KAJIAN PERAN HUTAN KOTA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KONSERVASI DI HUTAN KOTA
SRENGSENG, JAKARTA BARAT
KELOMPOK 10
ALFIAN AGUSTIAN E3401221014 KHAIRUL BAZAR E3401221018 SALMA Z HAMDAH E3401221036 TEGARIANTI A HERMAWAN E3401221039 ADZIKRA B TASNIMA E3401221056 MONA A RIFQA E3401221063
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2025
ABSTRAK
Hutan Kota Srengseng menjadi ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat pendidikan konservasi. Peran pendidikan konservasi tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan empati dan tanggung jawab terhadap pelestarian alam.
Kajian ini bertujuan memberikan informasi mengenai fungsi dan strategi dalam memanfaatkan hutan kota sebagai pusat pendidikan konservasi. Metode yang digunakan yaitu wawancara dengan sampel sebanyak 30 pengunjung, dan observasi lapang untuk menginventarisasikan kondisi lingkungan, jenis flora dan fauna, serta fasilitas yang tersedia. Hasil pengunjung Hutan Kota Srengseng terbukti mendapatkan pengajaran baru setelah berkunjung ke Hutan Kota Srengseng, baik dalam pengetahuan maupun sikap pendidikan konservasi. Tetapi dalam pengelolaannya masih diperlukan pengembangan dan kolaborasi untuk meningkatkan perannya sebagai penyedia pendidikan konservasi.
Kata kunci: Hutan Kota Srengseng, pendidikan konservasi, peran hutan kota, ruang terbuka hijau
ABSTRACT
Srengseng City Forest is a green open space in urban areas that has great potential to be developed as a center for conservation education. The role of conservation education is not only to increase knowledge, but also to foster empathy and responsibility for nature conservation. This study aims to provide information on the functions and strategies in utilizing city forests as centers for conservation education. The methods used were interviews with a sample of 30 visitors, and field observations to inventory environmental conditions, types of flora and fauna, and available facilities. The results of visitors to Srengseng City Forest proved to get new lessons after visiting Srengseng City Forest, both in knowledge and attitudes towards conservation education. However, in its management, development and collaboration are still needed to improve its role as a provider of conservation education.
Keywords: conservation education, green open space, role of city forests, Srengseng City Forest
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
II METODE 3
2.1 Lokasi dan Waktu 3
2.2 Alat dan Bahan 3
2.3 Metode Pengumpulan Data 3
2.4 Metode Analisis Data 5
III HASIL DAN PEMBAHASAN 6
3.1 Hasil 6
3.2 Pembahasan 11
IV SIMPULAN DAN SARAN 16
4.1 Simpulan 16
4.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
DAFTAR TABEL
1 Daftar pernyataan pengetahuan dan sikap 4
2 Klasifikasi dalam uji validitas 5
3 Klasifikasi interpretasi koefisien reliabilitas 5 4 Daftar fasilitas yang ada di Hutan Kota Srengseng 6 5 Distribusi frekuensi dan persentase jenis kelamin responden 8 6 Distribusi frekuensi dan persentase usia responden 8 7 Distribusi frekuensi dan persentase pendidikan terakhir responden 9 8 Distribusi frekuensi dan persentase domisili responden 9 9 Hasil jawaban responden terhadap pernyataan pengetahuan 10 10 Hasil jawaban responden terhadap pernyataan sikap 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pembagian tugas kelompok 12
2 Daftar hadir observasi lapangan 12
3 Dokumentasi observasi lapangan 12
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan wilayah perkotaan yang pesat termasuk pembangunan infrastruktur, permukiman, dan fasilitas transportasi, sering kali menyebabkan degradasi kualitas lingkungan (Saputra et al. 2024). Jika tata ruang wilayah perkotaan tidak dikelola dengan baik, hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menurunkan kenyamanan serta kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, konsep pembangunan berkelanjutan perlu diterapkan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, salah satunya melalui pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Menurut Helmi et al. RTH memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan, mendukung ketahanan ekologi, serta menciptakan ruang yang sehat dan nyaman bagi masyarakat. Salah satu bentuk RTH yang dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik adalah hutan kota.
Hutan kota merupakan sebuah hamparan lahan yang ditumbuhi pohon-pohon dengan kompak dan rapat pada wilayah perkotaan (Maulana et al. 2021). Hutan kota memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan dengan mengatur iklim mikro, meningkatkan estetika lingkungan, serta mendukung ketersediaan air tanah. Selain itu, keberadaannya turut berkontribusi dalam pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Menurut Berry (1976), fungsi hutan kota dapat dikategorikan ke dalam tiga aspek utama, yaitu lanskap, ekologi, dan estetika. Secara ekologis, hutan kota berperan sebagai penyerap karbon dioksida, penghasil oksigen, peredam kebisingan, serta penyaring polutan udara.
Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai daerah resapan air, yang dapat membantu mengurangi risiko banjir dan menjaga keseimbangan hidrologis. Fungsi lain hutan kota dari sisi sosial dan ekonomi, yaitu memberikan ruang rekreasi bagi masyarakat, meningkatkan estetika kota, serta mendukung konservasi keanekaragaman hayati.
Tersedianya hamparan pepohonan, hutan kota tidak hanya menjadi habitat berbagai jenis flora tapi juga sebagai habitat fauna yang tinggal di dalamnya (Paransi et al. 2021). Hutan kota menjadi oasis hijau yang menyediakan tempat berlindung, berkembang biak, dan mencari makan berbagai jenis flora dan fauna di tengah pesatnya pertumbuhan perkotaan. Keberadaan pohon, semak, dan vegetasi lain menciptakan ekosistem yang mendukung kehidupan serangga, burung, mamalia kecil, serta berbagai spesies tumbuhan unik. Melihat hal tersebut, hutan kota memiliki fungsi yang menjaga keseimbangan keanekaragaman hayati di wilayah perkotaan. Hutan kota yang menyediakan ruang untuk mendukung berbagai spesies, dapat membantu mengurangi risiko kepunahan lokal dan mempertahankan kehati (Paransi et al. 2021). Adanya fungsi-fungsi tersebut sehingga hutan kota memiliki nilai strategis sebagai sarana pendukung pendidikan konservasi.
