• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN REMAJA DI DESA TANAH REKAH ESTATE D7 KABUPATEN MUKOMUKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN REMAJA DI DESA TANAH REKAH ESTATE D7 KABUPATEN MUKOMUKO "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN REMAJA DI DESA TANAH REKAH ESTATE D7 KABUPATEN MUKOMUKO

By:

Oleh:

Riri Novita Sari*

Dra. Marwisni Hasan M.Pd Kons.**

Gusneli, S.S., M.Pd***

*Student

** lecturers

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

Background of this research there are role of parents do not optimal in helping development of teenagers. The purpose of this research is to know role of parents in helping development of teenagers, such as cognitive development, social development, emotional development of teenagers in Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko. Design of this research is descriptive quantitative. Population of this research is all of teenagers who there are in Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko. Tecnique of sampling by doing total sampling. Total of sample in this research is 34 teenagers. The data in this research to get by way of questionnaires, and data processing by using percentage technique. Based on the result of this research and data analysis which done, finding of this research that role of parents in helping development of teenagers to exist in very good category. Cognitive development to exist in very good category. Social development to exist in good category. Emotional development to exist in very good category. Based on the finding of this research the writer to recommend how to improve more knowledge in the development of teenagers and to people hope in helping development of teenagers in their development so that not be involved in time period of their development so that get carry out the function of development very well.

Keyword: role of parents, development of teenagers.

Pendahuluan

Masa remaja adalah fase yang relatif kompleks. Ia terkait erat dengan kondisi kultural yang dominan dalam lingkungan sosial di mana ia hidup dan tinggal. Kondisi ini pula yang menjadikan masa remaja memiliki bentuk dan corak yang bervariasi dari satu negara dengan negara lain sesuai dengan kebudayaan yang ada dan tradisi yang berlaku. Selain faktor budaya dan tradisi, bentuk dan corak ini juga tergantung pada kondisi masing-masing individu.

Alhasil, masa remaja masing-masing orang berbeda satu sama lain, kendati mereka hidup dalam satu negara dengan tradisi yang sama sekalipun.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju kearah kedewasaan. Kalau digolongkan sebagai anak-anak sudah tidak sesuai lagi, tetapi bila

digolongkan dengan orang dewasa juga belum sesuai. Kathryn dan David (2010:49) menjelaskan “Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda menghadapi berbagai pengalaman baru.

Berbagai lingkungan tempat mereka bergerak di dalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru dan tidak terduga yang memerlukan respon yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan.”

Sumanto (2014:27) mengemukakan beberapa aspek perkembangan yaitu:

a. Perkembangan Fisik (motorik) Perkembangan fisik meliputi penambahan tinggi dan berat badan, peningkatan kemampuan psikomotorik, pertumbuhan otot-otot dan lemak tubuh.

b. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan suatu kompleksi suasana yang mempengaruhi perasaan/

(3)

pikiran yang ditandai oleh perubahan biologis dan muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.

c. Perkembangan Struktur Kognitif Perkembangan kognitif dipandang sebagai suatu perubahan dari suatu keadaan seimbang ke dalam keseimbangan baru.

d. Perkembangan Kognitif

Berbeda dengan perkembangan struktur kognitif, perkembangan kognitif oleh piaget dibagi menjadi empat fase, yaitu:

1) Fase sensorimotor (0-2 tahun) 2) Fase pre-operational (2 tahun-6

tahun)

3) Fase concrete operational (7 tahun- 11 tahun)

4) Fase formal operational (12 tahun- dan seterusnya)

e. Perkembangan Psikoseksual

Perkembangan kepribadian meliputi lima tahap yang disebut tahap perkembangan psikoseksual, yaitu:

1) Tahap oral ( lahir sampai dengan 0 sanpai dengan 12-18 bulan) 2) Tahap anal (usia 12-18 bulan-3

tahun)

3) Tahap phallic (3-6 tahun) 4) Tahap latency (6 tahun-pubertas) 5) Tahap genital (pubertas-masa

dewasa atau 20 tahun ke atas) f. Perkembangan Psikososial

Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemamuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.

g. Perkembangan Moral

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moral yang diungkapkan.

Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar tingkah laku anak selanjutnya. Apabila orang tua sengaja tidak mengajari anak- anaknya nilai-nilai moral maka anak akan beranggapan bahwa nilai-nilai itu tidak penting. Menurut Ahmadi dan Uhbiyati, 1991 (Sadulloh 2011:3) “Mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.” Selain itu, Dewantara (Sadulloh 2011:3) juga

mengemukakan bahwa “Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya.”

