• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERAN KHALIFAH ABDURRAHMAN AL-NASHIR DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI CORDOVA SPANYOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PERAN KHALIFAH ABDURRAHMAN AL-NASHIR DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI CORDOVA SPANYOL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

PERAN KHALIFAH ABDURRAHMAN AN-NASHIR DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI CORDOVA SPANYOL

Mila Alvionita1, Ellya Roza2

1,2 Universitas Islam Negeri Sultan SyariF Kasim Riau

Corresponding Author: Mila Alvionita, E-mail: [email protected]

ARTICLE INFO Article history:

Received 30, Agustus, 2023

Revised 5, September, 2023

Accepted 28, September, 2023

ABSTRAK

Tujuan dari artikel ini yaitu untuk mengetahui sejarah serta peranan Khalifah Abdurrahman An-nasir dalam pendidikan Islam di Cordoba, Spanyol. Abdurrahman an- Nasir, atau lebih dikenal dengan Abdurrahman III ini memiliki pengalaman di bidang militer dan menyukai ilmu pengetahuan, sehingga ia dianggap sebagai orang yang kompeten dan cerdas. Dalam artikel ini digunakan penelitian kepustakaan, dimana peneliti memperoleh bahan penelitian berdasarkan literatur yang berbeda-beda dan menggunakan pendekatan kualitatif, karena bahan yang dihasilkan berupa kata-kata atau uraian. Berdasarkan hasil penelitian, Abdurrahman an-Nasir berperan sangat besar dalam perkembangan Pendidikan, pada masanya, ia mendirikan Universitas Cordoba, yang mencakup beragam studi seperti sejarah alam, astronomi, kimia, geografi, matematika, kedokteran, hukum dan filsafat. Lembaga pendidikan ini memiliki perpustakaan universitas dengan ratusan ribu buku. Buku-buku ini disediakan oleh beberapa universitas Islam di negara lain, termasuk Yunani. Dengan dukungan anggaran pendidikan yang cukup besar, buku- buku dari berbagai negara didatangkan ke Spanyol, termasuk buku-buku terjemahan bahasa Arab dari Bagdad dan Yunani.

Kata Kunci: Abdurrahman An-Nashir, Cordova, Spanyol.

How to Cite : Mila Alvionita, Ellya Roza. Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam Di Cordova Spanyol.

TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 7 (2), 185-195

DOI : https://doi/org/10.52266/tadjid.v7i1.1618 Journal Homepage : https://ejournal.iainbima.as.id/index.php/tadjid This is an open acc ess article under the CC BY SA license

: https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

PENDAHULUAN

slam Spanyol meninggalkan peradaban dan kebudayaan yang amat cemerlang dalam sejarah Islam. Ini berfungsi sebagai jembatan bagi ilmu pengetahuan Yunani- Arab untuk mencapai Eropa pada abad ke-12. Ketertarikan terhadap pendidikan, ilmu pengetahuan dan filsafat mulai muncul pada masa pemerintahan penguasa Bani

P-ISSN: 2549-8983 & E-ISSN: 2614-6630 Volume 7, Nomor 2, Oktober, 2023

I

(2)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

Umayyah kelima, Muhammad bin Abd Rahman, yang memerintah pada tahun 832 hingga 886 M. Hal ini didasarkan pada berbagai literatur tentang pendidikan Islam secara umum dan sejarah Islam di Spanyol. pada dua tingkat: pendidikan Kuttab dan pendidikan tinggi.1

Pesatnya perkembangan peradaban Islam di Spanyol didukung oleh Tanah yang subur mendatangkan pendapatan ekonomi yang tinggi, sumber daya alam yang melimpah serta melahirkan banyak pemikir dan ilmuwan. Umat muslim di Spanyol terdiri dari komunitas Arab (di utara dan selatan), al-Muwalladun (orang Spanyol yang masuk Islam), barbar (Muslim dari Afrika Utara), dan al-Shaqaliba (Konstantinopel dan Bulgaria yang direbut Jerman dan dijual sebagai tentara bayaran kepada penguasa Muslim), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang keberadaan Islam. Semua komunitas ini, kecuali komunitas terakhir, secara intelektual terkait dengan lingkungan budaya Andalusia, yang memunculkan ledakan ilmu pengetahuan, sastra, dan perkembangan fisik di Spanyol.2 Sejak Andalusia ditaklukkan oleh kaum muslimin, ada dua jenis pemerintahan yang berlangsung di sana.

Pertama, sistem keamiran, yang dipimpin oleh para wali. Kedua, sistem kekhalifahan, yaitu dipimpin oleh para khalifah. Masa keamiran dimulai sejak tahun 756 M sampai 929 M. Tahun- tahun setelahnya adalah masa kekhalifahan hingga tahun 1031 M.

