poernomo.1986.Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan.

Liberty : Yogyakarta. Hlm. 250.

yang kembali melakukan tindak pidana. Hal tersebut menujukkan bahwa tidak selalu efektif bimbingan yang diberikan BAPAS terhadap klien.Keadaan tersebut dapat dipengaruhi kondisi klien sendiri yang tidak dapat dihindari.

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengawas bagi para barapidana yang telah memperoleh pembebasan bersyarat, tak jarang Balai Pemasyarakatan (BAPAS) sering mengalami berbagai macam kendala baik secara interen ataupun eksteren. Kendala yang biasanya dihadapi BAPAS dalam menjalankan program bimbingan ini, meliputi: kendala yang berhubungan dengan pendanaan, kendala yang berhubungan dengan administrasi, kendala yang berhubungan dengan komunikasi, dan kendala yang berhubungan dengan stigma masyarakat serta kendala dalam hal fasilitas.

Dengan adanya kendala tersebut, membuat proses pembinaan terhadap para narapidana terhambat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Penelitian Hukum EmpirisPenelitian empiris adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai prilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat.4Penelitian hukum empiris adalah sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian yang nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti sebagaimana bekerjanya hukum di masyarakat. 6Penelitian hukum empiris ini untuk mengkaji peran Balai Pemasyarakatan (Bapas) dalam pembimbingan Klien pemasyarakatan yang menjalani pembebasan bersyarat.

3Pembebasan Bersyarat TahunJanuari 2019- Desember 2019 Bapas Kelas I Banjarmasin

4Abdul Khadir Muhammad. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 155.

(3)

HASIL PENELITIAN

A. Peran Balai Pemasyarakatan (Bapas) Dalam Pembimbingan Klien Pemasyarakatan Yang Menjalani Pembebasan Bersyarat.

Balai Pemasyarakatan kelas 1 Banjarmasin memiliki tugfas dan fungsi untuk melaksanakan pembuatan Penelitian kemsyarakatan (Litmas), Pendampingn, Pembimbingan dan Pengawasan terhadap klien pemasyarakatan. Bentuk dari bimbingan yang diberikan bermacam-macam, mulai dari pemberian tentang agama, keterampilan kerja, sampai pada pembinaan kepribadian.

Bimbingan ini diberikan dengan tujuan agar klien dapat hidup dengan baik di dalam masyarakat sebagai warganegara serta bertanggung jawab, untuk memberikan motivasi, agar dapat memperbaiki diri sendiri, tidak mengulangi tindak kejahatan.

Untuk mendapatkan pembebasan bersyarat (PB) seorang narapidana harus sudah menjalankan 2/3 masa pidananya atau palimg sedikit 9 bulan masa pidana,bukan hanya hal itu narapidana tersebut juga harus memenuhi semua persyaratan-persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan seperti pasal 15 KUHP tentang syarat umum dan syarat khusus. 5

Sebelum memperoleh kebebasan bersyarat, seorang narapidana harus menjalankan proses untuk mendapatkan Surat Keputusan Pembebasan Bersyarat, dimana seorang narapidana tersebut harus sudah mengikuti semua program pembinaan yang diberikan di LAPAS. Setelah menjalankan pembinaan tersebut, maka mereka akan dibuatkan Laporan Penelitian Kemasyarakatan (LIMTAS) oleh Bapas yang kemudian akan diproses oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP). Apabila usulan dari TPP BAPAS disetujui oleh kepala BAPAS, maka akan dikirim ke Kantor Wilayah Kementrian Hukum

5 Hasil wawancara dengan Dra. Siti Nurul Dahliana, Kepala Seksi Bimbingan Klien Dewasa, 20 Juli 2020.

dan Ham agar di proses kembali dan bila disetujui dikirim ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Jika Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menerima usulan tersebut, maka akan dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman.Mengenai teknis pelaksanaan bimbingan terhadap klien yang memperoleh pembebasan bersyarat diatur dalam pasal 10 Keputusan

Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.6- PK.04.10 Tahun 1992 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas, yaitu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembebasan bersyarat narapidana adalah Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Di Wilayah Hukum Lembaga Pemasyarakatan tempat narapidana yang bersangkutan menjalani pidana;