Peran orang tua merupakan sikap orang tua berinteraksi dengan anak-anaknya, serta perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik remaja dalam kesehariannya. Didikan yang diterapkan oleh orang tua tercermin dalam perilaku yang dimunculkan oleh remaja, dan juga tergambar pada pemenuhan kebutuhan remaja seperti kebutuhan untuk mendapatkan status, kemandirian, perasaan sukses, diakrabi dan filsafat hidup. Peran orang tua dalam mendidik anak dalam masa remaja sangat penting dalam mengembangkan aspek yang ada di dalam diri remaja.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 11 sampai 20 Desember 2014 terhadap remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko, dilihat dari perkembangan kognitif dapat diketahui bahwa masih banyak remaja yang menggunakan waktu belajar untuk bermain bersama teman- temannya, dilihat dari perkembangan sosial ada remaja yang suka kebut-kebutan di jalan raya, dilihat dari perkembangan emosi ada remaja yang berbicara dengan nada tinggi kepada orangtuanya, pergi tanpa pamit kepada orangtua, menghindar saat dinasehati oleh orangtua,

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2015 dengan beberapa orang tua remaja di Desa Tanah Rekah Estate dilihat dari perkembangan kognitif ada remaja yang waktu belajarnya kurang dikontrol oleh orangtua, fasilitas belajar belum tercukupi oleh orangtua, nilai rapornya merosot karena lebih memilih bermain dengan teman daripada belajar.

Dilihat dari perkembangan sosial ada remaja yang terpengaruh teman sebaya sehingga sulit dikontrol oleh orangtua, sering main di warung setelah sholat magrib, ada remaja yang keluar lewat jam 10 malam. Dilihat dari perkembangan emosi ada remaja yang

(4)

berbicara dengan nada tinggi kepada orang tua, ada orang tua yang membiarkan remaja marah-marah kepada orang lain

.

Melihat dari kenyataan yang ada maka peneliti tertarik untuk mengungkap permasalahan yang ada, melalui suatu penelitian yang berjudul “Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko”.

Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Peran orang tua dalam membantu perkembangan kognitif remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko.

2. Peran orang tua dalam membantu perkembangan sosial remaja di Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko.

3. Peran orang tua dalam membantu perkembangan emosi remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan terdahulu, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana peran orang tua membantu perkembangan kognitif, sosial, dan emosi remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko?”

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2013: 234) “Penelitian deskriftif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.” Menurut Margono (2010: 105) “Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.” Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel. Teknik total sampling ini digunakan jika populasi kurang

dari 100 orang. Jadi untuk sampel dalam penelitian ini peneliti mengambil semua populasi untuk dijadikan sampel yaitu sebanyak 34 orang.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Burhan Bungin (2011:131) “Data interval adalah data yang punya ruas atau interval, jarak yang berdekatan dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai rata-rata, bilangan kelipatan atau nilai lainnya yang disepakati. Misalnya, dalam mengklasifikasi kelompok.” Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan data yaitu angket.

Agar pengumpulan data berjalan dengan lancar maka peneliti menjalankan prosedur sebagai berikut:

1. Peneliti membaca berbagi sumber untuk menguatkan kajian teori sehingga memudahkan peneliti dalam mengembangkan instrumen penelitian.

2. Penyusunan kisi-kisi angket, terlebih dahulu ditetapkan variabel, kemudian menjadi sub variabel, setelah itu menjadi beberapa indikator.

3. Untuk menguji validitas alat pengumpulan data atau instrumen, maka dilakukan judge oleh 3 orang dosen Prodi BK STKIP PGRI Padang.

4. Setelah di judge, peneliti melakukan rekapitulasi untuk memastikan item yang terbuang dan item yang dipakai dalam penelitian.

5. Validitas dan Uji Reliabilitas

6. Selanjutnya memberikan angket kepada responden yang menjadi subjek penelitian.

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui angket. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat pengolahan berdasarkan pernyataan penelitian.

3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan.

4. Perumusan kriterium sturgess

(5)

Menurut Sturgess (Mangkuatmodjo, 2003: 38) mencari interval skor sebagai berikut:

Skor Tertinggi-Skor Terendah i =

Alternatif jawaban

5. Menghitung persentase masing-masing frekuensi yang diperoleh, dengan menggunakan teknik analisis persentase yang dikemukakan oleh Sudjana (2001:

50) sebagai berikut:

f P = x100 N Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi N = Jumlah sampel

100= Bilangan tetap

6. Rekapitulasi hasil penelitian dilihat dari capaian responden berdasarkan indikator dengan distribusi tabulasi interval persentase sebagai berikut:

a) ≥ 202 : Sangat Baik b) 164 – 201 : Baik c) 126 – 163 : Cukup Baik d) 88 – 125 : Kurang Baik e) ≤ 87 : Sangat Kurang Baik Hasil dan Pembahasan

1. Peran orang tua dalam perkembangan kognitif remaja

Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan kognitif adalah 12 orang (35,30%) yang peran orang tua nya berada pada kategori sangat baik, sebanyak 11 orang (32,35%) berada pada kategori baik, dan sebanyak 11 orang (32,35%) berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan kognitif berada pada kategori sangat baik yakni 12 orang dengan persentase 35,30% dan frekuensi terendah berada pada kategori cukup baik yakni 11 orang 32,35%.