Keberadaan hutan kota di tengah kawasan perkotaan memudahkan akses bagi masyarakat, pelajar, hingga peneliti untuk belajar langsung tentang ekosistem, siklus alam, dan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Selain melalui pembelajaran teoritis, hutan kota dapat menjadi tempat ideal untuk kegiatan praktis konservasi, seperti penanaman pohon, monitoring satwa, dan pembuatan taman
2
koleksi keanekaragaman hayati (Manguru et al. 2023). Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan empati dan tanggung jawab terhadap pelestarian alam. Melalui pemanfaatan hutan kota sebagai ruang belajar dan komunitas dapat membangun budaya serta kesadaran konservasi di masyarakat perkotaan. Hal tersebut memungkinkan terciptanya kontribusi dari berbagai kalangan dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan, hijau, dan harmonis antara manusia dengan alam.
Melihat potensi tersebut, hutan kota memiliki potensi yang besar dalam pendukung perkembangan pendidikan konservasi. Walau demikian, masih belum ditemukan penelitian yang mengkaji mengenai fungsi hutan kota dalam pengembangan pendidikan konservasi. Setidaknya ditemukan tiga penelitian yang secara tidak langsung menjelaskan fungsi hutan kota sebagai sarana pendidikan dan konservasi. Ketiga penelitian tersebut yaitu dilakukan oleh Maulana et al. (2021), Paransi et al. (2021), dan Hastanto (2015). Sangat terbatasnya kajian mengenai fungsi hutan kota dalam pengembangan pendidikan konservasi mendorong dilakukannya kajian lebih lanjut. Melalui praktikum ini diharapkan memberikan informasi mengenai fungsi dan strategi dalam memanfaatkan hutan kota sebagai sarana pendidikan konservasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun beberapa rumusan masalah antara lain sebagai berikut.
1. Bagaimana potensi dan peran Hutan Kota Srengseng dalam pendidikan konservasi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi peran Hutan Kota Srengseng dalam pendidikan konservasi?
3. Apa saja upaya yang dapat diterapkan di Hutan Kota Srengseng untuk mendukung pendidikan konservasi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, terdapat dua tujuan dalam penulisan ini.
Adapun kedua tujuan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi potensi dan peran Hutan Kota Srengseng dalam pengembangan pendidikan konservasi.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi peran Hutan Kota Srengseng dalam pendidikan konservasi.
3. Merancang upaya untuk meningkatkan peran Hutan Kota Srengseng dalam pengembangan pendidikan konservasi.
1.4 Manfaat
Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tentang peranan hutan kota dalam mendukung pendidikan konservasi. Kajian ini juga dapat dijadikan dalam memperkaya dan bahan rujukan atau tambahan informasi bagi penelitian pengembangan pendidikan konservasi di hutan kota. Selain itu, melalui identifikasi dan perencanaan yang dihasilkan dapat berguna bagi pengembangan dan pengelolaan hutan kota, sehingga dapat mengoptimalkan peran hutan kota terutama dalam pengembangan pendidikan konservasi.
3
II METODE
2.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum ini berlangsung selama dua bulan yaitu dari April 2025 hingga Mei 2025. Pengambilan data dilaksanakan ada hari Kamis, 1 Mei 2025 dan berfokus pada Hutan Kota Srengseng, yang berlokasi di Jalan H. Kelik, Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan, Kota Jakarta Barat. Lokasi praktikum disajikan pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Peta Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat 2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu kuesioner, alat perekam suara, alat tulis, tallysheet, kamera, laptop, Statistical Package for the Social Sciences (SPSS), microsoft word, dan microsoft excel. Objek pada praktikum ini yaitu Hutan Kota Srengseng yang dipilih untuk dikaji lebih jauh mengenai fungsinya dalam pengembangan pendidikan konservasi. Penggunaan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) yaitu untuk melakukan uji validitas dan ujia reliabilitas pada pertanyaan sebelum digunakan terhadap responden tujuan.
Selain itu penggunaan software microsoft word dan microsoft excel berguna saat pengolahan data, analisis data, serta penulisan laporan kajian.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan berbasis wawancara dan observasi lapangan. Wawancara merupakan proses interaksi antara peneliti dan responden atau subjek penelitian yang melibatkan pertanyaan dan jawaban antara kedua belah pihak. Metode tersebut dilakukan dengan pengambilan sampel responden sebanyak 30 orang dengan cara accidental sampling. Menurut Daengs et al. (2022), accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan memilih responden secara kebetulan atau ditemui pada lokasi penelitian, serta dipandang cocok untuk disajikan sumber data. Prosedur wawancara dilakukan dengan bantuan kuesioner yang diisi secara tidak langsung oleh responden.
4
Kuesioner memuat pertanyaan jenis pengetahuan dan sikap yang masing-masing berjumlah 5 pertanyaan. Pertanyaan yang digunakan merupakan close ended questions, yaitu jawaban pertanyaan telah ditentukan oleh peneliti. Jawaban ditentukan dengan menggunakan skala likert dari 1 sampai 5 (1, sangat tidak setuju;
2, tidak setuju; 3, netral; 4, setuju; 5, sangat setuju). Pertanyaan yang berupa pernyataan yang dijawab oleh responden untuk mengukur pengetahuan dan sikap setelah mengunjungi Hutan Kota Srengseng. Pernyataan tersebut disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Daftar pernyataan pengetahuan dan sikap
No Pengetahuan Sikap
1 Setelah mengunjungi hutan kota,
saya mengetahui apa itu hutan kota Setelah mengunjungi hutan kota, saya termotivasi untuk peduli melestarikan hutan kota
2 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mengetahui fungsi dan manfaat hutan kota
Setelah mengunjungi hutan kota, saya mendukung adanya program pendidikan lingkungan
3 Setelah mengunjungi hutan kota, saya lebih banyak mengenal berbagai jenis pohon
Setelah mengunjungi hutan kota, saya termotivasi mengajak orang lain untuk mengunjungi hutan kota 4 Setelah mengunjungi hutan kota,
saya lebih banyak mengenal berbagai jenis satwa
Setelah mengunjungi hutan kota,
saya lebih menyukai
(belajar/pelaksanaan program kegiatan) di alam daripada di dalam ruangan
5 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mengetahui pentingnya keberadaan hutan kota di kawasan kota
Setelah mengunjungi hutan kota, saya mendukung keberadaan hutan kota
Pertanyaan yang digunakan pada responden merupakan pertanyaan yang telah diuji terlebih dahulu untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan tersebut akurat, konsisten, dan dapat diandalkan. Pengujian yang dilakukan yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Melalui pengujian ini diharapkan data yang dihasilkan dapat berkualitas tinggi dan relevan. Pengujian yang dilakukan tersebut diuraikan di bawah ini.