2. Apabila narapidana menjalankan masa pembebasan bersyarat bukan di wilayah hukum jaksa yang melaksanakan, maka dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal pelaksanaan, narapidana tersebut harus melapor ke Kejaksaan Negeri ditempat ia menjalani masa pembebasan bersyaratnya dengan memperlihatkan buku bebas bersyarat yang diterimanya dan diantar oleh petugas Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengetasan Anak;

3. Narapidana yang akan melaksanakan pembebasan bersyarat diserah terimakan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan kepada Kepala Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan pengentasan anak yang akan memberikan bimbingan dengan menggunakan Berita Acara Serah Terima Formulir APC-11 disertai risalah singkat pembinaannya;

4. Bimbingan terhadap narapidana sebagaimana dimaksudkan dalam huruf e dilaksanakan oleh Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak melalui program bimbingan

(4)

memperhatikan pertimbangan Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak.

Narapidana yang telah mendapatkan pembebasan bersyarat dan statusnya berubah menjadi klien bimbingan BAPAS kemudian dilakukan penerimaan dan pendaftaran.

Ketentuan mengenai pendaftaran klien pemasyarakatan dijelaskan dalam pasal 40 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan meliputi empat hal : 1. Pencatatan putusan atau vonis ataupun

keputusan menteri;

2. Pembuatan pas foto;

3. Pengambilan sidik jari/dastiloskopi; serta 4. Pembuatan berita acara serah terima klien.

Setelah melakukan pendaftaran dapat dilakukan proses bimbingan yang dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahapan pembimbingan klien pemasyarakatan diatur dalam pasal 33 jo 40 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Masyarakat adalah :

1. Bimbingan Awal, dengan kegiatan meliputi:

a. Penerimaan dan pendaftaran klien;

b. Pembuatan litmas sebagai bahan bimbingan;

c. Penyusunan program pembimbingan;

d. Pelaksanaan program bimbingan;

e. Pengendalian pelaksaan program bimbingan tahap awal.

2. Bimbingan Tahap Lanjutan, dengan kegiatan meliputi :

a. Penyusunan program bimbingan tahap lanjutan;

b. Pelaksaan program;

c. Pengendalian pelaksanaan program pembimbingan tahap lanjutan.

3. Bimbingan Tahap Akhir, dengan kegiatan meliputi :

a. Penyusunan program pembimbingan tahap akhir;

b. Pelaksaan program;

c. Pengendalian pelaksaan program;

d. Penyiapan klien untuk menghadapi tahap akhir pembimbingan dengan mempertimbangkan pemberian pelayanan bimbingan tahap lanjutan.

Sedangkan wujud pembimbingan yang diberikan kepada klien harus disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan klien.

Wujud bimbingan terhadap klien dapat diberikan secara khusus maupun gabungan dari beberapa jenis bimbingan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Jenis-jenis bimbingan yang diatur dalam Pasal 3 Peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan meliputi :

1. Bimbingan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Bimbingan kesadaran berbangsa dan bernegara;

3. Bimbingan intelektual;

4. Bimbingan sikap dan perilaku;

5. Bimbingan kesehatan jasmani dan rohani;

6. Bimbingan kesadaran hukum;

7. Bimbingan reintegrasi sehat dengan masyarakat;

8. Bimbingan keterampilan kerja; dan 9. Bimbingan latihan kerja

Jumlah Klien Menurut Status Klien dan Jenis Tindak Pidana BAPAS Kelas I Banjarmasin

No JENIS TINDAK PIDANA TOTAL JANUARI-

DESEMBER 2019

1 KESUSILAAN 19

2 PERJUDIAN 1

3 PEMBUNUHAN 21

4 PENGANIAYAAN 12

5 PENCURIAN 36

(5)

6 PERAMPOKAN 19

7 PENGGELAPAN 15

8 PENIPUAN 8

9 PENADAHAN 1

10 NARKOTIKA 257

11 KORUPSI 1

12 KDRT 1

13 SAJAM 0

14 FARMASI 10

15 ILLEGAL LOGING 0

16 PENCEMARAN NAMA BAIK 1

17 LAKALANTAS 5

1 PENGEROYOKAN 10

19 TRAFFICKING 1

20 MIGAS 1

JUMLAH 419

Berdasarkan data yang dihimpun penulis dari BAPAS Kelas I Banjarmasin mengenai Klien Pemasyarakatan yang menjalani Pembebasan Bersyarat dilihat berdasarkan jenis tindak pidananya pada tahun 2019, dapat diketahui total klien Pemasyarakatan pemebasan bersyarat sebanyak 419 orang yang terdiri dari 399 orang laki –laki dan 20 orang perempuan, dan jenis tindak pidana yang terbanyak yaitu sebanyak 257 orang adalah tindak pidana penyelahgunaan narkotika dan dibawahnya adalah tindak pidana pencurian yang sebanyak 36 orang. Untuk menanggulangi permasalahan klien Pemasyarakatan yang terdiri dari berbagai macam tindak pidana, khusus nya penyalahgunaan narkoba, dibutuhkan peran aktif dari BAPAS Kelas I Banjarmasin.