Pembahasan berikut mem-perkenalkan nama-nama para penguasa muslim di Andalusia, mulai dari masa keamiran sampai masa kekhalifahan.3

Pada tahun 912 hingga 1013 M, Spanyol diperintah oleh pemerintahan yang bergelar Khilafah. Di antara pemerintahan yang memakai gelar ―khalifah‖ adalah Khalifah Abdurrahman III yang menyandang gelar an-Nassir. Penggunaan gelar

―khalifah‖ diawali dengan berita meninggalnya khalifah Bagdad, Daulat Bani Abbas al- Muqtadir yang mana dibunuh oleh para pengawalnya. Oleh sebab itu, dia menggunakan gelar ini dengan asumsi bahwa kekhalifahan sedang kosong. Khalifah yang memerintah pada periode ini adalah Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan terakhir Hisyam II (976-1009 M).

Pada masa ini kemajuan dan kejayaan kaum muslimin sungguh amat luar biasa sehingga mampu menyaingi kejayaan dan kemajuan raja-raja Abbasiyah yang bermarkas di Bagdad. Sehubungan dengan itu, Abdul Rahman an-Nasir mendirikan Universitas Cordoba. Lembaga pendidikan ini terdiri dari berbagai bidang studi seperti sejarah alam, astronomi, matematika, kedokteran, geografi, kimia, hukum, dan filsafat.

Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikannya di universitas ini menerima gelar sarjana dan diploma, yang sangat berharga terutama di akademi Spanyol. Selain itu, universitas ini telah memiliki perpustakaan dengan ratusan ribu buku sejak awal berdirinya. Buku-buku ini ditawarkan oleh beberapa universitas Islam di negara lain dan di Yunani. Dengan dukungan anggaran pendidikan yang cukup besar, buku-buku

1 Miftakhul Muthoharoh, ―Wajah Pendidikan Islam Di Spanyol Pada Masa Daulah Bani Umayyah,‖ TASYRI’: JURNAL TARBIYAH-SYARI’AH ISLAMIYAH 25, no. 2 (2018): Hlm. 71-79.

2 J. Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: AMZAH, 2017).

3 Rizem Aizid, Pesona Baghdad & Andalusia, Ed. Muhammad Ali Fakih, Cet. 1 (Yogyakarta:

Diva Press, 2017).

(3)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

diekspor ke Spanyol dari berbagai negara, termasuk buku-buku terjemahan bahasa Arab dari Bagdad dan Yunani. Sang khalifah juga mengundang para ahli (cendekiawan) di bidang sastra, filsafat, sejarah, musik, dan bidang lainnya ke Cordoba, Spanyol, dan membekali mereka dengan pengajaran intensif.4

Kota Córdoba terletak di Spanyol selatan di sepanjang Sungai Al Wadi Al Kabir. Mausu‘ah al-Mawrid al-Hadistsh mencatat sejarah kota Cordoba. Katanya: ―Kota Cordoba diyakini didirikan oleh bangsa Cordoba dan berada di bawah kendali Kekaisaran Romawi dan Visigoth‖ Kota Cordoba pada tahun 769 M oleh jenderal Islam terkenal Tariq bin Ziyad 93 H/ 711M. Sejak itu, tatanan kehidupan baru dimulai di kota Cordoba, dan sebuah kisah yang sangat penting telah tertulis dalam sejarah peradaban manusia. Bintang Cordoba mulai berkembang menjadi kota peradaban dunia khususnya pada tahun 138 H/759. Ketika Abdurrahman ad-Dakhil (Singa Quraisy) mendirikan negara Umayyah di Andalusia setelah jatuh ke tangan penguasa Abbasiyah di Damaskus.5University of Córdoba menarik siswa tidak hanya dari Spanyol, tetapi juga dari Eropa, Afrika dan Asia. Astronomi, matematika, kedokteran, teologi dan hukum dipelajari di universitas ini. Selain Universitas Córdoba, ada juga Universitas Granada yang tak kalah terkenalnya. Universitas ini didirikan oleh khalifah Nashariya ketujuh yang bernama Yusuf Abu al-Hajjaji. Universitas ini memiliki gerbang singa di kedua sisi gedung.

Sebelumnya telah ada penelitian oleh Miftakul Mutoharo yang berjudul ―Wajah pendidikan Islam di Spanyol pada masa Bani Umayyah. Hal ini menjelaskan bahwa pada masa Keemasan Islam, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting dan mampu menyaingi perkembangan peradaban Islam di Bagdad yang pada saat itu sedang dikuasai oleh Abbasiyah.6 Berdasarkan fenomena yang ada, penulis bermaksud ingin menggali lebih dalam peran khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam pendidikan islam di Cordova Spanyol.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan, dimana peneliti menggunakan literatur yang berbeda-beda untuk memperoleh bahan penelitian, dan data yang diperoleh berupa kata-kata atau uraian, sehingga digunakan pendekatan kualitatif.

Secara definisi, studi kepustakaan adalah suatu karangan ilmiah yang memuat pendapat berbagai ahli mengenai suatu permasalahan, dan pendapat tersebut dianalisis dan dibandingkan untuk ditarik suatu kesimpulan.7 Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini menggambarkan fenomena- fenomena seperti perilaku, cara pandang, motivasi, dan tingkah laku yang dialami subjek penelitian dengan kata-kata dan bahasa dalam konteks alami tertentu dan menggunakan metode yang berbeda untuk memahaminya. Penelitian kualitatif tidak

4 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam , Cet. 1 (Jakarta: KENCANA, 2011).

5 Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Cet. 1 (Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2011).

6 Muthoharoh, ―Wajah Pendidikan Islam Di Spanyol Pada Masa Daulah Bani Umayyah.‖

7 and Datu Mulyono Haryanto A.G, Hartono Ruslijanto, Metode Penulisan Dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar Untuk Mahasiswa (Jakarta: Jakarta EGC, 2000).

(4)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

menggunakan analisis statistik ketika menganalisis data tetapi lebih bersifat deskriptif dan mencakup deskripsi situasi secara rinci, pendapat langsung, dan pandangan dari orang-orang yang berpengalaman. Sikap, keyakinan, gagasan, dokumen, dokumen pelaporan, kutipan arsip dan sejarah, uraian rinci tentang sikap dan perilaku Masyarakat.8

PEMBAHASAN

Biografi Abdurrahman Al-Nashir

Abdurrahman al-Nasir atau Abdurrahman III. Nama lengkapnya adalah Abdul Muttarif Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah Al Marwani. Ibunya adalah seorang pelayan bernama Maria (Marta atau Mazuna). Ia lahir dan besar di Cordoba.

Kakek buyut keenam Abdurrahman al-Nasir adalah Abdurrahman bin Mu'awiyah al- Umawi, seorang yang dikenal sebagai ―Rajawali Quraisy'' yang merupakan pemimpin dinasti Umayyah kedua di Andalusia, adalah seorang otoriter dengan gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman bin Muhammad tumbuh sebagai yatim. Ketika dia berumur 20 hari, pamannya membunuh ayahnya. Peristiwa ini dilaporkan bahwa ayahnya Abdurrahman III ini merupakan pewaris takhta kerajaan Bani Umayyah II Andalusia, sehingga ia harus menyingkirkan adiknya karena tidak menerima keputusan ayahnya, Abdullah demi kekuatan yang akan dia terima di masa depan.9

Abdurrahman al-Nasir dianggap sebagai orang yang kompeten dan cerdas karena memiliki pengalaman luas di bidang militer dan mencintai ilmu pengetahuan.

Karena keterampilan dan kecerdasannya, ia diangkat menjadi Putra Mahkota saat masih remaja. Abdurrahman al-Nasir adalah khalifah Andalusia yang paling berprestasi dan karena itu juga dianggap sebagai negarawan terhebat. Abdurrahman menyandang gelar al-Nasir Ridinira, yang berarti "pemenang" atau "penolong".10

Latar belakang pemerintahan Abdurrahman Al-Nashir

Dengan keahlian dan kewibawaannya, ia berhasil menumpas pemberontakan dan mengembalikan wilayah yang memisahkan diri. Namun, tidak banyak kesulitan dalam menumpas pemberontakan Umar bin Hafshun. Akhirnya pasukan yang diutus Abdurrahman berhasil memusnahkan Umar dan seluruh pendukungnya di tempat persembunyiannya di Pegunungan Bobastro. Pemberontakan terakhir yang dihadapi Abdurrahman III Terjadi di Tholitolia. Baru pada tahun 320 H/932 M ia mampu menaklukkan benteng kota tersebut. Dalam waktu kurang dari 20 tahun, ia berhasil mengintegrasikan kembali seluruh wilayah Spanyol yang memisahkan diri ke dalam wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Sementara itu, pasukan Kristen di Spanyol utara terus mengganggu wilayah Muslim. Maka berangkatlah Abdurrahman III, memimpin

8 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, Kencana, Cet.

4 (Jakarta: KENCANA, 2017).

9 Arip Septialona, ―Perkembangan Islam Di Andalusia Pada Masa Abdurrahman III (an-Nashir Liddinillah, 912-961 M),‖ Tamaddun 4, no. 1 (2016): Hlm. 42-72.

10 Maryono and Riftian Ageng Laksono, ―Kajian Historis Pendidikan Islam Di Cordova,‖ Jurnal Al-Fawa’id : Jurnal Agama Dan Bahasa 11, no. 2 (2021): 18–26, https://doi.org/doi:10.54214/alfawaid.vol11.iss2.162.

(5)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

banyak tentara yang berusaha mengamankan wilayah Islam. Ia berhasil menaklukkan wilayah Kristen di Osma, San Estebano dan seluruh wilayah Kristen di utara.11

Di samping keberhasilannya menaklukkan wilayah Kristen di Spanyol utara. Ia juga mempunyai kemampuan mengamankan wilayah perbatasan luar negeri dan selanjutnya melaksanakan pembangunan di berbagai wilayah. Pengembangan material berfokus pada pembangunan dermaga dan pelabuhan perdagangan. Keberhasilannya dalam pembangunan dan perluasan wilayah berkaitan erat dengan kemunduran yang dialami Bani Abbasiyah di wilayah timur. Abdurrahman Al-Nashir merupakan penguasa Spanyol pertama yang menggunakan gelar Khalifah. Oleh karena itu, pada masa itu terdapat tiga Dinasti Islam yang menyandang gelar Khalifah: Dinasti Abbasiyah di timur dan Dinasti Umayyah Kedua di Spanyol dan ketiga Fatimiyah di Mesir.12

Pada masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman III. Spanyol mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, khususnya di bidang arsitektur. Cordoba konon memiliki 300 gereja, 100 bangunan indah, 13.000 rumah, dan 300 pemandian umum. Nama mulianya dikenal di Konstantinopel, Jerman, Perancis dan Italia.

Faktanya, para gubernur negara-negara tersebut mengirim utusan ke istana Khalifah.

Kapal-kapal yang berkumpul bersama armada Fatima berhasil menaklukkan Laut Mediterania. Kehebatan Abdurrahman III bisa disejajarkan dengan raja-raja India Akbar, Umar bin Khattab dan Harun al-Rasyid. Abdurrahman III bukan hanya penguasa terbesar Spanyol, namun salah satu penguasa terbesar dunia. Sayangnya, tidak semua statistik sejarah mengakui hal ini.13

Córdoba, ibu kota Andalusia, adalah kota paling berbudaya di Eropa dan salah satu dari tiga ibu kota budaya dunia, bersama dengan Konstantinopel dan Bagdad.

Dengan demikian, dalam waktu singkat, Córdoba menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam Barat dan salah satu pusat pertama di Eropa. Perkembangannya sangat ditentukan oleh kehadiran para penguasa dan bangsawan sakti yang berhasil mengkonsolidasikan kekuatan masyarakat Andalusia. Demikian pula keberhasilan politik para pemimpinnya didukung oleh kebijakan para pemimpin lain yang menggagas upaya ilmiah.14

Fakta menunjukkan bahwa upayanya tidak semata-mata ditujukan pada pengelolaan pasukan dan pertempuran saja, namun ia memberikan perhatian yang serius terhadap segala perkara. Oleh sebab itu, pada masanya bangkit kembali peradaban yang amat menakjubkan, diantara peradaban-peradaban lain yang sejenis pada masa itu. An- Nasir mulai membangun struktur administrasi skala besar dan menambah jumlah kementerian. Dia menunjuk seseorang yang bertanggung jawab atas setiap urusan, dan

11 Imam Subchi, Pendidikan Agama Islam : Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2015).

12 Subchi.

13 Abustani Ilyas et al., ―Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Spanyol Dan Sisilia,‖ SEIKAT:

Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan Hukum 1, no. 1 (2022): 134–46, https://doi.org/doi:10.55681/seikat.v1i2.335.

14 Laksono, ―Kajian Historis Pendidikan Islam Di Cordova.‖

(6)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

setiap orang mempunyai pelayanan yang besar dengan banyak sekretaris dan staf administrasi. Di bawah ini adalah beberapa wawasan mengenai aspek terpenting kehidupan beradab pada masanya.15

a) Pembangunan Fisik

Hal paling menonjol yang membedakan aspek pembangunan fisik pada masa Abdurrahman al-Nasir adalah kota yang didirikannya yaitu Madinah Az- Zahra (Kota Az Zahra). Kota Az-Zahra dibangun dengan model arsitektur yang amat maju. Untuk pembangunannya, Abdurrahman an-Nasir mendatangkan material dari Konstantinopel, Bagdad, Eropa dan Tunisia. Wilayah ini dirancang pada tingkat yang berbeda. Penjaga, juru tulis, dan buruh menduduki jabatan lebih rendah, sedangkan menteri dan pejabat menduduki jabatan lebih tinggi.

Lantai atas adalah balai kota dan istana besar Khilafah.

Bukti lainnya adalah perkembangan kota Córdoba yang mengalami perluasan besar-besaran pada masa Abdulrahma an-Nasir. Populasinya adalah 500.000 Muslim. Hasilnya, kota ini menjadi kota terbesar kedua di dunia setelah Bagdad, berpenduduk 2 juta jiwa (saat itu) dan merupakan kota pertama. Al- Maqri juga mengutip perkataan Ibnu Hayyan, ―Sesungguhnya pada masa Ibnu Abi Amir, jumlah masjid sebanyak 1.600 buah dan jumlah pemandian sebanyak 900 buah. Dan beberapa sumber lama menyebutkan bahwa ada 3.877 gereja di Córdoba pada saat itu. Shakanda 18 masjid, 911 toilet, 100.000 rumah, 13.000 rumah pribadi rakyat, lebih dari separuh jumlah itu untuk pemimpin dan orang terdekatnya …..‖

