1
PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA
ARTIKEL
Oleh
DESI FATMAWATI NPM : 11060082
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2015
PARENT ROLE IN CHARACTER BUILDING OF TEENAGER
By:
Desi Fatmawati *
Dr. Yuzarion Zubir, S.Ag., S.Psi., M.Si **
Joni Adison S.Pd.I., M.Pd **
* Student
**lecturers
Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
The research was based by the parent who do not give a care, enthusiasm and motivation to teenager who not interest in the study. The purpose of this research was to describe: (1) Parent role in character building of teenager to get easy in adaptation, (2) parent role in character building of teenager to get achievement, (3) )Parent role in character building of teenager to be patient, (4) Parent role in character building to sensitive teenager, (5) Parent role in character building of teenager to be diligent and (6) Parent role in character building of teenager to be careful. The type of the research was descriptive quantitative. The population of this research was 84 parent. The data analysis technique was using total sampling technique. The number of sample was 84 parent.
The data analysis technique was percentage technique. The result shown that: (1) Parent role in character building overall has been in good criteria, (2) Parent role in character building of teenager was easy to have adaptation has been in good enough, (3) Parent role in character building teenager to get achievement has been in not good category,(4) Parent role in character building of teenager to be patient was in good enough category, (5) Parent role in character building of teenager to be sensitive was good enough, (6) Parent role in character building of teenager to be diligent was not good, (7) Parent role in character building of teenager to be careful was in good enough category.
Key word: Parent role, character building, Teenager Pendahuluan
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian remaja. Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang berperan dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendidikan anak dalam keluarga. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Locke (Prayitno, 2005:16) bahwa “Anak ketika lahir dapat diibaratkan seperti kertas putih yang suci tanpa noda, di mana lingkungan dapat memberikan kesan apa saja yang akan menentukan perkembangan anak”.
Orangtua mempuyai peranan sangat penting bagi tumbuh kembangnya anak sehingga anak bisa memiliki pribadi yang sehat, cerdas, terampil mandiri dan berakhlak mulia. Menurut Hamner dan Turner (Yusuf dan Nani, 2012:24) bahwa : Peranan orangtua yang sesuai dengan fase perkembangan anak
adalah : (1) pada masa bayi berperan sebagai perawat (caragiver), ( 2) pada masa kanak- kanak sebagai pelindung (protector), (3) pada usia prasekolah sebagai pengasuh (nurturer), (4) pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager), (5) pada masa praremaja dan remaja berperan sebagai konselor (counselor).
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Akar kata personality berasal dari bahasa latin persona yang berarti “topeng”. Sebagian psikolog ada yang menyebutnya dengan; (1) personality (kepribadian), (2) character (watak atau perangai) dan (3) type (tipe).
Menurut Gregory (Sjarkawi, 2011:13) membagi tipe gaya kepribadian kedalam 12 tipe, yaitu sebagai berikut:
a. Kepribadian yang mudah menyesuaikan diri
b. Kepribadian yang berambisi
c. Kepribadian yang mempengaruhi d. Kepribadian yang berprestasi e. Kepribadian yang idealistis f. Kepribadian yang sabar g. Kepribadian yang mendahului h. Kepribadian yang perseptif i. Kepribadian yang peka j. Kepribadian yang berketepatan k. Kepribadian yang ulet
l. Kepribadian yang berhati-hati.
Menurut Yusuf (2009:184) fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Al- mighwar (2006:55) secara etimologi remaja berasal dari murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirab (dekat). Secara terminology berarti mendekati kematangan secara fisik, akal dan jiwa serta sosial.
Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada hari Sabtu, tanggal 30-31 Januari 2015 kepada remaja di Kampung Laban Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, maka dapat diketahui ada orangtua yang bersikap terlalu otoriter kepada remaja, ada remaja yang kurang mampu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, ada orangtua yang membiarkan saja remaja yang sering ugal-ugalan dijalan raya dalam membawa motor dan ada orangtua yang berkata kasar kepada anaknya ketika sedang marah. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa orangtua yang berinisial MI, AD dan NT yang mempunyai anak remaja pada hari minggu, tanggal 01 Februari 2015 di Kampung Laban Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan dapat diketahui bahwa ada remaja yang tidak mau disuruh untuk belajar mengaji dan lebih memilih untuk pergi bermain dengan teman- temannya, ada orangtua yang tidak memberikan perhatian, semangat dan motivasi kepada remaja yang kurang minat dalam belajar.