a. Uji validitas
Uji validitas merupakan pengujian untuk memastikan bahwa pertanyaan yang digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Iba dan Wardhana 2023). Pengujian dilakukan dengan bantuan software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) untuk membuat tabel 2 arah.
Perhitungannya menggunakan selang kepercayaan sebesar 95% atau alfa 5%, sehingga akan didapat perbandingan r tabel dan r hitung. Perbandingan r tabel dan r hitung di tentukan tingkat validitasnya berdasarkan Tabel 2 berikut.
5 Tabel 2 Klasifikasi dalam uji validitas
No. Kategori Tingkat Validitas
1 r hitung > r tabel Valid
2 r hitung < r tabel Tidak valid
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji bahwa pertanyaan yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan (Iba dan Wardhana 2023).
Pengujian dilakukan dengan menghitung koefisien reliabilitasnya. Nilai koefisien tersebut selanjutnya di kategorikan sesuai dengan klasifikasi yang dilakukan oleh Sugiyono (2013).
Tabel 3 Klasifikasi interpretasi koefisien reliabilitas
No Persentase Pencapaian Kriteria
1 0 - 35 Tidak baik
2 36 - 50 Kurang baik
3 51- 65 Cukup
4 66 - 84 Baik
5 85 - 100 Sangat baik
Selain berlandaskan wawancara, pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi lapangan yang dilakukan secara langsung. Observasi lapangan digunakan untuk melihat dan memastikan secara langsung kondisi hutan kota. Beberapa data yang akan dikumpulkan yaitu kondisi fisik dan biologi Hutan Kota Srengseng, fasilitas yang tersedia, jenis vegetasi dan satwa yang ada, serta potensi hutan kota.
Data tersebut dapat didukung dengan cara mengonstruksi dari berbagai sumber yang ditemukan, seperti buku, jurnal dan riset-riset ilmiah yang sudah pernah dilakukan. Melalui pengumpulan observasi tersebut sehingga didapatkan data yang mendukung kajian pada penulisan ini.
2.4 Metode Analisis Data
Praktikum menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel bebas, terikat, dan terkontrol. Variabel bebas berupa kegiatan kunjungan yang dilakukan responden, variabel terikat berupa capaian pengetahuan dan sikap terhadap pendidikan konservasi di hutan kota, serta variabel terkontrol yaitu pertanyaan yang digunakan dalam wawancara. Data tersebut kemudian dianalisis dengan cara deskriptif- kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan melakukan persentase hasil jawaban responden untuk melihat capaian dari setiap pertanyaan yang dilakukan. Melalui analisis sehingga dapat dirumuskan potensi, fungsi-fungsi hutan kota dalam pengembangan pendidikan konservasi, serta perencanaan pendidikan konservasi yang dapat dilakukan di Hutan Kota Srengseng. Hasil tersebut dapat disimpulkan kesesuaian hutan kota sebagai sarana pendidikan konservasi serta perencanaan berkelanjutan yang dapat disarankan untuk mewujudkan hutan kota yang lestari menjadi sumber keanekaragaman hayati.
6
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Fasilitas dan Biodiversitas Pendukung
Observasi langsung yang dilakukan di Hutan Kota Srengseng menunjukkan adanya berbagai fasilitas pendukung yang dapat menunjang aktivitas konservasi dan rekreasi. Keberadaan fasilitas ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan konservasi, juga dalam mendukung kenyamanan pengunjung dan efektivitas kegiatan pembelajaran di lapangan. Fasilitas yang bisa digunakan sebagai sarana dan prasarana yang ada di Hutan Kota Srengseng dijabarkan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Daftar fasilitas yang ada di Hutan Kota Srengseng
No Nama Fasilitas Deskripsi Gambar
1 Area Bermain Area bermain ini berisi berbagai jenis permainan seperti perosotan, alat olahraga, panjat tali, dan lain sebagainya. Terletak di area depan dekat papan selamat datang.
2 Papan Informasi Papan ini berisikan berbagai informasi penunjang seperti penjelasan mengenai hutan kota, sejarah Hutan Kota Srengseng, berbagai jenis vegetasi yang ada. Terletak di berbagai titik.
3 Area Gladiator Area ini berbentuk lingkaran dan berada di tengah kawasan. Cocok untuk dijadikan tempat pemaparan materi
7 Tabel 4 Daftar fasilitas yang ada di Hutan Kota Srengseng (lanjutan)
No Nama Fasilitas Deskripsi Gambar
4 Danau Berada di tengah kawasan.
Merupakan daya tarik untuk aktivitas mancing, juga menarik bagi satwa dan mendukung ekosistem.
5 Jogging track Lintasan pejalan kaki yang bisa digunakan sebagai lintasan lari. Terletak mengelilingi kawasan dengan banyak rute yang bisa dipilih.