Masjid Córdoba juga merupakan perpanjangan tangan dari rujukan dan simbol keagungan seni arsitektur tinggi. Mihrabnya terbuat dari marmer. Semua ini adalah aspek kebangkitan dunia, dan Córdoba disebut sebagai 'Permata Dunia'.

b) Sisi Perekonomian

Pertanian berkembang sangat pesat. Banyak jenis tanaman dan buah- buahan tumbuh di sini, termasuk gula, zaitun, dan kapas. Sebuah platform khusus juga diciptakan untuk budidaya sutra. Metode drainase dan distribusi air disediakan dan waktu tanam ditentukan menurut musim (metode ini tersebar luas di Eropa). Salah satu minat utamanya adalah eksplorasi emas, perak dan besi. Hal serupa juga terjadi pada penyamakan kulit, pembuatan kapal, dan peralatan pertanian. Begitu pula dengan industri farmasi (obat-obatan). Ia juga mendirikan pasar khusus untuk penyediaan dan pembelian barang-barang ini.

Jadi ada pasar khusus untuk pandai besi dan berburu, dan pasar khusus untuk segala jenis bunga.

c) Sisi Keamanan

Departemen kepolisian adalah salah satu lembaga terpenting yang terlibat dalam tindakan keamanan. Bangunan ini terbagi menjadi dua tingkat sebelum zaman An-Nasir. Keamanan tinggi dan keamanan rendah. Namun setelah tahun

15 Raghib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia , Cet. 1 (Jakarta, 2013).

(7)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

317 H pada masa An-Nasir, karena keadaan darurat, bangunan ini dibagi menjadi tiga bagian. Keamanan Tinggi, Keamanan Sedang, Keamanan Rendah.

Selanjutnya pelataran dipecah menjadi dua bagian pada tahun 325 H. Pada masa jabatan AnNasir sebelumnya, departemen tersebut bertanggung jawab menangani pengaduan dan penipuan, namun kemudian masing-masing departemen memikul tanggung jawabnya masing-masing.

d) Sisi Keilmuan

Pada masa An-Nasir, perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan sangat luar biasa. Dia menaruh perhatian besar pada Perpustakaan Córdoba;

Perpustakaan yang didirikan sebelumnya terus bertambah luasnya dan koleksinya mencapai empat ratus ribu jilid. Dan terjadi pada saat teknologi percetakan tidak ada. Satu-satunya cara untuk menulis ulang buku tersebut adalah dengan tangan, dan itu adalah tugas nasakh (penulis naskah). Jadi kalau ada yang menginginkan sebuah buku hanya perlu menemui nasakh dan memesanya, nasakh kemudian pergi ke Perpustakaan Córdoba dan menulis apapun yang diinginkannya.

Abdurrahman III memimpin Andalusia selama 49 tahun, ia meninggalkan dunia, bertepatan pada Oktober 961 M, atau Ramadhan 350 M pada usia 72 tahun. Setelah kematiannya, keluarganya menemukan selembar kertas yang di atasnya dia menuliskan jumlah hari yang dia anggap sebagai hari tenang tanpa perang. Dia menulis: ―Pada hari ini di tahun ini, di bulan ini, saya tenang (yaitu tidak berkelahi) dan ketika saya menghitung hari-hari tenang, saya menyadari bahwa hanya tinggal 14 hari lagi.16

Siapapun yang pernah membaca atau mendengar uraian di atas akan membayangkan bahwa orang tersebut pasti tidak tahu apa-apa kecuali bagaimana menjalani hidup, mengetahui jalan keagungan dan keutuhan, jalan kemuliaan, dan jalan ketenangan. Siapapun yang memperhatikan watak Abdurrahman an-Nasir, yang memerintah dan memimpin negara selama setengah abad dari tahun 300 M (913 M) hingga 350 M (961 M), pasti akan melihat hal-hal menakjubkan. An-Nasir mempunyai segala kesaktian tersebut tanpa lupa untuk selalu mengingat Tuhan dan selalu kembali kepada-Nya.

Suatu ketika terjadi kekeringan dan kelaparan di Andalusia. An-Nasir pun mengirimkan pesan untuk memanggil al-Qadi Mundzir bin Said untuk memimpin salat Istishqa. Munbi kembali bertanya kepada utusan itu, ―Ya Allah, apa yang telah dilakukan Khalifah kami?‖ Kemudian singa menjawab. Kami belum pernah melihat dia serendah dia sekarang. Dia sendiri, memakai pakaian paling sederhana di dunia. Dia menaruhnya di kepala dan janggutnya. Dia mengakui dosanya sambil berseru, "Ya Tuhan, aku ada di tanganMu." ―Jika Anda adalah hakim yang sempurna, maukah Anda menghukum umat saya karena dosa saya padahal Anda adalah hakim yang paling adil dari semua

16 Septialona, ―Perkembangan Islam Di Andalusia Pada Masa Abdurrahman III (an-Nashir Liddinillah, 912-961 M).‖

(8)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

hakim?! Sang penutur berkata: ―Ketika Mundzir Qadhi mendengar hal ini, wajahnya berseri-seri. Lalu dia berkata, ‗Wahai anakku!‘ Biarkanlah hujan turun, karena Allah telah menurunkan hujan.‖ ―Sebab jika raja bumi rendah hati, pasti Allah akan mengasihani dia.‖ Dan apa yang dikatakannya pun terjadi.