Untuk memperkuat keterangan mengenai masalah penelitian ini, maka peneliti melakukan wawancara pada tanggal 02 Februari 2015 dengan Kepala Kampung yang
berinisial ZA, dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ada remaja yang bersikap kurang sopan kapada orang yang lebih tua, ada remaja yang bersikap acuh tak acuh terhadap aturan yang ada dimasyarakat.
Lebih lanjut untuk memperoleh informasi yang ingin peneliti dapatkan maka peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Wali Nagari pada tanggal 05 Mei 2015 dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ada orangtua yang tidak menegur remaja yang sering keluyuran dimalam hari sementara mereka masih berstatus sebagai pelajar dan ada remaja purta yang sering ketahuan menghirup lem banteng.
Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 31) Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, aktual, fakta dan akurat menegani faktor- faktor dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.
populasi peneliti 84 orang, maka peneliti mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan secara keseluruhan atau semua populasi dijadikan sampel
.
Istrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah angket. Analisis data menggunakan rumus persentase dan menggunakan bantuan aplikasi SPSS Versi 20.0Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Secara umum peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dengan jumlah responden 84 orangtua berada pada kategori cukup baik sebanyak 60 orangtua (71,4 Percent). Data ini diperkuat oleh mean skor peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja 2,87 dan standar deviasi 0,555.
Sesuai dengan pendapat Ahmadi (2004:43) menyatakan bahwa peran orangtua merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap yang mempunyai tanggung jawab
dalam keluarga. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka menjalankan suatu peran. Orangtua mempunyai peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri dan berakhlak mulia. Seiring dengan fase perkembangan anak, maka peran orang tua juga mengalami perubahan.
2. Secara Khusus
a. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian mudah menyesuaikan diri
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari indikator kepribadian mudah menyesuaikan diri berada pada kategori cukup baik sebanyak 52 orangtua (61,9 Percent), Data ini diperkuat oleh mean kepribadian remaja rata-rata 3,04 dan standar deviasi 0,648.
Sesuai dengan pendapat Gregory (Sjarkawi, 2011:13) Kepribadian yang mudah menyesuaikan diri adalah orang yang memandang hidup ini sebagai perayaan dan setiap harinya sebagai pesta yang berpindah-pindah. Orang tersebut sadar tentang penyesuaian diri dengan orang lain, komunikatif dan bertanggung jawab, ramah, santun, dan memerhatikan perasaan orang lain, jarang sangat agresif dan juga jarang kompetitif secara destruktif.
b. Peran Orangtua dalam Pembentukan Kepribadian Remaja dilihat dari Indikator Kepribadian Berprestasi
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari indikator kepribadian berprestasi berada pada kategori kurang baik sebanyak 52 orangtua (61,9 Percent). Data ini diperkuat oleh mean skor kepribadian berprestasi 2,45 dan standar deviasi 0,701.
Sesuai dengan pendapat Gregory (Sjarkawi, 2011:13) kepribadian berprestasi adalah orang yang menghendaki kesempatan untuk
bermain dengan baik dan cemerlang, jika mungkin untuk mempesonakan yang lain agar mendapatkan sambutan baik, kasih sayang, dan tepuk tangan orang lain dalam hal ini berarti menerima kehormatan. Kepribadian yang berprestasi ini memandang hidup dengan selera kuat untuk melakukan segala hal yang menarik baginya.
c. Peran Orangtua dalam Pembentukan Kepribadian Remaja dilihat dari Indikator Kepribadian Sabar
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari indikator kepribadian sabar berada pada kategori cukup baik sebanyak 53 orangtua (63,1 Percent), Data ini diperkuat oleh mean skor kepribadian berprestasi 2,90 dan standar deviasi 0,633.