Peran BAPAS Kelas I Banjarmasin di sini yaitu dalam melakukan pengawasan dan pembimbingan. Pembimbingan menggunakan teknik wawancara, dimana dalam teknik ini petugas Pembimbingan Kemasyarakatan dapat melakukan tanya jawab tersebut Pembimbing Kemasyarakatan mengetahui keadaan dari diri

6 Hasil Wawancara dengan Indra Wahyudi, S.H, Kepala Subseksi Bimbingan Kerja, 27/ 06/2020.

klien selama berada dilingkungan masyarakatan. 12

Dalam hal meaksanakan pengawasan tehadap klien yang mendapatkan pembebasan bersyarat, BAPAS Kelas I Banjarmasin juga mempunyai cara tersendiri, yaitu :6

1. Home Visit

Petugas BAPAS Kelas I Banjarmasin yang bertugas sebagai Pembimbing Kemasyarakatan turun langsung ke lapangan untuk mengunjungi klien Pemasyarakatan di tempat tinggalnya.

Dalam melakukan bimbingan, disini BAPAS Kelas I Banjarmasin menggunakan teknik wawancara dimana petugas Pembimbing Kemasyarakatan melakukan tanya-jawab secara langsung kepada para klien pemasyarakatan atau bisa juga tokoh masyarakat setempat, seperti RT atau pu Lurah, umtuk mendapatkan informasi menegenai prilaku Klien Pemasyarakatan selama menjalani pembebasan bersyarat.

2. Wajib Lapor

Disini klien datang secara langsung untuk absen ke BAPAS Kelas I Banjarmasin sebagaimana sesuai dengan

(6)

jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya.

Ketika klien datang, Petugas Kemasyarakatan akan menyakatan keadaan, perkembangan klien sendiri tentang bagaimana sikap masyarakat terhadap klien setelah keluar dari LAPAS.

Dalam hal ini BAPAS Kelas I Banjarmasin menggunakan teknik wawancara.

Dalam hal melaksanakan pembimbingan Klien pemasyarakatan, BAPAS Kelas I Banjarmasin memberikan setidaknya 5 materi pembimbingan, yaitu :

1. Bimbigan Agama 2. Bimbingan Kesehatan

3. Bimbingan Kesadaran Hukum 4. Bimbingan Kemandirian 5. Bimbingan Sosial Dan Mental

B. Kendala Pembimbingan Pemasyarakatan Dalam Melakukan Pembimbingan Klien Pemasyarakatan Yang Menjalani Pembebasan Bersyarat.

Dalam perspektif sistem peradilan pidana secara umum, profesi PK sangat vital perannya lantaran outputdari salah satu tugasnya (yakni penelitian kemasyarakatan/litmas) memberikan rekomendasi yang kemudian menjadi bahan peetimbangan kepada seluruh aparat penegak hukum dalam pengambilan keputusan hukum terhadap para pelanggar hukum. Rekomendasi dari PK ini sesungguhnya memberikan dampak yang cukup signifikan dalam proses peradilan pidana di Indonesia.

Dalam konteks adjudikasi, rekomendasi PK berdampak pada pemberian putusan hakim tehadap pelanggar hukum untuk kemudian dijatuhi putusan bebas/pidana/pidana bersyarat (bahkan dalam penanganan anak, putusan hakim yang tidak mempertimbangkan laporan Litmas batal demi hukum). Dalam konteks pascaadjudikasi, rekomendasi PK menjadi panduan dalam proses pembinaan serta proses integrasi.