Dilihat dari indikator kemampuan berpikir, peran orang tua dalam membantu

perkembangan remaja terdapat 23 orang (67,65%) yang peran orang tua nya berada pada kategori sangat baik, sebanyak 7 orang (20,59%) berada pada kategori baik, sebanyak 3 orang (8,82%) berada pada kategori cukup baik, dan sebanyak 1 orang (2,94%) berada pada kategori kurang baik.

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan kognitif pada kemampuan berpikir berada pada kategori sangat baik yakni 23 orang dengan persentase 67,65% dan frekuensi terendah berada pada kategori kurang baik yakni 1 orang dengan persentase 2,94%.

Peran orang tua dalam perkembangan kognitif pada kemampuan berpikir remaja berada pada kategori sangat baik, namun ada juga yang berada pada kategori kurang baik yaitu 1 orang. Kemampuan berpikir remaja ini jika dikembangkan oleh orang tua maka akan membantu remaja dalam proses pendidikannya, namun jika tidak dikembangkan oleh orang tua maka membawa pengaruh negatif pada kemampuan berpikir anak tersebut. Piaget (Ali dan Asrori, 2014:26) mengatakan bahwa kecerdasan adalah faktor bawaan, yang berarti manusia tinggal menerima perbedaan-perbedaan yang ada. Pandangan sesperti ini dianggap akan membawa pengaruh kurang positif atau bahkan negatif terhadap proses pendidikan dan upaya kemampuan berpikir anak.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum peran orang tua dalam perkembangan kognitif dilihat dari kemampuan berpikir berada pada kategori sangat baik namun masih ada orang tua yang perannya berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Hal tersebut mengungkapkan bahwa tidak semua orang tua dapat menjalankan perannya dengan sangat baik dan baik pada setiap aspek perkembangan remaja apalagi pada perkembangan kognitifnya walaupun

(6)

keluarga adalah pendidik utama dalam masa perkembangan remaja tersebut namun remaja juga dapat belajar di sekolah dalam hal pendidikannya.

2. Peran orang tua dalam perkembangan sosial remaja

Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan sosial adalah 14 orang (41,18%) yang peran orang tua nya berada pada kategori sangat baik, sebanyak 18 orang (52,94%) berada pada kategori baik dan sebanyak 2 orang (5,88%) berada pada kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi mengenai peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan Sosial berada pada kategori baik yakni 18 orang dengan persentase 52,94% dan frekuensi terendah berada pada kategori cukup baik yakni 2 orang dengan persentase 5,88%.

Dilihat dari indikator cara bereaksi, adalah 20 orang (58,83%) yang peran orang tua nya berada pada kategori sangat baik, sebanyak 9 orang (26,47%) berada pada kategori baik, lalu sebanyak 4 orang (11,76%) berada pada kateogri cukup baik, dan sebanyak 1 orang (2,94%) berada pada kategori kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan sosial pada cara bereaksi berada pada kategori sangat baik yakni 20 orang dengan persentase 58,83% dan frekuensi terendah berada pada kategori kurang baik yakni 1 orang dengan persentase 2,94%.

Peran orang tua dalam perkembangan sosial pada cara bereaksi berada pada kategori sangat baik, namun ada juga yang berada pada kategori kurang baik yaitu 1 orang. Cara bereaksi remaja ini jika dikembangkan oleh orang tua maka remaja akan memahami cara-cara bereaksi terhadap orang yang ada di lingkungannya dengan

baik, namun jika tidak dikembangkan oleh orang tua maka remaja akan sulit memahami bagaimana reaksi yang baik terhadap orang yang ada di lingkungan sekitar. Helmawati (2014: 48) sejak dini ketika berkomunikasi hendaknya anak mulai diajarkan untuk mampu mendengarkan, menghargai, dan menghormati orang lain, serta peduli dengan lingkungan sekitar.

Anak hendaknya diajarkan untuk bersikap jujur, saling membantu, saling menyayangi, dan bertanggung jawab

.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum peran orang tua dalam perkembangan sosial dilihat dari cara bereaksi berada pada kategori sangat baik dan baik namun masih ada orang tua yang perannya berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik.