Sesuai dengan pendapat Gregory (Sjarkawi, 2011:13) Kepribadian yang sabar adalah orang yang memang sabar (hampir tidak pernah putus asa), ramah tamah dan rendah hati. Dia jarang sekali tinggi hati atau kasar”. Dia menghargai kepercayaan, kebenaran dan selalu penuh harapan.
d. Peran Orangtua dalam Pembentukan Kepribadian Remaja dilihat dari Indikator Kepribadian Peka
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari indikator kepribadian peka berada pada kategori cukup baik sebanyak 54 orangtua (64,3 Percent).
Data ini diperkuat oleh mean skor kepribadian berprestasi 3,04 dan standar deviasi 0,63.
Sesuai dengan pendapat Gregory (Sjarkawi, 2011:13) kepribadian yang peka adalah orang yang suka termenung, berintrospeksi dan sangat peka terhadap suasana jiwa dan sifat- sifatnya sendiri, perasaan dan pikirannya. Dia pun memiliki kepekaan terhadap suasana jiwa dan sifat-sifatnya serta perasaan dan pikiran orang lain dan pada waktu yang sama dia bersifat ingin tahu dan sangat tajam mengamati segala yang terjadi di dunia sekitarnya.
e. Peran Orangtua dalam Pembentukan Kepribadian Remaja dilihat dari Indikator Kepribadian Ulet
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari indikator kepribadian ulet berada pada kategori kurang baik sebanyak 47 orangtua (56,0 Percent).
Data ini diperkuat oleh mean skor kepribadian berprestasi 2,52 dan standar deviasi 0,667.
Sesuai dengan pendapat Gregory (Sjarkawi, 2011:13) kepribadian yang ulet adalah orang yang memandang hidup sebagai suatu perjalanan atau suatu ziarah. Setiap hari dia melangkah maju di atas jalan hidup ini dengan harapan besar mampu mewujudkan harapan dan cita-citanya sambil menguatkan keyakinannya.
f. Peran Orangtua dalam Pembentukan Kepribadian Remaja dilihat dari Indikator Kepribadian Berhati-hati
Berdasarkan temuan dilapangan bahwa peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari indikator kepribadian berhati-hati berada pada kategori cukup baik sebanyak cukup baik 63 orangtua (75,0 Percent). Data ini diperkuat oleh mean skor kepribadian berprestasi 2,90 dan standar deviasi 0,529.
Sesuai dengan pendapat Gregory (Sjarkawi, 2011:13) kepribadian berhati-hati adalah orang yang terorganisasi, teliti, berhati-hati, tuntas dan senantiasa mencoba menunaikan kewajibannya secara sosial dalam pekerjaan sebagai warga negara atau yang ada hubungannya dengan masalah-masalah keuangan. Dia menghendaki agar melakukan segalanya tepat waktu, tepat prosedur, tepat proses, tepat sasaran, tetap hasil dengan predikat baik.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja secara keseluruhan berada pada kategori cukup baik.
2. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian mudah menyesuaikan diri berada pada kategori cukup baik.
3. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian berprestasi berada pada kategori kurang baik.
4. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian sabar berada pada kategori cukup baik.
5. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian peka berada pada kategori cukup baik.
6. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian ulet berada pada kategori kurang baik.
7. Peran orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja dilihat dari kepribadian berhati-hati berada pada kategori cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran bagi:
a. Orangtua, agar orangtua lebih meningkatkan lagi peran dalam pembentukan kepribadian anak khususnya remaja, karena orangtua memiliki tanggung jawab dan berperan penting dalam pembentukan kepribadian remaja.
b. Remaja, agar remaja lebih bisa mempunyai kepribadian yang positif.
c. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, agar dapat lebih meningkatkan potensi dan kemampuan calon guru Bimbingan dan Konseling untuk kedepannya.
d. Kepada Kepala Kampung Laban Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, agar lebih memperhatikan bagaimana peran orangtua dalam mendidik anaknya.
e. Peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman dan acuan serta dapat melanjutkan penelitian ini dengan melihat variabel yang berbeda.
Kepustakaan
Ahmadi, Abu. (2004). Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Al-Mighwar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.
Prayitno, Elida. (2005). Perkembangan Anak Usia Dini dan Usia SD. Padang:Angkasa Raya.
Sjarkawi. (2011). Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi.
(2012). Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya