Zahwadiva Sosiawan Putri (2112511010) Koalisi Perempuan Indonesia dalam Teori Aksi Sosial
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) kehidupan sosial yang teroganisasi yang biasanya dicirikan oleh sikap sukarela, swasembada, swadaya, mandiri, dan tunduk pada norma dan nilai yang dianut masyarakat. Pembangunan demokrasi sering dikaitkan dengan civil society. Civil society didefinisikan sebagai ruang publik yang bebas di mana warga negara dapat berkomunikasi satu sama lain (Probosiwi, 2018). Sudah jelas bahwa OMS memainkan peran penting dalam demokrasi karena memiliki kemampuan untuk mengawasi pemerintah dan lembaga publik untuk memastikan transparansi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, keberlanjutan lingkungan, dan masalah sosial lainnya.
Untuk menjalankan demokrasi, organisasi masyarakat sipil ini berbelasungkawa membangun dan mengajak masyarakat lainnya sesuai dengan bidang dan ranah yang diinginkan untuk memberi pelayanan dan bantuan kepada sesama seperti bantuan pendidikan, kesehatan, hukum dan kemanusiaan. Seperti halnya Koalisi Perempuan Indonesia yang dideklarasikan pada tanggal 18 Mei 1998 di Jakarta oleh sekelompok aktivis perempuan.
Mereka didukung oleh 75 aktivis perempuan dari berbagai daerah, dan mereka setuju untuk membentuk Koalisi Perempuan Indonesia. Aksi ini merupakan bagian dari gerakan reformasi menurunkan Soeharto (Perempuan, 2005).
Organisasi Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) ini saya sangkutkan dengan teori aksi sosial oleh Max Weber. Dimana Max Weber dapat membantu memahami peran perempuan dalam masyarakat dan politik Indonesia. Sebagian besar populasi terdiri dari perempuan, yang terpengaruh oleh keadaan sosial dan politik yang tidak seimbang, menyebabkan perilaku tidak seimbang pula. Weber telah membagi menjadi empat tindakan sosial yakni tindakan rasionalitas instrumental, rasional nilai, tindakan afektif dan juga tindakan tradisional (Yanuarti, 2022). Dalam aksinya, Mereka tidak hanya membantu hukum, tetapi juga memberikan dukungan emosional, membantu membuat lingkungan aman dan mendukung proses pemulihan penyintas. KPI bukan hanya sebuah organisasi yang menawarkan bantuan, tetapi juga seorang aktivis hak-hak perempuan, khususnya perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual. Melalui advokasi mereka, KPI berusaha mengubah sistem hukum dan masyarakat untuk memberikan perlindungan yang lebih baik kepada penyintas dan menghilangkan stigma yang sering dialami oleh mereka (Fanaqi & Islami, 2023).
Diketahui hadirnya KPI dengan tujuan berjuang untuk keadilan dan demokrasi berpegang teguh pada nilai-nilai seperti kejujuran, keterbukaan, persamaan, kesetaraan, kebebasan, kerakyatan, kemandirian, keberagaman, non-sektarian, non-partisan, tanpa kekerasan, sadar lingkungan, dan solidaritas dengan orang-orang kecil dan tertindas (Perempuan, 2005). Dilihat adanya tindakan rasionalitas instrumental yang pertimbangan dan pilihan sadar tentang tujuan dan alat yang diperlukan untuk melakukan tindakan sosial yang dilakukan seseorang. Tujuan umum koalisi perempuan di Indonesia adalah kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Untuk memahami teori aksi sosial Weber, sangat penting untuk memahami bagaimana anggota koalisi menginternalisasi prinsip-prinsip ini dan bertindak sesuai dengan tujuan kolektif.
Adanya visi dan misi yang dijalankan oleh KPI merujuk pada tindakan rasional berdasarkan nilai, tindakan yang dianut oleh KPI yakni nilai anti kekerasan dengan tidak melakukan atau membiarkan ancaman kekerasan fisik, mental, seksual, ekonomi dan sebagainya. Memiliki kesadaran, kepedulian dan komitmen untuk bekerjasama secara kolektif memecahkan permaslaahan dalam merawat dan mempertahankan hidup generasi kini dan masa depan (Indonesia, n.d.). Prinsip yang dianut oleh KPI sendiri memenuhi asas demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan dan keadilan gender, non dikriminasi dan juga feminisme yakni kesadaran adanya penindasan terhadap perempuan serta menghapus segala bentuk ketidakadilan terhadap perempuan. Strategi yang dirancang dengan baik untuk mencapai tujuan tertentu, seperti membuat undang-undang yang mendukung hak-hak perempuan, adalah contoh tindakan rasional dengan tujuan. Di sisi lain, tindakan rasional dengan nilai dapat tercermin dalam komitmen mereka terhadap nilai-nilai seperti keadilan sosial dan kesetaraan gender.
Tindakan afektif yang dimana sesama anggota dapat berbagi dukungan emosional satu sama lain untuk mengatasi masalah, meningkatkan rasa percaya diri, dan meningkatkan keterlibatan sosial di antara anggota. Koalisi Perempuan Indonesia juga menentang diskriminasi berdasarkan kelas sosial, agama, kepercayaan, ras, etnis, orientasi seksual, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, usia, status perkawinan, pekerjaan, pandangan politik, dan perbedaan fisik lainnya. Selain itu, koalisi menegaskan pentingnya menjaga lingkungan.
Serta tindakan tradisional yang mengarah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, koalisi perempuan mungkin menggunakan pendekatan yang berakar dalam budaya dan tradisi lokal. Ini bisa termasuk bekerja sama dengan tokoh-tokoh adat atau pemimpin masyarakat lokal
untuk mengubah kebiasaan yang merugikan atau tidak sehat bagi perempuan. Kelompok kepentingan dalam Koalisi Perempuan Indonesia salah satunya ialah perempuan masyarakat adat. Koalisi perempuan juga dapat berpartisipasi dalam mempertahankan atau memperkuat peran yang telah ditetapkan untuk perempuan dalam masyarakat. Namun, peran ini dapat diubah atau diperbarui dalam lingkungan yang lebih progresif, yang memungkinkan perempuan untuk tetap terlibat dalam kegiatan tradisional sambil memperjuangkan hak dan kepentingan mereka di bidang lain.
Daftar Pustaka
Fanaqi, C., & Islami, F. N. (2023). Komunikasi Budaya dalam Pendampingan Penyintas Kekerasan Seksual terhadap Perempuan. Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies, 2(2), 111–118. https://doi.org/10.59029/int.v2i2.23
Indonesia, K. P. (n.d.). Nilai dan Prinsip | Koalisi Perempuan Indonesia. Retrieved April 5, 2024, from https://www.koalisiperempuan.or.id/tentang/nilai-dan-prinsip/
Perempuan, K. (2005). Tentang Koalisi Perempuan Indonesia.
https://www.koalisiperempuan.or.id/tentang/
Probosiwi, R. (2018). Peran Organisasi Masyarakat Sipil dalam Penciptaan Keserasian Sosial.
Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, 17(4), 389–400.
https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/jpks/article/view/1620/894
Yanuarti, E. (2022). Teori Aksi Sosial: Pengertian – Sejarah dan Relevansinya. Redaksi Haloedukasi. https://haloedukasi.com/teori-aksi-sosial