Balai Pemasyarakatan Kelas I Banjarmasin memilki tugas dan fungsi untuk melaksanakan pembuatan Penelitian Kemasyarakatan (litmas), Pendampingan,

Pembimbingan dan Pengawasan terhadap klien pemasyarakatan, berikut uraiannya :

1. Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas)

Litmas yang dilayani di BAPAS KELAS I Banjarmasin, anatara lain :

a. Litmas untuk Diversi.

b. Litmas untuk Sidang Peradilan Negara.

c. Litmas untuk Anak Usia dibawah 12 tahun.

d. Litmas untuk pembinaan awal;

e. Litmas untuk Asimiliasi (mandiri dan kerjasama pihak ketiga).

f. Litmas untuk Re-integrasi.

1. Pendampingan

Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas Kelas I Banjarmasin wajib mengetahui bahwa kehadiran PK dalam sidang anak bersifat wajib, artinya tanpa kehadiran PK putusan sidang anak batal demi hukum. Pendampingan bertujuan untuk memberikan kenayamanan kepada anak selama menjalani proses hukum.

Jenis pendampingan yang dilakukan PK Bapas Kelas I Banjarmasin : a. Pendampingan BAP di Kepolisian

(pemeriksaan awal)

b. Pendampingan Diversi ( Polisi, Jaksa, Pengadilan)

c. Pendampingan Pelimpahan Perkara dari Penyidik ke Jaksa (P21)

d. Pendampingan Sidang di Pengadilan Negari

2. Pembimbingan a. Tahap awal

Prosedur dan mekanisme pembimbingan tahap awal adalah sebagai berikut :

1) Penelitian Kemasyarakatan;

2) Penysunan rencana program bimbingan;

3) Pelaksanaan program bimbingan guna mempersiapkan klien untuk mengikuti program bimbingan di luar lapas;

(7)

4) Penilaian pelaksanaan program tahap awal dan penyusunanrencana bimbingan tahap lanjutan.

b. Tahap Lanjutan

Prosedur dan mekanisme pembimbingan tahap lanjutan ( selesai bimbingan tahap awal -3/4 masa pembimbingan) adalah sebagai berikut:

1) Pelaksaan program bimbingan.

2) Penilaian pelaksaan program tahap lanjutan dan penyusunan rencana bimbingan tahap akhir.

c. Tahap akhir

Prosedur dan mekanisme pembimbingan tahap akhir adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan program bimbingan;

2) Penelitian dan penilaian keseluruhan hasil pelaksanaan program bimbingan;

3) Persiapan klien mengakhiri masa bimbingan tambahan (after care).

3. Pengawasan

Pengawasan di Bapas Kelas I Banjarmasin dilaksanakan dengan dua cara yakni dengan mekanisme wajib lapor, dan kunjungan ke rumah klien/ penjamin klien (home visit). Sebagai tindak lanjut dari hasil pengawasan, Pk membuat laporan yang tercakup dalam laporan perkembangan bimbingan setiap bulan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya di dalam tubuh BAPAS kelas I Banjarmasin mengalami kendala. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis, maka dapat diketahui bahwa kendala-kendala yang dihadapi BAPAS Kelas I Banjarmasin dalam menjalakan bimbingan, di antaranya sebagai berikut :

1. Kendala dalam kuantitas BAPAS.

Dengan Jumlah 276 Klien Pemasyarakatan BAPAS Kelas I Banjarmasin (Tahun 2019 semester 2) yang sedang menjalankan masa bimbingan, tidak

7 Hasil Wawancara dengan Dra. Siti Nurul Dahliani, Kepala Subseksi Bimbingan Klien Dewasa, 20 Juli 2020

seimbang dengan jumlah Pembimbingan Kemasyarakatan yang hanya 21 orang.

Sehingga dengan kekurangan tenaga ini juga dapat menjadikan kendala dalam melakukan pembimbingan Klien Pemasyarakatan dan dengan keterbatasan sumber daya manusia ini juga, jadinya tidak semua Klien Pemasyarakatan tidak bisa dikunjungi secara langsung.7

Apabila beberapa para pegawai mengunjungi secara langsung, yang akan mengerjakan tugas didalam akan kekurangan anggota, sehingga keterbatasan kuantitas pegawai mengakibatkan salah satu kecenderungan tidak dapat mengunjungi secara langsung klien pemasyarakatan.