6 Tempat Sampah Terbagi menjadi 3 bagian untuk memisahkan sampah berdasarkan sifatnya.
Terdiri dari organik, anorganik, dan B3
Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan komponen penting dalam menunjang kegiatan edukatif di ruang terbuka. Keberadaan area gladiator dan papan informasi menunjukkan bahwa pengelola telah menyediakan sarana yang potensial untuk kegiatan edukasi dan interaksi sosial. Fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk kegiatan pembelajaran luar ruang, meskipun beberapa fasilitas berada dalam kondisi kurang baik seperti area gladiator. Penambahan elemen interpretasi dan papan edukasi berbasis vegetasi dan ekosistem lokal juga perlu ditambahkan meskipun sudah ada beberapa namun belum mencakup keseluruhan kawasan. Papan edukasi dapat memperkuat fungsi kawasan sebagai ruang belajar konservasi.
Melihat dari segi biodiversitas, Hutan Kota Srengseng memiliki potensi hayati yang cukup beragam. Jenis flora yang ditemukan antara lain mahoni (Swietenia macrophylla), tengguli (Cassia fistula), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kapuk randu (Ceiba petandra), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), sonokeling (Dalbergia latifolia), dan lainnya. Sedangkan fauna
8
yang berhasil diamati terdiri dari beberapa jenis burung seperti burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), kadal kebun (Eutropis multifasciata) dan berbagai jenis kupu-kupu. Keanekaragaman jenis flora mencerminkan tingginya nilai ekologis kawasan sebagai sumber materi edukasi botani dan ekosistem hutan kota. Adapun keberadaan aneka fauna menjadi indikasi bahwa kawasan ini cukup mendukung rantai makanan dan ekosistem alami. Jenis-jenis ini dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pengenalan ekosistem tropis, pentingnya keseimbangan ekologis, serta praktik observasi langsung dalam pendidikan lingkungan. Kehadiran vegetasi dan fauna ini mencerminkan ekosistem hutan kota yang relatif seimbang dan berpotensi sebagai lokasi pembelajaran langsung terkait keanekaragaman hayati dan fungsi ekologisnya.
Karakteristik Responden
Sebanyak 30 responden dilibatkan dalam pengisian kuesioner untuk mendapatkan gambaran umum peran Hutan Kota Srengseng dalam pendidikan konservasi dan pengembangannya. Responden yang diwawancarai terdiri atas pengunjung dengan rentang usia dan latar belakang pendidikan yang beragam.
Data distribusi jenis kelamin responden disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase jenis kelamin responden
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 19 63,33
2 Perempuan 11 36,67
Total 30 100
Sebagian besar responden merupakan laki-laki (63,33%), sedangkan responden perempuan berjumlah 36,67%. Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa keterlibatan pengunjung laki-laki dalam aktivitas di Hutan Kota Srengseng masih lebih tinggi dibanding perempuan. Dominasi responden laki- laki dapat mencerminkan pola kunjungan yang mungkin dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang tersedia di kawasan seperti jogging track atau olahraga terbuka. Adapun usia para responden disajikan dalam Tabel 6. Kategori usia mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Basuki (2020).
Tabel 6 Distribusi frekuensi dan persentase usia responden No Kategori Usia Frekuensi Persentase (%)
1 <18 tahun 12 40,00
2 18-40 tahun 17 56,67
3 41-60 tahun 1 3,33
4 >60 tahun 0 0,00
Total 30 100
Kategori usia terbanyak adalah kelompok 18-40 tahun (56,67%), diikuti oleh kelompok <18 tahun (40%). Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas berasal dari kelompok usia remaja hingga dewasa awal, yang secara umum masih berada dalam usia sekolah, kuliah, atau usia produktif. Rentang usia ini relevan untuk dijadikan sasaran kegiatan pendidikan konservasi karena
9 berada pada fase perkembangan wawasan dan pembentukan sikap lingkungan.
Data distribusi pendidikan terakhir responden disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Distribusi frekuensi dan persentase pendidikan terakhir responden
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 SD/sederajat 7 23,33
2 SMP/sederajat 5 16,67
3 SMA/SMK/sederajat 11 36,67
4 Sarjana 7 23,33
Total 30 100
Mayoritas responden berpendidikan SMA/SMK (36,67%), dengan jumlah responden berpendidikan sarjana dan SD masing-masing 23,33%. Data pada Tabel 7 menunjukkan sebagian besar pengunjung memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup untuk memahami materi konservasi dasar. Hal ini menjadi dasar bahwa pendekatan edukatif yang dilakukan di lapangan sebaiknya dirancang dengan bahasa yang sederhana namun informatif, agar dapat diterima oleh berbagai kelompok pendidikan. Data mengenai domisili responden disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Distribusi frekuensi dan persentase domisili responden
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Bekasi 2 6,67
2 Bogor 2 6,67
3 Jerman 1 3,33
4 Jakarta Barat 16 53,33
5 Jakarta Pusat 3 10,00
6 Jakarta Selatan 4 13,33
7 Jakarta Timur 2 6,67
Total 30 100
Sebagian besar responden berdomisili di Jakarta Barat (53,33%), yang merupakan lokasi dari Hutan Kota Srengseng itu sendiri. Responden lainnya berasal dari wilayah sekitarnya seperti Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan bahkan luar negeri (Jerman), menandakan bahwa kawasan ini memiliki daya tarik yang cukup luas. Variasi domisili ini menunjukkan bahwa Hutan Kota Srengseng tidak hanya dikunjungi oleh warga lokal, tetapi juga oleh pengunjung dari luar kota. Kondisi ini mencerminkan adanya aksesibilitas yang baik dan potensi kawasan untuk dijadikan ruang terbuka yang mendukung pembelajaran lintas wilayah. Melalui daya tarik dan keanekaragaman hayati yang ada sangat mungkin untuk Hutan Kota Srengseng dilakukan program pendidikan konservasi.
Skor Pernyataan Pengetahuan dan Sikap
Penilaian terhadap pengetahuan dan sikap responden dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kunjungan ke Hutan Kota Srengseng dapat meningkatkan pemahaman dan membentuk sikap positif terhadap konservasi
10
lingkungan. Setiap responden diminta memberikan penilaian terhadap lima pernyataan pada aspek pengetahuan dan lima pernyataan pada aspek sikap.