Hal tersebut mengungkapkan bahwa tidak semua orang tua dapat menjalankan perannya dengan sangat baik dan baik pada setiap pada perkembangan sosial remaja karena ketika remaja telah memasuki sekolah menengah mereka lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan dan teman sebayanya.

3. Peran orang tua dalam perkembangan emosi remaja

Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan emosi adalah 16 orang (47,06%) yang peran orang tua nya berada pada kategori sangat baik, sebanyak 7 orang (20,59%) berada pada kategori baik, dan sebanyak 11 orang (32,35%) berada pada kategori cukup baik.

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi mengenai peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan emosi berada pada kategori sangat baik yakni sebanyak 16 orang dengan persentase 47,06% dan frekuensi terendah berada pada kategori baik yakni sebanyak 7 orang dengan persentase 20,59%.

(7)

Dilihat dari indikator amarah, terdapat 18 orang (52,94%) yang peran orang tua nya berada pada kategori sangat baik, sebanyak 6 orang (17,65%) berada pada kategori baik, sebanyak 3 orang (8,82%) berada pada kategori cukup baik, lalu sebanyak 6 orang (17,65%) berada pada kategori kurang baik, dan sebanyak 1 orang (2,94%) berada pada kategori sangat kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja di Desa Tanah Rekah Estate D7 Kabupaten Mukomuko dilihat dari peran orang tua dalam perkembangan Emosi pada amarah berada pada kategori sangat baik yakni sebanyak 18 orang dengan persentase 52,94% dan frekuensi terendah berada pada kategori sangat kurang baik yakni sebanyak 1 orang dengan persentase 2,94%.

Peran orang tua dalam perkembangan emosi remaja pada amarah berada pada kategori sangat baik, namun ada juga yang berada pada kategori sangat kurang baik yaitu 1 orang. Hal ini mengungkapkan bahwa masih ada orang tua yang perannya sangat baik dalam perkembangan emosi pada amarah remaja. Perkembangan emosi ini jika dikembangkan oleh orang tua maka remaja akan mampu mengontrol amarahnya kepada orang lain, namun jika tidak dikembangkan oleh orang tua maka remaja akan meluapkan amarahnya kepada orang lain ketika keinginannya tidak terpenuhi. Ali dan Asrori (2014:69) mengatakan bahwa pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih.

Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum peran orang tua dalam perkembangan emosi dilihat dari amarah, berada pada kategori sangat baik namun masih ada orang

tua yang perannya berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik yaitu pada amarah, kesedihan, cinta dan malu. Hal tersebut mengungkapkan bahwa tidak semua orang tua dapat menjalankan perannya dengan sangat baik pada perkembangan emosi remaja karena masih ada juga orang tua yang belum bisa memahami perasaan remaja seutuhnya dan apa yang diinginkan oleh remaja tersebut.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti peroleh dari penelitian yang dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja pada perkembangan kognitif berada pada kategori sangat baik.

2. Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja pada perkembangan sosial berada pada kategori baik.

3. Peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja pada perkembangan emosi berada pada kategori sangat baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Remaja

Diharapkan untuk menghargai aturan- aturan yang dibuat oleh orang tua karena yang dilakukan oleh orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya. Dan remajapun membutuhkan peran orang tua agar dapat menjalani masa perkembangan yang baik menuju masa dewasa yang lebih baik.

2. Orang tua

Diharapkan lebih meningkatkan lagi perannya dalam membantu perkembangan remaja. Dan untuk orang tua yang perannya kurang baik dan sangat kurang baik untuk dapat menjalankan peran peran sebagai pendidik utama dan pertama dalam masa perkembangan remaja agar remaja dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya dengan baik.

(8)

3. Masyarakat

Diharapkan ikut serta membantu perkembangan remaja dengan menjalin hubungan sosial yang baik serta dapat mengarahkan, ikut memberi perhatian serta memberikan contoh positif terhadap remaja.

4. Peneliti selanjutnya, untuk mengadakan penelitian tentang peran orang tua dalam membantu perkembangan remaja dengan variabel yang berbeda.

Kepustakaan

Ali dan Asrori. (2011). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta. PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Helmawati. (2014). Pendidikan Keluarga.

Bandung. Remaja Rosdakarya.

Kathryn dan David. (2011). Konseling Remaja. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Margono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sadulloh. (2011). Pedagogik. Bandung.

Alfabeta.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika.

Bandung. Tarsito.

Sumanto. 2014. Psikologi Perkembangan.

Jakarta. Buku Seru.

Soegyarto, Mangkuatmodjo. (2003).

Pengantar Statistik. Jakarta. Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Analysis using SEM (AMOS) shows several findings: compensation fairness affects psychological meaningfulness; fairness compensation has no effect on