2. Kendala dalam hal anggaran

Dalam hal anggaran yang diperoleh BAPAS Kelas I Banjarmasin dari pemerintah untuk melakukan bimbingan bagi para klien pemasyarakatan dalam hal pelatihan kerja tidak seimbang dengan apa yang diperlukan. Di mana jumlah 1642 Klien Pemasyarakatan pada tahun 2019 yang memperoleh bimbingan serta sekarang masih menjalankan masa bimbingan, tidak semua Klien Pemasyarakatan mendapatan bimbingan keterampilan dari pihak BAPAS karena dana yang minim

Sehingga BAPAS Kelas I Banjarmasin hanya dapat memberikan bimbingan pelatihan kerja kepada beberapa Klien Pemasyarakatan saja, dikarenakan keterbatasan dana yang diberikan oleh pemerintah terhadap BAPAS Kelas I Banjarmasin, dalam pelaksanaannya sampai saat ini, pertahun BAPAS Kelas I Banjarmasin hanya dapat memberikan satu atau dua pelatihan kerja.

3. Kendala dalam diri klien pemasyarakatan Klien Pemasyarakatan yang telah mendapatkan bimbingan dalam

(8)

keterampilan kerja, sebagian dari klien tersebut tidak mau

memanfaatkan kesempatan yang diberikan tersebut dikarenakan ingin mendapatkan susuatu secara instan. Hal lain, ada juga dikarenakan beberapa Klien Pemasyarakatan tidak menerima pelatihan kerja tersebut yaitu karena pelatihan kerja yang disediakan oleh BAPAS Kelas I Banjarmasin tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka.

BAPAS Kelas I Banjarmasin tidak dapat memberikan atau menyediakan bermacam-macam kegiatan pelatihan kerja kepada klien pemasyarakatan dikarenakan anggaran yang sedikit. Ada juga beberapa klien pemasyarakatan yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja dikarenakan beberapa faktor, terutama klien yang sama sekali tidak memiliki skill atau kemampuan.

PENUTUP

1. Peran Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Kelas I Banjarmasin dalam pembimbingan klien pemasyarakatan yang menjalani program pembebasan bersyarat belum maksimal hal ini disebabkan masih terjadinya pelanggaran yang dilakukan klien pemasyarakatan termasuk dalam menjalankan program pembimbingan, yaitu : bimbingan keagamaan, bimbingan kesehatan, bimbingan kesadaran hukum, bimbingan kemandirian, serta bimbingan sosial dan mental, hal ini dikarenakan terbatasnya anggaran yang tersedia untuk pembimbingan klien pemasyarakatan di balai Pemasyarakatan Kelas I Banjarmasin.

2. kendala-kendala yang dihadapi Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Kelas I Banjarmasin dalam menjalankan

bimbingan, yaitu kendala dalam hal Kuantitas BAPAS, kendala kurangnya anggaran, dan kendala dari diri klien pemasyarakatan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung: Pt Citra Aditya Bakti, 2004.

Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, Sinar Grafika : Jakarta 2008.

Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty : Yogyakarta, 1986

Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaan.

Jakarta : Sinar Grafika, 2004 Bimbingan Klien Dewasa

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Pt Refika Aditama: Bandung

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum.

Jakarta : Kencana 2010

R. Soesilo, 1991, Pokok-Pokok Hukum Pidana;

Peraturan Umum Dan Delik-Delik Khusus, Bogor : Politea, 1991

Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia.

Jakarta : Aksara Baru, 1983

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak.

Bandung : Refika Aditama, 2005 B. Jurnal- jurnal

Balai Pemasyarakatan Banjarmasin, Data Pembebasan Bersyarat Tahun 2015-2019, Banjarmasin 2019

Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung : Alumni, 1992

3. Website

Fokky Fuad, Pemikiran Ulang Atas Metodelogi

Penelitian Hukum,

Http;//Uai.Ac.Id/2011/04/13/Pemikiran- Ulang-Atas-Metodelogi-Penelitian- Hukum/,2011

4. Wawancara Pribadi

Indera Wahyudi, S.H, Kepala Subseksi Bimbingan Kerja

Dra. Siti Nurul Dahliani, Kepala Subseksi Bimbingan Klien Dewasa.

Referensi

Dokumen terkait

3.5.2 Perlakuan invigorasi pada benih dengan ekstrak daun gulma

Namun masih terdapat beberapa modul yang belum komprehensif mencakup indikator; 2 ranah konstruksi disusun secara jelas, menghindari adanya alternatif jawaban, butir soal tidak saling