Skala penilaian menggunakan lima kategori, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), netral (N), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Data mengenai pengetahuan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil jawaban responden terhadap pernyataan pengetahuan
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mengetahui apa itu hutan kota
0 1 7 11 11
2 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mengetahui fungsi dan manfaat hutan kota
0 0 4 16 10
3 Setelah mengunjungi hutan kota, saya lebih banyak mengenal berbagai jenis pohon
0 2 9 11 8
4 Setelah mengunjungi hutan kota, saya lebih banyak mengenal berbagai jenis satwa
0 2 5 16 7
5 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mengetahui pentingnya keberadaan hutan kota di kawasan kota
0 0 1 9 20
Jumlah 0 5 26 63 56
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik setelah berkunjung ke Hutan Kota Srengseng.
Pernyataan dengan tingkat persetujuan tertinggi adalah pernyataan kelima mengenai pentingnya keberadaan hutan kota, di mana 29 responden menyatakan “setuju” atau “sangat setuju”. Sementara itu, pengetahuan tentang jenis pohon dan satwa menunjukkan persentase netral yang sedikit lebih tinggi, yang dapat mengindikasikan bahwa identifikasi flora dan fauna belum tersampaikan secara maksimal di lapangan. Data mengenai sikap setelah mengunjungi Hutan Kota Srengseng dimuat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil jawaban responden terhadap pernyataan sikap
No Pernyataan STS TS N S SS
1 Setelah mengunjungi hutan kota, saya termotivasi untuk peduli melestarikan hutan kota
1 1 9 5 14
2 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mendukung adanya program pendidikan lingkungan
0 0 2 10 18
3 Setelah mengunjungi hutan kota, saya termotivasi mengajak orang lain untuk mengunjungi hutan kota
0 0 1 9 20
4 Setelah mengunjungi hutan kota, saya lebih menyukai
1 0 9 1 19
11 Tabel 10 Hasil jawaban responden terhadap pernyataan sikap (lanjutan)
No Pernyataan STS TS N S SS
(belajar/pelaksanaan program kegiatan) di alam daripada di dalam ruangan
5 Setelah mengunjungi hutan kota, saya mendukung keberadaan hutan kota
0 0 1 10 19
Jumlah 2 1 22 35 90
Tabel 10 menunjukkan bahwa sikap responden terhadap pentingnya konservasi melalui keberadaan hutan kota tergolong sangat positif. Sebagian besar responden sejumlah 28 menyatakan setuju atau sangat setuju untuk mendukung program pendidikan lingkungan. Selain itu, sebanyak 29 responden mendukung keberadaan hutan kota, serta 29 responden menyatakan keinginan untuk mengajak orang lain berkunjung ke kawasan tersebut. Walaupun terdapat nilai netral yang cukup tinggi pada pernyataan “lebih menyukai belajar di alam daripada di dalam ruangan”, hal ini menunjukkan adanya preferensi yang beragam dalam metode belajar dan dapat menjadi pertimbangan dalam merancang pendekatan pendidikan konservasi yang adaptif.
3.2 Pembahasan
Kondisi Umum Lokasi Hutan Kota Srengseng
Hutan Kota Srengseng mulai dibangun pada tahun 1995 dengan luas saat ini sekitar 10,15 Ha. Memiliki kawasan yang cukup luas untuk ukuran hutan kota dan terdapat danau buatan dengan luas 2 Ha. Akan tetapi, karena adanya pembangunan Jl. Inspeksi Kali Pesanggrahan Barat yang menggunakan lahan Hutan Kota Srengseng, maka luas total Hutan Kota Srengseng berkurang hingga menjadi demikian. Secara administratif Hutan Kota Srengseng terletak di Kelurahan Srengseng, Jakarta Barat tepatnya di Jalan Haji Kelik, dengan koordinat geografis 6º13’12”LS dan 106º49”BT atau -6.208783, 106.764093.
Rata-rata jumlah pengunjung perbulan di Hutan Kota Srengseng yaitu berkisar 946 orang (Angreyani 2023) dengan harga tiket masuk dewasa Rp3.000,00.
Hutan Kota Srengseng saat ini memiliki fungsi dalam menyediakan jasa lanskap yakni sebagai hutan konservasi, penyerap polusi, habitat flora dan fauna, daerah resapan air, pengawetan plasma nutfah, tempat wisata dan aktivitas masyarakat.
Dahulu Hutan Kota Srengseng merupakan tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Menurut Risnandar (2015), seiring dengan perkembangan waktu, tempat ini sudah tidak memungkinkan lagi menjalankan fungsinya sebagai TPA lagi. Oleh karena itu pemerintah DKI Jakarta mengubah fungsinya menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Tempat ini direhabilitasi dengan sistem gali uruk (sanitary landfill). Timbunan sampah yang terkumpul di urug dan ditutup dengan lapisan tanah. Konon, metode ini meniru apa yang dilakukan Kota Seoul, Korea Selatan. Kota itu berhasil menyulap tempat pembuangan sampah menjadi taman hijau yang bernama World Cup Park. Hutan Kota
12
Srengseng ini ditetapkan sebagai hutan kota lewat Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 202 tahun 1995. Melalui surat keputusan tersebut kawasan Hutan Kota Srengseng ini difungsikan sebagai daerah resapan air, pengawetan plasma nutfah, tempat wisata dan aktivitas masyarakat [SKG 1995]. Akan tetapi, pembangunan kawasan sudah dimulai sejak tahun 1993, bahkan persiapannya seperti pembebasan tanah sudah dimulai dari sejak tahun 1986.
Hutan Kota Srengseng ini memiliki biodiversitas keanekaragaman hayati yang relatif tinggi, yakni kaya akan spesies flora dan fauna. Kawasan hutan kota ini memiliki setidaknya terdapat 65 jenis pohon yang mendiami hutan, seperti mahoni, akasia, ketapang, bintaro, lamtoro, flamboyan, jati dan lain sebagainya.