Orang-orang belum keluar dari tempat salatnya, namun hujan turun.17 Perkembangan Pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan

Kelangsungan hidup sebuah kerajaan yang kuat dengan wilayah yang luas setidaknya membutuhkan penyelesaian politik yang mapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang maju. Menurut pernyataan Amir Ali, ketika umat Islam berpengaruh di Spanyol, mereka banyak membangun madrasah untuk menunjang perkembangan pendidikan. Semua madrasah ini tersebar di seluruh wilayah Islam. Untuk lebih mensosialisasikan ilmu pengetahuan, Khalifah Abdurrahman III mendirikan Universitas Cordoba sebagai pusat ilmu pengetahuan dan berusaha merintis penelitian.18

Islam Perkembangan pendidikan dan pendidikan di Spanyol dimulai pada masa Abdurrahman III yang bergelar al-Nasir dan putranya Al-Hakam II (961-976 M). Telah mencapai puncak Kepemimpinan kedua khalifah Bani Umayyah ini yang mana menandai puncak kejayaan umat Islam di Barat. Sebelum dan sesudah periode ini, Spanyol Muslim dianggap tidak mampu memberikan pengaruh politik seperti itu baik di Eropa maupun Afrika.19 Universitas yang didirikan oleh Abdulrahman al-Nashir ini terletak di dalam masjid, dengan asrama, air bersih, dan fasilitas lain untuk siswa dan guru yang menghabiskan biaya 261.537dinar atau sama dengan 2.4 triliun saat ini. Ia juga menawarkan beasiswa untuk studi lebih lanjut bagi siswa Muslim dan non-Muslim.

Sejak berdirinya Universitas Córdoba, berbagai bidang penelitian ilmiah telah berkembang. Bidang Studi yang dipelajari di lembaga-lembaga ini meliputi geografi, astronomi, kimia, sejarah alam, hukum, matematika, kedokteran, dan banyak lagi. Siswa yang menyelesaikan pendidikannya di universitas ini menerima diploma dan gelar sarjana yang sangat dihargai di dunia akademis.20

Universitas Córdoba didirikan oleh Abdurrahman an-Nasir pada tahun 929-961 Masehi. University of Cordoba ini adalah salah satu universitas terbaik di dunia.

Universitas Córdoba dapat bersaing dengan Universitas Al-Azhar di Kairo dan Universitas Nizamiyah di Bagdad, yang menarik banyak mahasiswa dari seluruh dunia untuk belajar di Andalusia. Di antara ulama yang mengajar di Universitas Córdoba adalah ahli tata bahasa Ibnu Qutayba dan ahli bahasa Abu Ali al-Qali. Universitas Córdoba menarik perhatian mahasiswa tidak hanya dari Spanyol tetapi dari seluruh dunia, termasuk Eropa, Afrika dan Asia.Selain ilmu agama dan sosial, Universitas Cordoba juga mengajarkan kedokteran, teologi, astronomi, matematika, filsafat, kimia,

17 As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia , Cet. 1.

18 Robiatul Adawiyah, ―Perkembangan Pendidikan Islam Di Spanyol,‖ Edukasi 3, no. 2 (2013):

315–30.

19 M. Hadi Masruri, ―Membaca Geliat Pendidikan Dan Keilmuan Di Spanyol Islam (Tahun: 756- 1494 M.),‖ J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 4, no. 1 (2017): 56–85, https://doi.org/doi:10.18860/jpai.v4i1.5280.

20 Laksono, ―Kajian Historis Pendidikan Islam Di Cordova.‖

(9)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

dan hukum. Untuk mendukung kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan, Khalifah Abdurrahman al-Nassir juga membangun fasilitas pendukung seperti asrama mahasiswa dan fakultas, yang saat ini menelan biaya sekitar 261,567dinar atau 2,6 triliun saat ini.

Abdurrahman III mengalokasikan sepertiga pendapatan negara setiap tahunnya untuk pemajuan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya. Khalifah al-Naseer juga menawarkan beasiswa kepada pelajar Muslim dan non-Muslim yang ingin melanjutkan studi lebih lanjut. Setiap tahun, universitas Cordova menerima hingga ribuan mahasiswa. Gelar sarjana yang diperoleh memberikan akses bagi lulusan untuk menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Universitas Cordova sering mengadakan pertemuan bagi para akademisi, ruang baca umum, forum pembacaan puisi orisinal, dan penyampaian pidato.21

Pada masa Islam di Spanyol, terdapat dua lembaga formal yang bertugas dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, pertama, Kuttab berfungsi sebagai program utama pengajaran bahasa dan sastra Arab di samping ilmu agama khususnya fiqh untuk memenuhi kebutuhan kegiatan keagamaan sehari-hari. Bahkan, universitas ini juga mengajarkan seni dan musik.