Terdapat 3 spesies pohon yang paling dominan di hutan kota ini di antaranya memiliki 815 pohon mahoni (Swietenia macrophylla), 539 pohon kapuk randu (Ceiba pentandra) , 527 pohon flamboyan (Delonix regia) serta banyak lagi jenis pohon yang ada di hutan kota ini. Selain pohon-pohon bertajuk tinggi, terdapat juga pohon-pohon yang lebih pendek seperti perdu dan tanaman merambat. Pohon-pohon ini membentuk hutan berstrata banyak, yang terdiri dari pohon bertajuk tinggi, pohon menengah, tanaman permukaan tanah dan tanaman merambat. Hampir semua pepohonan tumbuh atas campur tangan manusia, alias sengaja ditanam. Menurut Lubis et al. (2013), Hutan Kota Srengseng dinilai cukup efektif menyerap gas karbon dioksida (CO2) dari atmosfer kota. Daya serapnya mencapai 88,15 ton CO2 per hektar. Jumlah cadangan karbon yang disimpan di hutan ini mencapai 24,04 ton per hektar.
Pohon-pohon di kawasan ini terdiri dari pohon buah dan bunga yang bisa mendatangkan serangga. Sehingga mengundang kawanan burung untuk tinggal dan menetap.
Selain pepohonan, Hutan Kota Srengseng juga menjadi habitat berbagai satwa liar, di antaranya jenis burung dan reptil seperti katak (Polypedates leucomystax), kadal (Eutropis multifasciata), raja udang meninting (Alcedo meninting), burung gereja eurasia (Passer montanus),walet linchi (Collocalia linchi), cipoh kacat (Aegithina tiphia), bondol peking (Lonchura punctulata), merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier) serta terdapat juga jenis kupu-kupu diantaranya kupu-kupu kuning (Eurema hecabe) dan kupu-kupu (Catopsilia pomona). Kawasan ini menyediakan fasilitas berupa area bermain berupa lapangan terbuka dan playground , area gladiator, danau, papan informasi, jogging track, tempat sampah, kantin, dan mushola. Objek wisata yang ditawarkan yakni berupa tempat foto di kawasan tersebut serta terdapat danau menjadi salah satu alasan pengunjung untuk memancing ikan di danau tersebut.
Potensi dan Peran Hutan Kota Srengseng dalam Pendidikan Konservasi Hutan Kota Srengseng merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan sebagai pusat pendidikan konservasi di wilayah perkotaan. Pendidikan konservasi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati (Purmadi et al. 2020). Letak hutan kota Srengseng strategis di tengah kota menjadikannya mudah diakses oleh masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga komunitas pecinta lingkungan. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki berbagai fasilitas pendukung yang mampu menunjang
13 kegiatan konservasi dan edukasi. Pengembangan sebuah wisata pendidikan lingkungan membutuhkan fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dalam memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam (Masyono dan Suhada 2015). Fasilitas seperti area bermain, saung, dan area gladiator dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi dalam kegiatan luar ruangan, yang sangat penting dalam pembelajaran berbasis pengalaman langsung. Adanya jogging track juga dapat difungsikan sebagai jalur interpretasi yang memperkenalkan berbagai jenis flora dan fauna kepada pengunjung sambil berjalan menyusuri kawasan. Mushola, toilet, serta area parkir mendukung kenyamanan dan aksesibilitas bagi pengunjung, sehingga kawasan ini siap menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan edukatif secara berkelanjutan. Keberadaan papan informasi juga menjadi sarana edukasi pasif yang penting untuk mengenalkan spesies-spesies lokal yang ada di kawasan ini, serta menyampaikan pesan-pesan konservasi.
Potensi lain yang menonjol dari Hutan Kota Srengseng adalah keanekaragaman hayatinya. Dari segi flora, kawasan ini dihuni oleh berbagai jenis pohon yang memiliki nilai ekologis tinggi dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan pelestarian vegetasi di wilayah perkotaan. Beberapa jenis pohon yang ditemukan antara lain mahoni (Swietenia macrophylla), trembesi (Samanea saman), ketapang kencana (Terminalia mantaly), tabebuya (Tabebuia sp.), bungur (Lagerstroemia speciosa), dan flamboyan (Delonix regia). Keberadaan pohon-pohon ini tidak hanya memberikan fungsi ekologis seperti penyerap karbon dan peneduh, tetapi juga menjadi bahan edukasi penting mengenai struktur tumbuhan, adaptasi tanaman di lingkungan kota, serta peranannya dalam menjaga kualitas udara. Dari segi fauna, meskipun berada di kawasan perkotaan, Hutan Kota Srengseng masih menjadi habitat bagi beberapa jenis satwa liar seperti burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung gereja (Passer domesticus), tupai (Callosciurus notatus), dan kupu- kupu. Keberadaan fauna tersebut menunjukkan bahwa kawasan memiliki ekosistem yang masih cukup mendukung untuk kehidupan satwa kecil. Hal tersebut menjadi peluang besar untuk mengembangkan program pendidikan mengenai keanekaragaman hayati di Hutan Kota Srengseng.
Kombinasi antara infrastruktur pendukung dan kekayaan biodiversitas tersebut, Hutan Kota Srengseng sangat potensial untuk dikembangkan menjadi wisata pendidikan konservasi. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan konservasi tercermin melalui keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan (Mardiansyah dan Santika 2020). Kegiatan-kegiatan seperti pengamatan keanekaragaman hayati, pengenalan jenis tumbuhan, hingga praktik pengelolaan sampah berbasis lingkungan dapat dilakukan di kawasan ini. Selain itu, kawasan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan bagi komunitas atau sekolah yang ingin mengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam kurikulumnya. Menurut penelitian Saroyo et al. (2022), program pendidikan konservasi yang ditujukan kepada siswa sekolah dasar mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Potensi ini perlu dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan melalui kerja sama antara pengelola, pemerintah daerah, institusi pendidikan, dan komunitas lokal agar Hutan Kota Srengseng tidak hanya
14
menjadi ruang hijau pasif, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan penyadaran lingkungan hidup yang aktif dan inklusif bagi masyarakat kota.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Hutan Kota Srengseng memiliki peran nyata dalam mendukung pendidikan konservasi. Hal tersebut terlihat dari perubahan pengetahuan dan sikap pengunjung setelah melakukan kunjungan ke kawasan tersebut. Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka menjadi lebih memahami apa itu hutan kota, fungsinya, serta mengenal berbagai jenis pohon dan satwa yang ada. Lebih penting lagi, banyak responden yang menyadari pentingnya keberadaan hutan kota di wilayah perkotaan. Selain peningkatan pengetahuan, aspek sikap juga menunjukkan hasil positif.
Pengunjung merasa lebih termotivasi untuk peduli terhadap pelestarian hutan kota, mendukung adanya program pendidikan lingkungan, hingga merasa lebih senang melakukan kegiatan di alam terbuka dibandingkan di dalam ruangan.
Temuan ini menegaskan bahwa kunjungan ke Hutan Kota Srengseng tidak hanya bersifat rekreatif, tetapi juga edukatif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Hutan Kota Srengseng berperan penting sebagai ruang pembelajaran lingkungan yang efektif, yang mampu membangun kesadaran dan sikap positif masyarakat terhadap isu konservasi.
Faktor yang Mempengaruhi Peran Hutan Srengseng dalam Pendidikan Konservasi
Upaya untuk Meningkatkan Peran Hutan Kota Srengseng dalam Pendidikan Konservasi
Hutan Kota Srengseng sudah cocok untuk menjadi lokasi pendidikan konservasi, di mana sudah tersedianya banyak jenis tumbuhan, hewan, serta fasilitas yang menunjang berlangsungnya program pendidikan konservasi.
Gladiator yang besar dan teduh, saung, dan area bermain cocok sebagai titik kumpul untuk belajar dan berdiskusi. Adanya jogging track yang mengelilingi hutan kota sehingga memudahkan pengunjung mengamati lingkungan sekitar dan menjadi jalur interpretasi sekaligus menikmati. Papan informasi mengenai jenis-jenis pohon di berbagai titik. Danau luas yang menjadi sumber air bagi para satwa sehingga di Hutan Kota Srengseng ini pula akan kaya berbagai jenis satwa yang berpotensi menjadi bahan pendidikan konservasi. Terdapat juga mushola, toilet, serta area parkir mendukung kenyamanan dan aksesibilitas bagi pengunjung, sehingga Hutan Kota Srengseng memiliki potensi besar untuk diadakan program pendidikan konservasi secara berkelanjutan.
Kegiatan-kegiatan seperti pengamatan keanekaragaman hayati, pengenalan jenis tumbuhan, hingga praktik pengelolaan sampah berbasis lingkungan dapat dilakukan di kawasan Hutan Kota Srengseng. Hutan Kota Srengseng yang dikunjungi masyarakat dengan usia bervariasi, dapat dimanfaatkan sebagai tempat pelatihan komunitas atau sekolah yang ingin mengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam kurikulumnya. Menurut penelitian Saroyo et al. (2022), program pendidikan konservasi yang ditujukan kepada siswa sekolah dasar mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Potensi tersebut perlu dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan melalui kerja sama antara pengelola, pemerintah daerah, institusi pendidikan, dan komunitas lokal agar
15 Hutan Kota Srengseng tidak hanya menjadi ruang hijau pasif, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan penyadaran lingkungan hidup yang aktif dan inklusif bagi masyarakat kota.
Bahan materi yang dapat disampaikan dalam program pendidikan konservasi di antaranya membahas mengenai ekosistem, jenis, dan genetik.
Tentunya menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat mudah dimengerti oleh para pengunjung. Materi tersebut perlu disampaikan agar ilmu yang diberikan dapat efektif dan merangsang kesadaran dan perhatian para pengunjung akan pentingnya konservasi lingkungan. Menurut Kusuma dan Nugraheni (2024), karakter sadar lingkungan mencerminkan sikap proaktif dalam mencegah kerusakan alam sekitar dan berperan aktif dalam upaya pemulihan ekosistem yang rusak. Hal tersebut menunjukkan bahwa program pendidikan konservasi lingkungan dapat meningkatkan kesadaran seseorang terhadap lingkungan hidup.
Pendidikan konservasi berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda yang berupaya menumbuhkan perubahan perilaku, sikap, dan cara pandang mengenai sumber daya alam dan ekosistem (Kusuma dan Nugraheni 2024). Tidak hanya generasi muda, orang dewasa sebagai pendidik juga berperan untuk menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan dengan cara membina dan mengarahkan anak-anaknya untuk mencintai lingkungan (Rahardyan dan Nugraheni 2024). Maka dari itu, diperlukan perencanaan yang tepat mengenai program pendidikan konservasi lingkungan berdasarkan target pengunjung. Perencanaan program dapat dikembangkan pada setiap wilayah sebaran keanekaragaman hayati dengan memperhatikan kondisi habitat, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat lokal serta kebijaksanaan pemerintah pusat dan daerah (Hidayat 2017).
16
IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Hutan Kota Srengseng memiliki potensi yang besar dengan peran strategis dalam pengembangan pendidikan konservasi di wilayah perkotaan. Pengunjung Hutan Kota Srengseng terbukti mendapatkan pengajaran baru setelah berkunjung ke Hutan Kota Srengseng, baik dalam pengetahuan maupun sikap pendidikan konservasi. Hal tersebut didukung dengan adanya keanekaragaman hayati yang meliputi berbagai jenis flora dan fauna yang ada. Selain itu, dukungan fasilitas seperti jogging track, saung, area bermain, dan papan informasi dapat menunjang aktivitas edukatif berbasis pengalaman langsung. Tetapi dalam pengelolaannya masih diperlukan pengembangan untuk meningkatkan perannya sebagai penyedia pendidikan konservasi. Kolaborasi antara pengelola kawasan, institusi pendidikan, komunitas lokal, dan pemerintah menjadi kunci dalam menjadikan Hutan Kota Srengseng sebagai pusat pendidikan konservasi yang aktif, adaptif, dan berdaya guna.