Pertama, bahasa dan sastra Arab. Ketika Islam masuk ke Spanyol, orang-orang Arab pun datang ke daerah tersebut. Dengan berkembangnya Islam, berbagai kelas sosial di Andalusia mulai mempelajari bahasa Arab, mengubah peran bahasa nasional dan menghilangkan batasan agama. Penulis lain yang dikenal sebagai ibn al-Quthiyah adalah Abu Amir Abdullah ibn Shuhaid, yang lahir di Córdoba pada tahun 992 M. Dan masih banyak lagi.

Kedua, fiqih. Secara umum, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Kuttab de Andalucía menerima pelatihan komprehensif dari para profesor dan ahli di bidangnya, yang memungkinkan mereka untuk memahami pengetahuan yang mereka pelajari dengan cepat dan lebih peka terhadap pembelajaran mereka. Mazhab pemikirannya adalah Ziyad ibn dan Abd al-Rahman ibn Ziyad al-Lakhmi pada masa pemerintahan Hisyam I dan Ibnu serta Abd al-Rahman al-Dakhil.memperkenalkan mazhab Maliki adalah Ziyad ibn 'Abd al-Rahman ibn Ziyad al-Lakhmi pada masa Hisyam I dan Ibnu 'Abd al-Rahman al-Dakhil.

Ketiga, seni dan musik. Seni dan musik memainkan peran penting dalam institusi pendidikan Kuttab. Orang-orang Spanyol sangat menyukai musik ketika orang- orang Arab-Islam tiba di Spanyol Islam, seni dan musik Arab dan Latin berkembang secara bersamaan, menciptakan perpaduan Andalusia yang unik. Jenis musik ini dipopulerkan oleh Abu al-Hasan ibn Nafi yang dikenal dengan nama Ziryab, seorang musisi dan penyanyi terkenal yang hidup pada masa Abbasiyah, Harun al-Rasyid, dan membawakan jenis musik Arab ini. Musiknya menyebar dari Andalucia ke Eropa, di mana ia dikenal di seluruh dunia. Selain bahasa dan sastra, musik dan seni juga termasuk mata pelajaran Kuttab. Puisi adalah ekspresi penting kehidupan Spanyol.

21 Nurul Ainiy, ―AbdNurul Ainiyurrahman An-Nashir‘s Role in Advancing Development and The Splendor of Islamic Architecture in Andalusia,‖ JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam 6, no. 1 (2022), https://doi.org/doi:10.30829/juspi.v6i1.11230.

(10)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

Faktanya, puisi Spanyol didasarkan pada model puisi Arab, yang membangkitkan perasaan prajurit dan keinginan sekelompok pejuang Arab. Sekolah yang lebih tinggi disebut universitas, tingkatannya lebih tinggi dari sekolah menengah dan isi kurikulumnya tidak sama dengan yang diajarkan di sekolah Kutap. Kurikulum Universitas Andalusia mencakup semua disiplin ilmu: filsafat, kedokteran, agama, teologi, ilmu alam dan sejarah. Pendidikan tinggi telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat yang dikenal tidak hanya di kawasan Andalusia tetapi juga dunia Timur dan Barat.22 Selain Universitas Córdoba, ada juga Universitas Granada yang kurang terkenal. Universitas ini didirikan oleh Khalifah Nashariya ketujuh Yusuf Abu al-Hajjaji (1333-1354). Universitas ini memiliki gerbang dan patung singa di kedua sisi gedung.

Kurikulum Universitas Granada meliputi pendidikan, kimia, filsafat, hukum, kedokteran, dan astronomi. Sebagian besar siswa adalah guru. Selain itu, mahasiswanya tidak hanya berasal dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.23

PENUTUP

Abdurrahman an-Nasir dianggap sebagai orang yang cakap dan cerdas, karena memiliki pengalaman luas di bidang militer dan mencintai ilmu pengetahuan. Karena keterampilan dan kecerdasannya, ia diangkat menjadi Putra Mahkota saat masih remaja.

Abdulrahman al-Nasir adalah khalifah Andalusia yang paling berprestasi dan karena itu juga dianggap sebagai negarawan terhebat. Abdurrahman menyandang gelar an-Nasir Lidinillah yang berarti ―pemenang‖ atau ―pendukung‖.

Dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan, Córdoba adalah kota yang penting serta merupakan pusat pengembangan pengetahuan di Andalusia. Abdurrahman al-Nasir membangun Universitas Córdoba, mengembangkan perpustakaan, mengundang ulama terkemuka dari Timur, mempekerjakan orang-orang Nasaq untuk menulis dan menyalin buku, menerjemahkan buku ke dalam bahasa Arab, dan banyak hal lainnya. Kecintaannya pada sains membawanya untuk terlibat secara mendalam dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Córdoba, yang menjadikan Córdoba sebagai pusat peradaban Eropa. Universitas Cordoba dapat bersaing dengan Universitas Al- Azhar di Kairo dan Universitas Nizamiyah di Bagdad, serta dapat menarik banyak mahasiswa dari seluruh dunia untuk belajar di Andalusia.

22 Masruri, ―Membaca Geliat Pendidikan Dan Keilmuan Di Spanyol Islam (Tahun: 756-1494 M.).‖

23 Abustani Ilyas et al., ―Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Spanyol Dan Sisilia.‖

(11)

Peran Khalifah Abdurrahman An-Nashir dalam Pendidikan Islam di Cordova Spanyol

DAFTAR PUSTAKA

Abustani Ilyas et al. ―Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Spanyol Dan Sisilia.‖

SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan Hukum 1, no. 1 (2022): 134–46.

https://doi.org/doi:10.55681/seikat.v1i2.335.

Adawiyah, Robiatul. ―Perkembangan Pendidikan Islam Di Spanyol.‖ Edukasi 3, no. 2 (2013): 315–30.

Ainiy, Nurul. ―AbdNurul Ainiyurrahman An-Nashir‘s Role in Advancing Development and The Splendor of Islamic Architecture in Andalusia.‖ JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam 6, no. 1 (2022). https://doi.org/doi:10.30829/juspi.v6i1.11230.

Aizid, Rizem. Pesona Baghdad & Andalusia, Ed. Muhammad Ali Fakih, Cet. 1.

Yogyakarta: Diva Press, 2017.

As-Sirjani, Raghib. Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia , Cet. 1. Jakarta, 2013.

———. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Cet. 1. Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2011.

Haryanto A.G, Hartono Ruslijanto, and Datu Mulyono. Metode Penulisan Dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar Untuk Mahasiswa. Jakarta: Jakarta EGC, 2000.

Laksono, Maryono and Riftian Ageng. ―Kajian Historis Pendidikan Islam Di Cordova.‖

Jurnal Al-Fawa’id : Jurnal Agama Dan Bahasa 11, no. 2 (2021): 18–26.

https://doi.org/doi:10.54214/alfawaid.vol11.iss2.162.

Masruri, M. Hadi. ―Membaca Geliat Pendidikan Dan Keilmuan Di Spanyol Islam (Tahun: 756-1494 M.).‖ J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam 4, no. 1 (2017):

56–85. https://doi.org/doi:10.18860/jpai.v4i1.5280.

Muthoharoh, Miftakhul. ―Wajah Pendidikan Islam Di Spanyol Pada Masa Daulah Bani Umayyah.‖ TASYRI’: JURNAL TARBIYAH-SYARI’AH ISLAMIYAH 25, no. 2 (2018): 71–79.

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam , Cet. 1. Jakarta: KENCANA, 2011.

Pulungan, J. Suyuthi. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH, 2017.

Septialona, Arip. ―Perkembangan Islam Di Andalusia Pada Masa Abdurrahman III (an- Nashir Liddinillah, 912-961 M).‖ Tamaddun 4, no. 1 (2016): 47–72.

Subchi, Imam. Pendidikan Agama Islam : Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT.

Karya Toha Putra, 2015.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, Kencana, Cet. 4. Jakarta: KENCANA, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah Syeikh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar di Indragiri, Dalam perkembangan Islam di Indragiri, pada tahun 1327 H pada

Pada periode 755-912 M inilah Islam di Andalusia (Spanyol) memberi pengaruh yang besar dalam kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan di Eropa, baik dari segi

Spanyol pulalah yang menjadi gerbang utama masuknya Islam ke dunia Barat dan kemudian membangkitkan Barat dari dunia kegelapan dan mengantakan Eropa pada masa Renaissance

Kompetensi Dasar Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran manfaat perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan.  Menyajikan

Hasil dari penelitian ini adalah Syeikh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar di Indragiri, Dalam perkembangan Islam di Indragiri, pada tahun 1327 H pada

Peradaban Islam pada Masa Khilafah Al-Rasyidah DOI: 10.35706/azzakiy.v1i01.9949 Umar ibn Khattab sangat mahir pada bidang penentuan hukum, dia sangat pintar dalam penataan lembaga

Peradaban Islam dalam konteks Malaysia Persoalan pembangunan peradaban Islam di Malaysia pada masa depan merupakan satu wacana yang menjelaskan tentang hubung kait antara teori dan

Kesimpulannya, masa Umayyah dan Abbasiyah merupakan periode penting dalam sejarah peradaban Islam yang membawa dampak besar pada perkembangan ilmu dan budaya di seluruh dunia... DAFTAR