4.2 Saran
Saat ini, Hutan Kota Srengseng masih memerlukan pengembangan yang terencana baik dalam pengelolaan, perawatan, hingga pemanfaatannya. Perlunya optimalisasi peran Hutan Kota Srengseng sebagai pusat pendidikan konservasi dengan merancang program edukatif yang terstruktur dan berkelanjutan.
Pengembangan jalur interpretasi dapat disesuaikan dengan karakteristik pengunjung, tema yang diangkat, dan pemberian informasi yang edukatif serta menarik. Kerja sama dengan komunitas lingkungan dan institusi pendidikan sekitar sangat penting untuk merancang kegiatan pendidikan konservasi yang lebih aktif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Angreyani F, Hasibuan RS dan Sasongko DA. 2023. Persepsi dan motivasi pengunjung terhadap pemanfaatan hutan kota srengseng sebagai objek wisata . Jurnal Nusa Sylva. 23(2):103-109.
Basuki H. 2020. Hubungan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan dengan literasi keuangan pelaku usaha burjo di kawasan Universitas Negeri Semarang [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Berry D. 1976. Preservation of open space and the concept of value. Am J Econ Sociol. 35(2):113-124.
Daengs AGS, Istanti E, Kristiawati I. 2022. Peran timelimenes dalam meningkatkan customer satisfaction, customer loyalty PT. JNE. Jurnal Baruna Horizon.
5(1):1-7.
Hastanto S. 2015. Pemanfaatan hutan kota sebagai bentuk ruang terbuka hijau dalam mendukung fungsi perlindungan lingkungan. Jurnal Kreatif. 1(1):1-13.
Helmi AY, Harianto, Martuni K, Dimmera BG. 2023. Pemanfaatan ruang terbuka hijau dalam meningkatkan kualitas lingkungan Kabupaten Bengkayang.
Jurnal Pengabdian Bukit Pengharapan. 3(2):78-88.
Hidayat NH. 2017. Pengaruh program konservasi hutan kota oleh (Pemerintah dan swasta) dan kepedulian masyarakat terhadap konservasi hutan Kota. Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan. 6(2):16-31.
Iba Z, Wardhana A. 2023. Metode Penelitian. Purbalingga: CV. Eureka Media Aksara.
Kusuma AR, Nugraheni N. 2024. Pendidikan konservasi dalam mengembangkan karakter peduli lingkungan anak sekolah SD Negeri Wonogiri Semarang.
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. 1(10):34-38.
Lubis SH, Arifin HS, Samsoedin I. 2013. Tree carbon stock analysis of urban forest landscape in DKI Jakarta. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.
10(1):1-20.
Manguru GM, Walangitan HD, Sumakud MY. 2023. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota Desa Kuwil, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Agroekoteknologi Terapan. 4(2):381-390.
Masyono SA, Suhada. 2015. Strategi pengembangan sektor kepariwisataan di Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Derivatif . 9(1):129-139.
Maulana R, Riska AS, Kusuma HE. 2021. Fungsi hutan kota: Korespondensi motivasi berkunjung dan kegiatan. Jurnal Lanskap Indonesia. 13(2):54-60.
Paransi SE, Sangkertadi, Wuisang CEV. 2021. Analisis pemanfaatan hutan kota di Kota Kotamobagu. Media Matrasain. 18(2):1-14.
Purmadi RM, Santika DM, Wulandari AS. 2020. Pentingnya pendidikan konservasi untuk menjaga lingkungan hidup: studi kasus di Desa Cidahu, Kabupaten Kuningan. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. 2(4):602–606.
Rahardyan A, Nugraheni N. 2024. Pendidikan konservasi sebagai upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan. Jurnal Ilmiah Multidisiplin. 2(2):172- 177.
18
Risnandar C. 2015 Mei 30. Hutan Kota Srengseng, oase hijau di Jakar Barat. Jurnal Bumi. [diakses 2025 Mei 9]. https://jurnalbumi.com/blog/hutan-kota- srengseng-oase-hijau-di-jakarta-barat/
[SKG] Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 202 tahun 1995. 1995.
Saputra HY, Syah N, Dewata I, Razak A, Diliarosta S, Azhar A, Syafrijon. 2024.
Urbanisasi dan dampaknya terhadap kualitas lingkungan: literatur review.
Jurnal Multidisiplin Ilmu. 2(12):920-926.
Saroyo, Siahaan P, Papu A. 2022. Kegiatan pengabdian telah memberikan perubahan pada pengetahuan dan sikap yang meningkat pada siswa sekolah dasar terhadap pengetahuan dan konservasi satwa endemik Sulawesi di Sulawesi Utara. The Studies of Social Science 4(2):44-52.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1 Pembagian tugas kelompok
No Nama NIM Keterangan
1 Alfian Agustian E3401221014 Pembahasan Faktor yang Mempengaruhi Peran Hutan Srengseng dalam Pendidikan Konservasi
2 Khairul Bazar E3401221018 Pendahuluan, metode, simpulan dan saran, formatting
3 Salma Zahratul H E3401221036 Pembahasan Potensi dan Peran Hutan Kota Srengseng dalam Pendidikan Konservasi
4 Tegarianti Agustina H. E3401221039 Hasil dan interpretasi data 5 Adzikra Bilqis T. E3401221056 Pembahasan Upaya untuk
Meningkatkan Peran Hutan Kota Srengseng dalam Pendidikan Konservasi
6 Mona Aufa Rifqa E3401221063 Pembahasan Kondisi Umum Lokasi Hutan Kota Srengseng Lampiran 2 Daftar hadir observasi lapangan
No Nama NIM Kehadiran
1 Alfian Agustian E3401221014 Hadir
2 Khairul Bazar E3401221018 Hadir
3 Salma Zahratul H E3401221036 Hadir
4 Tegarianti Agustina H. E3401221039 Hadir
5 Adzikra Bilqis T. E3401221056 Hadir
6 Mona Aufa Rifqa E3401221063 Hadir
Lampiran 3 Dokumentasi observasi lapangan Coming soon